• Innate Immunity
Imunitas alami (juga disebut natural immunity dan native immunity) selalu ada pada invidu-individu
sehat, dan disiapkan untuk menghambat masuknya mikroba dan untuk mengeliminasi mikroba yang
berhasil memasuki jaringan inang (host) secara cepat
• Adaptive Immunity
Imunitas adaptif (disebut juga imunitas spesifik atau imunitas didapat) memerlukan ekspansi dan
diferensiasi limfosit sebagai respons terhadap mikroba sebelum memberikan pertahanan yang efektif;
imunitas ini beradaptasi terhadap adanya invasi mikroba.
Imunitas alami secara filogenetis lebih tua, sedangkan imunitas adaptif yang lebih terspesialisasi dan
lebih kuat, baru berkembang kemudian.
Sumber : Abbas, Abul dkk (2016). Imunologi Dasar Abbas. Singapura:Elsevier Inc.
Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
ADAPTIVE IMMUNITY
• Respon imun adaptif dimediasi oleh sel yang disebut limfosit dan produknya.
Limfosit mengekspresikan reseptor yang sangat beragam yang mampu
mengenali sejumlah besar antigen. Terdapat dua populasi besar limfosit, yang
disebut limfosit B dan limfosit T, yang memediasi berbagai jenis respon imun
adaptif.
• Respons imun adaptif terutama penting untuk pertahanan terhadap mikroba
infeksius yang bersifat patogenik terhadap manusia (yaitu dapat
menyebabkan penyakit) dan mampu melawan imunitas alami.
RESPON IMUN PRIMER DAN SEKUNDER
Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
MEMORI IMUNOLOGIK
• Sistem imun adaptif memberikan respons yang lebih besar dan lebih efektif
pada paparan ulang dari antigen yang sama. Sifat ini menunjukkan bahwa
sistem imun mempunyai ingatan akan paparan antigen sebelumnya, oleh
karena itu sifat imunitas adaptif ini disebut memori imunologik.
• Respons terhadap paparan pertama antigen, disebut sebagai respons imun
primer.
• Paparan berikutnya oleh antigen yang sama menyebabkan suatu respons yang
disebut respons imun sekunder, yang biasanya lebih cepat timbulnya, besar,
dan mampu mengeliminasi antigen lebih baik daripada respons primer.
SELEKSI KLONAL
Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
SELEKSI KLONAL
• Sistem imun adaptif mampu membedakan jutaan antigen yang berbeda atau
porsi antigen.
• Spesifisitas adalah kemampuan untuk mengenali berbagai macam antigen
yang berbeda.
• Hal ini menunjukkan bahwa total kumpulan spesifisitas limfosit, yang
kadang-kadang disebut limfosit repertoire, sangat beragam.
• Limfosit mengekspresikan reseptor antigen yang tersebar sesuai klon, yang
artinya populasi total dari limfosit terdiri atas berbagai klon yang berbeda
(masing-masing dibentuk dari satu sel dan progeninya), dan tiap-tiap klon
mengekspresikan suatu reseptor antigen yang berbeda dari reseptor klon
lainnya.
TIPE-TIPE IMUNITAS ADAPTIVE
Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
• Imunitas humoral diperantarai oleh protein yang dinamakan antibodi, yang
diproduksi oleh sel-sel yang disebut limfosit B. Salah satu fungsi terpenting
antibodi adalah menghentikan mikroba yang berada pada permukaan mukosa
dan dalam darah agar tidak mendapatkan akses menuju sel-sel inang dan
tidak membentuk koloni di dalam sel serta jaringan ikat inang.
• Pertahanan terhadap mikroba intraseluler dinamakan imunitas seluler karena
prosesnya diperantarai oleh sel-sel yang disebut sel limfosit T. Beberapa
limfosit T mengaktivasi fagosit untuk menghancurkan mikroba yang telah
dimakan oleh sel fagosit ke dalam vesikel intraseluler. Limfosit T lainnya
membunuh berbagai jenis sel inang yang terinfeksi mikroba infeksius di
dalam sitoplasmanya.
SEL-SEL DALAM SISTEM IMUN
• Sel-sel dalam sistem imun bertempat di jaringan yang berbeda dan
mempunyai peranan yang berbeda -beda dalam pertahanan tubuh (host
defense)
Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
LIMFOSIT
Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
• Limfosit adalah satu-satunya sel yang memproduksi reseptor spesifik untuk antigen
yang sangat beragam yang terdistribusi secara klonal, merupakan mediator kunci
irnunitas adaptif.
• limfosit B merupakan satu-satunya sel yang mampu memproduksi antibodi, mereka
adalah sel-sel yang memerantarai imunitas humoral.
• Limfosit T bertanggung jawab untuk imunitas seluler (cell-mediated immunity).
