Anda di halaman 1dari 107

MAKALAH

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Keterampilan Dasar klinik

DI SUSUN OLEH :

1. Yeni sapitri (4501.0319.A.006 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
CIREBON
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA” dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak M. Firman Ismana, MM selaku ketua STIKes CIREBON.


2. Ibu Ika Choirin Nisa, SST, M.Kes selaku ka prodi DIII kebidanan.
3. Ibu Yosi yusrotul khasanah SST, M.Kes selaku dosen mata kuliah Keterampilan
Dasar Klinik.
4. Teman-teman mahasiswa satu kelompok yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima aegala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Cirebon,  maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................................................ 1

1.2.1 Tujuan Umum ........................................................................................................... 2

1.2.2 Tujuan Khusus .......................................................................................................... 2

BAB 2 KERANGKA TEORI............................................................................................................ 3

2.1 Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia ............................................................................... 3

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia........................................ 7

BAB 3 PEMBAHASAN.................................................................................................................... 8

3.1 Pemenuhan O2 .................................................................................................................... 8

3.2 Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit..................................................................... 8

3.3 Pemasang Infus dan Transfusi............................................................................................ 8

3.4 Pemenuhan Nutrisi.............................................................................................................. 8

3.5 Pemasangan Sonde Dewasa................................................................................................ 8

3.6 Pemenuhan Eliminasi.......................................................................................................... 9

3.7 Pemenuhan Kebutuhan Istirahat, Tidur dan Aktivitas........................................................ 9

3.8 Pemenuhan Kebutuhan Personal Higiene........................................................................... 9

3.9 Keseimbangan Suhu Tubuh................................................................................................ 9

3.10 Pemenuhan Menjelang Ajal..............................................................................................11

3.11 Sex Pemenuhan Kebutuhan Spiritual................................................................................13

3.12 Kematian dan Berduka......................................................................................................14


3.13 Pemenuhan Keselamatan Aman dan Nyaman..................................................................16

3.14 Pemenuhan Rasa Cinta Memiliki dan Dimiliki................................................................16

3.15 Pemenuhan Harga Diri dan Konsep Diri..........................................................................16

3.16 Pemenuhan Aktualisasi Diri.............................................................................................20

BAB 4 PENUTUP ............................................................................................................................26

4.1 Kesimpulan ........................................................................................................................26

4.2 Saran ..................................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manusia merupakan makhuk hidup yang terdapat di bumi yang memiliki
kelebihan paling sempurna baik dari struktur fisik dan keistimewaan akal untuk
mengkatualisasikan diri yang dimiliki oleh makhluk lainnya. Secara ilmiah, manusia
memiliki kodrat yang hakiki dalam dirinya sejak dia di lahirkan dan membawa potensi-
potensi (sifat dan bakat) yang bersifat genetic. Pada dasarnya, untuk menjalani
kehidupannya, manusia sebagai makhluk yang bernyawa dan hidup berdampingan dengan
makhluk hidup lainnya, tentu memiliki kebutuhan-kebutuhan wajib dan mendasar yang
mesti terpenuhi dan tidak bisa dihindarkan. Kebutuhan-kebutuhan itu beragam, mulai dari
kebutuhan yang iperlukan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis (fisik) seperti makan dan
minum maupun yang berkaitan dengan kepribadian seperti keamanan,kasih saying, harga
diri, kesuksesan dan lain sebagainya.
Hakikatnya dalam kondisi normal, kebutuhan-kebutuhan manusia bersifat sama
meskipun setiap pribadinya memiliki perbedaan dari segi fisik, sikap dan perilaku.
Namun, pada kondisi tertentu apabila ada suatu kebutuhan tidak terpenuhi akan
berdampak pada perubahan sikap dan perilaku pada pribadi seseorang. Fakta itu
mengindikasikan bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu yang tidak bisa
di rekayasa atau dipaksakan apabila itu bertentangan dengan dirinya. Hal itu menunjukan
bahwa kebutuhan mempunyai peran dan pengaruh penting dalam menentukan tingkah
laku manusia. Manusia akan mendapat beban, merasa memiliki kekurangan dan tidak
nyaman apabila kebutuhannya tidak terpenuhi.
Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia (KDM) yang dapat digunakan
untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan
perawatan. Beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih mendasar dari pada kebutuhan
lainnya. Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia tersebut dapat digunakan
untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia dalam pengaplikasikan di
dunia kesehatan. Walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang
unik, setiap

1
orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang
terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat sakit.

1.2 Tujuan  Pembahasan


1.2.1 Tujuan umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Klinik Dalam Kebidanan.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian kebutuhan dasar manusia.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia .
3. Untuk mengetahui pemenuhan O2.
4. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.
5. Untuk mengetahui pemasang infus dan transfusi.
6. Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
7. Untuk mengetahui pemasangan sonde dewasa.
8. Untuk mengetahui pemenuhan eliminasi.
9. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan istirahat,tidur dan aktifitas.
10. Untuk mengetahui kebutuhan personal hygiene.
11. Untuk mengetahui keseimbangan suhu tubuh.
12. Untuk mengetahui pemenuhan menjelang ajal.
13. Untuk mengetahui sex pemenuhan kebutuhan spiritual.
14. Untuk mengetahui kematian dan berduka.
15. Untuk mengetahui pemenuhan keselamatan aman dan nyaman.
16. Untuk mengetahui rasa cinta memiliki dan dimiliki.
17. Untuk mengetahui harga diri dan konsep diri.
18. Untuk mengetahui aktualisasi diri.

2
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia


Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan cinta
yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan.
Berikut ini beberapa model-model kebutuhan dasar manusia (KDM) :
a. Abraham Maslow
Kebutuhnan fisiologis, merupakan kebutuhan paling dasar dan memiliki
prioritas tertinggi dalam kebutuhan maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal
yang mutlak harus terpenuhi oleh manusia untuk bertahan hidup. Kategori kebutuhan
dasar, yakni sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki
maslow. Seorang yang beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum
akan melakkan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya
terlebih dahulu. Misalnya, seorang yang kekurangan makanan, keselamatan,
dan cinta biasanya akan mencari makanan terlebih dahulu daripada cinta.
2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman.
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah
keselamatan dan rasa aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun
psikologis. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara
dingin, panas, kecelakaan dan infeksi, bebas dari rasa takut dan cemas serta
bebas dari ancaman keselamatan dan psikologi pada pengalaman yang baru
atau tidak dikenal.
3. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki.
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan
dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan,
persahabatan, serta mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok
dan lingkungan sosialnya.
4. Kebutuhan Harga Diri.
Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain,
kompeten, serta penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
3
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri.
Kebutuhan ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal diri dengan
baik (mengenal dan memahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan
sendiri – sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif,
serta mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya.
Untuk beralih ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, kebutuhan dasar
di bawahnya harus terpenuhi dulu.Artinya, terdapat sesuatu jenjang kebutuhan
yang “lebih penting” yang harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lain
dipenuhi. Sebagai contoh, jika kebutuhan fisiologis seseorang seperti makan,
cairan, istirahat dan lain sebagainya belum terpenuhi, tidak mungkin baginya
untuk memenuhi kebutuhan harga diri atau aktualisasi diri dengan
mengabaikan kebutuhan yang pertama.
Untuk lebih jelas dapat dilihat di bagan berikut:

b. Imogine King
King berpendapat bahwa manusia merupakan individu reaktif yang dapat
bereaksi terhadap situasi orang dan objek tertentu. Beliau juga mengatakan bahwa
manusia sebagai makhluk yang berorientasi pada waktu, dia tidak terlepas dari tiga
kejadian dalam hidupnya, yaitu masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersama orang lain dan selalu berinteraksi
satu sama lain. Sesuai dengan hal tersebut, king membagi kebutuhan manusia
menjadi:
4
1. Kebutuhan akan informasi kesehatan.
2. Kebutuhan akan pencegahan penyakit.
3. Kebutuhan akan perawatan jika sakit.

c. Martha E. Rogers
Beliau berpendapat bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh serta
memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungan dan saling mempengarungi satu dengan yang lainnya. Dalam proses
kehidupnnya, manusia di ciptakan dengan karakteristik dan keunikannya masing-
masing. Dengan kata
lain, setiap individu tidak ada yang sama satu sama yang lainnya, walaupun mereka
dilahirkan kembar. Konsep Martha E. rogers ini di kenal dengan manusia sebagai
unit.

d. Johnson
Johnson mengungkapkan pandangannya dengan menggunakaan pendekatan
sistem perilaku. Dalam pendekatan ini, individu dipandang sebagai sistem perilau
yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik dalam lingkungan
internal maupun eksternal. Individu juga memiliki keinginan untuk mengatur dan
menyesuaikan dirinya terhadap pengaruh yang terjadi kerena hal tersebut.

e. virginia Henderson
Ibu Virginia Henderson (dalam Potter dan Perry, 1997) membagi kebutuhan
dasar manusia ke dalam 14 komponen berikut yaitu :
1. Bernapas secara normal
2. Makan dan minum yang cukup
3. Eliminasi (buang air besar dan kecil)
4. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan
5. Tidur dan istirahat
6. Memilih pakaian yang tepat
7. Mempertahankan susu tubuh dalam kisaran normal dengan menyesuaikan
pakaian yang dikenakan dan modifikasi lingkungan
8. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
5
9. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari yang membahayakan
orang lain
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan,
kekhawatiran dan opini
11. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
12. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup
13. Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14. Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada
perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan
yang tersedia.

f. Jean Watson
Jean Watson (dalam B. Taleuto, 1995) membagi kebutuhan dasar manusia ke
dalam dua peringkat utama yaitu :
1. kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs).
2. kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs).
Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu
upaya kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebutuhan dipandang
dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain, dan semuanya dianggap penting.
g. Sister Calista Roy
Bahwa manusia sebagai individu dapat meningkatkan kesehatannya dengan
mempertahankan perilaku yang adaptif dan mengubah perilaku mal adaptif. Sebagai
makhluk biopsikososial, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk
mencapai suatu posisi seimbang/homeostasis, manusia harus bisa beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi. Adaptasi tersebut dilakukan dengan beberapa rangsangan,
yaitu:
1) Rangsangan fokal
2) Konstektual
3) residual
Dalam proses penyesuaian diri, individu harus meningkatkanenerginya agar
mampu mencapai tujuan berupa kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi serta
keunggulan. Dengan demikian individu selalu mempunyai tujuan untuk respons
adaptif. Bila disingkat pendapat Roy, dikatakan bahwa individu sebagai makhluk
6
biopsikososio-spiritual merupakan satu kesatuan yang utuh, memiliki mekanisme
koping untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi melalui interaksi
yang dilakukan terhadap perubahan lingkungan tersebut.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia


1. Penyakit
Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan
kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ
tubuh memerlukan pemenuhan besar dari biasanya.
2. Hubungan keluarga
Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan
dasar karena adanya saling percaya merasakan kesenangan hidup tidak ada rasa
curiga
3. Konsep Diri
Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Konsep diri yang positif akan memberikan makna dan keutuhan bagi seseorang.
Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali
kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi
kebutuhannya.
4. Tahap Perkembangan
Sejalan dengan meningkatnya umur, manusia mengalami perkembangan dan
pada setiap tahap perkembangan tersebut memilikikebutuhan yang berbeda, baik
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pemenuhan O2
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara
fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh.Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari
terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-
biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada
kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.
A. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi :
1. Saluran pernapasan bagian atas:
a. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung.
b. esophagus.
c. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat
proses menutup.
2. Saluran pernapasan bagian bawah:
a. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebrae torakalis kelima.
b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi
bronchus kanan dan kiri.
c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen
dengan karbondioksida.
e. Paru-Paru (Pulmo), Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan.
B. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh
memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen
dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian
menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat.
Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi
dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan
oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian
tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana
oksigen juga turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada tempat yang
tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut, maka
tekanan oksigen alveoli berkurang. Ini menindikasikan kandungan oksigen dalam
paru-paru sedikit. Dengan demikian, pada tempat yang tinggi kandungan
oksigennya berkurang. Semakin tinggi suatu tempat maka makin sedikit
kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang berada pada tempat yang tinggi
akan mengalami kekurangan oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara
yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara, konsentrasi
oksigennya rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh
tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh terhadap lingkungan polusi udara
diantaranya mata perih, sakit kepala, pusing, batuk dan merasa tercekik.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung
dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang
sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh
darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah koroner.
Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara
adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun
penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh.

C. Metode pemenuhan kebutuhan oksigen


1. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam
paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui
kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2. Nasal kateter, kanula, atau masker
3. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Cek flowmeter dan humidifier
4. Hidupkan tabung oksigen
5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan
kondisI pasien.
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga,
setelah itu berikan lubrikan dan masukkan.
8. Catat pemberian dan lakukan observasi.
9. Cuci tangan

2. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang
terdiri atas perkusi, vibrasi dan postural drainage.
a. Perkusi
Disebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuat-
kuatnya, pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti
mangkuk.Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang
melekat pada dinding bronkhus.
Prosedur:
1. Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian
untuk mengurangi ketidaknyamanan.
2. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi
3. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
4. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah
cedera seperti : mammae, sternum dan ginjal.
b. Vibrasi
Getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang
diletakkan datar pada dinding dada klien.Tujuannya, vibrasi digunakan
setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan
melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan
perkusi,
Prosedur:
1. Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area
dada yang akan di drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan
jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara yang lain: tangan bisa
diletakkan secara bersebelahan.
2. Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan
menghembuskan napas secara lambat lewat mulut atau pursed lips.
3. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan
gunakan hampir semua tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh
bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan inspirasi.
4. Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke
dalam tempat sputum.
c. Postural drainage
Merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu
yang terbaik utnuk melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi
dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural drainage harus
lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya menjadi
kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:
a. Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi
b. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
c. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum
melakukan postural drainage
d. Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu
mengencerkan lendir.
Peralatan:
a. Bantal
b. Papan pengatur posisi
c. Tisu wajah
d. Segelas air
e. Sputum pol
Prosedur:
1. cuci tangan
2. pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan
pengkajian semua area paru, data klinis dan chest X-ray.
3. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
4. Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
5. Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi
dan vibrasi dada diatas area yang di drainage
6. Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk.
Bila tidak bisa batuk, lakukan suction. Tampung sputum di sputum
spot.
7. Minta klien istirahat sebentar bila perlu
8. Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
9. Anjurkan klien minum sedikit air.
10. Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
11. Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
12. Cuci tangan
13. Dokumentasikan
3. Napas dalam dan batuk efektif
a. Napas dalam
Yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari atas pernapasan abdominal
(diafragma) dan purse lips breathing.
Prosedur:
1. Atur posisi yang nyaman
2. Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
3. Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga
4. Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung
samapi 3 selama inspirasi
5. Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips braething)
secara perlahan-lahan
b. Batuk efektif
Yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
Prosedur:
1. Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik
2. Batukkan 2 kali. Pada saat batuk tekan dada dengan bantal. Tampung
sekret pada sputum pot.
3. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat
menyebabkan fatigue dan hipoksia.

4. Suctioning (pengisapan lendir)


Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien
yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri.
Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan
memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
2. Kateter pengisap lendir
3. Pinset steril
4. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
5. Kasa steril
6. Kertas tisu
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
4. Gunakan sarung tangan
5. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
6. Hidupkan mesin penghisap
7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke
dalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma
mukosa.
8. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
9. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
10. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
11. Lakukan hingga lendir bersih
12. Catat respon yang terjadi
13. Cuci tangan

D Gangguan Oksigenasi
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya
gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologis dari
organ-organ respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat disebabkan
adanya gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler.
Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh peradangan,
obstruksi, trauma, kanker, degeneratif dan lain-lain. Gangguan tersebut akan
menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara
garis besar, gangguan-gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu
gangguan irama/frekuensi pernapasan, insufisiensi pernapasan dan hipoksia.
a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan
1. Gangguan irama pernapasan antara lain:
a) Pernapasan ‘Cheyne-stokes’ yaitu siklus pernapasan yang amplitudonya
mula-mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan berhenti. Lalu
pernapasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernapasan ini
biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan
intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis pernapasan
ini terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki di
atas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan ‘Biot’ yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan
Cheyne-stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan
pernapasan ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
c) Pernapasan ‘Kussmaul’ yaitu pernapasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis
pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asiidosis metabolik
dan gagal ginjal.
2. Gangguan frekuensi pernapasan
a) Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya meningkat
di atas frekuensi pernapasa normal.
b) Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana ferkuensi pernapasan yang
jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernapasan normal.

b. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama
yaitu:
1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomielitis, transeksi servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC dan
lain-lain.
2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru:
a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang, misalnya
kerusakan jaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membran pernapasan, misalnya pada
edema paru, pneumonia, dan lain-lain.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal
dalam beberapa bagian paru, misalnya pada trombosis paru.
3. Kondisi paru yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru-paru ke jaringan yaitu:
a) Anemia dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin yang tersedia untuk
transpor oksigen.
b) Keracunan karbondioksida dimana sebagian besar hemoglobin menjadi tidak
dapat mengankut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh karena curah
jantung yang rendah.

c. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih tepat
daripada anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam
jaringan. Hipoksia dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu hipoksemia,
hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia dan hipoksia histotoksik.
1. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di darah arteri. Terbagi atas dua jenis
yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonik (anoksia
anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen arteri rendah
karena karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia
isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat
hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada kondisi anemia, keracunan
karbondioksida.
2. Hipoksia Hipokinetik (stagnat anoksia/anoksia bendunagn)
Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya bendunagn
atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi kedalam dua jenis yaitu hipoksia
hipokinetik ischemic dan hipoksia hipokinetik kongestif. Hipoksia hipokinetik
ischemic terjadi dimana kekurangan oksigen pada jaringan disebabkan karena
kuarngnya suplai darah ke jaringan tersebut akibat penyempitan arteri. Hipoksia
hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan darah secara berlebihanatau
abnormal baik lokal maupun umum yang mengakibatkan suplai oksigen ke
jaringan terganggu, sehingga jarinagn kekurangan oksigen.
3. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang
berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaannya.
4. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh
racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena
dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena meningkat).

3.2 Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari
air tubuh total dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan-cairan elektrolit tubuh dibagi dalam dua
kelompok :
1. Cairan Intraseluler (CIS), yaitu cairan yang berada didalam sel seluruh tubuh.
2. Cairan Ekstraseluler (CES), yaitu cairan yang berada diluar sel.

