Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah Standar Pendidikan Keperawatan ini dapat
diselesaikan dengan baik.Makalah Standar Kependidikan Keperawatan ini disusun oleh
kelompok 4 dengan beberapa referensi dari Asosias Institusi Pendidikan Ners Indonesia
(AIPNI),Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Indonesia (AIPDiKI)
dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Tim Penyusun
Page | 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................... 2
Bab 1 Pendahuluan............................................................................................. 3
A. Latar Belakang.................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 4
C. Tujuan................................................................................................. 4
Bab 2 Isi............................................................................................................... 5
Bab 3 Penutup..................................................................................................... 20
Daftar Pustaka.................................................................................................... 21
Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga perawat mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan
kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan perawatan yang
diberikannya berdasarkan pendekatan biopsikososial-spiritual, dilaksanakan selama 24
jam secara berkesinambungan.Keperawatan sebagai profesi dikembangkan sesuai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan memperhatikan tuntutan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan/keperawatan.Pada hakikatnya
pendidikan keperawatan merupakan institusi yang memiliki peranan besardalam
mengembangkan dan menciptakan prosesprofesionalisasi para tenaga
keperawatan.Hakekat suatu profesi adalah memberikan pelayanan yang aman dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas perlu didukung oleh
sumber daya perawat yang dihasilkan dari institusi pendidikan yang berkualitas sesuai
standar yang ditetapkan. Dengan demikian pendidikan perawat memegang peranan yang
sangat penting dalam mewujudkan pelayanan yang berkualitas.
Page | 3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pendidikan keperawatan ?
2. Bagaimana Standar Sistem Pendidikan Keperawatan Indonesia?
3. Apa peranan pendidikan keperawatan?
C. Tujuan
1. Mengetahui Karakteristik profesi keperawatan
2. Mengetahui Perkembangan Profesionalisme Keperawatan
3. Mengetahui Tujuan Pendidikan Profesi Keperawatan
4. Mengetahui Jenis Pendidikan Keperawatan di Indonesia
5. Mengetahui Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia
Page | 4
BAB II
ISI
Page | 5
ijazah dan akreditasi pendidikan yang berbeda antara kebijakan Kemendikbud dan
Kemenkes. Akibatnya, perkembangan jumlah institusi pendidikan tidak terkendali,
terjadi perbedaan standar dan kualitas pengelolaan, serta mutu lulusan yang berimbas
pada kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Page | 6
pendidikan berbeda satu sama lainnya. Banyaknya pihak yang membuat kurikulum
pendidikan perawat membuat kualitas lulusan tidak seragam. Banyaknya jenjang
pendidikan dasar perawat seperti SPK, D3, D4, dan S1, menyebabkan tidak adanya
perbedaan antara tugas dan wewenang yang dilakukan dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Dapat dikatakan bahwa tidak ada pembedaan tugas pada tiap jenjang
pendidikan perawat.Selain itu, masih banyaknya juga sekolah menengah dengan
kejuruan keperawatan, yang berpotensi menimbulkan persepsi keliru di tengah
masyarakat bahwa perawat lulusan sekolah menengah kejuruan dapat bekerja
sebagaimana perawat. Padahal untuk menjadi perawat yang profesional yang dapat
memberikan pelayanan harus mempunyai kompetensi yang cukup yang dapat
didapatkan dengan menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat itu, dimana kualifikasi dosen
minimal satu tingkat di atasnya dan untuk memenuhi kebutuhan dosen khususnya pada
pendidikan D3 maka pada tahun 1998, telah dibuka Program Studi Perawat Pendidik
(jenjang D4) berdasarkan SK Dirjen Dikti No 395/Dikti/Kep/1997 di lima Perguruan
Tinggi Negeri yaitu Universitas Gajah Mada (UGM), Undip, Universitas Airlangga
(Unair), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan USU. Program tersebut merupakan crash
program untuk memenuhi kebutuhan tenaga dosen pada program pendidikan D3.
Program studi D4 perawat pendidik di lima Pendidikan Tinggi Nasional (PTN) ini telah
ditutup, karena adanya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam Pasal
46 Ayat (2), menyebutkan kualifikasi akademik dosen untuk program diploma dan
sarjana adalah minimal magister. Namun demikian, Kemenkes justru menginstruksikan
membuka kembali pendidikan D4 di seluruh Poltekes di Indonesia, dengan konsep satu
tahun setelah D3 dan lulusan difungsikan sebagai mitra dokter spesialis. Hal ini tidak
sesuai dengan kaidah perkembangan profesi keperawatan.
Pada tahun 2010, untuk mengatasi kebijakan ganda yang ada pada
penyelenggaraan pendidikan keperawatan, diterbitkanlah Surat Keputusan Bersama
(SKB) tiga menteri yaitu: No. 07/XII/SKB/2010; No. 1962/MENKES/PB/XII/2010; dan
No. 420/1072/2010 tentang Pengelolaan Institusi Pendidikan Diploma Bidang
Kesehatan Milik Pemerintah Daerah (Pemda)”, dan SKB dua menteri: No.
