0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
43 tayangan4 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Pengembangan pendidikan bidan penting untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas bidan sesuai standar profesi.
2) Ada beberapa kendala seperti fasilitas pendidikan dan pendanaan yang menghambat pengembangan pendidikan bidan di beberapa daerah.
3) Beberapa kesempatan seperti program PTT dan RPL dapat mendukung pengembangan pendidikan bidan berkelanjutan.
4)
Deskripsi Asli:
Judul Asli
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BIDAN DITINJAU DARI ASPEK PROFESI BIDAN
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Pengembangan pendidikan bidan penting untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas bidan sesuai standar profesi.
2) Ada beberapa kendala seperti fasilitas pendidikan dan pendanaan yang menghambat pengembangan pendidikan bidan di beberapa daerah.
3) Beberapa kesempatan seperti program PTT dan RPL dapat mendukung pengembangan pendidikan bidan berkelanjutan.
4)
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Pengembangan pendidikan bidan penting untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas bidan sesuai standar profesi.
2) Ada beberapa kendala seperti fasilitas pendidikan dan pendanaan yang menghambat pengembangan pendidikan bidan di beberapa daerah.
3) Beberapa kesempatan seperti program PTT dan RPL dapat mendukung pengembangan pendidikan bidan berkelanjutan.
4)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Berpikir Kritis
Dosen Pengampu : Sri Sumarni, M.Mid.
Disusun oleh : SUDARNI, S.Tr.Keb. NIM. P1337424821615
KELAS KERJASAMA IBI KOTA MAGELANG
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG TAHUN 2021 Bidan memiliki peran strategis dalam dinamika pelayanan kesehatan di Indonesia. Bidan menjadi ujung tombak bagi pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang memiliki tujuan jangka Panjang mempersiapkan generasi penerus bangsa yang unggul, dan cerdas. Oleh karena itu, saya setuju akan adanya pengembangan Pendidikan bidan. Mengapa? Hal ini dapat ditinjaudari aspek profesi yang saya telaah menggunakan Teknik Analisa SWOT 1. Strength (Kekuatan) Pengembangan Pendidikan bidan telah diatur sedemikian rupa oleh regulasi standar profesi bidan yaitu dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 320 tahun 2020 tentang Standar Profesi Bidan. Dalam Keputusan ini terdapat penjelasan mengenai Pengembangan Diri dan Profesionalitas yang harus dicapai dan ditempuh bidan maupun lulusan bidan. Hal ini dilakukan melalui pengembangan diri dan profesionalitas bidan yang dilakukan melalui Pendidikan berkelanjutan. Pendidikan berkelanjutan menjadi sebuah sub kompetensi area ketiga yang harus mampu dicapai oleh bidan. Selain itu, Pendidikan berkelanjutan menjadi salah satu kemampuan yang dipersyaratkan dalam KMK ini, tentunya Pendidikan berkelanjutan tidak hanya berlaku bagi Pendidikan formal semata, melainkan melalui pengembangan kompetensi berupa pelatihan, seminar, workshop dan lain sebagainya. Dilihat dari terbitnya aturan ini, maka Pemerintah sejatinya mengharapkan agar bidan terus mengembangkan dirinya melalui kegiatan Pendidikan yang berkelanjutan agar bidan-bidan menjadi lebih kompeten dan profesinal dalam memberikan pelayanan kebidanan di masyarakat. 1 2. Weakness (Kelemahan) Kelemahan dari Pendidikan Bidan yang berkelanjutan diantaranya adalah ada beberapa wilayah maupun daerah di Indonesia yang belum memiliki fasilitas Pendidikan yang layak bagi penyelenggaraan Pendidikan formal bidan, dalam hal ini saya akan mengambil contoh yaitu penyelenggaraan Pendidikan Profesi Bidan. Dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan nomor 394 tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Studi Profesi Bidan memaparkan adanya syarat dan standarisasi sarana dan prasarana Institusi Pendidikan dalam mempersiapkan dan menyajikan kurikulum Pendidikan profesi bidan. Hal ini dilakukan tentunya agar lulusan Pendidikan profesi bidan mendapatkan Pendidikan yang berkualitas, dan output maksimal sesuai visi dan misi institusi, namun ibarat pedang bermata dua, hal ini lantas menjadi sebuah hole/weakness bagi institusi penyelenggara Pendidikan di wilayah tertentu dalam memenuhi persyaratan penyelenggaraan Pendidikan dikarenakan berbagai factor. Salah satu syaratnya yakni pendanaan. Bagi institusi penyelenggara Pendidikan yang memiliki hambatan atau masalah pada pendanaan, maka penyelenggraan Pendidikan profesi bidan boleh jadi belum dapat terealisasikan dikarenakan pendanaan yang dialokasikan harus dapat mengakomodasi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. 2 3. Opportunities (Peluang) a. Adanya pengangkatan dan penempatan PTT dilakukan untuk dokter dan bidan. Penempatan bidan PTT hanya dapat dilakukan untuk ditempatkan sebagai bidan di desa dengan kriteria biasa, terpencil, atau sangat terpencil. Bidan PTT ditugaskan selama tiga tahun dan dapat diangkat kembali atau diperpanjang paling banyak dua kali masa penugasan. Ini menjadi pemacu semangat bahwa bidan harus mengembangkan dirinya melalui Pendidikan berkelanjutan b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan mengamanatkan bahwa tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimal Diploma III kecuali tenaga medis. Pengadaan tenaga kesehatan ini dilakukan melalui pendidikan tinggi bidang kesehatan yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu, sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan profesi. Penyelenggaraan pendidikan tinggi bidang kesehatan harus memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan dan dinamika kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar negeri, keseimbangan antara kemampuan produksi tenaga kesehatan dan sumber daya yang tersedia, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam rangka memenuhi kualifikasi pendidikan minimal Diploma III bagi tenaga kesehatan, Kementerian Kesehatan mengadakan program percepatan pendidikan tenaga kesehatan melalui program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Program studi dalam Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan pada tahun 2020 terdiri dari 8 program studi Diploma III bidang kesehatan yaitu Keperawatan, Kebidanan, Keperawatan Gigi, Farmasi, Sanitasi, Teknologi Laboratorium Medis, Gizi, dan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Penyelenggara RPL adalah perguruan tinggi kesehatan yang ditunjuk oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada tahun 2018 sesuai dengan Kepmenristekdikti Nomor 181/M/KPT/2018 baik Poltekkes Kemenkes maupun perguruan tinggi kesehatan milik swasta dengan jumlah total 496 program studi yang pelaksanaannya dilakukan di seluruh Poltekkes Kemenkes dan 50 PTN/PTS lainnya. Masa studi RPL terdiri dari 2- 3 semester. 3 4. Threat (Ancaman) Ancaman bagi pengembangan Pendidikan bidan yang berkelanjutan adalah adanya COVID-19 yang mempengaruhi pembelajaran tatap muka yang harus digantikan dengan pembelajaran online yang memiliki banyak kendala, diantaranya adalah jaringan internet yang tidak stabil, terganggunya pembelajaran berbasis praktik dan penguatan skill kompetensi peserta didik yang seharusnya diasah oleh pengajar sebelum peserta didik terjun ke lahan praktik. 4 DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. KEPUTUSAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA nomor 320 tahun 2020. 1–90 (2020). 2. Kesehatan, K. et al. Pedoman penyelenggaraan program studi profesi bidan. (2019). 3. KEMENKES RI. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2021). 4. Estiningtyas, Q. & Adnani, S. Progress and challenges of midwifery education in Indonesia. 4–5 (2021) doi:10.18332/ejm/120070.