Provinsi Kalimantan Selatan didiami oleh berbagai sukubangsa (Melalatoa, 1995). Salah
satu diantaranya adalah sukubangsa Banjar. Mereka mempercayai bahwa kehidupan manusia
selalu diiringi dengan masa-masa kritis, yaitu suatu masa yang penuh dengan ancaman dan
Masa-masa itu adalah peralihan dari tingkat kehidupan yang satu ke tingkat kehidupan
lainnya (dari manusia masih berupa janin sampai meninggal dunia). Oleh karena masa-masa
tersebut dianggap sebagai masa yang penuh dengan ancaman dan bahaya, maka diperlukan
adanya suatu usaha untuk menetralkannya, sehingga masa-masa tersebut dapat dilalui dengan
selamat. Usaha tersebut diwujudkan dalam bentuk upacara yang kemudian dikenal sebagai
upacara lingkaran hidup individu yang meliputi: kehamilan, kelahiran, khitanan, perkawinan, dan
kematian. Tulisan ini terfokus pada upacara kehamilan, persalinan, dan masa nifas pada
masyarakat Banjar.
1.Masa Kehamilan
Pada masyarakat di Kalimantan tepatnya di Kalimantan Selatan, ada beberapa pantangan yang
satu.
2. Masa Persalinan
pada masyarakat Banjar adalah: upiah pinang (pelepah pinang), kapit (wadah tembikar yang
bentuknya menyerupai pot bunga kecil), sembilu, sarung, kain batik, tepung-tawar, madu, kurma,
garam, kukulih (bubur yang terbuat dari beras ketan), seliter beras, sebiji gula merah, sebiji buah
Upiah pinang digunakan untuk membungkus tembuni (tali pusat). Kapit digunakan
sebagai tempat menyimpan tembuni. Sembilu digunakan untuk memotong tali pusat. Sedangkan,
sarung atau kain batik digunakan untuk membersihkan tubuh bayi ketika tali pusatnya telah
dipotong. Tepung-tawar digunakan untuk menaburi tubuh bayi agar terlepas dari gangguan roh-
roh jahat. Madu, kurma atau garam lebah digunakan untuk mengoles bibir bayi. Dan, seliter
beras, sebiji gula merah, sebiji buah kelapa, rempah-rempah untuk memasak ikan diberikan
2. Jalannya Upacara
a.Persiapan Kelahiran
Ketika umur kehamilan seorang ibu telah mencapai 9 bulan1, maka pihak keluarga harus
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyambut kedatangan "warga baru"
(sang jabang bayi), antara lain selembar upih pinang (pelepah pinang) dan sebuah kapit (wadah
yang terbuat dari tembikar yang bentuknya menyerupai pot bunga kecil). Wadah ini pada saatnya
akan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan tembuni (potongan tali pusat). Selain itu,
pihak keluarga juga mengadakan selamatan dengan membuat kukulih (bubur yang terbuat dari
beras ketan). Bubur tersebut diberi doa, kemudian diputarkan (dikelilingkan) di atas kepala ibu
yang sedang hamil. Setelah itu bubur baru boleh dimakan oleh seluruh keluarga. Tujuannya
b. Kelahiran
Proses kelahiran itu sendiri dibantu oleh dukun beranak. Setelah bayi lahir, tali pusatnya
dipotong dengan sembilu (bilah bambu yang dibuat sedemikian rupa sehingga tajam). Potongan
tali pusat itu kemudian ditaruh (dimasukkan) ke dalam kapit dan diberi sedikit garam. Kemudian,
ditutup dengan daun pisang yang telah diasap (dilembutkan). Selanjutnya diikat dengan bamban,
lalu ditanam di bawah pohon besar atau di bawah bunga-bungaan atau dihanyutkan di sungai
yang deras airnya. Ini ada kaitannya dengan kepercayaan masyarakat Banjar yang menganggap
bahwa jika tali pusat ditanam di bawah pohon yang besar, kelak bayi yang bersangkutan
(diharapkan) akan menjadi "orang besar". Kemudian, jika di bawah bunga-bungaan maka kelak
namanya akan menjadi harum. Dan, jika dihanyutkan ke sungai, maka akan menjadi pelaut.
Selain itu, ada pula yang mengikatkan tembuni pada sebatang pohon. Maksudnya adalah agar
kelak (setelah dewasa) tidak merantau (keluar kampung). Jadi, penanaman tembuni bergantung
pada apa yang diinginkan oleh orang tua terhadap bayinya dikemudian hari. Sebagai catatan,
tidak seluruh tali pusat yang diputus akan ditanam, dihanyutkan atau diikat pada sebatang pohon
besar, melainkan (sisanya) ada yang disimpan baik-baik untuk dihimpun menjadi satu bersama
tali pusat saudara-saudaranya yang lain. Maksudnya adalah agar kelak (setelah dewasa) tidak
saling bertengkar. Dengan perkataan lain, agar sebagai saudara selalu hidup rukun dan damai.