• Di antara limfosit T, sel T CD4+ disebut sel T helper karena mereka membantu sel
limfosit B memproduksi antibodi dan membantu sel fagosit menghancurkan
mikroba yang telah dimakan.
• Limfosit T CD8+ disebut sebagai limfosit T sitotoksik (cytotoxic T lymphocytes
[CTLs]) karena mereka membunuh ("melisiskan") sel-sel yang mengandung
mikroba intraseluler.
• Beberapa sel T CD4+ termasuk ke dalam kelompok khusus yang berfungsi untuk
mencegah atau membatasi respons imun dan disebut sebagai limfosit T regulator.
TAHAP RESPON IMUN ADAPTIVE
Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
RESPON IMUN ADAPTIVE
• Sistem imun adaptif menggunakan strategi berikut untuk memerangi sebagian besar mikroba
:
• Antibodi yang disekresi akan mengikat mikroba ekstraseluler, menghambat kemampuan
mereka untuk menginfeksi sel inang, dan merangsang penelanan serta penghancuran oleh
fagosit.
• Fagosit menelan mikroba dan membunuh mereka, dan sel T helper memperkuat kemampuan
mikrobisidal fagosit.
• Sel T helper mengerahkan leukosit untuk menghancurkan mikroba dan meningkatkan fungsi
pertahanan epitel untuk mencegah masuknya mikroba.
• Limfosit T sitotoksik membunuh sel yang terinfeksi mikroba.
• Respons imun adaptif berkembang dalam tahapan-tahapan, yang masing-masing sesuai
dengan reaksi tertentu limfosit
• Peran sistem kekebalan adalah untuk melindungi individu terhadap organisme
patogen. Nutrisi adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan respon
imun dan nutrisi yang baik penting dalam mendukung respon imun. Imunitas
dapat terganggu pada orang tua, terutama mereka yang lemah, orang dengan
obesitas, pada mereka yang malnutrisi dan yang asupan mikronutriennya rendah.
• Pentingnya nutrisi dalam mendukung respon imun juga berlaku untuk
memastikan respon yang kuat terhadap vaksinasi.
• Peran utama sistem imun adalah untuk melindungi individu terhadap
organisme patogen termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit.
• Sistem kekebalan tubuh memiliki empat aksi :
• Pertama bertindak sebagai penjaga penghalang mikroba masuk ke dalam
tubuh.
• Kedua sistem kekebalan bertindak untuk mengenali mikroba dan untuk
mengidentifikasi apakah mereka berbahaya atau tidak.
• Ketiga sistem kekebalan bertindak untuk menghilangkan mikroba yang
diidentifikasi berbahaya.
• Keempat Respon kekebalan menghasilkan memori imunologis, sehingga
jika ada paparan ulang dari mikroba berbahaya, respon kekebalan lebih cepat
dan lebih kuat daripada respon alaminya
EFEK PENUAAN DAN KELEMAHAN PADA
KEKEBALAN DAN KERENTANAN TERHADAP
INFEKSI
• Kompetensi kekebalan dapat berkurang dengan bertambahnya usia, proses ini disebut
immunosenescence. Salah satu kemungkinan kontributor untuk imunosenesensi adalah
seiring bertambahnya usia terjadi penurunan output dari sel imun dari sumsum tulang,
tempat asal semua sel kekebalan tubuh.
• Seiring bertambahnya usia, involusi dari thymus menurunkan produksi sel T naif,
mengakibatkan berkurangnya kapasitas untuk merespon antigen baru.
• Penuaan juga terkait dengan peningkatan konsentrasi darah dari banyak mediator inflamasi,
situasi ini disebut inflammageing. Keadaan ini dianggap berkontribusi pada peningkatan
risiko kondisi kronis penuaan dan dapat menjadi predisposisi untuk meningkatkan respons
inflamasi yang berlebihan saat terinfeksi.
EFEK OBESITAS PADA KEKEBALAN DAN
KERENTANAN TERHADAP INFEKSI
• Kompetensi kekebalan dapat berkurang dengan obesitas dengan gangguan
aktivitas sel T pembantu, sel T sitotoksik, sel B dan sel pembunuh alami, dan
berkurang produksi antibodi dan interferon-γ.
• Investigasi terhadap respon sel imun yang diambil dari darah individu yang
di vaksin influenza dengan berat badan yang sehat dan mereka yang
kelebihan berat badan atau obesitas dilakukan secara invitro. Paparan sel
imun darah terhadap vaksin meningkatkan jumlah sel T sitotoksik yang
diaktifkan, jumlah granzim yang mengekspresikan sel T sitotoksik dan
jumlah interferon-γ yang memproduksi sel T sitotoksik.
PERAN ZAT GIZI MIKRO DALAM
MENDUKUNG RESPON IMUN
• Gizi memainkan banyak peran dalam mendukung sistem kekebalan tubuh. Diet menyediakan :
• 1. Bahan bakar agar sistem kekebalan berfungsi.