14/VIII/KB/2011; 1673/Menkes/SKB/VIII/2011 tentang Penyelenggaraan Poltekes
Page | 7
yang diselenggarakan oleh Kemenkes. Namun demikian, kedua SKB tersebut belum
cukup jelas sehingga belum menyelesaikan permasalahan penyelenggaraan pendidikan
terutama pada tingkat diploma. Kemenkes sampai saat ini masih mengeluarkan regulasi
penyelenggaraan pendidikan mulai dari sistem penerimaan mahasiswa baru sampai
penyelenggaraan wisuda. Kebijakan pemerintah tentang perencanaan dan
pendayagunaan tenaga keperawatan ditatanan pelayanan, baik dalam hal jenjang, jenis,
jumlah, maupun penyebaran masih belum selaras dengan tuntutan masyarakat dan
tantangan perkembangan ilmu dan teknologi, serta penataan di bidang pendidikan. Hal
ini mengakibatkan lulusan pendidikan ners dan ners spesialis lebih memilih bekerja di
institusi pendidikan. Selain masalah pendayagunaan tenaga kesehatan dan persoalan lain
yaitu tentang credentialing system.
Page | 8
Standar Sistem Pendidikan Keperawatan Indonesia
Page | 9
Program magister keperawatan, merupakan program pendidikan akademik
pasca sarjana yang bertujuan menghasilkan magister yang memiliki kemampuan
sebagai berikut:
Page | 10
3. Mahasiswa dan lulusan;
4. Sumber daya manusia;
5. Kurikulum, pembelajaran dan suasana akademik;
6. Pembiayaan, sarana dan prasarana, sistem informasi; serta
7. Penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama.
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Page | 11
(1) Pendidikan Tinggi Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki izin penyelenggaraan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk
universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau akademi.
a. kepemilikan; atau
b. kerja sama.
Pasal 10
Pasal 11
Page | 12
(1) Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Keperawatan harus memenuhi Standar
Nasional Pendidikan Keperawatan.
Pasal 12
Pasal 13
(1) Institusi Pendidikan tinggi Keperawatan wajib memiliki dosen dan tenaga
kependidikan.
(2) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari:
Page | 13
(3) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
(4) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai hak dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 14
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kesetaraan, pengakuan, dan angka kredit
dosen pada Wahana Pendidikan Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 15
(1) Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dapat
berasal dari pegawai negeri dan/atau nonpegawai negeri.
(2) Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan
diberhentikan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 16
(1) Mahasiswa Keperawatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi
harus mengikuti Uji Kompetensi secara nasional.
(2) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh
perguruan tinggi bekerja sama dengan Organisasi Profesi Perawat, lembaga
pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi.
Page | 14
(3) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja.
(4) Standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh
Organisasi Profesi Perawat dan Konsil Keperawatan dan ditetapkan oleh
Menteri.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Uji Kompetensi diatur
dengan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan.
Page | 15
Kriteria Standar Pendidikan Pada Keperawatan
Perawat sebagai garda terdepan dari pelayanan kesehatan dan sebagai mitra
dokter dituntut untuk dapat bersikap profesional. Perawat sudah seharusnya mampu
memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal dengan di dukung oleh ilmu
pengetahuan kesehatan, terutama ilmu keperawatan. Terlebih lagi dengan kondisi klien
dan keluarganya yang semakin kritis terhadap upaya pelayanan kesehatan terutama
bidang keperawatan. Selain itu, perawat sebagai tenaga kerja profesional yang bekerja
Page | 16
di luar negeri juga merupakan salah satu aset bangsa, yang dapat mendatangkan sumber
devisa yang cukup menjanjikan.
Page | 17
sebagai penyelenggara penelitian dan pengembangan, serta penapisan teknologi bidang
keperawatan. Namun demikian fungsi penyelenggaraan penelitian dan pengembangan
ini pelaksanaannya harus memperhatikan etika disiplin ilmu keperawatan. Dengan
demikian, pengawasan dan pemantauan mulai dari perizinan sampai pada pelaksanaan
penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan oleh lembaga yang independen sangat
diperlukan, guna menjaga kualitas institusi pendidikan keperawatan itu sendiri.Saat ini
Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Keperawatan masih dibahas di Dewan
Perwakilan Rakyat (DRP) RI, dan untuk menjawab tantangan yang dihadapi
keperawatan di Indonesia, perlu ditetapkan standar Pendidikan Keperawatan di
Indonesia dalam suatu undang-undang.
Page | 18
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Page | 19
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa Akhmad. 2008. “Hubungan antara Persepsi Pasien terhadap Dimensi Mutu
Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum PKU Muhammadiyah Temanggung.” Jurnal Keperawatan Vol. 1 No. 2 Maret
2008:23–37.Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah.
Wijono Djoko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Teori, Strategi dan
Aplikasi,Vol. 1.Surabaya: Airlangga University Press.
Page | 20