Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONTRASEPSI PADA KONDISI KHUSUS

Disusun oleh :
Kelompok 4

Elyta Suartika 4008230011 Lailia Kurniawati 4008230164


Lilit Prilitasari 4008230118 Tika Sartika 4008230028
Hana Maesaroh 4008230168 Hani Kristianti 4008230248
Rahma Amalyah 4008230110 Rina Trislianti H. 4008230086
Nuri Firdayanti 4008230131 Meylina Nurul Z. 4008230081
Intan Riski Y. 4008230111 Puji Nurprawidiya 4008230255

Program Studi S1 Kebidanan Alih Jenjang


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung
TA 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dan
merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Upaya ini dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen. Pelayanan kontrasepsi merupakan salah satu
jenis pelayanan program Keluarga Berencana (KB) yang tersedia selain dalam bentuk
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas,
pendidikan sex, konsultasi pra perkawinan dan perkawinan, konsultasi genetik, tes
keganasan, serta adopsi.
Program Keluarga Berencana (KB) yang diwujudkan pada penggunaan
kontrasepsi juga memiliki manfaat yang bersifat langsung atau tidak langsung bagi
kesehatan ibu, bayi dan anak, kesehatan dan kehidupan reproduksi beserta seksual
keluarga, serta mewujudkan kesejahteraan dan ketahanan keluarga. Pelaksanaan
program Keluarga Berencana (KB) membutuhkan perencanaan keluarga sehat yang
rasional, untuk itu perlu ketepatan dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang sesuai
dengan kebutuhan dan mempertimbangkan daya guna kontrasepsi yang akan
memberikan dampak peningkatan mutu pemakaian.
Berdasarkan data dari SDKI 2012, angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive
prevalence rate atau CPR) mengalami peningkatan sangat kecil dari 57,4 % pada
tahun 2007 menjadi 57,9 % pada tahun 2012.3 Berdasarkan data dari Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2013 menunjukkan
bahwa pada tahun 2013 sebanyak 8.500.247 pasangan usia subur (PUS) yang
merupakan peserta KB baru dengan persentase pemakaiannya yaitu IUD sebesar 7,75
% , MOW 1,52 % , Kondom 6,09 %, implan 9,23 %, suntikan sebesar 48,56 % , pil
sebesar 26,60 %3. Di provinsi Jawa Tengah, jumlah PUS pada tahun 2015 yaitu
sebanyak 6.736.249 PUS dengan cakupan peserta KB aktif sebesar 78,24 persen,
mengalami sedikit penurunan dibandingkan pencapaian tahun 2014
Salah satu metode kontrasepsi yang efektif adalah metode kontrasepsi IUD
yang merupakan salah satu metode kontrasepsi non hormonal yang efektif dengan satu
kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama. Namun pada kenyataannya di
Indonesia alat kontrasepsi yang lebih di minati adalah kontrasepsi hormonal atau
kontrasepsi non IUD sementara penggunaan kontrasepsi IUD masih tergolong
rendah.
Dalam menentukan perilaku pemilihan penggunaan kontrasepsi, terdapat
berbagai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan tersebut. Menurut teori
perilaku Lawrence Green, promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap
faktor perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor- faktor yang
menentukan perilaku tersebut. Kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan
determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri).

Menurut Lawrence Green perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni
faktor pendorong (predisposing factors) merupakan faktor-faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor pemungkin (enabling
factors) merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku
atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan
prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor penguat
(reinforcing factors) berarti faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku. Kadang-kadang meskipun orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat,
tetapi tidak melakukannya.
B. Tujuan
1. Mengetahui kontrasepsi pada kondisi khusus
2. Mengetahui jenis kontrasepsi pada kondisi khusus
3. Mengetahui kontrasepsi darurat
4. Mengetahui kontrasepsi pasca keguguran
5. Mengetahui kontrasepsi pasca Persalinan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi


