Anda di halaman 1dari 50

ISU TERKINI DAN AREA RISET

BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT

Siswanto
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI

Disampaikan pada kuliah tamu di Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNAIR, 27 Februari 2020
1 PENDAHULUAN

2 ISU STATUS KESEHATAN (DARI STUDI BOD)


OUTLINE

3 ISU BUILDING BLOCK SISTEM KESEHATAN

4 PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN 2020-2024

5 PELUANG RISET KESEHATAN MASYARAKAT

6 KESIMPULAN
PENINGKATAN STATUS KESEHATAN MELALUI PENGUATAN SISTEM
KESEHATAN
• Impact → HALE
PEMBANGUNAN KESEHATAN • Outcome → AKI, AKB, CDR, Insidens
Penyakit, Status Gizi (stunting)
• Output → Cakupan Pelayanan
Kebijakan dan
Regulasi • Upaya → Kesmas, P2P, Yankes
• Inputs → SDM, Farmalkes, Pembiayaan,
Regulasi/ kebijakan
Farmalkes
Status
Upaya Kesehatan BoD Kesehatan
SDM Kesehatan (Kesmas, P2P, Cakupan Efektivitas (UHH
Yankes) Pelayanan Efisiensi Yang
Ekuiti Berkualitas)
Pembiayaan
Pemberdayaan
Masyarakat

INPUTS PROSES OUTPUT OUTCOME IMPACT

Komponen sistem kesehatan HASIL PEMBANGUNAN KESEHATAN

3
BOD CONCEPTUAL FRAMEWORK DALYs= kombinasi dari tahun yg hilang
(DALYs) akibat disabilitas dan kematian dini

Kecelakaan Kehilangan Serangan jantung (Ischemic


Kekurangan gizi
penglihatan heart disease)
LOST (DALY)

YLD
DALY

YLL
GAIN (LE, HALE)

Dikoreksi dg Disability: HALE


UHH (LE)
Death

Prinsip SMPH (Summary Measure of Population Health):


Menggabungkan Insidens dengan Durasi >> Menjadi Ukuran Tunggal: Tahun
4
LE (UHH) DAN HALE DI ASIA TENGGARA

90 84,79
80
78,11
10.57 75,35 74,72 74,53
9.65 71,48 69,73 69,88 68,50
70 9.18 8.25 8.76 67,58
8.83 8.74 9.14 8.6 8.1
60

50

40
74.22
68.46 66.17 65.97 65.77
30 62.65 60.99 60.74 59.9 59.48
20

10

0
Singapore Thailand Brunei Malaysia Vietnam Indonesia Philipina Kamboja Myanmar Laos
HALE ∆ (LE ─ HALE)

5
Transisi Epidemiologi Berdasarkan DALYs Lost Menurut 3 Kelompok Penyakit
(Indonesian BOD Study)

Tahun 1990 Tahun 2017


8.87
6.40

39.81
23.60

51.32

69.91

PTM PM/KIA/Gizi Cedera PTM PM/KIA/Gizi Cedera


20
Penyebab
Kematian
1990 dan
2017

7
20
Penyebab
DALY LOST
teratas
1990 dan
2017
Kontribusi Faktor Risiko terhadap DALY Lost

• Bila dihitung thd


DALY lost maka
Faktor Risiko Diet
(“MAL-EATING”) →
merupakan
penyebab pertama
hilangnya tahun
Tiga Kelompok Faktor Risiko PTM: hidup yang hilang
1. Faktor metabolik • Faktor Risiko MAL-
2. Faktor perilaku EATING membunuh
3. Faktor lingkungan lebih besar dari
merokok dan HT
• Betul pepatah “You
Are What You Eat”)
KERUGIAN EKONOMI AKIBAT KEMATIAN DINI DAN SAKIT

Formula
Kerugian ekonomi = Jumlah Tahun Yang Hilang X GDP per Capita

Dengan menggunakan pendapatan per kapita Indonesia sebesar $ 4.000 per tahun,
atau Rp. 56.000.000 per tahun, maka
• Kerugian Total DALY Lost (Kematian Dini + Tahun yang hilang karena Sakit) = Rp
4.180,27 Triliun
• Kerugian ekonomi akibat Tobacco (Hitungan Balitbangkes) = Rp. 375 Triliun

Sementara, Total GDP Indonesia Tahun 2017 adalah sebasar Rp 14.217,56 Triliun

• Jumlah kerugian ekonomi akibat kematian dini plus sakit kurang


lebih mencapai sepertiga GDP Nasional
• Jumlah kerugian ekonomi akibat Tobacco kurang lebih seperlima
APBN
10
Proyeksi AKI sampai 2030 dan Target RPJMN

400
346
350 305
300

250
212
200

150
131 RPJMN 2020-2024:
AKI ↓ 183
100
68
50

0
2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030

ARR = 2,4% ARR = 5,5% ARR = 9,5% Apa Inovasinya?