A. Jenis dan jumlah cairan tubuh :


1. Cairan tubuh : 60%
2. Cairan intraseluler : 40%
3. Cairan ekstraseluler : 20%
4. Cairan intertisial : 15%
5. Plasma darah : 5%

B. Fungsi cairan tubuh :


1. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel
2. Mengeluarkan Buangan-buangan sel
3. Membentuk dalam metabolism sel
4. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
5. Membantu memelihara suhu tubuh
6. Membantu pencernaan
7. Mempermudah eliminasi
8. Mengangkut zat-zat seperti (hormone,enzim,SDP,SDM)
C. Komposisi cairan tubuh :
1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh mmanusia. Rata-rata pria dewasa
hamper 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55%
air dari berat badannya.
2. Solute (terlarut)
Cairan tubuh mengandung dua jenis substtrat terlarut (zat terlarutt0 elektrolit
dan non elektrolit.
a. Elektrolit
Substansi yang berdiasosiasi (terpisah0 didalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdiasosiai menjadi ion positif dan
negatif. Kation yaitu ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan.
Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na) sedangkan kation intraseluler
utama adalah kalium (K). Anion adalah ion-ion yang membentuk muatan
negative dalam larutan. Anion ekstraseluler utama adlah klorida (CI),
sedangkan anion intraseluler utama adalah ion fosfat (PO43).
b. Non elektrolit
Subtansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam
larutan. Larutan non elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup
kreatinin dan bilirubun.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit


1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Sel-sell lemak
4. Stress
5. Sakit
6. Temperature lingkungan
7. Diet

E. Jenis-jenis cairan infus


1. Cairan hipotonik
Cairan hipotonik yaitu osmolaritasnya lebih sedang dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendanh dibandingan serum). Cairan ini digunakan pada
keadaan sel mengalami dehidrasi misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam
terapi diuretic, juga pada pasien hiperglukemia (pada gula darah tinggi) dengan
ketoaksidosis diabetic.
2. Isotonic
Cairan isotonic adalah osmoaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati
serum (bagian cair dari komponen darah) sehingga terus berada dipembuluh darah.
Bermanfaat bagi pasien yang mengalami hipervolemi (kekurangan cairan tubuh
sehingga tekanan darah teru menerus menurun). Memiliki resiko overload
contohnya RL dan NaCL 0.9%.
3. Cairan hipertonik
Cairan hipertonik adalah osmolaritasnya lebih tinggi dibandingan serum
sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel kedalam pembuluh
darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
menguru edema (bengkak).

F. Tindakan untuk mengatasi maslah atau gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Pemberian cairan melalui per-oral atau intravena (infus)
Tindakan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan melalui
intravena (infus). Pemberian infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami
pengeluaran cairan atau nutrsis yang berat. Tindakan ini memerlukan kesterilan
mengikat langsung berhubungan dengan pembuluh darah.
Pemberian melalui infus dengan memasukkan kedalam vena (pembuluh darah
pasien) diantara vena lengan (vena cefalisa basilica dan mediana cubitti) atau vena
yang ada dikepala seperti vena temporalis frontalis (khusunya untuk anak-anak).
Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan juga dapat
dilakukan pada pasien schok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum
transfuse darah atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.

3.3 Pemasang Infus dan Transfusi


A. Pemasangan Infus
Infus adalah Tindakan yang dilakukan dengan cara
memasukan cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi pareteral
kedalam tubuh melalui intravena, manfaatnya Adalah dapat
menggantikan cairan elektrolit cairan tubuh yang hilang dan
menyalurkan obat kedalam Tubuh.
1. Pengertian Pemasangan Infus
Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan
untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien (Darmawan,
2008).
Sementara itu menurut Lukman (2007), terapi intravena adalah
memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk
dilewati cairan infus / pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau
obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu.

2. Tujuan Pemasangan Infus


Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah
mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan
melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit,
memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah,
menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu
pemberian nutrisi parenteral.

3. Indikasi Pemasangan Infus


Secara garis besar, indikasi pemasangan infus terdiri dari 4 situasi
yaitu ; Kebutuhan pemberian obat intravena, hidrasi intravena, transfusi darah
atau komponen darah dan situasi lain di mana akses langsung ke aliran darah
diperlukan. Sebagai contoh :
1. Kondisi emergency (misalnya ketika tindakan RJP), yg memungkinkan
untuk pemberian obat secara langsung ke dalam pembuluh darah Intra
Vena
2. Untuk dapat memberikan respon yg cepat terhadap pemberian obat (seperti
furosemid, digoxin)
3. Pasien yg mendapat terapi obat dalam jumlah dosis besar secara terus-
menerus melalui pembuluh darah Intra vena
4. Pasien yg membutuhkan pencegahan gangguan cairan & elektrolit
5. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi
kepentingan dgn injeksi intramuskuler.
6. Pasien yg mendapatkan tranfusi darah
7. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (contohnya
pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena
untuk persiapan seandainya berlangsung syok, juga untuk memudahkan
pemberian obat)
8. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yg tidak stabil, contohnya syok
(meneror nyawa) & risiko dehidrasi (kekurangan cairan) , sebelum pembuluh
darah kolaps (tak teraba), maka tak mampu dipasang pemasangan infus.

4. Kontraindikasi Pemasangan Infus


Kontraindikasi relatif pada pemasangan infus, karena ada berbagai
situasi dan keadaan yang mempengaruhinya. Namun secara umum, pemasangan
infus tidak boleh dilakukan jika ;

1. Terdapat inflamasi (bengkak, nyeri, demam), flebitis, sklerosis vena, luka


bakar dan infeksi di area yang hendak di pasang infus.
2. Pemasangan infus di daaerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal,
terutama pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit ginjal karena lokasi
ini dapat digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
tindakan hemodialisis (cuci darah).
3. Obat-obatan yg berpotensi iritan pada pembuluh vena kecil yg aliran
darahnya lambat (contohnya pembuluh vena di tungkai & kaki).

5. Keuntungan dan Kerugian Pemasangan Infus


Menurut Perry dan Potter (2005), keuntungan dan kerugian terapi
intravena adalah :
1. Keuntungan Pemasangan Infus
Keuntungan terapi intravena antara lain : Efek terapeutik segera dapat
tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat,
absorbsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat
diandalkan, kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik
dapat dipertahankan maupun dimodifikasi, rasa sakit dan iritasi obat-obat
tertentu jika diberikan intramuskular atau subkutan dapat dihindari, sesuai
untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang
besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis.
2. Kerugian Pemasangan Infus
Kerugian terapi intravena adalah : tidak bisa dilakukan “drug recall”
dan mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas
tinggi, kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock”
dan komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba melalui
titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis
kimia, dan inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

6. Lokasi Pemasangan Infus


Menurut Perry dan Potter (2005), tempat atau lokasi vena perifer yang
sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau perifer
kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses paling mudah
untuk terapi intravena.
Daerah tempat infus yang memungkinkan adalah permukaan dorsal
tangan (vena supervisial dorsalis, vena basalika, vena sefalika), lengan bagian
dalam (vena basalika, vena sefalika, vena kubital median, vena median lengan
bawah, dan vena radialis), permukaan dorsal (vena safena magna, ramus
dorsalis)
Menurut Dougherty, dkk, (2010), Pemilihan lokasi
pemasangan terapi intravana mempertimbangkan beberapa
faktor yaitu:
1. Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi
adalah sangat penting dan mempengaruhi berapa lama
intravena terakhir
2. Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus
menerima jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa
prosedur seperti pembedahan, pilih sisi yang tidak
terpengaruh oleh apapun
3. Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak,
perubahan tingkat kesadaran
4. Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan
diberikan sering memaksa tempat-tempat yang optimum
(misalnya hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi vena-
vena perifer)
5. Durasi terapi intravena: terapi jangka panjang memerlukan
pengukuran untuk memelihara vena; pilih vena yang
akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-hati, rotasi sisi
pungsi dari distal ke proksimal (misalnya mulai di tangan
dan pindah ke lengan)
6. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang
ada, pemilihan sisi dan rotasi yang berhati-hati menjadi
sangat penting ; jika sedikit vena pengganti
7. Terapi intravena sebelumnya : flebitis sebelumnya
membuat vena menjadi tidak baik untuk di gunakan,
kemoterapi sering membuat vena menjadi buruk (misalnya
mudah pecah atau sklerosis)
8. Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas
yang terkena pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah
di angkat (misalnya pasien mastektomi) tanpa izin dari
dokter
9. Sakit sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang sakit
pada pasien dengan stroke
10. Kesukaan pasien : jika mungkin, pertimbangkan
kesukaan alami pasien untuk sebelah kiri atau kanan dan
juga sisi.

7. Jenis Cairan Pemasangan Infus


Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter,
(2005) cairan intravena (infus) dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Cairan bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat kepekatan)


cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen
darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh
darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan
darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit
gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya
adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
2. Cairan bersifat hipotonis : osmolaritasnya lebih rendah
dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari
dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya
(prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke
osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis)
dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia
(kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan
tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan
tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
3. Cairan bersifat hipertonis : osmolaritasnya lebih tinggi
dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan
elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh
darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema
(bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan
hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik,
Dextrose 5%+Ringer-Lactate.

8. Alat dan Bahan Pemasangan Infus


Sebelum melaksanakan pemasangan infus, berikut
adalah alat dan bahan yang harus dipersiapkan ketika
hendak melakukan tindakan pemasangan infus. Pastikan
bahwa ke 12 alat dan bahan ini sudah tersedia.
1. Standar infus
2. Cairan infus sesuai kebutuhan
3. IV Catheter / Wings Needle/ Abocath sesuai kebutuhan
4. Perlak
5. Tourniquet
6. Plester
7. Guntung
8. Bengkok
9. Sarung tangan bersih
10. Kassa steril
11. Kapal alkohol / Alkohol swab
12. Betadine

9. SOP Pemasangan Infus


Standar Operasional Prosedur (SOP) memasang selang
infus yang digunakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
3. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang
akan dirasakan selama pemasangan infus
4. Atur posisi pasien / berbaring
5. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan
selang infus dan gantungkan pada standar infus
6. Menentukan area vena yang akan ditusuk
7. Pasang alas
8. Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang
akan ditusuk
9. Pakai sarung tangan
10. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-
10 cm
11. Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap
ke jantung
12. Pastikan jarum IV masuk ke vena
13. Sambungkan jarum IV dengan selang infus
14. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
15. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester
16. Atur tetesan infus sesuai program medis
17. Lepas sarung tangan
18. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama
pelaksana, tanggal dan jam pelaksanaan
19. Bereskan alat
20. Cuci tangan
21. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada
dokumentasi keperawatan

10. Komplikasi Pemasangan Infus


Terapi intravena diberikan secara terus-menerus dan
dalam jangka waktu yang lama tentunya akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi.
Komplikasi dari pemasangan infus yaitu flebitis,
hematoma, infiltrasi, tromboflebitis, emboli udara (Hinlay,
2006).
1. Phlebitis
Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia
maupun mekanik. Kondisi ini dikarakteristikkan dengan
adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar
daerah insersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri
atau rasa lunak pada area insersi atau sepanjang vena,
dan pembengkakan.
2. Infiltrasi
Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang
subkutan di sekeliling tempat pungsi vena. Infiltrasi
ditunjukkan dengan adanya pembengkakan (akibat
peningkatan cairan di jaringan), palor (disebabkan oleh
sirkulasi yang menurun) di sekitar area insersi,
ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan aliran
secara nyata. Infiltrasi mudah dikenali jika tempat
penusukan lebih besar daripada tempat yang sama di
ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara yang lebih
dipercaya untuk memastikan infiltrasi adalah dengan
memasang torniket di atas atau di daerah proksimal dari
tempat pemasangan infus dan mengencangkan torniket
tersebut secukupnya untuk menghentikan aliran vena.
Jika infus tetap menetes meskipun ada obstruksi vena,
berarti terjadi infiltrasi.
3. Iritasi vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus,


kemerahan pada kulit di atas area insersi. Iritasi vena
bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH rendah
atau osmolaritas yang tinggi (misal: phenytoin,
vancomycin, eritromycin, dan nafcillin).
4. Hematoma
Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah
ke jaringan di sekitar area insersi. Hal ini disebabkan
oleh pecahnya dinding vena yang berlawanan selama
penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang
tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan
setelah jarum atau kateter dilepaskan. Tanda dan
gejala hematoma yaitu ekimosis, pembengkakan
segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah
pada tempat penusukan.
5. Trombophlebitis
Trombophlebitis menggambarkan adanya bekuan
ditambah peradangan dalam vena. Karakteristik
tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi,
kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar
area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi
ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman dan
pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat,
demam, malaise, dan leukositosis.
6. Trombosis
Trombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan,
bengkak pada vena, dan aliran infus berhenti.
Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding
vena, pelekatan platelet.
7. Occlusion
Occlusion ditandai dengan tidak adanya
penambahan aliran ketika botol dinaikkan, aliran balik
darah di selang infus, dan tidak nyaman pada area
pemasangan/insersi. Occlusion disebabkan oleh
gangguan aliran IV, aliran balik darah ketika pasien
berjalan, dan selang diklem terlalu lama.
8. Spasme vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena,
kulit pucat di sekitar vena, aliran berhenti meskipun
klem sudah dibuka maksimal. Spasme vena bisa
disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang
dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah
mengiritasi vena dan aliran yang terlalu cepat.
9. Reaksi vasovagal
Digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps
pada vena, dingin, berkeringat, pingsan, pusing, mual
dan penurunan tekanan darah. Reaksi vasovagal bisa
disebabkan oleh nyeri atau kecemasan.
10. Kerusakan syaraf, tendon dan ligament
Kondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati
rasa, dan kontraksi otot. Efek lambat yang bisa muncul
adalah paralysis, mati rasa dan deformitas. Kondisi ini
disebabkan oleh tehnik pemasangan yang tidak tepat
sehingga menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon
dan ligament.

11. Pencegahan pada Komplikasi Pemasangan Infus


Menurut Hidayat (2008), selama proses
pemasangan infus perlu memperhatikan hal-hal untuk
mencegah komplikasi yaitu :
1. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set
infus baru
2. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan
evaluasi tanda infeksi
3. Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau
komplikasi lain
4. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi
penusukan
5. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
6. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu
cabut jarum infus perlahan, periksa ujung kateter
terhadap adanya embolus
7. Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-
bekas plester dibersihkan memakai kapas alkohol atau
bensin (jika perlu)
8. Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan
gunakan tehnik sterilisasi dalam pemasangan infus
9. Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang
infeksi, vena yang telah rusak, vena pada daerah fleksi
dan vena yang tidak stabil
10. Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus
dengan tepat.
11. Penghitungan cairan yang sering digunakan
adalah penghitungan millimeter perjam (ml/h) dan
penghitungan tetes permenit.
B. Transfusi Darah
Tranfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk
berbaris darah dari satu orang ke system peredaran orang lain yang
berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam
jumlah besar, Operasi ,Trauma dan tidak berfungsinya organ
pembentukan Sel darah merah.

1. Penyimpanan darah
Gunakan darah yang telah diskrining dan bebas dari penyakit
yang dapat ditularkan melalui transfusi darah. Jangan gunakan
darah yang telah kedaluwarsa atau telah berada di luar lemari es
lebih dari 2 jam.
Transfusi darah secara cepat dan jumlah yang besar dengan
laju >15 ml/kgBB/jam dengan darah yang disimpan pada suhu
4°C, dapat menyebabkan hipotermi, terutama pada bayi kecil.

2. Masalah yang berkaitan dengan transfusi darah


Darah dapat menjadi media penularan infeksi (seperti malaria,
hepatitis B dan C, HIV). Oleh karena itu lakukan skrining donor
darah seketat mungkin. Untuk memperkecil risiko, beri transfusi
darah hanya jika sangat diperlukan.

3. Indikasi pemberian transfusi darah


indikasi umum transfusi darah:
a. Kehilangan darah akut, bila 20–30% total volume darah hilang
dan perdarahan masih terus terjadi.
b. Anemia berat
c. Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan
sirkulasi darah dan sebagai tambahan dari pemberian
antibiotik)
d. Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor
pembekuan, karena komponen darah spesifik yang lain tidak
ada
e. Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat.

4. Memberikan Transfusi Darah


Sebelum pemberian transfusi, periksa hal sebagai berikut:
a. Golongan darah donor sama dengan golongan darah resipien
dan nama anak serta nomornya tercantum pada label dan
formulir (pada kasus gawat darurat, kurangi risiko terjadinya
ketidakcocokan atau reaksi transfusi dengan melakukan uji
silang golongan darah spesifik atau beri darah golongan O bila
tersedia)
b. Kantung darah transfusi tidak bocor
c. Kantung darah tidak berada di luar lemari es lebih dari 2 jam,
warna plasma darah tidak merah jambu atau bergumpal dan
sel darah merah tidak terlihat keunguan atau hitam
d. Tanda gagal jantung. Jika ada, beri furosemid 1mg/kgBB IV
saat awal transfusi darah pada anak yang sirkulasi darahnya
normal. Jangan menyuntik ke dalam kantung darah.
e. Lakukan pencatatan awal tentang suhu badan, frekuensi
napas dan denyut nadi anak.
f. Jumlah awal darah yang ditransfusikan harus sebanyak 20
ml/kgBB darah utuh, yang diberikan selama 3-4 jam.

Selama transfusi
1. Jika tersedia, gunakan alat infus yang dapat mengatur laju
transfusi (lihat gambar)
2. Periksa apakah darah mengalir pada laju yang tepat
3. Lihat tanda reaksi transfusi (lihat di bawah), terutama pada
15 menit pertama transfusi
4. Catat keadaan umum anak, suhu badan, denyut nadi dan
frekuensi napas setiap 30 menit
5. Catat waktu permulaan dan akhir transfusi dan berbagai
reaksi yang timbul.
Setelah transfusi
1. Nilai kembali anak. Jika diperlukan tambahan darah, jumlah
yang sama harus ditransfusikan dan dosis furosemid (jika
diberikan) diulangi kembali.