1. Pengertian keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Pengaturan kehamilan dilakukan dengan menggunakan cara, alat, dan obat kontrasepsi.
Pelayanan kontrasepsi adalah pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun
tindakan – tindakan lain yang berkaitan kontrasepsi kepada calon dan peserta Keluarga
Berencana yang dilakukan dalam fasilitas pelayanan KB. Penyelenggaraan pelayanan
kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan dari segi
agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan (Kemenkes RI, 2014).
Pelayanan KB yang berkualitas dan merata memiliki kedudukan yang
strategis, yaitu sebagai bagian dari upaya komprehensif yang terdiri dari upaya
kesehatan promotif dan preventif perorangan. Implementasi pendekatan life cycle/siklus
hidup dan prinsip continuum of care merupakan salah satu bagian dari pelayanan KB
dalam upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak (KIA). Jenis dan sasaran yang
dituju dari pelayanan KB diberikan sesuai dengan kebutuhan melalui konseling dan
pelayanan dengan tujuan merencanakan dan menjarangkan atau membatasi kehamilan,
yaitu bagi remaja, ibu hamil, ibu nifas, wanita usia subur (WUS) yang tidak sedang
hamil. Suami dan istri memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dalam
melaksanakan KB (Kemenkes RI, 2013).
Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang berusia antara 15 sampai 49
yang belum menikah, menikah dan sudah pernah menikah/janda dan wanita pada usia
ini memiliki potensi untuk mempunyai keturunan (BKKBN, 2012). Pemilihan
kontrasepsi pada WUS dibagi menjadi 3 fase. Fase menunda kehamilan yaitu pada usia
kurang dari 20 tahun. Fase menjarangkan kehamilan yaitu pada usia antara 20 sampai
35 tahun. Fase tidak hamil lagi yaitu pada WUS dengan usia lebih dari 35 tahun
(BKKBN, 2012). Kategori yang memenuhi syarat untuk akseptor kontrasepsi menurut
medical eligibility criteria for contraceptive use (MEC) (2015) :
a. Suatu kondisi yang mana tidak ada larangan untuk penggunaan
metode kontrasepsi. Artinya metode tersebut dapat digunakan pada
setiap keadaan.
b. Suatu kondisi dimana keuntungan dari penggunaan metode ini secara
umum lebih besar daripada teori atau risiko yang telah terbukti.
Artinya secara umum metode tersebut dapat digunakan.
c. Suatu kondisi dimana teori atau risiko yang telah terbukti biasanya
lebih besar daripada keuntungan menggunakan metode tersebut.
Artinya penggunaan metode tersebut biasanya tidak
direkomendasikan kecuali tidak ada metode lain yang tersedia atau
dapat diterima klien.
d. Suatu kondisi yang menunjukkan resiko kesehatan yang tidak dapat
diterima jika metode kontrasepsi ini digunakan. Artinya, metode
tersebut tidak dapat digunakan.
2. Kontrasepsi pada kondisi khusus
Pada pelayanan Keluarga Berencana (KB) terkadang dijumpai kondisi
khusus seperti pelayanan KB darurat, KB pasca keguguran, dan KB pasca
persalinan. Kondisi khusus tersebut membutuhkan penanganan khusus, karena
jika tidak segera ditangani bisa berujung pada kehamilan yang tidak diinginkan
(KTD). Selain itu, pelayanan kontrasepsi pada kondisi khusus bertujuan untuk
mencegah dan menangani kekerasan seksual, mencegah penularan IMS/HIV,
dan mencegah peningkatan angka morbiditas dan mortalitas maternal dan
neonatal.
Menurut kondisi khusus kontrasepsi dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Pelayanan kontrasepsi darurat
1. Definisi
Suatu metode KB yang digunakan dalam 5 hari pasca senggama yang
tidak terlindung dengan kontrasepsi yang tepat dan konsisten. Tujuannya
adalah menurunkan resiko terjadinya Kehamilan yang Tidak Diinginkan
(KTD).
2. Jenis Kontrasepsi Darurat
Terdapat 2 jenis metode kontrasepsi darurat atau kondar yaitu:
a. Pil kontrasepsi darurat
Pil kondar dapat mencegah kehamilan jika diminum dalam jangka
waktu 5 hari pasca senggama tanpa perlindungan. Semakin awal
meminum pil kondar maka semakin kecil risiko terjadinya kehamilan.
b. AKDR Copper T
Metode ini sangat efektif untuk mencegah kehamilan dan dapat
digunakan dalam 5 hari pasca senggama yang tidak terlindungi sebagai
kontrasepsi darurat.
3. Indikasi Kontrasepsi Darurat
a. Korban perkosaan
b. Senggama tanpa menggunakan kontrasepsi
c. Penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat dan tidak konsisten
1. Kondom tidak dipasang dengan benar, terlepas atau bocor
2. Diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat
3. Salah dalam menghitung masa subur
4. Gagal putus senggama karena terlanjur ejakulasi
5. Ekspulsi AKDR
6. Lupa minum pil KB sebanyak 3 kali atau lebih
7. Terlambat lebih dari 1 minggu untuk suntik KB yang setiap bulan
8. Terlambat lebih dari 4 minggu untuk suntik KB yang tiap tiga bulan
b. Pelayanan Kontrasepsi Pasca keguguran
1. Definisi
Pelayanan KB Pasca Keguguran (PK) adalah pelayanan KB yang
diberikan setelah penanganan keguguran saat di fasilitas kesehatan.
Kontrasepsi pasca keguguran perlu dimulai segera karena ovulasi dapat
terjadi dalam 11 hari setelah keguguran. Klien perlu mendapat konseling
dan informasi agar mereka mengerti bahwa:
o Klien dapat hamil lagi sebelum haid berikutnya
o Ada kontrasepsi yang aman untuk menunda atau mencegah kehamilan
o Dimana dan bagaimana klien dapat memperoleh pelayanan WHO
merekomendasikan untuk kehamilan setelah keguguran adalah minimal
enam bulan untuk mengurangi risiko yang dapat merugikan ibu dan
perinatal.
2. Jenis Kontrasepsi yang dapat Digunakan Pasca Keguguran
a. Kontrasepsi yang dianjurkan sesudah keguguran trimester I sama
dengan yang dianjurkan pada masa interval.
b. Kontrasepsi yang dianjurkan sesudah keguguran trimester II sama
dengan yang dianjurkan pada masa pasca persalinan