• 2. Bahan penyusun untuk pembuatan RNA dan DNA dan untuk produksi protein (antibodi,
sitokin,reseptor, protein fase akut dll) dan sel-sel baru.
• 3. Substrat spesifik untuk produksi metabolit imun-aktif (misalnya arginin sebagai substrat untuk oksida
nitrat).
• 4. Pengatur metabolisme sel imun (misalnya vitamin A, seng).
• 5. Nutrisi dengan antibakteri tertentu atau fungsi anti-virus (misalnya vitamin D, seng)
• 6. Regulator yang melindungi inang dari oksidatif dan stres inflamasi (misalnya vitamin C, vitamin E,
seng,selenium, asam lemak omega-3 rantai panjang dan banyak lagi polifenol tanaman).
• 7. Substrat untuk mikrobiota usus yang pada gilirannya memodulasi sistem kekebalan
• Gizi yang buruk kemungkinan tidak bisa menyediakan jumlah yang cukup
terhadap gizi yang dibutuhkan oleh sistem kekebalan tubuh agar berfungsi
dengan baik.
• Beberapa mikronutrien memainkan peran penting dalam mendukung respon
kekebalan tubuh.
• Hasil dari meta analisis uji coba terkontrol secara acak,dilaporkan bahwa
suplementasi Vitamin D dapat menurunkan insiden infeksi saluran napas dan
dilaporkan juga bahwa pemberian suplementasi Vitamin D pada pasien rawat
inap RS dengan Covid-19 menurunkan keparahan Covid-19 tersebut.
• Seng mendukung aktivitas banyak sel system kekebalan tubuh, membantu untuk
mengontrol stres oksidatif dan peradangan dan memiliki tindakan anti-virus
tertentu termasuk menghambat replikasi virus corona.
MIKROBIOTA USUS
• Bakteri komensal dalam saluran pencernaan berperan sebagai berperan
dalam pertahanan imun inang dengan menciptakan penghalang terhadap
kolonisasi oleh patogen dan melalui produksi
• asam laktat dan protein antimikroba yang dapat secara langsung menghambat
pertumbuhan pathogen.
• Efek probiotik pada infeksi saluran cerna mungkin tidak mengejutkan, tetapi
probiotik mungkin juga bermanfaat protektif terhadap infeksi saluran
pernafasan
• Namun, peningkatan respon spesifik Th2 dikombinasikan dengan peningkatan G-CSF, MIP-
1-α menyajikan gambaran campuran polarisasi Th1/Th2.
• Kurangnya kekebalan protektif mungkin karena besarnya dan waktu respons sel T CD4+
yang tidak mencukupi yang mengarah ke priming sel T CD8+ yang kurang optimal dan
respon antibodi penetralisir.
IMUNITAS SEL B
• Respons antibody kinetik terhadap SARS-CoV-2 dipahami dengan
peningkatan titer antibodi IgG dan IgM spesifik virus dalam 3 minggu
infeksi.
• Saat ini antibodi IgM sedang dievaluasi karena potensinya sebagai penanda
infeksi. Titer antibodi IgM terdeteksi sekitar 5 hari setelah infeksi SARS-
CoV-2 dan mungkin berguna untuk konfirmasi pasien COVID-19 dengan RT-
PCR negatif.
• Deteksi antibodi IgG terhadap SARS-CoV-2 dikaitkan dengan netralisasi
virus dan terdeteksi setelah 8-14 hari infeksi.
• Antibodi IgG terkait dengan kekebalan protektif dan diperkirakan bertahan
selama sekitar 2-3 bulan
PATOGENESIS INFLAMASI PADA POPULASI
DEWASA
• Sebagai bagian dari siklus replikasi alaminya, SARS-CoV-2 adalah virus
cytopathic yang menyebabkan kematian sel dan jaringan.
• Sel epitel dan sel endotel mengalami apoptosis, dan vascular memicu
kebocoran munculnya sitokin dan kemokin untuk menginduksi keadaan
inflamasi.
• Manifestasi klinis COVID-19 yang berat dikaitkan dengan pelepasan sitokin
proinflamasi yang dikenal sebagai sindrom badai sitokin. Induksi dari respon
inflamasi yang menyimpang dikaitkan dengan ARDS dan keterlibatan multi-
organ.
RESPON IMUN PATOLOGI PADA SARS COV-2
PATOGENESIS INFLAMASI PADA POPULASI
ANAK
• Sebagian besar kasus COVID-19 diketahui ringan atau tanpa gejala pada
anak-anak. Namun, sejumlah kecil kasus terjadi sindrom inflamasi multi-
sistem pada anak-anak (MIS-C) yang timbul dengan peningkatan penanda
peradangan.
• Respon sel T juga terbukti penting sebagai bagian dari kekebalan protektif di
antara pasien dengan infeksi COVID-19.