5. Reaksi yang timbul setelah transfusi


Jika timbul reaksi karena transfusi, pertama periksa label
kemasan darah dan identitas pasien. Jika terdapat perbedaan,
hentikan transfusi segera dan hubungi bank darah.
a. Reaksi ringan (karena hipersensitivitas ringan)
Tanda dan gejala:
Ruam kulit yang gatal
Tatalaksana:
1. Lambatkan transfusi
2. Beri klorfenamin 0.1 mg/kgBB IM, jika tersedia
3. Teruskan transfusi dengan kecepatan normal jika tidak
terjadi perburukan gejala setelah 30 menit
4. Jika gejala menetap, tangani sebagai reaksi
hipersensitivitas sedang (lihat bawah).

b. Reaksi sedang-berat (karena hipersensitivitas yang sedang,


reaksi non-hemolitik, pirogen atau kontaminasi bakteri)
Tanda dan gejala:
1. Urtikaria berat
2. Kulit kemerahan (flushing)
3. Demam > 38°C (demam mungkin sudah timbul sebelum
transfusi diberikan)
4. Menggigil
5. Gelisah
6. Peningkatan detak jantung.
Tatalaksana:
1. Stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan
memberikan garam normal
2. Beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfenamin 0.25
mg/kgBB IM, jika tersedia
3. Beri bronkodilator, jika terdapat wheezing (lihat halaman
100-102)
4. Kirim ke bank darah: perlengkapan bekas transfusi
darah, sampel darah dari
5. tempat tusukan lain dan sampel urin yang terkumpul
dalam waktu 24 jam
6. Jika terjadi perbaikan, mulai kembali transfusi secara
perlahan dengan
darah baru dan amati dengan seksama
7. Jika tidak terjadi perbaikan dalam waktu 15 menit,
tangani sebagai reaksi
8. yang mengancam jiwa (lihat bagian bawah) dan laporkan
ke dokter jaga
dan bank darah.

c. Reaksi yang mengancam jiwa (karena hemolisis, kontaminasi


bakteri dan syok septik, kelebihan cairan atau anafilaksis)
Tanda dan gejala:
1. demam > 380 C (demam mungkin sudah timbul sebelum
transfusi diberikan)
2. menggigil
3. gelisah
4. peningkatan detak jantung
5. napas cepat
6. urin yang berwarna hitam/gelap (hemoglobinuria)
7. perdarahan yang tidak jelas penyebabnya
8. bingung
9. gangguan kesadaran.
Catatan: pada anak yang tidak sadar, perdarahan yang
tidak terkontrol atau syok mungkin merupakan tanda satu-
satunya reaksi yang mengancan jiwa.
Tatalaksana
1. stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan
memberikan garam normal
2. jaga jalan napas anak dan beri oksigen beri epinefrin
0.01 mg/kgBB (setara dengan 0.1 ml dari 1 dalam
larutan 10 000)
3. tangani syok
4. beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfeniramin 0.25
mg/kgBB IM, jika tersedia
5. beri bronkodilator jika terjadi wheezing
6. lapor kepada dokter jaga dan laboratorium sesegera
mungkin
7. jaga aliran darah ke ginjal dengan memberikan
furosemid 1 mg/kgBB IV
8. beri antibiotik untuk septisemia

3.4 Pemenuhan Nutrisi


A. Pengertian nutrisi
1. Nutrisi merupakan proses total yang terlibat dalam konsumsi dan penggunaan
zat makanan yang meliputi cara pemakaian gizi oleh proses-proses dalam tubuh,
seperti pertumbuhan, penggantian jaringan dan pemeliharaan kegiatan dalam
tubuh secara keseluruhan “ (Dasar-dasar ilmu keperawatan,436).
2. “ Nutrition is term that include the bodily processed in the ingestion and
metabolisme of food = Nutrisi meliputi semua proses tubuh yang melibatkan
ingesti dan metabolisme makanan “(Fundamental of nursing concept,1979,419)
3. “ Nutrisi adalah ilmu yang mempelajari zat makanan (nutrient) dan zat-zat lain
yang ada dalam makanan serta kerjanya, interaksinya dan keseimbangannya
dalam hubungannya dengan kesehatan dan penyakit melalui proses ingesti,
absorpsi, transportasi, pemakaian dan ekskresi dari makanan “ (Essential of
nutrition therapy, 1985,3)

B. Nutrisi sebagai Kebutuhan Dasar Manusia


1. Zat makanan / nutrien yang didapat dari pemasukan makanan -- materi-materi
yang dibutuhkan oleh tubuh.
2 .Nutrien sangat penting untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, pemeliharaan
serta fungsi normal dari sel tubuh.
3 .Nutrien akan digunakan untuk memproduksi energi berupa ATP ( Adenosin
triphospat ) untuk seluruh aktifitas tubuh :
• Pergerakan otot
• Transmisi impuls saraf Tergantung pada energi yang
• Proses berfikir di produksi dari makanan yang
• Produksi panas dikonsumsi individu
4. .Nutrien dibutuhkan untuk membuat zat-zat penting seperti hormon dan enzim
Jika tubuh mengalami kekurangan beberapa zat penting maka akan terjadi
ketidakmampuan untuk :
• Tumbuh
• Risiko buruk bagi tubuh
• Memelihara fungsi & pergantian jaringan

A. Fisiologi Nutrisi
Makanan akan diproses tubuh melalui tahap-tahap : Ingesti, Digesti, absorpsi,
metabolisme dan ekskresi.
1. Ingesti
Ad/ proses masuknya makanan kedalam tubuh yang terdiri dari :
a. Dimulai dari koordinasi otot-otot lengan dan tangan untuk membawa
makanan ke mulut
b. Proses mengunyah  proses pemecahan, penyederhanaan makanan
dari ukuran besar menjadi ukuran lebih kecil. Proses mengunyah melibatkan
gigi & kontrol volunter otot-otot mulut  bila makanan berada pd gigi, gusi,
palatum keras & lidah, maka akan terjadi refleks mengunyah yg volunter
(disadari), yg diatur o/ SSP.
c.Proses menelan  merupakan tahap terakhir dr peristiwa ingesti, yaitu
bergeraknya makanan dr mulut ke esophagus, & masuk lambung. Proses ini
terjadi secara refleks sebagai akibat adanya penekanan pd bagian faring &
mulai sejak makanan sudah dikunyah secara adekuat, serta refleks ini akan
menahan proses respirasi.
2. Digesti
a. Merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang dibawa
kedalam tubuh.
b. Terjadi penyederhanaan zat makanan sehingga dapat diabsorpsi oleh saluran
intestinal.
c.Saluran yang berperan antara lain : mulut, pharing, esophagus, lambung, usus
halus, usus besar.

Proses kimiawi pada digesti :


1. Karbohidrat
Amilum dipecah menjadi maltosa/somaltosa oleh enzim ptialin yang dihasilkan
kelenjar ludah, yang dibantu oleh enzim amilase dari pancreas, sehingga
karbohidrat sampai pada usus halus sudah menjadi maltosa/disakarida lainnya
(laktosa & sukrosa). Disakarida akan dirubah menjadi monosakarida pada
permukaan dinding usus halus dengan bantuan enzim laktase, sakrose dan
maltose
2. Protein
Terjadi perubahan secara kimiawi mulai dari lambung, dimana protein dirubah
menjadi pepton oleh enzim pepsin  masuk ke duodenum dirubah menjadi
peptida oleh enzim tripsin (dihasilkan pancreas)  berubah menjadi asam
amino oleh enzim dipermukaan usus halus.
3. Lemak
Dilambung hanya diemulsikan saja  dirubah menjadi asam lemak dan gliserol
dengan bantuan enzim lipase pancreas.

B. Absorpsi
Adalah proses dimana nutrien yang telah berbentuk paling sederhana diserap oleh
usus .Nutrien diserap berupa : (glukosa karbohidrat), asam amino (protein), asam
lemak dan gliserol (lemak), tanpa kecuali vitamin, mineral dan air.
Setelah diserap oleh usus nutrien akan dilanjutkan ke saluran darah dan getah
bening masuk ke hati melewati vena porta
Tempat – tempat absorpsi nutrisi :
1.Vitamin yang larut dalam air, asam lemak/gliserol, natrium. Kalsium, besi dan
klorida  diusus halus bagian atas
2.Monosakarida, asam amino, dan zat lain  usus halus bagian tengah
3.Garam empedu, vit B12 dan natrium  usus halus bagian bawah
4.Air, hidrogen, natrium  colon

C. Metabolisme
Merupakan bagian akhir dlm penggunaan makanan di tubuh. Proses ini
meliputi semua perubahan kimia yg dialami zat makanan sejak diserap o/ usus hingga
dikeluarkan o/ tubuh sebagai sampah
1. Karbohidrat
Merupakan zat utama penunjang tubuh dlm penyediaan energi yg
berbentuk glukosa. Dalam sel glukosa dirubah energi dengan perubahan proses
oksidasi yang menghasilkan ATP, kalori dan zat buangan (air dan CO2) .
Penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen  dihati dan otot. Glikogen
sewaktu –waktu dirubah menjadi glukosa kembali bila tubuh memerlukannya.
Glikogen akan mensuplai kebutuhan energi bila glukosa sudah tidak
memungkinkan lagi, dan dapat berjalan hingga 12 jam.
Bila glikogen dan glukosa habis, tubuh akan memecah protein dan lemak
sebagai bahan energi . Karbohidrat digunakan tubuh utk energi hampir 60 % dr
kebutuhan energi keseluruhan. Kebutuhan karbohidrat utk orang dewasa dgn
aktivitas sedang 5,5 gr/kgBB/hari . 1 gram karbohidrat memberikan energi 4
kalori . Proses masuknya glukosa ke intra sel sangat dibantu dengan peran insulin
yang dihasilkan pancreas. Makanan yang mengandung tinggi karbohidrat : padi-
padian, roti, susu, buah-buahan, sayuran, umbi-umbian
.
2. Lemak
Merupakan sumber energi yang paling produktif 1 gram lemak
menghasilkan 9 kalori. Merupakan kelengkapan makanan yang penting  sebagai
wahana berbagai vitamin yang larut dalam lemak, dan pemegang andil penting
yang membuat makanan terasa enak. Lemak terkontribusi dalam kulit terutama
pada kelenjar adiposa dan folikel rambut. Kandungan lemak dlm subcutis sangat
membantu tubuh dlm mengatur temperature. Lemak juga berfungsi untuk
mencegah organ dlm injury
Bila tidak digunakan untuk energi, lemak terus disimpan dalam tubuh
sehingga dapat meningkatkan berat badan.Kebutuhan lemak untuk orang dewasa
dengan aktivitas sedang 1,5 gr/kgBB/hari.
Jenis lemak :
a. Lemak tak jenuh
Dapat dengan mudah bergabung dengan molekul lain/membentuk
struktur lain HDL (High Density Lipid)  mudah dimetabolisme oleh hati.
b. Lemak jenu
Tidak mudah bergabung dengan molekul lain  LDL (Low Density
Lipid)sukar dimetabolisme menjadi zat lain Kolesterol merupakan satu
bentuk lemak jenuh, diperlukan untuk melengkapi cairan empedu untuk
pencernaan lemak, juga sebagai bahan dasar beberapa jenis hormon steroid.
Makanan yang banyak mengandung lemak : daging

3. Vitamin
Merupakan bahan makanan pelengkap yang penting . Vitamin tidak
menghasilkan kalori dalam jumlah yang berarti tapi memegang peranan penting
dalam berbagai proses yang diperlukan guna menjaga kesehatan .Vitamin bersifat
organik, dan tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin larut dalam lemak : A, D,
E dan K, bila kelebihan jumlah vitamin ini akan memungkinkan terjadinya
keracunan karena sulit dibuang melalui ginjal.Vitamin larut dalam air : C dan B,
kelebihan vitamin ini akan dibuang melalui ginjal .Vitamin C membantu absorpsi
zat besi Vitamin.
Kebutuhan tubuh akan vitamin :
Vitamin A : 5000 iu
Vitamin B1 : 1,2 mg
Vitamin B2 : 1,5 mg
Vitamin B6 : 2 mg
Vitamin B12 : 3 mg
Vitamin C : 45 mg
Vitamin D : 400 iu
Vitamin K : 300 – 500 mcg
4. Mineral
Mineral mudah larut dalam air yang fungsi utamanya menjaga
keseimbangan asam dan basa cairan tubuh
a) Umumnya mineral terdapat cukup banyak dalam makanan, bila diet normal
dan berimbang jarang kekurangan mineral
b) Kalsium dibutuhkan untuk menumbuhkan dan mempertahankan sistem
kerangka tubuh, terutama pada anak – anak, kehamilan dan menyusui
c) Kalium dapat membantu frekuensi dan kekuatan kontraksi otot jantung bila
kalium pada ekstra sel banyak penurunan frekuensi dan dilatasi pembuluh
darah jantung
d) Kekurangan zat besi dapat menyebabkan penurunan Hb Mineral
Kebutuhan mineral tubuh :
Kalsium : 800 mg
Iodium : 110 mg
Besi : 10 mg
Magnesium : 350 mg
Posphor : 800 mg
Kalium : 1959-5850 mg
Natrium : 2300 – 6900 mg

5. Air
a) Merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh, walau tidak menghasilkan
energi bagi tubuh.
b) Kandungan air dalam tubuh 60 – 70% dan merupakan bahan terpenting untuk
proses sekresi dan ekskresi
c) Fungsi paling nyata untuk air adalah untuk bertahan (Survival)

6. Kalori
a) Kalori ad/ panas yg dihasilkan tubuh dr hasil pembakaran zat gizi (nutrien)
b) Satu kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1
kg air sebesar 1 derajat celcius.
c) Produksi panas oleh tubuh pada tingkat terendah kimia sel dan aktivitas tubuh
disebut angka metabolisme dasar. Angka metabolisme dasar bagi laki – laki
dewasa adalah 1700 dan bagi wanita dewasa adalah 1400.
d) Kebutuhan makanan dan kalori berbeda antar individu, tergantung pada :
1) Berat badan dan tinggi badan
2) Usia dan jenis kelamin
3) Aktivitas fisik
4) Iklim/cuaca
5) Selama masa kehamilan dan menyusui

A. Ekskresi
Ekskresi atau eliminasi merupakan pekerjaan tubuh untuk membuang zat sisa
dari metabolisme yang tidak terpakai lagi untuk keperluan tubuh. Proses ini terjadi
dalam bermacam – macam bentuk, antara lain : defekasi (zat sisa dari saluran cerna),
Miksi (zat sisa dari saluran kemih), diaporesis (pengeluaran keringat), dan ekspirasi
(pengeluaran air dan CO2).
Faktor – faktor yang Meningkatkan Kebutuhan Nutrisi
a) Periode pertumbuhan yang cepat (infant, toddler, remaja dan hamil)
b) Selama perbaikan jaringan karena proses luka/pembedahan
c) Meningkatnya suhu tubuh (tiap kenaikan suhu 10 F, kalori naik 7 %)
d) Meningkatnya aktivitas otot
e) Jenis kelamin (BMR laki – laki lebih tinggi dari wanita)
f) Berat badan (secara kuantitatif, peningkatan berat badan akan meningkatkan
metabolisme)
g) Terjadi infeksi (untuk pembentukan zat fagositer bakteri patogen)
h) Stress (meningkatkan produksi hormon thyroid sehingga meningkatkan
epinephrin yang mensupport metabolisme)
i) Meningkatnya kehilangan nutrisi karena kehilangan cairan (hemorhagi, diare,
drainage, dialisa ginjal, laktasi, menstruasi, luka bakar, dll)
j) Penyakit kronis yang mempengaruhi fisiologi nutrisi (diabet, hyperthyroid,
kanker, psikosis, penyakit ginjal/hati, masalah pernafasan)

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penurunan Kebutuhan Nutrisi


a) Penurunan laju pertumbuhan
b) Penurunan angka metabolisme dasar
c) Hypotermia (penurunan metabolisme sel)
d) Hypothyroid (penurunan BMR)
e) Jenis kelamin (Wanita < pria)
f) Gaya hidup yang cenderung pasif
g) Immobilisasi/bedrest
h) Kehilangan berat badan (karena penurunan aktivitas otot untuk bergerak)
i) Pengaturan konsumsi makanan dan minuman
j) Mekanisme yang menyebabkan orang makan dan minum, jenis dan jumlah
makanan dan minuman yang dibutuhkan secara pasti belum jelas

Faktor – faktor yang berperan dalam pengaturan makanan :


a) Lapar Tdk menyenangkan
b) Haus
c) Kekenyangan  telah cukup banyak makan

Pengaturan makan dipengaruhi oleh beberapa hal :


a) Aktivitas
b) Usia, jenis kelamin, dll
c) Pengaturan konsumsi makanan  hypothalamus
d) Pengaturan konsumsi makanan ; kurus dan gemuk
e) Aspek budaya kegiatan makanan
f) Sikap menyukai/tidak, kebiasaan makan  hasil dari proses belajar

Faktor – faktor budaya yang berkaitan dengan kegiatan makan :


a) Praktek keagamaan
b) Vegetarian
c) Budaya/kultur
d) Kebangsaan
e) Psikososial
f) Sifat

Tambahan dan pelengkap makanan


a) Pelengkap makanan, preparat yang mengandung vitamin, mineral atau protein,
atau kombinasinya dengan zat makanan lain.
b) Tambahan makanan, zat yang digunakan untuk menyempurnakan warna makanan,
rasa, konsistensi, dan stabilitas makanan
Type tambahan makanan yang banyak digunakan :
a) Bahan pengawet
b) Zat anti oksidasi
c) Zat untuk adonan stabil
d) Zat penebal
e) Pewarna
f) Pemanis
g) Pengembang

