Anda di halaman 1dari 11

TRANSTHEORETICAL MODEL (TTM) DAN PENERAPANNYA

DALAM KESEHATAN IBU DAN ANAK


Mata Kuliah Proses Pengambilan Keputusan dan ORSA

Oleh :
SHEILLA TANIA MARCELINA
NIM. 101614153045

PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


MINAT KESEHATAN IBU DAN ANAK
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
1. Latar Belakang

Model Transtheoretical (TTM) menggunakan tahapan perubahan untuk


mengintegrasikan proses dan prinsip perubahan pada sebagian besar teori intervensi
sehingga dinamakan Transtheoretical. TTM muncul dari analisis komparatif tentang
teori psikoterapi dan perubahan perilaku terkemuka dalam upaya mengintegrasikan
bidang yang telah terfragmentasi ke lebih dari 300 teori psikoterapi (Prochaska,
1984).

Pada awalnya, teori TTM digunakan mengenai merokok, selanjutnya, model ini
dengan cepat diperluas untuk mencakup penyelidikan dan penerapan pada berbagai
perilaku kesehatan dan kesehatan mental, termasuk penyalahgunaan alkohol dan zat,
kegelisahan dan gangguan panik, intimidasi, kenakalan, depresi, gangguan makan dan
obesitas, diet tinggi lemak, pencegahan HIV / AIDS, mamografi dan skrining kanker
lainnya, kepatuhan pengobatan, pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan,
kehamilan dan merokok, pengujian radon, gaya hidup tak menetap, paparan sinar
matahari, dan dokter yang mempraktikkan pengobatan pencegahan. (Hall dan Rossi,
2008; Noar, Benac, dan Harris, 2007; Prochaska, Wright dan Velicer).

2. Definisi The Transtheoritical Model

The Transtheoritical Model adalah model pembentukan perilaku yang


berfokus pada kemampuan individu dalam membuat keputusan daripada pengaruh
sosial dan biologis (Velicer, Prochaska, Fava, Norman, & Redding, 1998; Scholl,
2002 dalam Lenio, n.d). Dalam menjelaskan pembentukan perilaku sehat, teori ini
menggunakan tahapan-tahapan yang mana dalam setiap tahapan terdapat proses
pengambilan keputusan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Teori ini menggunakan
dimensi waktu yaitu tahapan perubahan perilaku, untuk mengintegrasikan proses dan
prinsip perubahan perilaku dari berbagai teori intervensi (Prochaska & Velicer,
1997).
3. Tahapan Perubahan

Tabel 1.1 Stages of Changes of Transtheoretical Model Construct

Stages Description
Tidak ada niat untuk mengambil tindakan dalam 6 bulan
Precontemplation
ke depan
Bermaksud untuk mengambil tindakan dalam 6 bulan ke
Contemplation
depan
Bermaksud untuk mengambil tindakan dalam 30 hari ke
Preparation depan dan memiliki langkah perilaku yang tak seberapa
ke arah ini
Action Berubah perilaku yang jelas kurang dari 6 bulan
Maintenance Berubah perilaku yang jelas lebih dari 6 bulan
Termination Tidak tergoda untuk kembali and 100% percaya diri