ARR 2,4%: sesuai dengan tren penurunan angka kematian ibu berdasarkan angka SP 2010 dan SUPAS 2015
ARR 5,5%: Kesepakatan global
ARR 9,5%: Upaya untuk mencapai target SDGS
Tren AKN, AKB & AKBA
Tren Angka Kematian Anak (AKN, AKB dan AKBA)
Kematian per 1000 kelahiran hidup periode 5 tahun sebelum survei, CI 95%

Lower

46 AKBA
44
Upper
40

Lower
35 34 32
AKB
32
Upper

24

20 19 19
Lower AKN

15

Upper

RPJMN 2020-2024: AKB ↓ 16


per 1000 KH
SDKI 2002-03 SDKI 2007 SDKI2012 SDKI2017
Diferensial AKB dan AKBA - SDKI 2017
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Angka Kematian Balita (AKBA) per
kelahiran hidup periode 10 tahun sebelum 1000 kelahiran hidup periode 10 tahun
survei menurut karakteristik sebelum survei menurut karakteristik
82

58
49 52
46
40 36 31 28 33 29 31 32
27 26 22 23 26 23 24 24 27 24
20

Terkaya
Tamat SD
Tidak sekolah

Tamat SLTA

Termiskin

Menengah bawah
Tidak tamat SLTA

Menengah atas

INDONESIA
Perguruan tinggi

Menengah
Termiskin
Tidak sekolah

INDONESIA
Tamat SD

Tamat SLTA
Tidak tamat SLTA

Menengah bawah

Menengah

Menengah atas

Terkaya
Perguruan tinggi

Tidak tamat SD
Tidak tamat SD

Pendidikan ibu Kuintil kekayaan . Pendidikan ibu Kuintil kekayaan .

Ibu dengan pendidikan rendah (tidak sekolah/tidak tamat SD) dari rumah tangga termiskin merupakan kelompok pendudukan yang
tidak beruntung. Hal ini terlihat sebagai kelompok populasi dengan AKB dan AKBA paling tinggi dibanding kelompok yang lain.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
30.00
35.00
40.00
45.00

25.00
14.42

16.82

19.93

19.96

21.03

21.04

21.18

23.95

24.11

24.58

26.21

26.25

26.26

26.86

26.86

27.47

27.68

28.09

28.98

29.07

29.36

30.11

30.38

30.59

31.26

31.44

31.46
MENURUT PROVINSI, SSGBI 2019

31.75

32.30

34.18
PROPORSI STUNTING (TB/U) PADA BALITA

34.89

37.85

40.38

43.82

27.67
Penurunan Prevalensi Stunting Balita 2013-2019: Point prevalence dan 95% Confidence Interval

45

40 37.7
37.2
35 36.7
31.3

Program percepatan
30.8 Apa Inovasinya?

penurunan stunting
30 28.11
30.3 27.67
25 27.22

20
19

15
14
10

Upper Lower Point Linear (Upper) Poly. (Upper) Linear (Lower)


VISI PEMERINTAH (2020-2024)

• Visi Pemerintah (Kabinet Indonesia Maju):

Visi: “Terwujudnya Indonesia Maju Yang


Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian,
Berlandaskan Gotong Royong”

16
MISI PEMERINTAH (2020-2024)
1. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia
2. Penguatan Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan Berdaya
Saing
3. Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan
4. Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan
5. Memajukan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa
6. Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan
Terpercaya
7. Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada
Seluruh Warga
8. Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya
9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan
17
ARAH KEBIJAKAN RPJMN BIDANG KESEHATAN 2020-2024
18

Meningkatkanpelayanan
Meningkatkan akses dankesehatan
mutu pelayanan
menujukesehatan menuju cakupan
cakupan kesehatan semesta kesehatan
terutama
semesta dengan
penguatan penekanan
pelayanan padadasar
kesehatan penguatan pelayanan
(Primary kesehatan
Health Care) dengandasar (Primary
mendorong
Health Care) dan
peningkatan peningkatan
upaya upaya
promotif dan promotifdidukung
preventif, dan preventif
inovasididukung oleh inovasi
dan pemanfaatan
dan pemanfaatan
teknologi. teknologi

STRATEGI RPJMN 2020-2024

Peningkatan Percepatan Peningkatan Penguatan Gerakan


Pembudayaan Peningkatan
Penguatan Sistem
kesehatan ibu, anak perbaikan gizi pengendalian Masyarakat
Gerakan Hidup
Masyarakat pelayanan kesehatan
Kesehatan,
KB, dan kesehatan masyarakat penyakit Sehat
Hidup(Germas)
Sehat dan pengawasan
Pengawasan Obat
reproduksi (GERMAS) obat
dandan makanan
Makanan
18
INDIKATOR SASARAN POKOK RPJMN TEKNOKRATIK BIDANG KESEHATAN 2020-2024 (1)