3.5 Pemasangan Sonde Dewasa


Tindakan Pemasangan Selang yang berproses medis dengan
memasukan sebuah selang plastic ( Selang Nasogastrik ) melalui
hidung, melewati tenggorokan terus sampai kedalan lambung, Untuk
memasukan obat obatan dan makanan pada orang cidera pada system
pencernaan bagian atas.
Teknik pemasangan nasogastric tube mulai aspek persiapan dan
posisi pasien, teknik pemasangan dan konfirmasi posisi, fiksasi
nasogastric tube, dan follow up yang perlu dilakukan.
Persiapan Pasien
Sebelum dilakukan pemasangan nasogastric tube, dokter perlu
terlebih dahulu memberikan penjelasan dan mendapatkan informed
consent pasien. Penjelasan yang harus diberikan mencakup prosedur
pemasangan, keuntungan, risiko, komplikasi dan tindakan alternatif
yang dapat dilakukan. Dokter juga harus terlebih dahulu memeriksa
kelengkapan peralatan, mencuci tangan dan menggunakan sarung
tangan dan alat pelindung diri lainnya.
Setelahnya, lakukan persiapan sebagai berikut:
1. Memeriksa hidung pasien
a) Bersihkan hidung: minta pasien untuk meniup hidung atau
gunakan lidi kapas
b) Periksa adanya deviasi septum, polip hidung, lubang hidung
yang sempit
c) Menentukan lubang hidung yang lebih paten: pasien menutup
satu lubang hidung, lalu minta pasien untuk menghembuskan
nafas dari lubang hidung satunya. Lakukan bergantian dengan
sisi sebelah
2. Memberikan anestesi topikal dan menunggu sekitar 5 menit agar
anestesi lokal efektif
Minta pasien untuk membuka mulut dan gunakan tongue
depressor (penekan lidah) sebelum menggunakan anestesi topikal
supaya pasien merasa nyaman dan tidak tersedak
3. Mengukur nasogastric tube yang akan dimasukkan
a) Pada dewasa, pengukuran dilakukan dengan metode nose-ear-
xiphoid (NEX): ukur jarak dari ujung hidung, ke bagian bawah
lobus telinga, dan kebawah hingga bagian bawah tulang
sternum (processus xiphoideus). Tambahkan sekitar 2,5 – 5 cm
dan tandai titik ini pada nasogastric tube menggunakan plester
b) Pada anak, pengukuran dilakukan dengan metode nose-ear-mid-
umbilicus (NEMU): ukur jarak dari ujung hidung ke bagian bawah
lobus telinga, dan kebawah hingga titik tengah antara processus
xiphoideus dan umbilikus
Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk pemasangan nasogastric tube
adalah:
1. Sarung tangan dan jika diperlukan alat pelindung diri lainnya
seperti pelindung wajah dan mata
2. Anestesi topikal berupa lidocaine baik dalam bentuk spray
maupun gel
3. Pelumas berbasis air (water-based lubricant)
4. Pelumas bisa dalam bentuk kombinasi dengan anestesi topical
5. Nasogastric tube
6. Dewasa: ukuran 16 – 18 French
7. Anak: ukuran tepat nasogastric tube adalah berdasarkan usia.
Untuk menghitung ukuran yang tepat (dalam satuan French),
tambahkan usia anak dengan 16, lalu hasil yang didapat
dibagi dengan 2. Misalnya pada pasien berusia 6 tahun, maka
ukuran nasogastric tube yang tepat adalah 11 French
([6+16]/2 = 11). Secara umum ukuran selang yang dapat
digunakan dapat dilihat di Tabel 1
8. Satu gelas air minum dan sedotan
9. Stetoskop
10. Syringe
11. Strip indikator Ph
12. Plester
13. Baskom atau plastik untuk emesis[1,2,4,5]

Ukuran selang Pemberian makan Dekompresi


Neonatus 6 French (FG) 8 FG
Bayi dan anak hingga 8 FG 8 – 10 FG
usia 5 tahun
Anak di atas usia 5 8 – 10 FG 10 -14 FG
tahun
Tabel 1. Ukuran nasogastric tube anak
4. Posisi Pasien
Pemasangan nasogastric tube pada pasien dewasa dilakukan
pada posisi duduk tegak. Jika tidak bisa duduk, lakukan dengan
posisi High Fowler atau setidaknya bagian tubuh atas ditinggikan
45 derajat.
Balita dan anak sebaiknya diposisikan dalam posisi duduk
dipangku oleh pengasuh mereka. Tangan pengasuh yang satu
diletakan di dahi anak dan satunya melintang dada anak. Pada
bayi, bungkus menggunakan kain sehingga seluruh kaki dan
tangan terbungkus di dalam kain.[1,4,5]
5. Prosedural
Prosedural pemasangan nasogastric tube adalah sebagai
berikut:
a. Pastikan pasien sedang dalam posisi duduk tegak dengan leher
sedikit fleksi/mendongak ke atas
b. Lumasi ujung distal nasogastric tube (sekitar + 10 cm) dengan
pelumas berbasis air
c. Masukkan nasogastric tube secara hati-hati dan parallel
menyusuri lantai/floor hidung (posisi selang adalah horizontal
dan parallel dengan mulut, bukan ke atas mengikuti bentuk luar
hidung), hingga mencapai belakang nasofaring di mana akan
terasa adanya tahanan (umumnya pada 10- 20 cm nasogastric
tube)
d. Saat terasa adanya tahanan, sedikit tundukkan kepala pasien
dan minta pasien untuk menelan ludah atau minum segelas air
dengan menggunakan sedotan. Pada bayi dan anak kecil,
berikan minum untuk membantu nasogastric tube masuk ke
dalam esophagus
e. Jika tahanan masih dirasakan, tarik selang sebanyak 1-2 cm,
lalu secara perlahan putar nasogastric tube sambil mendorong
ke bawah
f. Terus masukkan nasogastric tube hingga batas yang telah
ditentukan di awal
g. Hentikan pemasangan dan keluarkan selang sepenuhnya jika:
1) Pasien mengalami distres pernafasan
2) Pasien tidak dapat bicara
3) Ada pendarahan nasal yang signifikan
4) Nasogastric tube mengalami tahanan yang signifikan
5) Nasogastric tube tergulung di mulut
6. Konfirmasi Posisi Nasogastric Tube
Setelah nasogastric tube terpasang, konfirmasi posisi
nasogastric tube perlu dilakukan, terutama jika nasogastric tube
digunakan untuk pemberian obat/makanan. Konfirmasi ini sangat
penting dilakukan untuk menghindari komplikasi yang parah dan
berbahaya bagi pasien akibat kesalahan pemasangan nasogastric
tube di saluran pernapasan, di antaranya adalah risiko pneumonitis
dan pneumonia aspirasi. Konfirmasi dapat dilakukan dengan 4 cara
berikut ini:
a. Rontgen Toraks
Metode ini merupakan gold standard untuk memeriksa
posisi nasogastric tube. Empat kriteria pada rontgen toraks
bahwa posisi selang benar:
1) Selang mengikuti esofagus dan menghindar kontur dari
bronkus
2) Selang melewati (bisect) karina bronkus
3) Selang menyilang diafragma pada garis midline
4) Ujung distal selang terlihat di bawah hemi-diafragma kiri
b. Manometri
Manometri dapat dilakukan pada pasien dengan ventilasi
mekanik. Adanya perubahan tekanan bifasik yang sinkron
dengan tekanan udara saat ventilasi mekanik mengindikasikan
pemasangan nasogastric tube di saluran pernafasan. Jika ada
perubahan tekanan saat kompresi daerah epigastrium
mengindikasikan nasogastric tube terletak di lambung
c. Auskultasi Lambung
Metode auskultasi lambung untuk suara udara
(borborygmus) dengan menggunakan syringe untuk injeksi
udara ke dalam nasogastric tube merupakan metode yang lazim
digunakan di Indonesia. Walau demikian, metode ini seharusnya
tidak lagi dipergunakan karena rendahnya akurasi dalam
membedakan suara yang terdengar apakah benar dari saluran
gastrointestinal atau dari saluran pernafasan. Sering kali suara
yang didengar oleh dokter adalah suara gurgling akibat
nasogastric tube terletak pada trakeobronkial, ruang pleura,
atau esofagus.
Meski tidak lagi direkomendasikan, metode ini bisa
dipertimbangkan pada kondisi layanan kesehatan di tempat
terpencil tanpa adanya fasilitas radiologis.
d. Pemeriksaan pH Cairan Aspirasi
Metode pemeriksaan pH dengan melakukan aspirasi
cairan (sekitar 0,5 - 1 mL) dan memeriksa kadar pH cairan yang
teraspirasi menggunakan strip indikator pH (kertas litmus tidak
direkomendasikan) juga merupakan metode yang tidak lagi
disarankan untuk konfirmasi posisi nasogastric tube. Indikator
pemasangan yang benar adalah pH cairan yang diaspirasi <6
berarti cairan berasal dari lambung. Walau demikian, penelitian
membuktikan bahwa saluran cerna juga dapat menunjukkan pH
>6 sehingga terjadi inakurasi hasil. Kondisi ini terutama terjadi
pada pasien dengan riwayat konsumsi obat lambung seperti
antasida, proton pump inihibitor dan H2 agonis dan yang sedang
mendapatkan continuous feeding
7. Fiksasi Nasogastric Tube dan Prosedural Lainnya
Setelah memastikan posisi nasogastric tube, lakukan fiksasi
nasogastric tube. Fiksasi dapat dilakukan pada daerah hidung
menggunakan plester atau pada gaun atau baju pasien.
Setelahnya, buang alat proteksi diri ke tempatnya dan
mencuci tangan. Lalu dokumentasikan tindakan ini di rekam medis
dengan melengkapi hal-hal berikut ini:
a. Tanggal dan waktu pemasangan nasogastric tube
b. Indikasi pemangan
c. Ukuran dan tipe nasogastric tube
d. Kedalaman selang yang dimasukkan
e. Lubang hidung sisi mana yang digunakan
f. Berapa kali percobaan sebelum berhasil melakukan
pemasangan nasogastric tube
g. Komplikasi yang terjadi (jika ada)
h. Konfirmasi pemasangan dilakukan dengan metode apa
8. Teknik Tanpa Menelan
Beberapa penelitian terbaru merekomendasikan teknik tanpa
menelan saat melakukan pemasangan nasogastric tube. Dengan
teknik ini, saat nasogastric tube mencapai faring, pasien diminta
untuk menarik nafas dalam dan menahan nafas (dibandingkan
dengan metode konvensional di mana pasien diminta untuk
menelan).
Saat pasien menahan nafas, epiglottis akan menutupi
tenggorokan dan glotis menutup, maka menurunkan kemungkinan
nasogastric tube masuk ke dalam trakea. Sewaktu nasogastric tube
yang masuk mencapai kedalaman 15-20 cm, pasien diminta untuk
melakukan pernafasan abdomen untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan menghindari kegagalan dalam pemasangan
nasogastric tube.
Teknik tanpa menelan ini ditemukan meningkatkan angka
keberhasilan pemasangan nasogastric tube pada percobaan
pertama dan menurunkan kejadian seperti mual, menangis/tearing,
cedera pada mukosa dan perubahan pada tanda-tanda vital
(denyut jantung, laju pernafasan dan tekanan darah sistolik) jika
dibandingkan dengan metode konvensional.[1,2,4-7]
9. Follow up
Setelah dilakukan pemasangan nasogastric tube, segera
lakukan pemantauan. Pemantauan juga perlu dilakukan secara
berkala setiap:
a. Sebelum pemberian makan
b. Jika diberikan continuous feeding, periksa selang setiap 8 jam
c. Sebelum pemberian obat
d. Setelah dilakukan suction orofaring
e. Setelah batuk yang keras atau muntah (selang dapat gerak)
f. Jika terdapat perubahan pada panjang selang yang terlihat
g. Jika pasien mengeluh tidak nyaman pada epigastrium atau
adanya refluks makanan di tenggorok atau mulut
h. Ada tanda distres pernafasan mendadak
i. Setelah pasien dipindahkan (misalnya dari bangsal ke bangsal
lainnya)
j. Setidaknya setiap 24 jam

Yang perlu dipantau adalah:


a. Pastikan fiksasi nasogastric tube adalah tetap kuat
b. Observasi petanda dan kedalaman nasogastric tube: pastikan
panjang selang yang masuk tidak terlalu dalam ataupun selang
tidak sengaja terlepas
c. Pantau tanda-tanda distres pernafasan
d. Penggantian nasogastric tube adalah tergantung dari jenis
selang yang digunakan:
e. Selang wide-bore dan bening seperti selang Ryle dan nelaton:
f. Digunakan untuk tujuan diagnostik dan terapeautik, bukan
untuk memberikan makan
g. Selang diganti setiap minggu
h. Selang fine-bore dan buram seperti silastic
i. Digunakan untuk tujuan pemberian makan
j. Selang diganti setiap 3 bulan
k. Jika sebelum waktunya diganti, selang tidak sengaja terlepas,
selang cukup dicuci
dan dapat digunakan kembali.[5,6,8,9]

3.6 Pemenuhan Eliminasi


A. Proaes eliminasi sisa pencernaan
1. Pengertian Eliminasi
Menurut kamus bahasa Indonesia, Eliminasi adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, penyisihan. Dalam bidang kesehatan, Eliminasi
adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel
(feses). Eliminasi pada manusia digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
a) Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses
makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang dapat atau setengah-
padat yang berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri,2009)
b) Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil.

2. Fisiologi Dalam Eliminasi


a. Fisiologi Defekasi
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seseorang yang
mem[unyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar
kira-kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks
gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini
mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka peristaltik didalam
usus terangsang, merambat ke kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinnya,
yang waktu malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk
kedalam rektum, serentak peristaltik keras terjadi di dalam kolon dan terjadi di
daerah perineum. Tekanan intraabdominal bertambah dengan penutupan
glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor
dan kerjanya berakhir (Pearce, 2002).
b. Fisiologi Miksi
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine
adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua
langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan
di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetus
langkah kedua yaitu : Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks
berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal,
setidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.

3. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi


a. Umur
b. Diet
c. Cairan
d. Tonus Otot
e. Faktor Psikologi
f. Gaya Hidup
g. Obat-obatan

B. Proses eliminasi sisa metabolisme


Urine (air kemih)
l. Sifat-Sifat Air Kemih
a) Jumlah eksresi dalam 24 jam kurang lebih 1.500 cc tergantung dari masuknya
(intake) cairan serta faktor lainnya.
b) Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c) Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dsb.
d) Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
e) Berat jenis 1.015-1.020.
f) Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein reaksi asam).
2. Komposisi Air Kemih
a) Hormon Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
b) Zat-zat sia nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak, dan
kreatinin.
c) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat, dan sullfat.
d) Pigmen (bilirubin, urobilin)
e) Toksin
f) Hormon
3. Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerulus setiap menit
terbentuk 120-125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap
harinya dapat terbentuk 150-180L filtrat. Namun dari jumlah ini hanya sekitar
1% (1,5L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
4. Tahap-Tahap Pembentukan Urine
a. Proses Filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferent
lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah ,
sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri
dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll. Diteruskan keseluruh
ginjal.
b. Reabsorbsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang
dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan
pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembai penyerapan dan sodium dan
ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian
bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi
fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-,
dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul,
urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu dibawa ke ureter. Dari ureter, urine
dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat
penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
d. Mikturisi
Mikturisi merupakan gerak refleks yang dapat dikendalikan dan dapat
ditahan oleh pusat-pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia,
gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih
membantu mengosongkannya.
5. Ciri-Ciri Urine Normal
Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam,
reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rta-rata 6.

C. Hormon-hormon yang terlibat pada proses eliminasi


1. ADH (Anti Deuretik Hormon)
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air hingga
dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh
hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mengsekresikan ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel (Frandson,2003).
2. Mineralcorticoids
Mineralcorticoids adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan
oleh korteks adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam
tubuh isalnya keringat, urine, empedu dan air liur.
3. Hormon Ovarium (Esterogen dan Progesterogen)
Disekresikan oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormon dari
kelenjar hipofisis.
a. Esterogen
Esterogen beredar terkat pada protein plasma dan proses
peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam
metabolisme esterogen.
b. Progesterogen
Metabolisme progesterone yang utama di dalam urine ialah
pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal).
Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid).
4. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang
berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan
pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan
dalam mengatur sirkulasi ginjal.
5. Glukokortikoidtid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air
yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
Kelenjar adrenal/suprarenal/anak ginjal. Kelenjar ini berbentuk bola yang
menempel pada bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat satu kelenjar
suprarenal yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian
dalam (medula).
Salah satu hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfugsi
mengubah glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan
dengan hormon insulin. Walaupun bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu
untuk mengatur kadar gula dalam darah tetap stabil.

D. Tandadan gejalan gangguan eliminasi sisa metabolism dan pencernaan


1. Gangguan eliminasi urine
Klien yang memiliki masalah perkemihan paling sering mengalami
gangguan dalam aktivitas berkemihnya. Gangguan ini diakibatkan oleh
kerusakan fungsi kandungan kemih, adanya obstruksi pada aliran urine yang
mengalir keluar, atau ketidakmampuan mengontrol berkemih secara volunter.
Beberapa klien dapat mengalami perubahan sementara atau permanen dalam jalur
normal ekskresi urine. Klien yang menjalani diversi urine memiliki masalah
khusus karena urine keluar melalui sebuah stoma (Potter&Perry, 2005:1686).
Tabel 2. Gejala Umum pada Perubahan Perkemihan

Gejala Deskripsi Penyebab atau Faktor Terkait


Penuhnya kandung kemih, iritasi atau
radang kandung kemih akibat infeksi,
Merasakan kebutuhan sphincter uretra tidak kompeten, stres
Urgensi untuk segera berkemih psikologis.