TTM mengemukakan perubahan sebagai proses yang luas seiring berjalannya waktu,
dengan kemajuan melalui rangkaian enam tahap, meski seringkali tidak secara linier.
1. Precontemplation
Tahap di mana orang tidak berniat untuk mengambil tindakan dalam waktu dekat,
biasanya diukur dalam enam bulan ke depan. Interval hasil dapat bervariasi,
tergantung pada perilaku. Orang mungkin berada di tahap ini karena mereka kurang
informasi atau kurang informasi tentang konsekuensi perilaku mereka. Atau mereka
mungkin telah mencoba untuk mengubah beberapa kali dan menjadi demoralisasi
tentang kemampuan mereka untuk berubah. Kedua kelompok cenderung menghindari
membaca, berbicara, atau memikirkan perilaku berisiko tinggi mereka. Mereka sering
ditandai sebagai klien yang resisten atau tidak termotivasi atau karena tidak siap
untuk program promosi terapi atau kesehatan. Penjelasan alternatifnya adalah bahwa
program promosi kesehatan tradisional belum siap untuk individu semacam itu dan
tidak termotivasi untuk menyesuaikan kebutuhan mereka.
2. Contemplation
Orang berniat untuk mengubah perilaku mereka dalam enam bulan ke depan. Mereka
lebih sadar tentang kebaikan perilaku baru tersebut tapi juga sangat sadar akan kontra
yang bisa diterimanya. Keseimbangan antara baik dan buruknya perubahan ini dapat
membuat orang berada dalam tahap ini pada waktu yang panjang. Fenomena ini
sering ditandai sebagai kontemplasi kronis atau penundaan perilaku.
3. Preparation
Orang berniat untuk segera melakukan tindakan, biasanya diukur dalam satu bulan
kedepan. Biasanya, mereka sudah mengambil beberapa langkah penting menuju
perilaku tersebut dalam satu tahun terakhir. Mereka memiliki rencana tindakan,
seperti mengikuti kelas pendidikan kesehatan, berkonsultasi dengan konselor,
berbicara dengan dokter mereka, membeli buku self-help, atau mengandalkan
pendekatan perubahan diri.
4. Action
Orang-orang dalam tahap aksi telah membuat modifikasi yang jelas dan spesifik
dalam gaya hidup mereka dalam enam bulan terakhir. Karena tindakan itu bisa
diamati, perubahan perilaku seringkali sudah disamakan dengan tindakan. Di TTM,
tindakan hanya satu dari enam tahap. Biasanya, tidak semua modifikasi perilaku
dihitung sebagai tindakan dalam model ini, hanya perilaku yang memenuhi kriteria
dan disepakati oleh para ilmuan dan para professional yang dihitunng sebagai action.
5. Maintance
Pemeliharaan adalah tahap di mana orang telah melakukan modifikasi nyata dalam
gaya hidup mereka dan berusaha agar perilaku lama yang ia tinggalkan tidak kembali
lagi. Namun pada tahap ini, mereka kurang tertarik untuk kembali ke perilaku yang
sebelumnya dan semakin yakin bahwa mereka dapat melanjutkan perubahan perilaku
yang telah mereka lakukan. Diperkirakan maintance berlangsung dari enam bulan
sampai sekitar lima tahun.
6. Termination
Pada tahap terakhir ini, seseorang sudah tidak memiliki hasrat sama sekali utnuk
kembali pada kebiasaan tidak sehat mereka yang sebelumnya dan self-efficacy 100
persen. Apakah mereka dalam kondisi depresi, cemas, bosan, kesepian, marah, atau
stres, mereka yakin mereka tidak akan kembali ke perilaku lama mereka yang tidak
sehat.
Regresi terjadi ketika individu kembali ke tahap awal perubahan. Relapse
adalah salah satu bentuk regresi (pada substance use), regresi melibatkan
dari action atau maintenance untuk tahap awal. Namun, orang dapat mundur dari
setiap tahap ke tahap awal. Pada kasus merokok dan olahraga hanya sekitar 15%
orang mundur sampai ke tahap pre-contemplation. Mayoritas regresi
ke contemplation atau preparation.