No. Indikator Baseline Target 2024


1 Angka kematian ibu (per 100.000 KH) 305 (SUPAS 2015) 183
2 Angka kematian bayi (per 1000 KH) 24 (SDKI 2017) 16
3 Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Cara
57.2 (SDKI 2017) 63,4
Modern (mCPR)
4 Unmet Need KB (persen) 10,60% (SDKI 2017) 7,4%
5 ASFR 15-19 Tahun 36 (SDKI 2017) 18
6 Prevalensi stunting pada balita (%) 30,8% (RKD 2018) 19% [14%]
7 Prevalennsi wasting pada balita (%) 10,2% (RKD 2018) 7%
8 Insidensi HIV (per 1000 penduduk yang tidak
0,24 (Kemenkes 2018) 0,18
terinfeksi HIV)
9 Insidensi TB (per 100.000 penduduk) 319 (Global TB Report 2018) 190
10 Eliminasi malaria (kab/kota) 285 (Kemenkes 2018) 405
11 Persentase merokok penduduk usia 10-18
9,1% (RKD 2018) 8,7%
tahun
12 Prevalensi obesitas pada penduduk umur >=
21,8% (RKD 2018) 21,8%
18 tahun 19
INDIKATOR SASARAN POKOK RPJMN TEKNOKRATIK BIDANG KESEHATAN 2020-2024 (2)

No. Indikator Baseline Target 2024


13 Persentase Imunisasi Dasar Lengkap pada
57,9% (RKD 2018) 90%
anak usia 12-23 bulan
14 Persentase fasilitas kesehatan tingkat
40% (Kemkes 2018) 100%
pertama (FKTP) terakreditasi
15 Persentase rumah sakit terakreditasi 63% (Kemkes 2018) 100%
16 Persentase puskesmas dengan jenis tenaga
23% (Kemkes 2018) 83%
kesehatan sesuai standar
17 Persentase puskesmas tanpa dokter 15% (Kemkes 2018) 0%
18 Persentase puskesmas dengan ketersediaan
86% (Kemkes 2018) 96%
obat esensial
19 Persentase obat memenuhi syarat 80,9% (BPOM 2018) 92,3%
20 Persentase makanan memenuhi syarat 71% (BPOM 2018) 90%

20
Penyebab Kematian Ibu menurut Studi Lanjut SP 2010,
SRS 2014 dan Laporan Rutin 2015

Penyebab kematian STL SP (2010) SRS (2014) Program (2015)


Metoda Survei Registrasi Laporan
Besar sampel 3.590 182 4.893
Penyebab kematian:
• Hipertensi dalam kehamilan 32,4 37,4 25,5
• Perdarahan 23,6 16,9 30,1
• Infeksi 12,4 11,5 5,9
• Aborsi 4,1 3,8 NA
• Lainnya 27,5 30,4 38,5

Diperlukan kemampuan diagnosis “Mutlak”,


Hipertensi dalam kehamilan dan penyakit keterlibatan dokter
penyerta kehamilan dalam ANC*
TREND STATUS GIZI BALITA 2013 – 2018

40 37.2
35
30.8
30

25
19.6
20 17.7
%
15 12.1 11.9
10.2
10 8
5

0
Gizi kurang dan buruk Pendek dan sangat pendek Kurus dan sangat kurus Gemuk
RKD 2013 RKD 2018

22
Versi e-PPGBM
SURVEILANS GIZI Versi Android
Kata kunci: ppgbm
BERBASIS
TEKNOLOGI INFORMASI
Versi Offline
http://localhost:8088

Versi online
sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id

Penggabungan data
offline ke online:
1. Backup data di offline
2. Login online
3. Restore data di online

Tenaga kesehatan di Puskesmas memiliki Username dan Password setelah registrasi ke Dinas Kesehatan Kab/Kota.
Dashboard data gizi dari PPGBM diakses di : http//www.gizi.kemkes.go.id
INOVASI DAERAH PENANGGULANGAN STUNTING

Posyandu Prakonsepsi
di Kab. Banggai-
Sulawesi Tengah
Intervensi
Terintegrasi di Kab.
Gorontalo-Gorontalo

PAUD HI di Kab.
Sijunjung-Sumatera
Barat

Kampung Zimba di Kab.


Bogor-Jawa Barat

Pelayanan Kesehatan
PKH Prestasi di Kab. Baby Café di Kab. Komitmen Pimpinan di Integrasi Pencatatan Sipil di Berbasis Elektronik di
Brebes-Jateng Klaten-Jawa Tengah Kab. Kulon Progo-DIY Kota Pasuruan-Jawa Timur Kab. Lombok Barat-NTB
TREND PM DAN UPAYA PENCEGAHAN

Prevalensi PM Dx Nakes, 2013─2018 Upaya Pencegahan PM, 2013─2018

20
18.5 100
18 88.2
90 82.6
16 80
13.8 ABJ < 95%
14 70
12.3
12 60
47 49.8
10 50

8 40
31.2
6 30
4.4
20
4
1.6 2 10
2 1.4
0.4 0.4 0.4 0
0 PSN di Rumah Tangga Cuci Tangan Dengan BAB Dengan Benar
ISPA Pneumonia TB Malaria Diare Balita Benar
2013 2018 2013 2018