Metode Kontrasepsi Waktu Mulai Ciri-Ciri Khusus Catatan


Penggunaan

● Kontrasepsi Pil dan Segera mulai ● Dapat segera mulai ● Jika konseling dan informasi
Suntik Kombinasi ● Sangat efektif belum cukup, tunda suntikan
● Kontrasepsi Pil dan ● Mengurangi kehilangan pertama atau pemasangan implan
Suntik Progestin darah/anemia ● Untuk pemasangan implan
● Implan perlu tenaga terlatih

AKDR Trimester I - ● Jika konseling dan informasi


● AKDR dapat langsung belum cukup, tunda
dipasang jika tidak ada pemasangan
infeksi ● Perlu tenaga terlatih untuk
● Tunda pemasangan sampai pemasangan
infeksi sembuh, pendarahan ● Pada trimester II kemungkinan
diatasi dan anemia risiko perforasi sewaktu
diperbaiki pemasangan lebih besar
Trimester II
● Tunda pemasangan 4-6 minggu
pasca keguguran kecuali jika
tenaga terlatih dan peralatan
untuk insersi pasca keguguran
tersedia
● Yakinkan tidak ada infeksi. Jika
ada infeksi tunda pemasangan 3
bulan sampai infeksi teratasi

Kondom Mulai segera sewaktu Metode sementara sambil -


berhubungan seksual menunggu metode lain

Sadar Masa Subur Tidak dianjurkan - Waktu ovulasi pertama pasca


keguguran sulit diperkirakan

Tubektomi Secara teknis dapat langsung ● Trimester I: sama Perlu konseling dan informasi yang
dikerjakan sewaktu terapi dengan waktu interval cukup
keguguran kecuali jika ada ● Trimester II: sama dengan
perdarahan banyak untuk infeksi prosedur pasca persalinan

Panduan metode kontrasepsi pada beberapa kondisi klinis:

Kondisi Klinis Perlu Hati-Hati Rekomendasi


Infeksi: ● AKDR jangan dipasang sampai ● Kontrasepsi Kombinasi dapat
● Tanda-tanda infeksi infeksi teratasi (3 bulan) segera diberikan
● Tanda-tanda aborsi tidak ● Tubektomi jangan dilakukan sampai ● Kontrasepsi Progestin dapat
aman infeksi teratasi (3 bulan) segera diberikan
● Tidak dapat menyingkirkan ● Kondom dapat segera
infeksi digunakan

Perlukaan jalan lahir: ● AKDR jangan dipasang ● Kontrasepsi Kombinasi dapat


● Perforasi uterus sampai perlukaan sembuh segera diberikan
● Perlukaan vagina atau ● Tubektomi jangan dilakukan ● Kontrasepsi Progestin dapat
serviks sampai perlukaan sembuh segera diberikan
● Kondom dapat segera
digunakan