Setelah pemotongan pusat, maka bayi dibersihkan dengan beberapa lapis sarung atau kain
batik, lalu diletakkan di atas talam yang didasari oleh sarung atau kain batik pula. Selanjutnya,
bayi tersebut, oleh ayahnya, diadzankan dan diqomatkan. Maksudnya agar suara yang pertama
kali didengar adalah kalimat Allah. Dengan demikian, kelak bayi tersebut akan menjadi orang
yang taqwa (menjalani ajaran-ajaran agama Islam dan menjauhi larangan-laranganNya). Setelah
itu, bibir bayi diolesi dengan gula atau kurma dan garam. Maksudnya adalah agar kelak Sang
jabang bayi dapat bermulut manis dan bertutur kata manis (semua kata-katanya diperhatikan dan
diikuti orang).
c. Sesudah Kelahiran
Setelah bayi diadzankan, diqomatkan, dan bibirnya diolesi gula atau kurma, ada satu
upacara lagi yang disebut bapalas-bidan. Sesuai dengan namanya, maka yang berperan dan
sekaligus memimpin upacara ini adalah dukun beranak atau bidan. Dalam hal ini dukun beranak
mengucapkan berbagai mantera dan menepung-tawari sang bayi. Maksudnya adalah agar Sang
jabang bayi selalu didampingi oleh saudaranya yang empat1 dan terhindar dari gangguan-
gangguan roh halus. Selain itu, juga agar ibunya selamat dan sejahtera. Upacara diakhiri dengan
makan bersama. Sedangkan, sebagai ungkapan terima kasih keluarga kepada sang dukun
beranak, ia diberi sasarah berupa: seliter beras, sebiji gula merah, sebiji kelapa, dan rempah-
(pemberian nama), dengan susunan acara sebagai berikut: pembacaan Ayat-ayat Suci Al Quran
(Surat Ali Imran), pemberian nama oleh mualim atau penghulu, dan barjanji. Sebagai catatan,
dalam barjanji itu, ketika dibaca kalimat asyrakal semua hadirin berdiri, kemudian bayi
dikelilingkan. Mereka, termasuk mualim atau penghulu, diminta untuk menepung-tawari si bayi
dengan baburih-likat. Dengan berakhirnya upacara tasmiah ini, maka berakhirlah rangkaian
3. Nilai Budaya
Upacara kelahiran adalah salah satu upacara di lingkaran hidup individu. Upacara
kelahiran yang dilakukan oleh masyarakat Banjar yang berada di Kalimantan Selatan, Indonesia
ini, jika dicermati secara saksama, maka di dalamnya mengandung nilai-nilai yang dapat
dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bersama. Nilai-nilai itu antara lain: ketaqwaan,
Nilai ketaqwaan tercermin dalam perbuatan ayah sang jabang bayi ketika bayi telah
dipotong tali pusatnya, kemudian dimandikan (dibersihkan), lalu diletakkan di atas talam. Pada
tahap ini sang ayah mengucapkan azdan dan qomat. Pengucapan tersebut dimaksudkan agar
suara yang pertama kali didengar oleh bayi adalah kalimat Allah, sehingga diharapkan kelak
akan menjadi seorang muslim yang taat terhadap agama-nya (menjalani ajaran-ajaran agama
Nilai kesopan-santunan dan kewibawaan tercermin pada pemolesan gula atau kurma dan
garam pada bibir bayi, dengan maksud agar kelak sang jabang bayi dapat bermulut manis dan
tali pusat disimpan baik-baik untuk dihimpun menjadi satu dengan tali pusat saudara-saudaranya.
Maksudnya adalah agar kelak (setelah dewasa) tidak bertengkar, selalu hidup rukun dan damai.
(ali gufron)
3. Masa Nifas
1. Macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas pada masyarakat kota :
a. Pada masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun
lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.
Adapun dampak negative akan dilarangnya mengkonsumsi telur, daging, udang, ikan laut
keong, daun lembayung, buah pare, nanas, gula merah dan makanan yang berminyak adalah
dapat merugikan karena pada masa nifas ibu membutuhkan makanan yang bergizi seimbang
agar ibu dan bayi menjadi sehat dan dampak positif dari larangan ini tidak ada.
Ibu hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam atau biasa disebut dengan ngayep,
dilarang banyak makan dan minum, dan makanan harus disangan / dibakar sebelum dikonsumsi.
Adapun dampak negative pada ibu apabila setelah melahirkan atau di operasi hanya dapat
mengkonsumsi tahu dan tempe tanpa garam dan makanan harus dibakar sebelum di konsumsi
adalah dapat merugikan karena dapat menghambat penyembuhan luka karena pada dasarnya
makanan yang sehat akan mempercepat penyembuhan luka dan dampak positif dari larangan ini
tidak ada.
Adapun dampak negative dari dilarangnya seorang ibu tidur siang, ibu menjadi kurang
istirahat sedangkan pada masa ini seorang ibu harus cukup istirahat dan mengurangi kerja berat
karena tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi dan dampak akan
d. Pada masa nifas dan saat menyusui, ibu harus puasa, tidak makan makanan yang padat
Dampak positif : Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib dapat
Dampak negative : ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadii berkurang
Dampak negative : Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberian
imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu
f. Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis / lerongan dan tapel.
Dampak positif : jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadii lancar
Dampak negative : pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak kandungan. Pilis
dan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi.
g. Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan asam
Dampak negative : karena abu, garam dan asam tidak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh
Dampak positif : dari sisi medis, sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai
melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir
maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula.
Contohnya infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi libido yang mungkin memang belum
muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun
Aspek social budaya pada masa nifas pada daerah yang lain :
4. Pakai lulur param kocok seluruh badan, biar capek pada badannya cpat ilang.
6. Tiap pagi harus mandi keramas, biar badannya cepat segar dan peredaran darah lancar.
7. Kalau tidur/duduk kaki harus lurus. Tidak boleh di tekuk/posisi miring, hal itu dapat
mempengaruhi posisi tulang, cos tulang bufas seperti bayi baru melahirkan/mudah terkena
Varises.
8. Harus banyak makanan yang bergizi atau yang mengandung sayur-sayuran.