25
ANGKA BEBAS JENTIK (RIKHUS VEKTORA 2017)
MENCAKUP SAMPEL 66 KAB/KOTA
95

Ember
Bak Mandi ABJ < 95%
Drum
26
Estimation and distribution of TB incidence

Incidence Estimate 95% uncertainty interval

Absolute 842,000 770,000 – 922,000


Rate
(per 100.000 319 294 – 352
pop)

Strategi: TOSS
1. Pengobatan standar (DOTS) pada yang sudah
masuk SITT (442.172 kasus)
2. Dorong Missing Cases (Under-Reporting)
masuk dalam SITT (244.867 kasus)
3. Temukan Undetected Cases (154.611 kasus)
4. Temukan MDR TB baik kasus baru maupun
lama dan obati dengan benar

27
PROPORSI IMUNISASI PADA ANAK USIA 12-23 BULAN MENURUT JENIS IMUNISASI,
2013-2018

28
Trend PTM dan Faktor Risiko (RKD 2018)
Merokok pada Remaja
8.8 9.1
40 7.2 RKD 2013
34.1 100 93.5 95.5
35
Tren Penyakit Tidak Menular meningkat 90
SIRKESNAS
2016
30
dari tahun 2013 hinga 2018 25.8 80 RKD 2018
25
70
20
60
15
10.9 50
10
Faktor Risiko PTM juga meningkat
7
3.8 40 33.5
5 2 1.5 2 31 28.8 29.3
30 26.6 26.1
0 21.8
20 14.8
Stroke* Ginjal kronis* Diabetes Hipertensi**
10
2013 2018 0
*: Permil Obesitas Obesitas Merokok Aktivitas fisik Kurang
**: hasil pengukuran pada dewasa sentral kurang makan sayur
dan buah
2013 2018

29
THE MISSING NCD SUSPECTS (WHO: THE MISSING MEN)

40 “The Missing men” yang harus


34.1 diketemukan melalui:
35
• Implementasi SPM
30 • Penguatan Posbindu
25
• Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
25.7
20

15
10.9
10

5 8.4 8.9
0 2
Hipertensi DM
Pemeriksaan Dx Nakes

30
Persentase Responsiveness 2017 VS Riskesdas 2007
Pelayanan Rawat Jalan

94

92
92
91.7 PA = PROMPT ATTENTION
PA
90.4 100 (Kecepatan pelayanan)
90.2
90
96 DIG = DIGNITY
89.2 92
88.3 88.3 88 (Sikap Sopan & ramah )
ENV DIG
88 87.5 84 COM = COMMUNICATION
87.2 80
86.8
76 (Komunikasi petugas)
86.1 86
86 72 AUT = AUTONOMY
85.1 68
64 (Kemandirian)
84 60 CI = CONFIDENTIALITY
82.4
CH COM
(Kerahasiaan)
82 CH = CHOICE OF
PROVIDER
80 (Pemilihan)
ENV = ENVIRONMENT
78 CI AUT (Kualitas lingkungan)

76
PA DIG COM AUT CI CH ENV
Rawat Jalan Tahun 2007
Tahun 2007 Tahun 2017 Rawat Jalan Tahun 2017
31
Persentase Responsiveness 2017 VS Riskesdas 2007
Pelayanan Rawat Inap

100 PA = PROMPT ATTENTION


PA (Kecepatan pelayanan)
96
95.4 92
DIG = DIGNITY
95 94 SS 88 DIG (Sikap Sopan & ramah )
84
92.6 80
COM = COMMUNICATION
90.8
76 (Komunikasi petugas)
72
90 68
AUT = AUTONOMY
88.7 88.6 64 (Kemandirian)
87.5 ENV 60 COM
87 87 CI = CONFIDENTIALITY
86.1
85.4 (Kerahasiaan)
84.8 84.8 84.5
85
82.9
CH = CHOICE OF
82.2 PROVIDER
CH AUT (Pemilihan)
80
ENV = ENVIRONMENT
CI (Kualitas
lingkungan)
75 SS = Sosial support
PA DIG COM AUT CI CH ENV SS
Rawat Inap Tahun 2007 Rawat Inap Tahun 2017 (Dukungan sosial)
Rawat Inap Tahun 2007 Rawat Inap Tahun 2017
32
AKREDITASI PUSKESMAS
12000

9983
10000

Paripurna
8000 7508
1%
Utama
Dasar
6000 11%
75,20 % 32%

4000

2475 Madya
56%
2000
24,8 %

0
Total Puskesmas
Sudah Terakreditasi
Belum Terakreditasi

33
AKREDITASI RUMAH SAKIT
3000
2818

2500

2004
2000

1500 Paripurna
Perdana 36%
47%
71,10 %

1000
814
Utama
Madya
28,90 %
500 9%
6%

0
Total Rumah Sakit Dasar
Sudah Terakreditasi 2%
Belum Terakreditasi

34
10
20
30
40
50
60
70

0
Banten

59.7
Jawa Barat
Jambi
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Timur
Sulawesi Barat
Jawa Tengah
Riau
Bali
Sulawesi Tengah
Sumatera Barat
RIFASKES 2019