Pendarahan banyak (Hb < ● Tunda pemakaian kontrasepsi sampai -


7g%) penyebab perdarahan diketahui

c. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Persalinan


1. Definisi
Pelayanan KB Pasca Persalinan (KBPP) adalah pelayanan KB yang
diberikan sebagai upaya pencegahan kehamilan dengan menggunakan
alat/obat kontrasepsi segera setelah persalinan sampai jangka waktu 42 hari
setelah melahirkan/masa nifas. Target KB pasca persalinan adalah ibu pasca
persalinan (normal maupun sesar). Tujuan pelayanan KB pasca persalinan
yaitu mengatur jarak kelahiran, jarak kehamilan, dan menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, sehingga setiap keluarga dapat merencanakan
kehamilan yang aman dan sehat. Keuntungan pemasangan AKDR Pasca
Persalinan bagi program yaitu:
 Meningkatkan capaian peserta KB baru MKJP
 Menurunkan angka unmet need
 Meningkatkan Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
 Banyak pasangan yang terlindungi dari kemungkinan kehamilan
Periode pasca persalinan langsung (48 jam setelah melahirkan) adalah
waktu yang ideal untuk KB karena:
a. Pasti tidak hamil
b. Sangat termotivasi untuk memulai metode kontrasepsi pada saat tersebut
c. Setelah pulang disibukkan merawat bayinya sehingga lupa untuk KB
Perluasan pelayanan KB sampai 12 bulan pertama pasca persalinan
sesuai dengan kebutuhan dan preferensi perempuan yang berubah selama
periode tersebut antara lain, perubahan status menyusui dapat memicu
kebutuhan untuk memulai metode KB.

Waktu memulai kontrasepsi pasca persalinan tergantung dari status menyusui.

2. Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan

Metode Waktu Mulai Ciri-Ciri Khusus Catatan


Kontrasepsi Penggunaan
Metode Amenorea ● Mulai segera pasca ● Manfaat kesehatan bagi ● Harus benar-benar ASI
Laktasi (MAL) persalinan ibu dan bayi eksklusif
● Kontrasepsi Suntik ● Efektivitas tinggi ● Memberikan waktu ● Efektivitas berkurang
Kombinasi (KSK) sampai 6 bulan untuk memilih jika
● Kontrasepsi Pil pasca persalinan dan metode kontrasepsi mulai suplementasi
Kombinasi (KPK) belum dapat haid lain ● Kontrasepsi kombinasi
● Jika menyusui: ● Selama 6-8 minggu merupakan pilihan
- Jangan dipakai pasca persalinan terakhir pada klien
sebelum 6-8 kontrasepsi kombinasi menyusui
minggu pasca akan mengurangi ASI ● Dapat diberikan
persalinan dan mempengaruhi pada klien dengan
- Sebaiknya tidak tumbuh kembang bayi riwayat
dipakai dalam ● Selama 3 minggu pasca preeklampsia atau
waktu 6 minggu - 6 persalinan kontrasepsi hipertensi dalam
bulan pasca kombinasi kehamilan
persalinan meningkatkan risiko ● Sesudah 3 minggu
● Jika pakai MAL tunda masalah pembekuan pasca persalinan
sampai 6 bulan darah tidak meningkatkan
● Jika tidak ● Jika klien tidak risiko pembekuan
menyusui dapat mendapat haid dan darah
dimulai 3 minggu sudah berhubungan
pasca persalinan seksual, mulailah
kontrasepsi kombinasi
setelah yakin klien
tidak ada kehamilan
● Kontrasepsi Suntik ● Sebelum 6 minggu ● Selama 6 minggu pasca Perdarahan tidak biasa
Progestin (KSP) pasca persalinan, persalinan, progestin dapat terjadi
● Kontrasepsi Pil klien menyusui mempengaruhi tumbuh
Progestin jangan kembang bayi
● Implan menggunakan ● Tidak ada pengaruh
● AKDR LNG kontrasepsi terhadap ASI
progestin
● Jika memakai MAL,
tunda dulu hingga 6
bulan
● Jika tidak menyusui,
dapat segera dimulai
● Jika tidak menyusui,
lebih dari 6 minggu
pasca persalinan atau
sudah dapat haid,
kontrasepsi progestin
dapat dimulai setelah
yakin klien tidak ada
kehamilan
AKDR Copper ● Dapat dipasang ● Tidak ada pengaruh ● Konseling dilakukan
maksimal dalam terhadap ASI sewaktu asuhan
waktu 10 menit ● Efek samping lebih antenatal
setelah plasenta lahir sedikit pada klien yang ● Teknik pemasangan
(AKDR pasca menyusui pasca plasenta dan
plasenta) atau setelah pasca persalinan dini
10 menit sampai 48 berbeda dengan
jam pasca persalinan pemasangan interval
(AKDR pasca ● Pemasangan 4-6
persalinan dini) atau minggu pasca
saat operasi sesar persalinan sama
setelah plasenta lahir dengan interval
(AKDR trans sesaria)
● Jika tidak,
pemasangan harus
ditunda sampai 4
hingga 6 minggu
pasca persalinan
(dianjurkan 6
minggu pasca
persalinan)
● Jika menyusui atau
sudah dapat haid,
insersi dilakukan
setelah yakin klien
tidak hamil
Kondom Dapat digunakan setiap Tidak ada pengaruh Sebaiknya pakai kondom
saat pasca persalinan terhadap ASI atau tumbuh yang diberi pelicin
kembang bayi
Sadar Masa Subur Tidak dianjurkan Tidak ada pengaruh Suhu basal tubuh kurang
sampai siklus haid terhadap ASI atau akurat jika klien sering
kembali teratur tumbuh kembang bayi terbangun malam hari
untuk menyusui
Coitus Interruptus Dapat digunakan setiap Tidak ada pengaruh Beberapa pasangan tidak
saat pasca persalinan terhadap ASI atau sanggup
tumbuh kembang bayi
Tubektomi ● Idealnya dilakukan ● Minilaparotomi pasca ● Perlu anestesi lokal
dalam 48 jam pasca persalinan paling ● Konseling dilakukan
persalinan mudah dilakukan dalam sewaktu asuhan antenatal
● Dapat dilakukan 48 jam pasca persalinan
setelah persalinan ● Tidak ada pengaruh
atau setelah terhadap ASI dan
operasi sesar tumbuh kembang bayi
● Jika tidak dapat
dikerjakan dalam 1
minggu setelah
persalinan, tunda 4-
6 minggu
Vasektomi Dapat dilakukan setiap Tidak segera efektif Metode KB pria
saat karena perlu paling
sedikit 20 kali ejakulasi
(± 3 bulan) sampai
benar-benar steril