Merasa nyeri atau sulit Peradangan kandung kemih, trauma


Disuria berkemih atau inflamasi sphincter uretra

Peningkatan asupan cairan, radang


pada kandung kemih, peningkatan
Frekuensi Berkemih dengan tekanan pada kandung kemih
meningkat sering (kehamilan, stres psikologis)

Keraguan Sulit memulai Pembesaran prostat, ansietas, edema


berkemih berkemih uretra

Asupan cairan berlebihan, diabetes


Mengeluarkan sejumlah melitus atau insipidus, penggunaan
Poliuria besar urine diuretik, diuresis pascaobstruktif

Pengeluaran urine
menurun dibandingkan
cairan yang masuk Dehidrasi, gagal ginjal, ISK,
(biasanya kurang dari peningkatan sekresi ADH, gagal
Oliguria 400 ml dalam 24 jam) jantung kongestif

Berkemih berlebihan Asupan cairan berlebihan sebelum


atau sering pada malam tidur (terutama kopi atau alkohol),
Nokturia hari penyakit ginjal, proses penuaan

Dribling Kebocoran/rembesan
(urine urine walaupun ada
yang kontrol terhadap Stres inkontinensia, overflow akibat
menetes) pengeluaran urine retensi urine
Neoplasma pada ginjal atau kandung
kemih, penyakit glomerulus, infeksi
pada ginjal atau kandung kemih,
Terdapat dalah dalam trauma pada struktur perkemihan,
Hematuria urine diskrasia darah

Akumulasi urine di
dalam kandung kemih
disertai Obstruksi uretra, inflamasi pada
ketidakmampuan kandung kemih, penurunan aktivitas
kandung kemih untuk sensorik, kandung kemih neurogenik,
Retensi benar mengosongkan pembesaran prostat, setelah tindakan
Urine diri anestesi, efek samping obat-obatan

Inflamasi atau iritasi mukosa


Volume urine tersisa kandung kemih akibat infeksi,
setelah berkemih kandung kemih neurogenik,
Residu (volume 100 ml atau pembesaran prostat, trauma atau
Urine lebih) inflamasi uretra

2. Gangguan eliminasi sisa pencernaan


Gangguan pada eliminasi sampah digestif atau sisa pencernaan menurut
Potter & Perry (2005:1746), sebagai berikut:
a. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi adalah
penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama
atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu
tanda yang terkait dengan konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat,
masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar
kandungan air dalam feses diabsorbsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk
melunakkan dan melunasi feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras
dapat menimbulkan nyeri pada rektum.
b. Impaksi
feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Impaksi
adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, yang
tidak dapat diluarkan. Pada kasus impaksi berat, massa dapay lebih jauh
masuk ke dalam sigmoid. Klien menderita kelemahan, kebingungan, atau
tidak sadar adalah klien yang paling beresiko mengalami impaksi.
Tanda impaksi yang jelas ialah ketidakmampuan untuk
mengeluarkan feses selama beberapa hari walaupun terdapat keinginan
berulang untuk melakukan defekasi.
c. Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran
feses yang cair dan tidak berbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang
memengaruhi proses pencernaan, absorpsi, dan sekresi di dalam saluran GI.
Isi usus terlalu cepat keluar melalui usus halus dan kolon sehingga absorbsi
cairan yang biasa tidak dapat berlangsung. Iritasi di salam kolon dapat
menyebabkan peningkatan sekresi lendir. Akibatnya, feses menjadi lebih
encer sehingga klien menjadi tidak mampu mengontrol keinginan untuk
defekasi.
d. Inkontinensia
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya
feses dan gas dari anus. Kondisi fisik yang merupakan fungsi atau kontrol
sphincter anus dapat menyebabkan inkontinensia. Kondisi yang membuat
seringnya defekasi, feses encer, volumenya banyak, dan feses mengandung
air juga mempredisposisi individu untuk mengalami inkontinensia.
e. Flatulen
Flutulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa
nyeri, dan kram. Dalam kondisi normal, gas dalam usus keluar melalui
mulut (bersendawa) atau melalui anus (pengeluaran flatus). Namun, jika
ada penurunan motilitas usus akibat penggunaan opiat, agens anestesi
umum, bedah abdomen, atau imobilisasi, flatulen dapat menjadi cukup
berat sehingga menyebabkan distensi abdomen dan menimbulkan nyeri
yang terasa sangat menusuk.
f. Hemoroid
Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak di
lapisan rektum. Ada dua jenis hemoroid, yakni hemoroid internal atau
hemoroid eksternal. Hemoroid eksternal terlihat jelas sebagai penonjolan
kulit, apabila lapisan vena mengeras, akan terjadi perubahan warna menjadi
keunguan. Hemoroid internal memiliki membran mukosa di lapisan
luarnya. Peningkatan tekanan vena akibat mengedn saat defekasi, selama
masa kehamilan, pada gagal jantung kongestif, dan penyakit hati kronik
dapat menyebabkan hemoroid.

3.7 Pemenuhan Kebutuhan Istirahat, Tidur dan Aktifitas

1. Pengertian Istirahat dan Tidur


Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak
harus dipenuhi oleh semua orang. Istirahat dan tidur yang cukup,
akan membuat tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat
dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu.
Istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan
emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Beristirahat bukan
berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Berjalan-jalan di
taman terkadang juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk
istirahat.
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur
dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat
kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga
dari waktu individu digunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan
pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau
mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi
stres dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan
konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari

2. Fisiologi tidur
Pusat tidur yang utama terletak di hipotalamus. Hipotalamus
mensekresi hipokreatin (oreksin) yang menyebabkan seseorang
terjaga juga mengalami tidur rapid eye movement. Prostaglandin
D2, L–triptopan, dan faktor pertumbuhan membantu mengatur tidur
(Mc Cance and Huether, 2006 cit Potter dan Perry, 2009)
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada
batang otak, yaitu Reticular Activating Sistem (RAS) dan Bulbar
Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini
memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan
dan kesadaran; memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan
sensori raba; serta emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS
melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR .
Saat bangun RAS mengeluarkan katekolamin seperti
norepineprin. Ketika seseorang mencoba tidur, mereka akan
menutupkan mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke RAS
menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktifitas SAR
menurun. Pada beberapa bagian , SBR mengambil alih dan
menyebabkan

3. Irama Sirkandian
Irama sirkandian/diural berasal dari bahasa latin circa,
“tentang” dan dies, “hari”. Irama sirkandian berarti siklus 24
jam/siang dan malam. Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam
biologis) yang berbeda. Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh
tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan (mis; cahaya,
kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme
yang paling umum adalah ritme sirkadian-yang melengkapi siklus
selama 24 jam.
Setiap orang mengalami siklus yang terjadi didalam hidupnya.
Irama sirkandian/diural berasal dari bahasa latin circa, “tentang”
dan dies, “hari”. Irama sirkandian berarti siklus 24 jam/siang dan
malam. Siklus menstruasi wanita adalah sebuah irama infrandian,
adalah siklus yang terjadi lebih dari 24 jam. Siklus biologis berakhir
kurang dari 24 jam disebut irama ultradian.
Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung, tekanan darah,
temperatur, sekresi hormon, metabolisme dan penampilan serta
perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah
salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi
sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur bangun yang
mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada saat ritme
fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat
ritme tersebut paling rendah (Lilis, Taylor, Lemone,1989).

4. Fungsi Istirahat Tidur


a) Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru.
b) Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik
c) Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh.
d) Memelihara fungsi jantung.
e) Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian.
f) Menyimpan energi.
g) Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit.
h) Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik.

5. Tahap tidur
Ada 2 (dua) pola/macam/tahapan tidur, yaitu :

a. Pola tidur biasa atau NREM


Pola/tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye
Movement = Gerakan mata tidak cepat). Pola tidur NREM
merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang
pendek karena gelombang otak selama NREM lebih lambat
daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau
tidak dalam keadaan tidur (lihat gambar). Tanda-tanda tidur
NREM adalah :
1) Mimpi berkurang
2) Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
3) Tekanan darah turun
4) Kecepatan pernafasan turun
5) Metabolisme turun
6) Gerakan mata lambat
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan
pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di
sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah terbangun
dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4 (empat) tahap yang
masing-masing-masing tahap di tandai dengan pola gelombang
otak.
a) Tahap I
Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung
selama 5 menit yang mana seseorang beralih dari sadar
menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks, mata
bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan
pernafasan turun secara jelas. Gelombang alpha sewaktu
seseorang masih sadar diganti dengan gelombang betha yang
lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat di
bangunkan dengan mudah. Ketika bangun seseorang merasa
seperti telah melamun.
b) Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses
tubuh terus menurun. Mata masih bergerak-gerak, kecepatan
jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhu tubuh dan
metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan
“sleep spindles” dan gelombang K komplek. Tahap II
berlangsung pendek dan berakhir dalam waktu 10 sampai
dengan 15 menit. Pada tahap ini merupakan periodetidur
bersuara, kemajuan relaksasi, untuk bangun relatif mudah.
c) Tahap III
Pada tahap ini meliputi awal dari tidur dalam. Otot-otot
dalam keadaan santai penuh, kecepatan jantung, pernafasan
serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat
dominasi sistem syaraf parasimpatik. Seseorang menjadi lebih
sulit dibangunkan dan jarang bergerak. Gelombang otak
menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang
delta yang lambat. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
d) Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai
dengan predominasi gelombang delta yang melambat.
Kecepatan jantung dan pernafasan turun. Seseorang dalam
keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan.
(mengenai gambar grafik gelombang dapat dilihat dalam
gambar). Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM
dan berakhir dengan tidur REM. Tahap ini berlangsung 15-30
menit.
b. Pola Tidur Paradoksikal atau REM
Pola/tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye
Movement = Gerakan mata cepat). Tidur tipe ini disebut
“Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”, yaitu
seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata.
Ringkasnya, tidur REM / Paradoks ini merupakan pola/tipe tidur
dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas
otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap
penuh terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun.
Pola/tipe tidur ini, ditandai dengan :
1) Mimpi yang bermacam-macam
Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu
tahap tidur NREM dan tahap tidur REM adalah bahwa mimpi
yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali,
sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak
dapat diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi
mimpi dalam ingatan.
a) Mengigau atau bahkan mendengkur (ngorok)
b) Otot-otot kendor (relaksasi total)
c) Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering
lebih cepat
d) Perubahan tekanan darah
e) Gerakan otot tidak teratur
f) Gerakan mata cepat
g) Pembebasan steroid
h) Sekresi lambung meningkat
i) Ereksi penis pada pria
Syaraf-syaraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam
tidur REM diperkirakan terjadi proses penyimpanan secara
mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis
dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase tidur
nyenyak) ini berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur malam
yang berlangsung selama 6 – 8 jam, kedua pola tidur tersebut
(REM dan NREM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 – 6 siklus.

2) Tanda dan gejala:

TAHAP NREM TAHAP REM

a)    Mengigau atau bahkan


mendengkur (Jw. : ngorok)
b)    Otot-otot kendor (relaksasi total)
a)    Mimpi berkurang
c)    Kecepatan jantung dan
b)   Keadaan istirahat
pernafasan tidak teratur,
(otot mulai berelaksasi)
sering lebih cepat
c)    Tekanan darah turun
d)    Perubahan tekanan darah
d)    Kecepatan
e)    Gerakan otot tidak teratur
pernafasan turun
f)    Gerakan mata cepat
e)    Metabolisme turun
g)    Pembebasan steroid
f)    Gerakan mata lambat
h)    Sekresi lambung
meningkat
i)     Ereksi penis pada pria

3) Kebutuhan istirahat tidur


Tabel 6.1 Kebutuhan Istirahat Tidur berdasarkan usia
Usia Keterangan Kebutuhan Tidur/Hari
0 bulan –1 bulan Neonatus 14-18 jam
1 bulan – 18 bulan Bayi 12-14 jam
18 bulan – 3 tahun Anak 11-12 jam
3 tahun – 6 tahun Pra sekolah 11 jam
6 tahun – 12 tahun Sekolah 10 jam
12 tahun – 18 tahun Remaja 8,5 jam
18 tahun – 40 tahun Dewasa muda 7 jam
40 tahun – 60 tahun Paruh baya 7 jam
60 tahun ke atas Dewasa tua 6 jam
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Istirahat Tidur
1) Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu
tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan
sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
Misalnya pada pasien dengan gangguan pernafasan seperti
asma, bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit
persarafan.
2) Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang
dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti
gaduh maka akan menghambat tidurnya.
3) Motivasi
Motivasi dapat memengaruhi tidur dan dapat
menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada
menahan kantuk.
4) Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpedek
periode pertama dari tahap REM.
5) Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan
saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
6) Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang
tahan minum alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan
lekas marah.
7) Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur
antara lain:
a) Diuretik : menyebabkan nokturia
b) Anti depresan : menekan REM, menurunkan total waktu
REM
c) Kafein : meningkatkan saraf simpatis/ mencegah orang
tidur
d) Beta bloker : menimbulkan insomnia, mimpi buruk
e) Narkotika : mensuspensi REM, meningkatkan kantuk
siang hari.
f) Alkohol: mengganggu tidur REM, mengganggu tidur
REM, membangunkan seseorang pada malam hari dan
menyebabkan kesulitan untuk kembali tidur.

d. Pola Tidur Normal 


1. a.    Kira-kira membutuhkan 16
jam/hari. 
Neonatus
2. b.    Mudah berespons terhadap
sampai dengan 3
stimulus 
bulan
3. c.    Pada minggu pertama
kelahiran 50% adalah tahap REM 
1. Pada malam hari kira-kira tidur 8-
10 jam.
Bayi
2. Usia 1 bulan sampai dengan 1
 
tahun kira-kira tidur 14 jam/hari.
3. Tahap REM 20-30 %.
1. Tidur 10-12 jam/hari
Toddler
2. Tahap REM 25%
1. Tidur 11 jam pada malam hari
Pra sekolah
2. Tahap REM 20%
1. Tidur 10 jam pada malam hari
Usia sekolah
2. Tahap REM 18,5%
1. Tidur 8,5 jam pada malam hari
Adolecense
2. Tahap REM 20%
1. Tidur 7-9 jam/hari
Dewasa muda
2. Tahap REM 20-25 %
Usia dewasa 1. Tidur ± 7 jam/hari
pertengahan 2. Tahap REM 20%
1. Tidur ± 6 jam/hari
2. Tahap REM 20-25 %
Usia tua 3. Tahap IV NREM menurun dan
kadang-kadang absen
4. Sering terbangun pada malam hari
11. Gangguan Istirahat Tidur
Insomnia adalah ketidak mampuan
memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini
umumnya ditemui pada individu dewasa. 
Penyebabnya bisa karena gangguan
fisik atau karena faktor mental seperti
perasaan gundah atau gelisah. 
Ada tiga jenis insomnia:
1. 1.    Insomnia inisial : Kesulitan untuk
memulai tidur.
Insom 2. 2.    Insomnia intermiten : Kesulitan untuk
nia tetap tertidur karena seringnya terjaga.
3. 3.    Insomnia terminal : Bangun terlalu dini
dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan
untuk mengatasi insomnia antara lain dengan
mengembangkan pola tidur-istirahat yang
efektif melalui olahraga rutin, menghindari
ransangan tidur di sore hari, melakukan
relaksasi sebelum tidur (mis; membaca,
mendengarkan musik),dan tidur jika benar-
benar mengantuk.
Parasomnia adalah perilaku yang dapat
mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi
Paraso pada anak-anak. Beberapa turunan
mnia parasomnia antara lain sering terjaga (mis;
  tidur berjalan, night terror), gangguan transisi
bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia
yang terkait dengan tidur REM (mis; mimpi
buruk), dan lainnya (mis; bruksisme).
Hipersomnia adalah kebalikan dari
insomnia, yaitu tidur yang berlebihan
terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti
Hipers kerusakan sistem saraf, gangguan pada hati
omnia atau ginjal, atau karena gangguan
metabolisme (mis; hipertiroidisme). Pada
kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan
sebagai mekanisme koping untuk menghindari
tanggung  jawab pada siang hari.
Narkolepsi adalah gelombang kantuk
yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini
disebut juga sebagai “serangan tidur”
atau sleep attack. Penyebab pastinya belum
Narkol diketahui. Diduga karena kerusakan genetik
epsi sistem saraf pusat yang menyebabkan tidak
terkendali lainnya periode tidur REM.
Alternatif pencegahannya adalah dengan
obat-obatan, seperti; amfetamin atau
metilpenidase, hidroklorida, atau dengan
antidepresan seperti imipramin hidroklorida.
Apnea Apnea saat tidur atau sleep apnea
saat tidur adalah kondisi terhentinya nafas secara
periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga
terjadi pada orang yang mengorok dengan
keras, sering terjaga di malam hari, insomnia,
mengatuk berlebihan pada siang hari, sakit
kepala disiang hari, iritabilitas, atau
mengalami perubahan psikologis seperti
hipertensi atau aritmia jantung.
Deprivasi tidur adalah masalah yang
dihadapi banyak klien akibat disomnia.
Penyebab dapat mencakup penyakit (misal:
demam, sulit bernafas atau nyeri), stress
emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan
(misal asuhan keperawatan yang dilakukan)
dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait
dengan waktu kerja. Dokter dan perawat
cenderung mengalai deprivasi tidur karena
jadwal kerja yang panjang dan rotasi jam
Depriv
dinas.
asi tidur
Deprivasi tidur menyebabkan
 
penurunan kualitas dan kuantitas tidur serta
ketidak konsistenan waktu tidur. Respon
orang terhadap deprivasi sangat bervariasi,
gejala fisiologis: ptosis, penglihatan kabur,
kekakuan motorik halus, penurunan reflek,
waktu respon melambat, penilaian menurun,
aritmia jantung. Gejala psikologisnya:
bingung, peningkatan sensifitas nyeri,
menarik diri, apatis, rasa kantuk berlebihan,
agitasi, hiperaktif, penurunan motifasi.