Lampung
Kep. Bangka Belitung
Jawa Timur
DI Yogyakarta
INDONESIA
30.4

Kep. Riau
Sumatera Utara
Kalimantan Tengah
Maluku Utara
Sulawesi Utara
Sumatera Selatan
Gorontalo
Aceh
Sulawesi Selatan
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tengggara
Papua
Maluku
Kalimantan Utara
Bengkulu
PERSENTASE PUSKESMAS BERDASARKAN KEMAMPUAN PONED,

Kalimantan Barat
35

DKI Jakarta
9.6

Papua Barat
PERSENTASE PUSKESMAS DENGAN JENIS TENAGA KESEHATAN SESUAI
STANDAR BERDASARKAN PERMENKES 75 TAHUN 2014, RIFASKES 2019

Puskesmas
Puskesmas Puskesmas
terpencil/sangat 6 5.7
Jenis Tenaga Perkotaan Perdesaan 5.6
No terpencil
Kesehatan 5
Non Rawat Non Rawat 5
NonRI Rawat inap
RI Inap RI Inap
1 Dokter atau DLP 1 2 1 2 1 2 4
2 Dokter gigi 1 1 1 1 1 1 2.9
3 Perawat 5 8 5 8 5 8 3
4 Bidan 4 7 4 7 4 7
2
5 Tenaga kefarmasian 1 2 1 1 1 1
6
Tenaga Kesehatan
2 2 1 1 1 1 0.9 1
masyarakat 1

7 Tenaga kesling 1 1 1 1 1 1
0
Ahli teknologi Perkotaan Perdesaan Terpencil/sangat
8 1 1 1 1 1 1 terpencil
laboratorium medik
9 Tenaga gizi 1 2 1 2 1 2 Rawat inap sesuai standar
Non rawat inap sesuai standar
TOTAL 22 31 19 27 19 27
PROPORSI PUSKESMAS TANPA DOKTER, RIFASKES 2019 (%)

KECENDERUNGAN PROPORSI KETIADAAN DOKTER


9 DI PUSKESMAS DI WILAYAH TIMUR INDONESIA
8 7.7 50
7.5 44.9 44.9
45 43.5
7 40
40
6
35 32
5 30.2 29.9 29.5
4.2 30
4 25 22.4
20.5 19.7
3 20 17.6
16.3
14.9
15
2 10.9
9.3 9.4
10
1 4.6
5
0
0
Rifaskes 2011 Risnakes Rifaskes 2019
Papua Maluku Papua Barat Sulawesi NTT Maluku Utara
2917
Tenggara
Rifaskes 2011 Risnakes 2917 Rifaskes 2019
KECENDERUNGAN RASIO DOKTER BERBANDING PUSKESMAS
DI WILAYAH BARAT INDONESIA
6 5.22
5 4.69
3.91 4
4 3.43 3.62
3.15 3.31
2.81
3 2.25
2
RASIO DOKTER
KECENDERUNGAN RASIO 1 BERBANDING
DOKTER BERBANDING
0 PUSKESMAS
PUSKESMAS
DKI Jakarta Kepulauan Riau Bali DI Yogyakarta Riau
2.2
2.17 Rifaskes 2011 Risnakes 2017 Rifaskes 2019
2.15
KECENDERUNGAN RASIO DOKTER BERBANDING PUSKESMAS
2.1 2.08 DI WILAYAH TIMUR INDONESIA

2
2.05
1.54
1.44
1.5 1.28 1.3
2 1.99 1.14 1.1 1.08
1.01
0.9 0.99
1
1.95
0.5
1.9
Rifaskes Risnakes Rifaskes 0
2011 2017 2019 NTT Sultra Papua Papua Barat Maluku
Rifaskes 2011 Risnakes 2017 Rifaskes 2019
Gambaran Skema Pembiayaan Belanja Kesehatan Indonesia, 2010-2016

450 414.0
IDR Trillions

400 369.4
341.9
350 35.0%
298.4
300 38.1%
261.0
240.9 41.0%
250
211.2 46.7%
200 50.9%
54.7% 17.3%
150 54.8%
16.7%
100 13.8% Skema Pemerintah
8.1%
6.7% 23.7%
5.5% 6.1% 20.1% Daerah juga mengalami
50 19.4% 19.8% 17.8%
16.3% 17.4% kenaikan dan memiliki
- kontribusi yang cukup
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 besar terhadap total
Skema Pemerintah Pusat Skema Pemerintah Daerah Skema Ausransi Kesehatan Sosial
Skema Perusahaan Skema Swasta Lainnya Skema Pembiayaan dari Kantong RT
Total