4. Proses Perubahan Perilaku


Tabel 1.2 Proses perubahan Model Transtheoretical
Process Description
Consciousness raising Menemukan dan mempelajari fakta, ide dan tips baru
(Peningkatan Kesadaran) yang mendukung perubahan perilaku kesehatan
Dramatic relief
Mengalami emosi negatif (takut, cemas, khawatir) seiring
(Pembebasan yang
dengan risiko perilaku tidak sehat
dramatis)
Self-reevaluation
Menyadari bahwa perubahan perilaku penting sebagai
(Mengevaluasi ulang
identitas orang
diri)
Environmental
Menyadari efek negatif dari perilaku yang tidak sehat
reevaluation
atau dampak positif perilaku kesehatan pada sisi sosial
(Mengevaluasi ulang
seseorang dan atau lingkungan fisik
lingkungan)
Self-liberation
Membuat komitmen yang tetap untuk berubah
(Membebaskan diri)
Helping relationships Pencarian dan penggunaan dukungan sosial untuk
(Membantu hubungan) perubahan perilaku sehat.
Pergantian perilaku dan kognitif dari perilaku tidak sehat
Counter conditioning
menjadi perilaku sehat
Reinforcement Menambah penghargaan untuk perilaku sehat yang sudah
management berubah dan mengurangi penghargaan pada perilaku yang
(Penguatan manajemen) tidak sehat
Menghilangkan ingatan atau tindakan yang dapat
Stimulus control
menyebabkan terlibat kembali ke perilaku yang tidak
(Kontrol terhadap
sehat dan menambah ingatan atau tindakan yang dapat
dorongan)
meningkatkan keterlibatan pada perilaku sehat
Social liberation Menyadari bahwa norma sosial berubah dalam arah
(Pembebasan sosial) mendukung perubahan perilaku yang sehat
Proses Perubahan Perilaku
Proses perubahan perilaku adalah kegiatan rahasia dan terbuka yang digunakan orang
untuk melalui suatu tahapan. Proses perubahan memberikan panduan penting dalam
program intervensi, karena prosesnya seperti variabel independen yang perlu
diterapkan orang dari tahap ke tahap. Sepuluh proses telah menerima dukungan
paling empiris dalam penelitian sampai saat ini.
1. Consciousness raising
Proses peningkatan kesadaran dapat dilakukan dengan melakukan feedback (umpan
balik), edukasi, konfrontasi, interpretasi, bibliotherapy, dan kampanye media tentang
penyebab, konsekuensi, dan penyembuhan untuk masalah perilaku yang ingin diubah.
2. Dramatic relief
Proses ini digunakan untuk peningkatan pengalaman emosional, diikuti oleh
berkurangnya pengaruh jika tindakan yang tepat dilakukan. Psikodrama, role playing,
testimoni personal, dan kampanye media adalah contoh teknik yang dapat
menggerakkan seseorang secara emosional.
3. Self-reevaluation
Menggabungkan penilaian kognitif dan afektif terhadap citra diri seseorang dengan
dan tanpa perilaku tidak sehat. Klarifikasi nilai, role model yang sehat, dan citra
adalah teknik yang dapat menggerakkan orang secara evaluatif.
4. Environmental reevaluation,
Menggabungkan penilaian afektif dan kognitif tentang ada atau tidaknya dan
bagaimana kebiasaan pribadi mempengaruhi lingkungan sosial seseorang seperti
dampak merokok terhadap orang lain. Hal ini juga dapat mencakup kesadaran bahwa
seseorang dapat berperan sebagai role model positif atau negatif bagi orang lain.
Pelatihan empati, dokumenter, testimonial, dan intervensi keluarga dapat mengawali
environmental reevaluation.
5. Self-liberation
Keyakinan bahwa seseorang dapat berubah dan berkomitmen untuk melakukan apa
yang diyakini. Resolusi tahun baru, kesaksian publik, dan pilihan tindakan yang lebih
dari satu dapat meningkatkan self-liberation atau yang biasa disebut sebagai kekuatan
kemauan.
6. Social liberation
menyangkut kebutuhan akan kesempatan sosial atau alternatif khususnya bagi orang-
orang yang terganggu oleh perilaku tidak sehat seseorang. Advokasi, prosedur
pemberdayaan, dan kebijakan yang tepat dapat meningkatkan hal ini. Prosedur yang
sama dapat digunakan untuk membantu agar semua orang berubah, seperti halnya
dengan zona bebas asap rokok dan peraturan larangan merokok.
7. Counterconditioning
Proses ini menunjukkan diperlukannya pembelajaran perilaku sehat yang dapat
menggantikan perilaku yang bermasalah. Misalnya relaksasi sebagai counter stress,
makanan bebas lemak sebagai pengganti makanan yang berkalori banyak.
8. Stimulus control
Menghilangkan kebiasaan tidak sehat dan menambahkan anjuran alternatif yang lebih
sehat. Penghindaran, rekayasa ulang lingkungan, dan kelompok bantuan dapat
mendukung perubahan dan mengurangi risiko kembali ke perilaku yang salah.
Menggunakan tangga atau mencanangkan jalan kaki menuju kantor sebagai upaya
menurunkan berat badan adalah contoh dari stimulus control.
9. Contingency management
Memberikan konsekuensi untuk mengambil langkah dalam instruksi tertentu.
Meskipun penguatan dapat dilakukan dengan penggunaan hukuman, akan tetapi
penghargaan akan membuat seseorang melakukan perubahan diri dibanding dengan
sekedar hukuman.
10. Helping relationship
Kombinasi kepedulian, kepercayaan, keterbukaan, dan penerimaan, serta dukungan
untuk perubahan perilaku yang sehat. Rapport building, aliansi terapi, konseling, dan
buddy system dapat menjadi sumber dari dukungan sosial.