3.8 Pemenuhan Kebutuhan Personal Higiene


Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan karena kebersihan akan memengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika
seseorang sakit, masalah kebersihan biasanya kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena
kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut
dibiarkan terus dapat memengaruhi kesehatan secara umum. Sebagai seorang perawat hal
penting yang perlu diperhatikan selama perawatan Hygiene klien adalah memberikan
kemandirian bagi klien sebanyak mungkin, memperhatikan kemampuan klien dalam
melakukan praktik Hygiene, memberikan privasi dan penghormatan, serta memberikan
kanyamanan fisik kepada klien.
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata Personal yang
artinya perorangan dan Hygiene berarti sehat. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa kebersihan perorangan atau Personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun
psikis (Isro’in & Andarmoyo, 2012.
Menurut Tarwoto (2004) personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan
kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupu pada
orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit
merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi Dengan implementasi
tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu
maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2010).
Perawatan diri atau kebersihan diri (Personal Hygiene) merupakan perrawatan diri
sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun
psikologis. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai factor, di antaranya budaya,
nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta
persepsi terhadap perawatan diri (Hidayat & Uliyah, 2014).
Macam-macam Personal Hygiene
Perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaan dibagi menjadi empat, yaitu sebagai
berikut:
1. Perawatan Dini Hari
Merupaakan perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk
melakukan tindkan seperti perapian dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine
atau feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien dalam melakukan
makan pagi dengan melakukan tindakan perawatna diri, seperti mencuci muka, tangan
dan menjaga kebersihan mulut.
2. Perawatan Pagi Hari
Perawatan yangdilakukan setelah melakukan makan pagi dengan melakukan
perawatan diri seperti melakukan pertolongn dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi
(buang air besar dan kecil), mandi atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit,
melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut, kuku dan rambut, serta
merapikan tempat tidur pasien.
3. Perawatan Siang Hari
Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan
pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan perawatan
diri yang dapat dilakukan, antara lain mencuci mukan dan tangan, membersihkan
mulut, merapikan tempat tidur, serta melakukan pemeliharaan kebersihan lingkungan
kesehatan pasien.
4. Perawatan Menjelang Tidurr
Perawatan diri yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien dapat
tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara
lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil), mencuci tangan dan
muka, membersihkan mulut, serta memijat daerah punggung.
Tujuan umum perawatan diri adalah untuk mempertahankan perawatan diri,
baik secara sendiri maupun dengan menggunakan bantuan, dapat melatih hidup
sehat/bersih dengan cara memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan
kebersihan, serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan.
Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan
serta mencagah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah dan mempertahankan
integritas pada jaringan.
Jenis Perawatan Diri dari Tempat
1. Perawatan Diri pada Kulit
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi
tubuh dari berbagai kuman ataau trauma, shingga diperlukan perawatan yang adekuat
(cukup) dalam mempertahankan fungsinya. Sebagai bagian dari organ pelindung, kulit
secara otomatis terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan epidermis atau dikenal dengan nama
kutikula dan lapisan dermis atau disebut dengan korium. Lapisan epidermis terdiri atas
bagian-bagian seperti stratum korneum, stratum lusidum, dan stratum granulosum. Lapisa
kedua atau lapisan dermis yang terdiri atas ujung saraf sensori, kelenjar keringat dan
kelenjar sebaseus. (Sumber: Isro’in & Andarmoyo, 2012)
Karakteristik Kulit Normal
1. Kulit halus dan kering
2. Kulit utuh dan tidak memiliki abrasi
3. Kulit terasa hangat ketika di palpasi
4. Perubahan yang terlokalisasi dalam tekstur dapat di palpasi pada permukaan kulit,
kulit lembut dan fleksibel
5. Ada turgor yang baik (elastis dan tetap) dengan kulit yang secara umum halus dan
lembut
6. Warna kulit beragam dari bagian tubuh ke bagian tubuh, dengan rentang dari coklat
tua ke merah muda ke merah muda terang.
7. Fungsi kulit
Kulit sebagai organ terberat dalam tubuh memiliki peranan yang sangat
sentraldalam menjaga keutuhan badan. Kulit memiliki fungsi yang beragam yang
membantu dan menjalankan system kerja tubuh.
Fungsi/Deskripsi Implikasi pada Perawatan
Perlindungan
Epidermis relatif tidak permeabel terhadap Gangguan epidermis terjadi ileh garukan
mikroorganisme. Walaupun atau hilangnya permukaan (misal:
mikroorganisme berada di permukaan kulit penggunaan pencukur kering dan posisi yang
dan folikel rambut, tetapi kekeringan relatif tidak tepat). Kekeringan yang berlebihan
dari permukaan kulit menghambat menimbulkan pecahan serta retakan kulit
pertumbuhan bakteri. Sabun menghilangkan dan mukosa sehingga bakteri dapat masuk.
bakteri dari folikel rambut. pH asam dikulit Pelembut akan mencegah hilangnya
juga menghambat pertumbuhan bakteri kelembapan. Kulit yang basah meningkatkan
retensi kelembapan, dan hidrasi mukosa,
mencegah kekeringan. Namun kelembapan
yang konstan menyebabkan maserasi yang
mengganggu integritas dermis dan
memungkinkan timbulnya ulkus serta
pertumbuhan bakteri. Jaga sprai dan pakaian
tetap kering. Kesalahan menggunakan
sabun, detergen, kosmetik, deodorant dan
pencabut rambut dapat menyebabkan iritasi
kimia. Sabun basa menetralkan kondisi asam
yang melindungi kulit. Pembersih kulit akan
menghilangkan minyak yang berlebihan,
keringat, sel kulit mati dan kotoran yang
memungkinkan pertumbuhan bakteri.

Sensasi Minimalkan friksi untuk menghindari


Kulit mengandung organ sensorik untuk hilangnya stratum korneum yang akan
nyeri, sentuhan, panas, dingin dan sentuhan. menyebabkan ulkus tekan. Linen halus akan
menghilangkan iritasi mekanis. Lepaskan
cincin dari jari untuk mencegah cedera kulit
kering. Pastikan air mandi tidak terlalu
dingin/panas.
Pengaturan suhu
Radiasi, evaporasi, konduksi, dan konveksi Faktor yang mengganggu hilangnya panas
mengatur suhu tubuh akan mengubah kendali suhu. Sprai atau
pakaian yang basah mengganggu konveksi
dan konduksi. Selimut yang berlebihan akan
mengganggu hilangnya panas melalui radiasi
dan konduksi. Selimut akan meningkatkan
konservasi panas.

Ekskresi dan sekresi Keringat dan minyak mengandung


Keringat menyebabkan hilangnya panas mikroorganisme. Mandi menghilangkan
lewat evaporasi. Sebum melubrikasi kulit sekresi tubuh yang berlebihan, namun jika
dan rambut terlalu sering akan menyebabkan kekeringan
kulit.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kulit
Perubahan dan keuntungan pada kulit dapat dipengaruhi oleh berbagai factor,
diantaranya sebagai berikut:
1. Umur
Perubahan kulit dapat ditentukan oleh umur seseorang, hal ini dapat terlihat pada
bayi yang berumur relative masih muda, kondisi kulitnya sangat rawan terhadap berbagai
trauma atau masuknya kuman. Sebaliknya, pada orang dewasa, keutuhan kulit sudah
memiliki kematangan sehingga fungsinya sebagai pelindung sudah baik.
2.   Jaringan Kulit
Perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh struktur jaringan kulit.
Apabila jaringan kulit rusak, maka terjadi perubahan pada struktur kulit.
3.    Kondisi/Keadaan Lingkungan
Beberapa keadaan lingkungan atau kondisi yang dapat memengaruhi keadaan
kulit secara utuh, antara lain keadaan panas, adanya nyeri akibat sentuhan dan tekanan
dan sebagainya.

Masalah-masalah kulit yang umum ditemukan


Karakteristik Implikasi
Kulit kering
Tekstur kasar, bersisik pada area yang Kulit terinfeksi jika lapisan epidermis retak
terekspos seperti tangan, kaki atau wajah.
Jerawat
Adalah erupsi kulit papulopustular yang Materi yang terinveksi di dalam pustule akan
meradang, biasanya karena penguraian menyebar jika jerawat ditekan atau digaruk.
sabun oleh bakteri, timbul di wajah, leher, Jaringan parut permanen dapat timbul
bahu dan punggung.
Ruam kulit
Erupsi kulit akibat pajanan matahari atau Jika kulit terus digaruk, inflamasi dan infeksi
kelembapan yang berlebihan atau reaksi dapat timbul. Ruam juga menyebabkan rasa
alergi (rata atau timbul terlokalisasi atau tidak nyaman
sistemik, peruritik atau non peruritik).
Dermatitik kontak
Imflamasi kulit yang ditandai onset cepat Dermatitis sulit dimusnahkan karena adanya
dengan eritema, peruritus, nyeri dan lesi kontak yang terus menerus dengan substansi.
basah bersisik (pada wajah, leher, tangan, Substansi tersebut sulit diidentifikasi
lengan bawah, dan genital).

Abrasi Infeksi mudah terjadi karena hilangnya


Hilangnya lapisan epidermis yang lapisan pelindung
mengakibatkan perdarahan local dan cairan
serous.

Perawatan Diri Pada Kuku dan Kaki


Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam
mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masik ke dalam tubuh melalui
kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Secara anatomis
kuku terdiri atas dasar kuku, badan kuku, dinding kuku, kantung kuku, akar kuku, dan lunula.
Kondisi normal kuku ini dapat terlihat halus, tebal kurang lebih 0,5 mm, transparan,
dasarkuku berwarna merah muda. (Sumber: Isro’in & Andarmoyo, 2012)
Fungsi Kuku
1. Membantu jari-jari untuk memegang
2. Sebagai kosmetik/cermin kecantikan
Masalah/Gangguan pada Kuku
1. Ingrown Nail, kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan sakit pada daerah
tersebut.
2. Parinychia, radang disekitar jaringan kuku.
3. Ram’s horn Nail, gangguan kuku yang ditandai pertumbuhan yang lambat disertai
kerusakan dasar kuku atau infeksi.
4. Bau tidak sedap, reakso mikroorganisme yang menyebabkan bau tidak sedap.

 Perawatan Diri pada Rambut


Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta
mengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Secara
anatomis, rambut terdiri atas bagian batang, akar rambut, sarung akar, folikel rambut, serta
kelenjar sebasea. (Sumber: Isro’in & Andarmoyo, 2012).
Fungsi Rambut
1. Melindungi kulit terhadap pengaruh-pengaruh buruk
2. Sebagai pengatur suhu
3. Pendorong penguapan keringat
4. Sebagai indera peraba yang sensitive
Masalah/Gangguan kesehatan   dan kebersihan Rambut yang umum ditemukan
Karakteristik Implikasi
Ketombe
Tumbuh sisik kulit kepala disertai gatal. Ketombe menyebabkan rasa malu. Jika
Pada kasus berat, ketombe bisa ditemukan mengenai mata, dapat terjadi konjungtivitis.
di alis.
Tungau
Parasite abu-abu coklat kecil yang menggali Menstransmisikan penyakit ke manusia,
ke dalam kulit dan menghisap darah. terutama demam Rocky Mountain, tularemia
dan penyakit Lyme.
Pediculosis
Serangga abu-abu putih kecil yang hidup
parasit pada mamalia.
Pediculosis Capitis (kutu rambut)
Parasit dikulit kepala, melekat pada rambut. Kutu rambut sulit dihilangkan dan dapat
Telur tampak oval seperti ketombe. Gigitan menyebar ke perabot atau orang lain jika
atau postula dapat dilihat di belakang telinga tidak ditangani.
dan garis rambut.
Pediculosis Corporis (kutu Badan)
Parasit cenderung menempel ke pakaian, Klien terus-menerus gatal. Garukan pada
sehingga sulit dilihat. Menghisap darah dan kulit akan terjadi infeksi. Titik hemoragik
bertelur di pakaian dan perabot. tampak pada kulit dimana kutu menghisap
darah.
Pediculosis Pubis
Terletak di rambut pubis. Berwarna putih Kutu tersebar di sprai, pakaian, perabot atau
dengan kaki merah. antara individu dengan kontak seksual.
Kehilangan rambut (Alopecia)
Terjadi pada semua ras. Bercak kebotakan Bercak pertumbuhan rambut yang tidak rata
terletak di perifer garis rambut. Rambut dan kebotakan mengubah penampilan klien
menjadi rapuh dan mudah patah.
Perawatan Diri Pada Mulut dan Gigi
Gigi dan mulut adalah bagian paling penting yang harus dipertahankan
kebersihannya, sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Banyak organ yang
berada dalam mulut, seperti orofaring, kelenjar parotid, tonsil, uvula, kelenjar sublingual,
kelanjar submaksilaris dan lidah. (Sumber: Isro’in & Andarmoyo, 2012)
Masalah/Gangguan pada Mulut dan Gigi
Maalah yang sering terjdi pada kebersihan gigi dan mulut, antara lain sebagai berikut.
1. Halitosis, bau napas tidak sedap yang dapat disebabkan oleh kuman atau lainnya.
2. Ginggivitas, radang pada daerah gusi.
3. Karies, radang pada gigi.
4. Stomatitis, radang pada daerah mukosa atau rongga mulut.
5. Periodontal disease (gusi yang mudah berdarah dan bengkak)
6. Glostitis, radang pada lidah.
7. Cheilitis, bibir yang pecah-pecah.

 Perawatan Diri Pada Mata, Telinga, dan Hidung


Pada perawatan Hygiene mata, teling dan hidung membutuhkan perhatian khusu. Bersihkan
jaringan ini dengan cara yang mencegah cedera dan ketidaknyamanan, seperti berhati-hati
agar sabun tidak mengenai mata. Selain itu, waktu perawatan Hygiene merupakan
kesempatan baik untuk mengetahui apakah ada perubahan pada penglihatan, pendenganran
dan penghiduan (Sumber: Potter & Perry, 2010).
Fungsi Mata, Telinga, dan Hidung
- Mata
Sebagai indera penglihatan yang menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada
retina dengan perantaraan serabut-serabur nervus opticus, menghantarkan rangsangan ini ke
pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.
- Telinga
Telinga adalah organ sensori yang berfungsi dalam hal pendengaran dan
keseimbangan. Telinga luar berfungsi untuk mengumpulkan dan melokalisasi suara. Telinga
tengah berfungsi untuk menghantarkan suara yang telah dikumpulkan oleh daun telinga ke
telinga bagian dalam, sedangkan fungsi telinga dalam adalah menghantarkan suara menuju ke
saraf-saraf pendengaran untuk selanjutnya diteruskan ke dalam otak dan ditafsirkannya suara
oleh otak.
- Hidung
1. Sebagai jalan nafas
2. Pengatur kondisi udara (air conditioning)
3. Sebagai penyaring dan pelindung
4. Indera penghirup
5. Resonasi suara
6. Proses bicara
7. Refleks nasal
Masalah/Gangguan pada Mata, Telinga dan Hidung
- Mata:
1. Hordeolum: Peradangan pada kelenjar sebasea di kelopak mata
2. Kalazion: kista yang terbentuk di dalam kelopak mata sebagai akibat dari penyumbatan
padaa saatu atau lebih kelenjar meibom yang menghasilkan minyak yang membentuk lapisan
luar air mata.
3. Konjungtivitis: Radang konjungtiva
4. Keratitis: peradangan kornea
5. Perasaan tidak nyaman dalam mata, perih, gatal, mata merah dan berair, keluar tahi
mata, hingga pandangan kabur atau penurunan fungsi penglihatan.
- Telinga:
1. Perasaan gatal dan ketidaknyamanan padasaluran telinga
2. Pening/pusing, demam
3. Nyeri pada telinga
4. Keluarnya sekret yang berbau
5. Merah dan bengkak dalam telinga
6. Tinitus atau telinga berdenging
7. Penurunan fungsi pendengaran, hingga berkurang/hilangnyakeseimbangan
- Hidung:
1. Demam/mengigil, hidung tersumbat
2. Edema mukosa hidung
3. Ingus kental dan berbau
4. Peningkatan sekret pada hidung
5. Gatal dan ketidaknyamanan di hidung
6. Nyeri sekitar wajah
7. Hingga penurunan pada fungsi pembauan
 Perawatan Diri Pada Alat Kelamin
Perawatan diri pada alat kelamin yang dimaksud adalah pada alat kelamin perempuan, yaitu
perawatan diri pada organ eksterna yangterdiri atas mons veneris, terletakdi depan simpisis
pubis; labia mayora, yang merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva; klitoris,
(sebuah jaringan erektil yang serupa dengan penis laki-laki); kemudian bagian yang terletak
di sekitarnya, seperti uretra, vagina, perineum dan anus. (Sumber: Isro’in & Andarmoyo,
2012)

 Kebutuhan Kebersihan Lingkungan Pasien


Lingkungan (environment) adalah segala sesuatu yang mempunyai hubungan langsung
dengan kelangsungan hidup organisme atau manusia, atau dengan kata lain: lingkungan kita
adalah dunia dengan segalamacam aspek-aspeknya dimana kita selalu berhubungan misalnya
keadaan tempat, iklim, orang dan sebagainya. (Sumber: Isro’in & Andarmoyo, 2012)
Pemenuhan kebutuhan kebersihan lingkungan pasien yang dimaksud di sini adalah
kebersihan pada tempat tidur. Melalui kebersihan tempat tidur diharapkan pasien dapat tidur
dengan nyaman tanpa gangguan selama tidur sehingga dapat membantu proses
penyembuhan. Pemenuhan kebutuhan ini melalui prosedur penyiapan tempat tidur tertutup
maupun terbuka. (Sumber: Isro’in & Andarmoyo, 2012)

A. Tujuan Perawatan Personal Hygiene


1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki Personal Hygiene yang kurang
4. Pencegahan penyakit
5. Meningkatkan percaya diri seseorang
6. Menciptakan keindahan.
B. Dampak Personal Hygiene
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah:
gangguan intregitas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Gangguan Psikososial
Masalah sosial yangberhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, aktualisasi diri menurun
dan gangguan dalam interaksi sosial.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene


Sikap seseorang melakukan Hygiene perorangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Tidak ada dua orang yang melakukan perawatan kebersihan dengan cara yang sama, dan
perawat dapat memberikan perawatan secara individual setelah mengetahui praktik Hygiene
klien yang unik.

1. Praktik Sosial
Manusia merupakan makluk sosial dan karenanya berada dalam kelompok sosial.
Kondisi ini akan memungkinkan seseorang untuk berhubungan, berinteraksi dan
bersosialisasi satu dengan yang lain. Personal Hygiene atau kebersihan diri seseorang
sangat mempengaruhi praktik sosial seseorang. Selama masa anak-anak, kebiasaan
keluarga mempengaruhi praktik Hygiene, misalnya frekuensi mandi, waktu mandi, dan
Hygiene mulut. Pada masa remaja, Hygiene pribadi dipengaruhi oleh kelompok teman
sebaya. Remaja wanita misalnya, mulai tertarik dengan penampilan pribadi dan mulai
memakai riasan wajah. Pada masa dewasa, teman dan kelompok kerja membentuk
harapan tentang penampilan pribadi. Sedangkan pada lansia akan terjadi beberapa
perubahan dalam praktik Hygiene karena perubahan dalam kondisi fisiknya.

2. Pilihan Pribadi
Setiap klien memiliki keinginan dan pilihan tersendiri dalam praktik Personal
Hygiennya, (mis. Kapan dia harus mandi, bercukur, melakukan perawatanrambut, dsb),
termasuk memilih produk yang digunakan dalam praktik Hygiennya (mis. Sabun, sampo,
deodorant dan pasta gigi) menurut pilihan dan kebutuhan pribadinya. Pilihan-pilihan
tersebut setidaknya harus membentu perawat dalam mengembangkan rencana
keperawatan yang lebih kepada individu. Perawat tidak mencoba untuk mengubah pilihan
klien kecuali hal itu akan mempengaruhi kesehatan klien.