Terlihat adanya Indikator Keberhasilan dari Program Jaminan Kesehatan dimana Skema Pembiayaan yang berasal dari kantong
Rumah Tangga mengalami penurunan dari tahun ke tahun , sedangkan Skema Asuransi Kesehatan Sosial dari tahun ke tahun
39
mengalami peningkatan ,
Rincian Belanja Kesehatan, 2016

Dengan Beban Penyakit yang besar pada


Layanan Rehabilitatif Layanan Penunjang PTM dan KIA (Kematian Neonatal)
Tata Kelola
0% 0%
Administrasi, • Sudah cukupkah proporsi anggaran
Sistem, & promotif-preventif sebesar 10%?
Barang Pembiayaan • Sudahkah diarahkan untuk perbaikan
Medis Kesehatan KIA dan Gizi?
8% 3%
Preventif (BOK) • Sudahkah diarahkan juga untuk
Investasi 4% penanggulangan PTM, melalui edukasi,
6% skrining, pengobatan dini, dan
Kuratif Rawat Jalan multisektor?
35%
Layanan Promotif
Pemantauan
Preventif Surveilans Epid &
Kondisi
10% Pengendalian Risiko
Kesehatan
3% & Penyakit
2%
Kuratif Rawat Inap Komunikasi, Informasi,
38% Edukasi (KIE)
1%
Program Imunisasi
0%

40
PERAN LITBANGKES DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL
(Perpres 72 tahun 2012)

Regulasi dan
Manajemen
Kesehatan UPAYA KESEHATAN
Pembiayaan Tujuan dari SKN:
Kesehatan Pelayanan kesehatan • Derajat kesehatan
• Upaya Kesehatan yang setinggi2nya
Masyarakat
• Upaya Kesehatan • Peningkatan kualitas
SDM Kesehatan Perorangan pelayanan kesehatan
• Peningkatan keadilan
Sediaan farmasi, Pemberdayaan masyarakat
alkes dan makanan
Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan

Peran Litbang dalam pembangunan kesehatan


1. Riset pada building-block sistem kesehatan: upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, SDM
kesehatan, manajemen farmalkes, dan manajemen kesehatan/ regulasi
2. Riset untuk pengembangan produk farmasi dan alat kesehatan (inovasi produk)
41
PROBLEM SOLVING APPROACH CYCLE IN HEALTH RESEARCH
• How much/ how
many • Cross sectional
The • To what extent survey
the association/
Magnitude of the correlation
the problem
Evaluative Study

• What are the • Cohort study


To what extent the causes of a
policies/ the programs • Case-Control
The degree of The causes of problem study
can achieve the (diseases/
objectives/ targets as success the problem health • Qualitative
stated outcome) study

Quasi-
experimental
Interventional
True-
experimental

Innovation of public
How to The solution •Are there health intervention
• Are there any available
Implementa- obstacles in implement of the
tion Research effective
(PAR) implementation? policy problem intervention? Innovation of health
• How to solve? products
42
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN PELUANG RISET PROGRAM KESMAS
No. Permasalahan Diagnosis Penyebab Peluang Riset dan Inovasi
1 • Kematian Maternal Cakupan pelayanan KIA membaik, • Inovasi perbaikan mutu pelayanan KIA
(AKI) masih tinggi tapi kualitas belum optimal (Remaja, Bumil, Nifas)
• Kematian Neonatus Penyebab kematian ibu: Eclampsia, • Inovasi perbaikan mutu pelayanan
merupakan proporsi perdarahan, infeksi, abortus neonatus (KN1,2,3)
terbesar dari kematian • Inovasi penguatan Implementasi SPM
bayi dengan pendekatan keluarga (PIS-PK)
• Inovasi kolaborasi Obsgyn dan Bidan
2 Status gizi balita • Mutu intervensi gizi belum optimal • Inovasi ketepatan dan mutu pelayanan gizi
membaik, tetapi masih di (ketepatan sasaran PMT, tingkat • Inovasi Revitalisasi Posyandu (Posyandu
atas cut-off WHO (masih kecukupan TTD, kualitas IMD, sbg ujung tombak penanggulangan
menjadi public health kualitas ASI eklusif belum optimal) stunting: fokus 1000 HPK)
problem) • Konvergensi intervensi spesifik dan • Inovasi pendampingan Ibu Hamil dan
sensitif belum optimal Baduta (Telorisasi Bumil dan Baduta?)
3 Kesehatan Kerja Belum dikembangkan sebagai lokus • Untuk penanggulangan PTM → Inovasi
sasaran Pencegahan dan “Posbindu di Perusahaan” (Pusat edukasi,
penanggulangan Penyakit (PM dan skrining, dan pengobatan dini)
PTM) • Inovasi menangkap “the missing man’’
pada hipertensi dan DM
• Inovasi model penanggulangan PTM
terpadu 43
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN PELUANG RISET PROGRAM P2P