Promosi, edukasi, dan intervensi kesehatan dapat dilakukan dengan


menggunakan komponen dalam TTM. Prochaska dan Velicher (1997) mengawali
mengaplikasikan transtheoritical model dalam upaya intervensi menghentikan
merokok. Proses intervensi tersebut diawali dengan mengklasifikasikan partisipan
menggunakan stage of change dalam TTM. Selanjutnya dilakukan intevensi sesuai
dengan tahapan dimana partisipan tersebut berada. Di setiap tahapan, intervensi
meliputi self-help manuals, feedback report berdasarkan asesmen dari, decisional
balance, process of change, self efficacy dan temptation.
Selain perilaku merokok, terdapat beberapa perilaku sehat yang
mengaplikasikan TTM, diantaranya adalah perilaku diet, panic disorder, prevensi
AIDS, eating disorder dan obesitas (Prochaska dan Velicher, 1997). Komponen TTM
digunakan untuk melakukan asesmen dan intervensi dalam pembentukan perilaku
sehat. Pada umumnya, asesmen dilakukan untuk mengetahui posisi partisipan dalam
stage of change. Selanjutnya, intervensi dilakukan sesuai dengan posisi partisipan
dalam stage of change. Intervensi juga didasari pada process of change, decisional
balance, self efficacy dan temptation seseorang.
Melalui kriteria yang telah ditetapkan pada setiap stage of change, TTM dapat
diterapkan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan bagaimana perilaku seseorang
dapat berubah. Misalnya, ketika seseorang tidak memiliki niat untuk berubah, maka
dia berada pada tahap precontemplation. Sehingga intervensi yang dapat dilakukan
agar niat berubah muncul adalah dengan memberi informasi tentang perilaku sehat
sehingga kesadarannya untuk berubah meningkat. Begitu juga dalam tahapan
selanjutnya, intervensi disesuaikan dengan tahapan yang sedang dijalani oleh
seseorang.
Melalui komponen-komponennya, TTM dapat mengidentifikasi dan
menjelaskan bagaimana seseorang mengubah perilakunya. Menurut Prochaska et al.
(1994) TTM dapat digeneralisasikan pada berbagai masalah perilaku dengan populasi
yang beragam (Lenio, n.d). Hal tersebut menjadi kelebihan bagi teori ini karena tidak
semua teori dapat digeneralisasikan dengan mudah. Dalam sebuah studi, Rodgers et
al (2001) juga mendukung bahwa prinsip TTM dapat diaplikasikan pada berbagai
populasi, seperti medis, industri, dan pemerintahan (Lenio, n.d).
Meskipun begitu, TTM tidak lepas dari kritik. Menurut Bandura (1997) dalam
Lenio (n.d) faktanya manusia terlalu kompleks dan multidimensi untuk dikategorikan
dalam tahapan yang diskrit. Sutton (2001) juga menyebutkan bahwa terdapat masalah
dalam metode yang digunakan untuk menentukan tahapan seseorang dalam stage of
change (Lenio, n.d). Selain itu, Kraft dkk (1999) mengemukakan bahwa tidak ada
alasan teoritis yang mendasari pembagian waktu enam bulan dalam setiap tahapan
(Lenio, n.d). Hal tersebut menunjukkan bahwa pembagian dan penentuan tahapan
bagi seseorang tidak dapat dengan mudah dipastikan.