Perbandingan Tingkat Ekspulsi pada Pemasangan AKDR Menurut Health


Technology Assessment (HTA) Indonesia Tahun 2009

Waktu Insersi Definisi Tingkat Ekspulsi Observasi


AKDR
Insersi dini pasca Insersi dalam 10 menit 9,5 - 12,5% Ideal: tingkat ekspulsi
plasenta setelah pelepasan plasenta rendah
Insersi segera pasca Lebih dari 10 menit s.d 25 - 37% Masih aman
persalinan 48 jam pasca persalinan
Insersi tunda pasca Lebih dari 48 jam s.d. 4 Tidak Meningkatkan
persalinan minggu pasca persalinan direkomendasikan perforasi dan ekspulsi
Perpanjangan Lebih dari 4 minggu 3 - 13% Aman
interval pasca pasca persalinan
persalinan

Efektivitas insersi dini pasca plasenta:

 Telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan perdarahan


 Kemampuan penloong meletakkan di fundus amat memperkecil risiko ekspulsi
 Kontra indikasi pemasangan AKDR pasca plasenta ialah ketuban pecah sebelum
waktunya, infeksi intrapartum, dan perdarahan post partum.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kontrasepsi pada kondisi khusus digunakan di saat seperti pelayanan KB darurat,
KB pasca keguguran, dan KB pasca persalinan. Kondisi khusus tersebut membutuhkan
penanganan khusus, karena jika tidak segera ditangani bisa berujung pada kehamilan
yang tidak diinginkan (KTD). Selain itu, pelayanan kontrasepsi pada kondisi khusus
bertujuan untuk mencegah dan menangani kekerasan seksual, mencegah penularan
IMS/HIV, dan mencegah peningkatan angka morbiditas dan mortalitas maternal dan
neonatal.
Jenis jenis kontrasepsi pada kondisi khusus yaitu KB darurat, KB pasca keguguran,
dan KB pasca persalinan. Jenis Kontrasepsi yang dapat Digunakan Pasca Keguguran
 Kontrasepsi yang dianjurkan sesudah keguguran trimester I sama dengan yang
dianjurkan pada masa interval.
 Kontrasepsi yang dianjurkan sesudah keguguran trimester II sama dengan yang
dianjurkan pada masa pasca persalinan.
Keuntungan pemasangan AKDR Pasca Persalinan bagi program yaitu:
 Meningkatkan capaian peserta KB baru MKJP
 Menurunkan angka unmet need
 Meningkatkan Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
 Banyak pasangan yang terlindungi dari kemungkinan kehamilan.
Efektivitas insersi dini pasca plasenta:

 Telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan perdarahan


 Kemampuan penloong meletakkan di fundus amat memperkecil risiko ekspulsi
 Kontra indikasi pemasangan AKDR pasca plasenta ialah ketuban pecah
sebelum waktunya, infeksi intrapartum, dan perdarahan post partum.

REFERENSI

1. Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga Berencana, 2021


2. Panduan Global Keluarga Berencana
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2021, tentang
Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,
Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual
4. Panduan Pelayanan KB pada kondisi krisis kesehatan

Anda mungkin juga menyukai