No. Permasalahan Diagnosis Penyebab Peluang Riset dan Inovasi


2 • Trend beban PTM naik secara • Program Posbindu belum optimal • Inovasi peningkatkan upaya deteksi
signifikan (Stroke, Penyakit Jantung melakukan perubahan perilaku (life faktor risiko, yang ditindaklanjuti dengan
Iskemik, DM, PGK, Hipertensi, style), skrining kasus belum upaya edukasi
Penyakit Jantung Hipertensif, nyambung dengan pengobatan (?) • Inovasi Perluasan dan penguatan
Kanker) • Germas masih belum optimal Posbindu dalam edukasi, skrining, dan
• Faktor Risiko PTM mencakup: implementasinya dalam rujukan pengobatan, serta gerakan hidup
faktor metabolik, perilaku, menggerakkan lintas sektor (HiAPA), sehat (Posbindu Perusahaan?)
lingkungan termasuk peningkatan “literasi • Inovasi Integrasi Implementasi SPM dan
kesehatan pada masyarakat” PIS-PK
• Inovasi Gerakan multisektor melalui
pendekatan HiAPA
3 • Trend beban PM langsung secara • Cakupan UCI Program Imunisasi • Studi penolakan vaksin (Tokoh agama,
umum menurun, kecuali HIV/AIDS Wajib mengalami penurunan(?), masyarakat)
• Trend beban PM TVZ: malaria karena isu halal dan dan mis- • Inovasi Penguatan Surveilans Imunisasi
turun; Filariasis, DBD masih understanding isu efek samping (PWS Imunisasi) dan Surveilans PD3I
masalah (autism, dll) • Inovasi kolaborasi tokoh masyarakat
• Dari Survei (Sirkesnas, SDKI, • Untuk PM Tular Vektor → Program (ulama) untuk menangkal isu negatif
Riskesdas) Cakupan IDL belum Pengendalian Vektor Terpadu vaksin
mencapai yang diharapkan → belum optimal • Inovasi pengendalian vetktor terpadu
menyebabkan KLB PD3I • Untuk PM Tular Langsung (TB, HIV), untuk PM Tular Vektor (JURBASTIK)
upaya deteksi kasus masih di bawah • Inovasi peningkatan upaya deteksi kasus
target TB dan HIV 44
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN PELUANG RISET PROGRAM YANKES

No. Masalah Diagnosis Penyebab Peluang Riset dan Inovasi


1 • Hasil Studi “Responsiveness” Tahun • Dengan meningkatnya kunjungan • Pengembangan Aplikasi Sistem Antrian
2017, menunjukkan perbaikan pasien BPJS maka terjadi antrian → (Datang menjelang jam perjanjian
tingkat Responsiveness dibanding menyebabkan Tingkat Kecepatan pelayanan)
Tahun 2007, kecuali Variabel Pelayanan menurun • Mengembangkan SIMRS terintegrasi antar
Kecepatan Pelayanan moduler
• Inovasi Smart Health Care
2 • Akses Yankes beberapa Provinsi • Masih ada kendala jarak dari hunian • Inovasi pelayanan kesehatan gugus pulau
masih masih kategori sulit dan ke fasyankes, tidak tersedia moda • Inovasi Rumah Singgah untuk Ibu Bersalin
sangat sulit (Indonesia Timur) transportasi, tidak mempunyai biaya • Inovasi penguatan manajemen dinas
transport kesehatan kab/kota sd puskesmas
3 • Akreditasi Puskesmas didominasi • Masih terdapatnya gap (masalah) di • Inovasi penguatan aspek proses bisnis dan
oleh Level Madya dan Dasar; proses bisnis dan inputs (sarana, aspek inputs/ manajemen mutu (sarana,
Untuk Rumah Sakit masih banyak prasarana, SDM) prasarana, SDM) → membudayakan CQI
yang pada level Perdana (47%) • Benarkah status akreditasi (Siklus PDCA/ PDSA)
merefleksikan day-to-day practice • Inovasi untuk menjadikan pencapaian level
yang ujungnya mampu meningkatkan akreditasi menjadi budaya organisasi
kepuasan pasien?? • Riset evaluatif hubungan antara level
akreditasi dengan kepuasan pelanggan