3. Citra Tubuh
Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra tubuh
sangat mempengaruhi dalam praktik Hygiene seseorang. Ketika seorang perawat
dihadapkan pada klien yang tampak berantakan, tidak rapi atau tidak peduli dengan
Hygiene dirinya, maka dibutuhkan edukasi tentang pentingnya Hygiene untuk kesehatan,
selain itu juga dibutuhkan kepekaan perawat untuk melihat kenapa hal ini bisa terjadi,
apakah memang kurang/ ketidaktauan klien akan Hygiene perorangan atau ketidakmauan
dan ketidakmampuan klien dalam menjalankan praktik Hygiene dirinya, hal ini bisa
dilihat dari partisipasi klien dalam Hygiene harian.

4. Status Sosial Ekonomi


Status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik Hygiene
perorangan. Sosial ekonomi yang rendah memungkinkan Hygiene perorangan yang
rendah pula. Perawat dalam hal ini harus bisa menentukan apakah klien dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting dalam praktik Hygiene seperti sabun, sampo,
sikat gigi, pasta gigi, dsb.

5. Pengetahuan dan Motivasi


Pengetahuan tentang Hygiene akan mempengaruhi praktik Hygiene seseorang.
Namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasi merupakan kunci penting dalam
pelaksaanaan Hygiene tersebut. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan
motivasi karena kurangnya pengetahuan. Sebagai seorang perawat yang bisa dilakukan
dalam halini adalah mendiskusikannya dengan klien, memeriksa kebutuhan praktik
Hygiene klien dan memberikan informasi yang tepat dan adekuat kepada klien, tetapi
bagaimanapun juga kembalinya adalah klien, bahwa klienlah yang berperan penting
dalam menentukan kesehatan dirinya.

6. Variabel Budaya
Kepercayaan budaya dan nilai pribadi klien akan mempengaruhi perawatan
Hygiene seseorang. Berbagai budaya memilikipraktik Hygiene yang berbeda. Di Asia
kebersihan dipandang penting bagi kesehatan sehingga mandi bisa dilakukan 2-3 kali
dalam sehari, sedangkan di Eropa memungkinkan hanya mandi sekali dalam seminggu.
Beberapa budaya memungkinkan juga menganggap bahwa kesehatan dan kebersihan
tidaklah penting. Dalam halini sebagai seorang perawat jangan menyatakan ketidak
setujuan jika klien memiliki paktik Hygiene yang berbeda dari nilai-nilai perawat, tetapi
diskusikan nilai-nilai standar kebersihan yang bisa dijalankan oleh klien.
3.9 Keseimbangan Suhu Tubuh
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan
alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba.
Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer
untuk mengukur suhu dengan valid. Ada empat macam termometer yang paling
dikenal adalah Celcius, Reumur, Fahrenheit, dan Kelvin.
Macam-Macam Suhu Tubuh
Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007):
1. Hipotermi,bila suu tubuh kurang dari 36 C
2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36-37,5 C

3. Febris/pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 -40 C


4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40 C

Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

1) Kecepatan Metabolisme Basal


Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.
Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju
metabolisme.
2) Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme
menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat
mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.
Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya,
rangasangan saraf simpatis ini dipengaruhi stres individu yang menyebabkan
peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan
metabolisme.
3) Hormone Pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh
juga meningkat.
4) Hormone Tiroid
Fungsi toroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia
dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
5) Hormone Kelamin
Hormone kelamin proa dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal
kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi
panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi daripada laki-laki
karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan
suhu tubuh sekitar 0,3-0,6 C diatas suhu basal.
6) Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10 C.
7) Status Gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20-
30%. Hal ini terjadi karena sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal
nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu,
individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami
hipotermia karena lemak merupakan isolator yan cukup baik, dalam arti
lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan
yang lain.
8) Aktivitas
Aktifitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan
gesekan antar komponen otot/ organ yang menghasilkan energi termal.
Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3-40,0 C.

10
9) Gangguan Organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai
zat pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat mernagsang
peningkatan suhu tubuh . Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang
sedikit juga dapat meyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10) Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas
tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin.
Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia.
Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar
melalui kulit. Suhu tubuh dihasilkan dari:
a) Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel
tubuh.
b) Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk
kontraksi otot akibat menggigil).
c) Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebgaian
kecil, hormon lain, misal hormon pertumbuhan (growth hormone dan
testosteron).
d) Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan
rangsangan simpatis pada sel.
e) Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalma
sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.

3.10 Pemenuhan menjelang ajal


Bantuan yang dapat Diberikan
1. Bantuan Emosional
a) Pada Fase Denial Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial
dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
b) Pada Fase Marah Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan
perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih
me rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang
kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai
orang yang dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan
tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam
menumbuhkan rasa aman.
c) Pada Fase Menawar Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya
dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa
11
bersalah dan takut yang tidak masuk akal.
d) Pada Fase Depresi Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan
mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika
berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan
mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa
aman bagi pasien.
e) Pada Fase Penerimaan Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai.
Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah
menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program
pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
2. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
a) Kebersihan Diri Kebersihan dilibatkan unjtuk mampu melakukan kerbersihan diri
sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan, dsb.
b) Mengontrol Rasa Sakit Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan
pada klien dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat
ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-
obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra
Muskular/Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah menurun.
c) Membebaskan Jalan Nafas Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler
akan lebih baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk
membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik
adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
d) Bergerak Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak,
seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan
dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong
tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun.
e) Nutrisi Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik.
Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu
makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena
terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek
menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair
atau Intra Vena/Invus.
f) Eliminasi Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
12
konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah
konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara
teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi.
Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet, harus
diberikan salep.
g) Perubahan Sensori Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya
menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang. Klien masih dapat
mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon, perawat dan keluarga harus
bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
3. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial Klien dengan dying akan ditempatkan diruang
isolasi, dan untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
a) Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien
dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman dekat, atau anggota
keluarga lain.
b) Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu
diisolasi.
c) Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan teman-
teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk membersihkan diri dan
merapikan mdiri.
d) Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak orang
lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu
membacanya.
4. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual
a) Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana
klien selanjutnya menjelang kematian.
b) Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk
memenuhi kebutuhan spiritual.
c) Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya.
3.11 Sex Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
e. Kebutuhan Seks (Sex Needs)

13

Kebutuhan seks yaitu kebutuhan pelampiasan dorongan seksual, bagi


mereka yang sudah matang fungsi biologisnya kebutuhan akan seks bagi manusia
sudah ada sejak lahir. Seks tergolong dalam kebutuhan primer.

f. Perkembangan Seksual Manusia


1. Masa Pranatal dan Bayi
Pada masa ini komponen fisik dan biologis sudah mulai berkembang
2. Masa Kanak-Kanak
Masa ini dibagi dalam usia toddler, prasekolah, dan sekolah perkembangan
seksual pada masa ini diawali secara biologis atau fisik.
3. Masa Pubertas
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan akan
terjadi kematangan secara psikososial.
4. Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur
Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan seks sekunder
mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun.
5. Masa Dewasa
Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita diantaranya adalah atropi
pada vagina dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina dan penurunan
intensitas orgasme pada wanita; sedangkan pada pria akan mengalami
penurunan produksi sperma, berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya
pencapaian ereksi, daan pembesaran kelenjar prostat.
6. Masa Lanjut Usia
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur 60 tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat dan psikologis yang semakin menurun.
3.12 Kematian dan Berduka
Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian
1. Kehilangan Tonus Otot, ditandai:
a) Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b) Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.
c) Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut
kembung, obstipasi, dsbg.
d) Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e) Gerakan tubuh yang terbatas.
2. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:
a) Kemunduran dalam sensasi.
b) Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c) Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.
3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
a) Nadi lambat dan lemah.
b) Tekanan darah turun.
c) Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
4. Gangguan Sensori
a) Penglihatan kabur.
14
b) Gangguan penciuman dan perabaan. Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat
dilihat sebelum kematian, kadang-kadang klien tetap sadar sampai meninggal.
Pendengaran merupakan sensori terakhir yang berfungsi sebelum meninggal.

Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan/ membagi tahap-tahap menjelang ajal


(dying) dalam 5 tahap, yaitu:
1. Menolak/Denial
Pada fase ini, pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya
terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak. Timbul pemikiran-pemikiran seperti:
“Seharusnya tidak terjadi dengan diriku, tidak salahkah keadaan ini?”. Beberapa
orang bereaksi pada fase ini dengan menunjukkan keceriaan yang palsu (biasanya
orang akan sedih mengalami keadaan menjelang ajal).
2. Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan
segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. Timbul
pemikiran pada diri klien, seperti: “Mengapa hal ini terjadi dengan diriku?”
Kemarahan-Kemarahan tersebut biasanya diekspresikan kepada obyek-obyek yang
dekat dengan klien, seperti:keluarga, teman dan tenaga kesehatan yang merawatnya.
3. Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya. Pada
pasien yang sedang dying, keadaan demikian dapat terjadi, seringkali klien berkata:
“Ya Tuhan, jangan dulu saya mati dengan segera, sebelum anak saya lulus jadi
sarjana”.
4. Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin
banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping
pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
5. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga
tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini
sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-
rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan
keluarga terdekat, menulis surat wasiat, dsbg.
15
3.13 Pemenuhan Keselamatan Aman dan Nyaman
Ketika kebutuhan fisiologi seseorang telah terpenuhi secara
layak , kebutuhan akan rasa nyaman mulai muncul,keadaan aman ,
proteksi  , dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang
meningkat. Jika tidak terpenuhi , maka akan tibul rasa cemas dan
takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainya .

3.14 Pemenuhan Rasa Cinta Memiliki dan Dimiliki


Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di
atas terpenuhi  , maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih
sayang dan rasa memiliki . hal ini dapat terlihat dalam usaha
seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman , kekasih , anak
atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas
tertentu seperti tim sepak bola , dan seterusnya . jika tidak
terpenuhi maka perasaan kesepian akan timbul.

3.15 Pemenuhan Harga Diri dan Konsep diri


1. Konsep Diri

Diri sebagai jumlah keseluruhan dari segala yang ada pada diri seseorang-
tubuh, perilaku, dan perasaan. Mengisyaratkan bahwa diri adalah sesuatu atau
kumpulan. Diri sebagai sebuah konstruk hipotetik, artinya kita dapat menggunakan
pancaindera kita untuk membuktikan keberadaannya. Sebaliknya, hal tersebut adalah
sesuatu yang kita katakan ada karena membutuhkan kesatuan istilah dalam upaya
menggambarkan segala sesuatu lain yang bisa kita alami melalui pancaindera kita.
Terdapat lima aspek dari diri yakni :
1. Tentang fisik-diri, Meliputi tubuh dan semua aktivitas biologis yang
berlangsung.
ii. Diri-sebagai-proses yaitu suatu aliran akal, pikiran, emosi, dan perilaku yang
konstan.
iii. Diri-sosial yaitu akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai respon
secara umum terhadap orang lain dan masyarakat.
iv. Suatu pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya masing-
masing (konsep-diri).
v. Cita-diri yaitu apa yang anda inginkan, merupakan faktor yang paling penting
dari perilaku seseorang.

a. Hakikat Konsep Diri

Diri ialah suatu susunan konsep hipotetis yang merujuk pada perangkat
kompleks dari karakteristik proses fisik, perilaku, dan kejiwaan dari seseorang.
Sedangkan konsep merupakan gagasan, ide-ide ataupun pemahaman yang
dapat membentuk gambaran terhadap mental seseorang secara keseluruhan.
Jadi, konsep diri adalah pemahaman mengenai diri mencakup komponan fisik,
sosial, emosional dan kejiwaan (psikologis) seseorang secara keseluruhan.
16
Proses pembentukan konsep diri seseorang dibentuk melalui faktor internal
dan eksternal dari beberapa objek. Konsep diri terbentuk dari dua komponen
yaitu :
1. Komponen Yaitu pengetahuan individu tentang keadaan dirinya. Misalnya,
saya anak bodoh, saya anak pintar. Jadi, komponen kognitif akan
menjelaskan siapa saya yang akan memberi gambaran tentang diri saya.
Gambaran diri (self-picture) tersebut akan membentuk citra diri.
2. Komponen Afektif. Penilaian individu terhadap diri. Penilaian tersebut
akan membentuk penerimaan terhadap diri (self-acceptable), serta
penghargaan diri (self-esteem) individu.
3. Komponen kognitif merupakan data yang bersifat objektif, sedangkan,
komponen afektif merupakan data yang bersifat subjektif.

Menurut Matt Jarvis (2005) dalam buku Dr. Sukirno (2012:84), konsep
diri terbentuk setelah individu :
1. Memiliki citra diri yang positif dan konstruktif
2. Memiliki pandangan menyeluruh tentang dirinya (memahami atas
kelebihan dan kekurangannya)
3. Memiliki ketahanan menghadapi kemungkinan tentang hambatan dan
kegagalan
4. Memiliki rencana hidup yang mantap
Konsep diri terbentuk dalam waktu yang relatif lama, dan
pembentukan ini tidak bisa diartikan bahwa reaksi yang tidak biasa dari
seseorang dapat mengubah konsep diri. Konsep diri terbentuk melalui proses
belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa.
Lingkungan, pengalaman, dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang
tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai
siapa dirinya. Oleh sebab itu, seringkali anak-anak yang tumbuh dan
dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif, atau pun lingkungan yang
kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini
disebabkan sikap orang tua yang misalnya : suka memukul, mengabaikan,
kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak
pernah memuji, suka marah-marah, dan lain sebagainya.

Konsep diri pada dasarnya tersusun atas berbagai tahapan. Yang paling
dasar adalah konsep diri primer, yaitu konsep yang terbentuk atas dasar
pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya seperti lingkungan rumahnya
sendiri. Pengalaman berbeda-beda yang ia terima melalui anggota rumah dapat
diketahui tentang bagaimana dirinya bermula dari perbandinga antara dirinya
dan saudara-saudaranya. Sedangkan konsep diri sekunder banyak ditentukan
pula oleh konsep diri primernya. Jadi, apabila konsep diri primer yang dimiliki
seseorang adalah ia tergolong orang yang pendiam, penurut, tidak nakal atau
tidak suka membuat keributan, maka ia cenderung memilih teman bermain
yang sesuai dengan konsep dirinya,dan teman-teman itulah yang nantinya
menunjang terbentuknya konsep diri sekundernya.
Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi individu dengan orang-
orang disekitarnya. Apa yang dipresepsi individu lain mengenai diri individu,
tidak terlepas dari struktur, peran, dan status sosial yang disandang sesorang
individu.

m. Proses perkembangan konsep diri


Pengembangan konsep diri merupakan proses yang relatif pasif. Artinya
anda berprilaku dengan cara tertentu dan mengamati reaksi orang lain terhadap
perilaku anda. Konsep diri merupakan suatu cerminan cara yang disajikan
orang lain sebagai tanggapan kepada kita, tergantung pada cara bagaimana kita
membandingkan diri kita dengan orang lain. Ada dua yang mendasari
perkembangan konsep diri kita yaitu Pengalaman kita secara situasional,
Interaksi dengan orang lain

n. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


William Brooks menyebutkan 4 faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri :
1. Self Appraisal-Viewing Self an Object.suatu pandangan yang
menjadikan diri sendiri sebagai objek dalam komunikasi, atau dengan kata
lain, adalah kesan kita terhadap diri kita sendiri.
2. Reaction and Response of others. Konsep diri dipengaruhi oleh reaksi
dan respon orang lain terhadap diri kita.
3. Roles You Play-Role Taking. Peran merupakan seperangkat patokan,
yang membatasi perilaku yang mesti dilakukan oleh individu yang
menduduki suatu posisi.
4. References Group. Sikap yang menunjukkan rasa tidak senang atau
tidak setuju terhadap kehadiran seseorang, biasanya dijadikan sebagai bahan
komunikasi dalam penilaian kelompok terhadap prilaku seseorang. Semakin
banyak kelompok rujukan yang menganggap diri kita positif, semakin positif
konsep
5. diri kita.

B. Harga diri ( Self Esteem )

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,
1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah
atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri
rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah
di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992). Pengertian
harga diri adalah hasil evaluasi individu terhadap dirinya sendiri yang merupakan
sikap penerimaan atau penolakan serta menunjukan seberapa besar individu
percaya pada dirinya, merasa mampu, berarti, berhasil dan berharga
(Coopersmith, 1967) dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal
dirinya (Stuart dan Sundeen, 1991).

18
Dimana evaluasi ini diartikan sebagai penilaian yang positif atau negatif yang
dihubungkan dengan konsep diri seseorang. Harga diri merupakan evaluasi
seseorang terhadap dirinya sendiri secara positif dan juga sebaliknya dapat
menghargai secara negatif. Jika seseorang dapat melihat secara positif terhadap
dirinya, maka orang tersebut dikatakan memiliki harga diri yang tinggi, begitupun
sebaliknya (Menurut Lerner dan Spanier, dalam Ghufron, 2010). Seseorang akan
menyadari dan menghargai dirinya jika ia mampu menerima diri pribadinya.

1. Faktor yang mempengaruhi harga diri


Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan
ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan menurut Dariuszky (2004) yang
menghambat perkembangan harga diri adalah : Perasaan takut , yaitu
kekhawatiran atau ketakutan (fear).