5. Penerapan Transtheoritical Model dalam Upaya Peningkatan Berat Badan


dan Persiapan Kehamilan pada Ibu dengan Gizi Kurang
Kasus
Seorang wanita dengan kondisi lingkar lengan kurang dari 23,5 cm / berat badannya
kurang dari 42 kg atau dengan kondisi kekurangan energi kronik (KEK) berencana
akan menikah beberapa bulan kemudian. Penyelesaian kasus tersebut dengan teknik
TTM yaitu:

Tahapan-tahapan TTM dalam penerapannya pada persiapan kehamilan ibu


dengan gizi kurang adalah sebagai berikut:
a. Pra-kontemplasi yaitu tidak adanya pikiran atau belum adanya pemikiran saat
ini pada wanita usia subur untuk mengubah pola makannya karena ibu merasa
bahwa pola makan seperti yang ia konsumsi dalam kesehariannya sudah
cukup. Wanita tersebut cenderung menhindari membaca, memikirkan dan
membicarakan mengenai risiko atas kondisi yang ada pada dirinya yaitu
tentang persoalan – persoalan yang yang mungkin dapat terjadi apabila
dirinya hamil, yaitu mengenai dampaknya terhadap kesehatan diri dan
bayi/janin yang buruk di masa depan. Tidak ada intensi untuk mengubah
perilaku untuk meningkatkan asupan nutrisinya dalam periode enam bulan
kemudian
b. Kontemplasi yaitu wanita tersebut mulai menyadari bahwa keadaannya saat
ini berhubungan dengan pola makan dan gizi makanannya yang kurang atau
salah. Wanita tersebut sudah merencanakan untuk membuat perubahan
didalam periode enam bulan sebelum kehamilannya. Sehingga pada saat
hamil, berat badan sudah normal dan mengalami pertambahan berat badan
yang normal, bertambah sesuai dengan umur kehamilan. Berat badan yang
bertambah dengan normal, menghasilkan bayi yang normal. Demikian juga
sebaliknya. Ibu hamil sadar akan faktor-faktor risiko yang terkait dengan
perilaku makan/diet yang dilakukan saat ini.
c. Persiapan yaitu ibu membuat rencana tindakan untuk membuat sebuah
perubahan dengan meningkatkan berat badannya dalam periode waktu 30
hari. Ibu mulau mencari tahu tentang pola makan yang baik dan sehat yang
adapat meningkatkan berat badannya. Ibu berkonsultasi ke tenaga kesehatan.
Pada tahap ini juga diperlukan motivasi ibu dalam kesiapannya untuk
mengubah perilaku spesifik. Tentunya diharapkan dukungan suami dan
keluarga untuk membantu mempertahankan pola hidup yang sehat serta
menurunkan risiko terkena komplikasi saat kehamilan dan persalinan
nantinya.
d. Tindakan, menggambarkan tahapan-tahapan yang didalamnya ibu telah
membuat sejumlah modifikasi perilaku yang diinginkan. Ibu mulai
mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi dengan porsi yang juga
ditambah dari biasanya serta minum susu utnuk meningkatkan berat
badannya.
e. Pemeliharaan, ibu berusaha menjaga agar perilaku yang salah di masa lalu
yaitu memilih-milih makanan atau sehingga gizinya tidak tercukupi yang
telah ia tinggalkan tidak kembali lagi, sehingga ibu telah dalam kondisi yang
sehat dan tidak berisiko apabila hamil.
f. Termination, ibu benar-benar meninggalkan kebiasaan buruknya dan tetap
menjaga pola makan yang jauh lebih sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Fara. (2016). Model Perubahan Perilaku dan Aplikasinya: Analisis Penerapan
Transtheoritical Model terhadap Gizi Seimbang Ibu Hamil. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Conner, M and Norman, P. (2003). Predictiong Health Behaviour, Research and
Practice with Social Cognition Model. Buckingham: Open Univeristy Press
DiClemente, C. C., & Prochaska, J. O. (1982). Self-change and therapy change of
smoking behavior: A comparison of processes of change in cessation and
maintenance. Addictive Behaviors, 7, 133-142.
Lenio, J. A. (n.d.). Analysis of the Transtheoretical Model of Behavior Change.
Journal of Student Research, 73–86.
Povey, R., Conner, M., Sparks, P., James, R., & Shepherd, R. (1999). A critical
examination of the application of the Transtheoretical Model ’ s stages of change to
dietary behaviours, 14(5), 641–651.
Prochaska, J. O., & Velicer, W. F. (1997). The Transtheoretical Model of Health
Behavior Change. American Journal of Health Promotion, Vol. 12, No. 1, pp. 38-48.
Velicer, Prochaska, Fava, dkk. (1998). Smoking Cessation and Stress Management:
Applications of the Transtheoretical Model of behavior change. Homeostasis, 38,
216-23.

Anda mungkin juga menyukai