45
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN PELUANG RISET SDM KESEHATAN
No. Masalah Diagnosis Penyebab Peluang Riset dan Inovasi
1 • Jumlah Nakes per Puskesmas • Kemampuan kapasitas fiskal • Riset evaluatif NS Tim dan NS Individual (Critical
semakin naik, namun Pemerintah Daerah sangat bervariasi, realist evaluation Pawson)
ketimpangan antar wilayah sehingga terjadi ketimpangan • Riset evaluatif Penempatan dokter spesialis
semakin tinggi (Indonesia pemerataan Nakes di daerah (Critical realist evaluation Pawson)
Timur semakin timpang) • Hasil Risnakes menunjukkan banyak • Inovasi “skema khusus” yang mampu
• Kecukupan Nakes sesuai Nakes honorer dan tenaga suka rela di mendorong nakes bekerja di daerah, khususnya
dengan PMK 75/2014, masih Puskesmas dokter (insentf finansial dan non-finansial)
belum terpenuhi, khususnya • Inovasi penguatan Promotive-preventive:
tenaga kesmas, kesling, analis (Implementasi SPM, Germas, PIS-PK, Edukasi
lab, dan gizi Faktor Risiko)
2 • Kecukupan tenaga dokter • Kemampuan kapasitas fiskal • Inovasi “skema khusus” yang mampu
spesialis dasar sesuai PMK Pemerintah Daerah sangat bervariasi, mendorong Dokter Spesialis untuk mau
56/2014 belum terpenuhi, sehingga terjadi ketimpangan ditempatkan di RS Daerah, baik skema insentif
khususnya di RS Klas C dan D pemerataan Nakes di daerah finansial maupun non-finansial
• Daerah tidak mampu (belum)
membuat skema yang menarik untuk
dokter spesialis

46
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN PELUANG RISET PEMBIAYAAN KESEHATAN
No. Masalah Diagnosis Penyebab Peluang Riset dan Inovasi
1 • Melihat Burden of • Gegap gempitanya pelayanan • Cost Effectiveness Analysis untuk identifikasi intervensi
Diseases (yang diukur BPJS, yang notabene kuratif, yang cost effective sesuai konteks Indonesia (mampu
dengan YLL, DALY Lost) mengalahkan intervensi mencegah DALY lost tertinggi per Rp yang dibelanjakan)
proporsi anggaran belum promotif-preventif, deteksi dini, • Inovasi untuk peningkatan alokasi dana untuk upaya
dialokasikan secara efektif dan pengobatan dini, yang nota promotive-pereventif (Posyandu, Posbindu, PIS-PK,
dan efisien untuk upaya bene lebih cost effective Germas, skrining PTM, rujukan Posbindu ke Puskesmas,
promotif-preventif untuk • Nakes di pelayanan primer terlalu Keterkaitan Posbindu-Puskesmas-Rumah Sakit
mengurangi Beban sibuk dengan kapitasi BPJS?, • Inovasi penguatan Primary Health Care (Pelayanan
Penyakit PTM dan KIA sehingga intervensi public health Kesehatan Primer)
mengendur? • Inovasi penerapan HiAP (Health in All Policies)
• Inovasi penguatan Promkes → penguatan KIE untuk PTM ,
KIA, dan Gizi
2 • Dana Dekonsentrasi • Berjalan secara vertikal oleh • Inovasi sinkronisasi secara horizontal dalam rangka
dilihat oleh daerah belum masing-masing unit eselon-2 implementasi strategi integrasi (SPM, Germas, PIS-PK)
sinkron dengan kebutuhan (belum disinkronkan secara untuk integrasi dan penguatan program di lapangan
daerah horizontal)
3 • Dana DAK Non-Fisik: • Menu masih kurang fleksibel • Inovasi perbaikan menu Dana DAK Non-Fisik
Menu masih belum bisa (Dana DAK Non-Fisik • Inovasi Costing SPM Kab/Kota
memenuhi kebutuhan diperuntukkan utk: BOK, • Inovasi penguatan perencanaan terintegrasi
operasional program di Akreditasi, dan Jampersal)
daerah 47
PENDEKATAN SOSIOLOGI PEMBANGUNAN KESEHATAN (KESIMPULAN)

• Komitmen politis
• Regulasi (RPJMN,
RENSTRA) Struktural 1. Percepatan penurunan AKI dan
• Organisasi/ metoda (Instrumental) AKB (AKI: 305 → 183)
(Perpres, Inpres, PMK) 2. Percepatan penurunan Stunting
• Pendanaan (DIPA Balita (30,8% → 14%)
Pusat, DAK, APBD) 3. Pembudayaan hidup sehat
(PHBS/ GERMAS)
MANAJEMEN SISTEM 4. Peningkatan P2P dan
KESEHATAN Kegawatdaruratan Kesehatan
Masyarakat
5. Peningkatan akses dan mutu
yankes melalui penguatan
manajemen Sistem Kesehatan

Prosesual Kultural
• Implementasi di • Perubahan perilaku masyarakat
lapangan (diukur di masyarakat)
Perubahan di
• Inovasi di tataran masyarakat • Perubahan perilaku provider
implementasi kesehatan (diukur di organisasi)
(Frontier)→ “delivered 48
to people”
BETTER HEALTH
OUTCOMES AND IMPACTS
RESEARCH AND INNOVATION →
IMPROVING “VALUE OF MONEY” MORE EFFECTIVE AND
OF HEALTH PROGRAMS EFFICIENT HEATH
PROGRAMS

BETTER DECISION
MAKING

VALID DATA AND


INFORMATION

BETTER HEALTH
RESEARCH AND
DEVELOPMENT
49

Anda mungkin juga menyukai