Dalam kehidupan sehari-hari individu harus menempatkan diri di


tengah-tengah realita. Ada yang menghadapi fakta-fakta kehidupan dengan
penuh kebenaran, akan tetapi ada juga yang menghadapinya dengan perasaan
tidak berdaya. Ini adalah tanggapan negatif terhadap diri, sehingga sekitarnya
pun merupakan sesuatu yang negatif bagi dirinya. Tanggapan ini menjadikan
individu selalu hidup dalam ketakutan yang akan mempengaruhi seluruh alam
perasaannya sehingga terjadi keguncangan dalam keseimbangan kepribadian,
yaitu suatukeadaan emosi yang labil. Maka dalam keadaan tersebut individu
tidak berpikir secara wajar, jalan pikirannya palsu, dan segala sesuatu yang
diluar diri yang dipersepsikan secara salah. Dengan demikian tindakan-
tindakannya menjadi tidak adekuat sebab diarahkan untuk kekurangan dirinya.
Keadaan ini lama kelamaan tidak dapat dipertahankan lagi, yang akhirnya
akan menimbulkan kecemasan, sehingga jelaslah bahwa keadaan ini akan
berpengaruh pada perkembangan harga dirinya.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Diri (Self Esteem) Menurut Para
Ahli
Menurut Coopersmith (1967) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
harga diri, yaitu:
a) Penghargaan dan Penerimaan dari Orang-orang yang Signifikan.
Harga diri seseorang dipengaruhi oleh orang yang dianggap penting
dalam kehidupan individu yang bersangkutan. Orangtua dan keluarga
merupakan contoh dari orang-orang yang signifikan. Keluarga
merupakan lingkungan tempat interaksi yang pertama kali terjadi
dalam kehidupan seseorang.
b) Kelas Sosial dan Kesuksesan. Menurut Coopersmith (1967),
kedudukan kelas sosial dapat dilihat dari pekerjaan, pendapatan dan
tempat tinggal. Individu yang memiliki pekarjaan yang lebih
bergengsi, pendapatan yang lebih tinggi dan tinggal dalam lokasi
rumah yang lebih besar dan mewah akan dipandang lebih sukses
dimata masyarakat dan menerima keuntungan material dan budaya.
Hal ini akan menyebabkan individu dengan kelas sosial yang tinggi
meyakini bahwa diri mereka lebih berharga dari orang lain.
c) Nilai dan Inspirasi Individu dalam Menginterpretasi
Pengalaman.Kesuksesan yang diterima oleh individu tidak
mempengaruhi harga diri secara langsung melainkan disaring terlebih
dahulu melalui tujuan dan nilai yang dipegang oleh individu.
d) Cara Individu dalam Menghadapi Devaluasi.Individu dapat
meminimalisasi ancaman berupa evaluasi negatif yang datang dari
luar dirinya. Mereka dapat menolak hak dari orang lain yang
memberikan penilaian negatif terhadap diri mereka.
Harga diri dapat diperoleh melalui SAPTONOKO :
1) Keturunan,
2) Kekayaan,
3) Kekuasaan,
4) Keagamaan,
5) Kependidikan,
6) Kecerdasan,
7) Kejujuran.

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti :


1. Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti
penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan
mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk
mencintai orang lain.
2. Ideal Diri tidak realistis.
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak
punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan.
3. Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa
rendah diri.
4. Sistim keluarga yang tidak berfungsi.
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak
mampu membangun harga diri anak dengan baik.
5. Pengalaman traumatik yang berulang, misalnya akibat aniaya fisik,
emosi dan seksual.

3.17 Pemenuhan Aktualisasi Diri


1. Pengertian Aktualisasi Diri
Maslow (1954) Hierarchy of Needs menggunakan istilah aktualisasi
diri (self actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang
manusia. Maslow (1970) dalam Arianto (2009:139) menjelaskan aktualisasi
diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi psikologis yang unik. Menurut Maslow (2014) seorang individu siap
untuk bertindak sesuai kebutuhan pertumbuhan jika dan hanya jika kebutuhan
kekurangan terpenuhi, konseptualisasi awal Maslow hanya mencakup satu
kebutuhan pertumbuhan - aktualisasi diri.
Orang-orang yang teraktualisasi diri dicirikan oleh: 1) fokus pada
masalah; 2) menggabungkan kesegaran apresiasi hidup yang terus berlanjut; 3)
keprihatinan tentang pertumbuhan pribadi; dan 4) kemampuan untuk memiliki
pengalaman puncak. Maslow (1970) menemukan bahwa tanpa memandang
suku asal-usul seseorang, setiap manusia mengalami tahap-tahap peningkatan
kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut meliputi
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan sosial,
kebutuhan akan penghargan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Menurut Maslow
(1987) aktualisasi diri merupakan penggunaan dan pemanfaatan secara penuh
bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan diri tersebut. Proses aktualisasi adalah perkembangan
atau penemuan jati diri dan berkembang suatu potensi yang dimiliki oleh
manusia (Maslow1987).
Organisme manusia mencaku semua pengalaman yang tersedia pada
saat tertentu, baik sadar maupun tidak sadar (Rogers 1959). Seiring
perkembangan sebagian bidang ini menjadi berbeda dan ini menjadi "diri"
seseorang, diri adalah konstruksi sentral, ini berkembang melalui interaksi
dengan orang lain dan melibatkan kesadaran akan keberadaan dan fungsi (Hall
& Lindzey, 1985; Rogers, 1959). Bentuk psikologis yang jelas dari
kecenderungan aktual yang terkait dengan diri ini adalah kecenderungan
aktualisasi diri, ini melibatkan aktualisasi dari bagian pengalaman yang
dilambangkan dalam diri (Rogers, 1959). Hal ini dapat dilihat sebagai
dorongan untuk mengalami diri sendiri dengan cara yang konsisten dengan
pandangan seseorang tentang beberapa hal (Maddi, 1996). Terhubung dengan
pengembangan konsep diri dan aktualisasi diri adalah kebutuhan sekunder
(diasumsikan kemungkinan dapat dipelajari di masa kanak-kanak): kebutuhan
untuk hal positif dari orang lain dan kebutuhan akan penghargaan diri yang
positif, hal ini mengarah pada mendukungnya suatu perilaku yang konsisten
dengan konsep diri seseorang (Maddi, 1996).
Manusia yang beraktualisasi dimotivasi oleh metakebutuhan yang
berorientasi pada penyesuaian kehidupan individu dengan kecenderungan-
kecenderungan aktualisasi diri yang unik dan ditujukan untuk meningkatkan
pengalaman yang mengarah pada pertumbuhan dalam diri, kreativitas adalah
kualitas menonjol di aktualisasi diri, bahwa orang-orang yang
mengaktualisasikan diri dan kebutuhan yang digambarkan pada hierarki
piramidal nya deskriptif, sebagai lawan secara eksplisit dinyatakan dalam hal
bagaimana pemenuhan manusia muncul (Maslow 1987). Aktualisasi diri akan
berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang,ketika mencapai usia
tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari
fisiologis ke psikologis. (Arianto, 2009). Maslow (1954: 46) bahwa kebutuhan
aktualisasi diri adalah kebutuhan seseorang untuk mampu menjadi apa yang
diinginkan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Misalnya seorang musician
harus bermain musik “What a man can be, he must be”. Aktualisasi diri
membutuhkan kemampuan dan dorongan untuk menetapkan dan mencapai
tujuan. Dalam proses aktualisasi diri dibutuhkan kerja keras, kesabaran,dan
komitmen yang tinggi dari individu tersebut.
Menurut Maslow (dalam Omifolaji 2010) proses yang harus diperhatikan
dalam aktualisasi diri adalah sebagai berikut:
1) Siap untuk berubah.
2) Bertanggung jawab.
3) Memeriksa dan memiliki motif yang kuat.
4) Menggunakan pengalaman-pengalaman yang positif.
5) Siap terlibat dan melakukan perkembangan
Dari definisi aktualisasi diri di atas, peneliti menjabarkan bahwa
aktualisasi diri adalah nilai – nilai peningkatan kualitas hidup berkaitan
dengan kemampuan seorang untuk memahami kemampuan diri sendiri yang
menunjukkan bahwa diri sendiri mampu memberikan penilaian diri, penilaian
positif kepada kemampuan diri sendiri atau ketepatan seseorang di dalam
menempatkan dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada di dalam diri.

o. Aspek Aktualisasi Diri

Berdasarkan dari teori aspek-aspek proses perkembangan seseorang


untuk mewujudkan aktualisasi dirinya, antara lain (Maslow,1954 dalam
Motivation and
personality):
a) Kreativitas (creativity), merupakan sikap yang diharapkan ada pada orang
yang beraktualisasi diri. Sifat kreatif nyaris memiliki arti sama dengan
kesehatan, aktualisasi diri dan sifat manusiawi yang penuh. Sifat – sifat
yang dikaitkan dengan kreativitas ini adalah fleksibilitas, spontanitas,
keberanian, berani membuat kesalahan, keterbukaan dan kerendahan hati
(BegheToKozbelt, A & Runco 2010). Orang kreatif biasanya energik dan
penuh ide, individu ini ditandai dengan memiliki keinginan untuk tumbuh
dan kemampuan untuk menjadi spontan, pemikir yang berbeda, terbuka
terhadap pengalaman baru, gigih, dan pekerja keras. Studi yang dilakukan
oleh ChavezEakle, Lara, dan Cruz (2006) tentang perilaku individu
kreatif menemukan bahwa orang kreatif memiliki rasa eksplorasi saat
menghadapi hal baru, bersikap optimis, toleran terhadap ketidakpastian,
dan mengejar tujuan dengan intensitas tinggi.
b) Moralitas (morality), merupakan kemampuan manusia melihat hidup
lebih jernih, melihat hidup apa adanya bukan menurutkan keinginan.
Kemampuan melihat secara lebih efisien ,menilai secara lebih tepat
“manusiawi secara penuh” yang ternyata merembes pula ke banyak
bidang kehidupan lainnya Menurut Shweder (1997) manusia dan tujuan
regulasi moral adalah untuk melindungi zona pilihan individu yang bebas
dan untuk mempromosikan pelaksanaan kehendak individu dalam
mengejar preferensi pribadi. (Richerson & Boyd, 2005) mengasumsikan
bahwa moralitas manusia muncul dari koevolusi gen dan inovasi budaya,
bahwa budaya telah menemukan banyak cara untuk membangun potensi
pikiran manusia yang luas untuk menekan keegoisan dan membentuk
komunitas.
c) Penerimaan diri (self acceptance), banyak kualitas pribadi yang dapat
dirasakan di permukaan yang tampak bervariasi dan tidak berhubungan
kemudian dapat dipahami sebagai manifestasi atau turunan dari sikap
yang lebih mendasar yaitu relatif kurangnya rasa bersalah, melumpuhkan
rasa malu dan kecemasan dalam kategori berat. Manusia yang sehat
dirasa mungkin untuk menerima diri sendiri dan alam diri sendiri tanpa
kekecewaan atau keluhan dalam hal ini bahkan tanpa berpikir tentang hal
ini sangat banyak. Individu bisa menerima sifat manusia dengan semua
kekurangan, serta semua perbedaan dari citra ideal tanpa merasa
kekhawatiran dalam kehidupan nyata. Orang yang mengaktualisasikan
diri cenderung baik, hangat dan menikmati diri sendiri tanpa
penyesalan,rasa malu atau permintaan maaf. Menurut Maslow (1954)
bahwa individu yang teraktualisasikan sendiri dapat mencatat dan
mengamati apa yang terjadi, tanpa memperdebatkan masalah atau
menuntut hal itu sebaliknya demikian juga orang yang aktualisasi diri
cenderung memandang manusia, alam di dalam dirinya dan orang lain.
Dengan menghilangkan penilaian diri dan memperkuat penerimaan diri,
individu menjadi terbebas dari kecemasan, perasaan tidak mampu dan
takut akan kritik dan penolakan, serta bebas untuk mengeksplorasi dan
mengejar hal-hal yang benar-benar membuat individu senang (Bernard,
2011).
d) Spontanitas (Spontaneity) Aktualisasi diri manusia dapat digambarkan
sebagai relatif spontan pada perilaku dan jauh lebih spontan daripada di
kehidupan batin, pikiran, impuls, dan lain lain, perilaku ini ditandai
dengan kesederhanaan, kealamian dengan kurangnya kesemuan ini tidak
selalu berarti perilaku konsisten yang tidak konvensional. Moreno (1955)
menjelaskan bahwa Spontanitas merupakan tingkat variabel respon yang
memadai terhadap situasi tingkat variabel dan, perilaku yang baru
bukanlah ukuran spontanitas yang harus memenuhi syarat dari hal
tersebut misalnya, tentang perilaku psikotik ekstrem dengan tingkat yang
sedemikian tidak koheren sehingga individu tersebut tidak dapat
menyelesaikan masalah konkret atau memecahkan masalah pemikiran.
Menurut Haidt (2008) spontanitas dalam kehidupan batin, pikiran dan
dorongan hati individu, yang tidak terganggu oleh konvensi, etika dari
individu tersebut berupa sebuah otonom, manusia adalah individu yang
termotivasi untuk terus berkembang.
e) Pemecahan masalah (Problem Solving), yaitu individu akan lebih
menghargai keberadaan orang lain dalam lingkungannya, Dengan
beberapa pengecualian dapat dikatakan bahwa objek biasanya
bersangkutan dengan isu-isu dasar dan pertanyaan dari jenis yang telah
dipelajari secara filosofis atau etika. Orang yang mengaktualisasikan diri
berorientasi pada masalah-masalah yang melampaui kebutuhan-
kebutuhan. Dedikasi terhadap tugas-tugas atau pekerjaan merupakan
bagian dari misi hidup. Manusia hidup untuk bekerja dan bukan bekerja
untuk hidup. pekerjaan manusia bersifat alami secara subjektif dan
bersifat non personal. (Koeswara 1991).

p. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri


Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam memahami aktualisasi diri.
Maslow (1987) menyebutkan bahwa faktor-faktor aktualisasi secara universal dari
manusia ini adalah:
a. Kemampuan untuk melihat kehidupan secara jernih, manusia yang melihat hidup
secara sederhana bukan untuk menurutkan keinginan, lebih bersikap objektif
terhadap hasil – hasil yang diamati, memiliki sifat rendah hati. Dalam hal ini
manusia bersifat alami serta mampu mengetahui
b. Kemampuan untuk membuktikan hidup pada pekerjaan,tugas,dan kewajiban.
Memberikan kegembiraan dan kenikmatan pada setiap pekerjaan serta memiliki
rasa bertanggung jawab yang besar atas suatu tugas,hal ini menuntut kerja keras
dan disiplin
c. Kemerdekaan psikologis, manusia yang mengaktualisasikan diri memiliki
kemerdekaan psikologis. Manusia mampu mengambil keputusan – kepetusan
secara mandiri sekalipun melawan pendapat khalayak ramai.
Faktor kedua dalam aktualisasi diri adalah tentang kebutuhan – kebuthan
yang timbul dari dalam diri individu. Menurut Rogers ( 1995 dalam Ginting,
2011) faktor – faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri antara lain:
a. Pemeliharaan (maintenance)
Kebutuhan yang timbul dalam rangka memuaskan kebutuhan dasar makan,
udara dan keamanan, serta kecenderungan untuk menolak perubahan dan
mempertahankan keadaan sekarang. Pemeliharaan bersifat konservatif, dalam
bentuk keinginan untuk mempertahankan konsep diri yang dirasa nyaman.
b. Peningkatan diri (enhancement)
Walaupun ada keinginan yang kuat untuk mempertahankan keadaan tetap
seperti adanya, orang ingin tetap belajar dan berubah.
c. Penerimaan positif dari diri sendiri (self regard)
Penerimaan diri ini merupakan akibat dari pengalaman kepuasaan, dimana
seseorang akan mampu menerima kelemahan dirinya namun tetap berusaha
melakukan yang terbaik. Penerimaan positif dari diri sendiri merupakan
bagian dari dimensi harga diri. Anari (dalam Putri, 2007) menyebutkan bahwa
faktor – faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri adalah:
a. Berfungsi Secara Otonom Terhadap Lingkungan
Orang yang mengaktualisasikan diri mampu melepaskan diri dari
kebergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan sosial dan fisik.
Pemuasaan motif – motif pertumbuhan dating dari dalam diri sendiri
melalui pemanfaatan penuh bakat dan potensinya (Goble, 1987 dalam
Matthew & Hergenhahm, 2013)
b. Transendensi
Anari ( dalam Putri,2007) individu lebih tinggi, unggul, agung, melampui
superlative arti yang lain tidak tergantung dengan orang lain. Individu
yang beraktualisasi diri akan berusahah menjadi yang terbaik. Seseorang
yang mengaktualisasikan dirinya berarti mampu menjadi dirinya sendiri
dan tidak terpengaruh oleh perkataan orang lain.
c. Demokratis
Menurut Anari (dalam Putri,2007) orang yang mempunyai aktualisasi diri
selalu menjalin komunikasi dengan berbagai pihak. Meski individu
menyadari bahwa ada perbedaan – perbedaan dengan orang lain tetapi
individu dapat menerima semua orang tanpa memperhatikan tingkat
pendidikan dan kelas sosial. Maslow (Jaenudin,2015) seseorang yang
mempunyai aktualisasi diri memiliki karakter demokrasi yang baik.
Individu mampu belajar dari siapa saja yang bisa mengajar tanpa
memandangadanya perbedaan.
d. Hubungan Sosial
Anari (2007) menjelaskan bahwa individu akan lebih menghargai
keberadaan orang lain dalam lingkungannya. Seseorang yang
mengaktualisasikan diri berarti mampu menjalin hubungan yang baik
dengan orang yang berada di sekitarnya. Individu merasa senang dan
nyaman dalam melakukan interaksi dengan banyak orang. Seseorang
yang mempunyai aktualisasi diri mempunyai haSat yang tulus untuk
membantu orang lain (Matthew,2013). Dari penjabaran faktor- faktor
yang mempengaruhi aktualisasi diri di atas dapat disimpulkan bahwa
seseorang memaknai aktualisasi diri dapat dipengaruhikemampuan
diri,kebutuhan diri, dan nilai dilingkungan sosial yang dimiliki individu
terhadap aktualisasi dirinya. Terakhir, aktualisasi diri juga erat kaitannya
dengan hubungan di lingkungan sosial.
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam memperertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang
tentunya betujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.Abraham maslow
dalam teori hirarki Maslow menyatakan bahwa ada 5 kebutuhan dasar manusia yaitu
Kebutuhan Fisiologis (physiological needs), Kebutuhan Rasa aman dan Perlindungan
(safety and security needs), Kebutuhan akan rasa kasih saying dan rasa memiliki (love
and belonging needs), Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), Kebutuhan aktualisasi
diri (self actualization).
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang sama akan tetapi karena budaya,
maka kebutuhan tersebut ikut berbeda. Oleh karena itu ada faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan dasar manusia. Didalam Kebutuhan Dasar Manusia juga ada
pembahasan mengenai homeodinamik dan homeostatis yang membahas mengenai
keseimbangan. Salah satu tingkatan dalam Kebutuhan Dasar Manusia ada Kebutuhan
fisik dimana kebutuhan yang harus dipenuhi antaralain; Kebutuhan Oksigenasi, Nutrisi,
Cairan dan elektrolit, Eliminasi,Personal hygiene dan Kebutuhan istirahat dan tidur.
Tidak hanya kebutuhan fisik tapi kebutuhan Psikososialpun harus terpenuhi pada klien.

1.2 Saran
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan lebih memahami materi standar
kompetensi bidan dan sebaiknya mahasiswa lebih banyak mencari referensi pelengkap
sehingga menjadi lebih paham akan materi tersebut.

26
DAFTAR PUSTAKA
27

Anda mungkin juga menyukai