Anda di halaman 1dari 42

ADAPTIVE IMMUNITY

FASILITATOR : DR. MARTHA ARDIARIA, M.SI, MED

OLEH : DR.NISHI DEWI RUCI


IMUNITAS
• Istilah kekebalan berasal dari kata Latin immunitas.
• Secara historis, kekebalan berarti perlindungan dari penyakit dan khususnya,
penyakit menular.
• Imunitas didefinisikan sebagai pertahanan terhadap penyakit, terutama
penyakit infeksi. Kumpulan sel-sel, jaringan dan molekulmolekul yang
berperan dalam pertahanan infeksi disebut sistem imun, sedangkan reaksi
terkoordinasi sel-sel dan molekul tersebut dalam pertahanan terhadap infeksi,
disebut sebagai respons imun.
Sumber : Abbas, Abul dkk (2016). Imunologi Dasar Abbas. Singapura:Elsevier Inc.
SISTEM IMUNITAS
• Mekanisme pertahanan inang terdiri dari imunitas alami, yang memberikan perlindungan segera
terhadap infeksi, dan imunitas adaptif, yang berkembang lebih lambat namun memberikan
perlindungan yang lebih spesialistik terhadap infeksi.

• Innate Immunity
Imunitas alami (juga disebut natural immunity dan native immunity) selalu ada pada invidu-individu
sehat, dan disiapkan untuk menghambat masuknya mikroba dan untuk mengeliminasi mikroba yang
berhasil memasuki jaringan inang (host) secara cepat

• Adaptive Immunity
Imunitas adaptif (disebut juga imunitas spesifik atau imunitas didapat) memerlukan ekspansi dan
diferensiasi limfosit sebagai respons terhadap mikroba sebelum memberikan pertahanan yang efektif;
imunitas ini beradaptasi terhadap adanya invasi mikroba.
Imunitas alami secara filogenetis lebih tua, sedangkan imunitas adaptif yang lebih terspesialisasi dan
lebih kuat, baru berkembang kemudian.

Sumber : Abbas, Abul dkk (2016). Imunologi Dasar Abbas. Singapura:Elsevier Inc.
Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
ADAPTIVE IMMUNITY
• Respon imun adaptif dimediasi oleh sel yang disebut limfosit dan produknya.
Limfosit mengekspresikan reseptor yang sangat beragam yang mampu
mengenali sejumlah besar antigen. Terdapat dua populasi besar limfosit, yang
disebut limfosit B dan limfosit T, yang memediasi berbagai jenis respon imun
adaptif.
• Respons imun adaptif terutama penting untuk pertahanan terhadap mikroba
infeksius yang bersifat patogenik terhadap manusia (yaitu dapat
menyebabkan penyakit) dan mampu melawan imunitas alami.
RESPON IMUN PRIMER DAN SEKUNDER

Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
MEMORI IMUNOLOGIK
• Sistem imun adaptif memberikan respons yang lebih besar dan lebih efektif
pada paparan ulang dari antigen yang sama. Sifat ini menunjukkan bahwa
sistem imun mempunyai ingatan akan paparan antigen sebelumnya, oleh
karena itu sifat imunitas adaptif ini disebut memori imunologik.
• Respons terhadap paparan pertama antigen, disebut sebagai respons imun
primer.
• Paparan berikutnya oleh antigen yang sama menyebabkan suatu respons yang
disebut respons imun sekunder, yang biasanya lebih cepat timbulnya, besar,
dan mampu mengeliminasi antigen lebih baik daripada respons primer.
SELEKSI KLONAL

Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
SELEKSI KLONAL
• Sistem imun adaptif mampu membedakan jutaan antigen yang berbeda atau
porsi antigen.
• Spesifisitas adalah kemampuan untuk mengenali berbagai macam antigen
yang berbeda.
• Hal ini menunjukkan bahwa total kumpulan spesifisitas limfosit, yang
kadang-kadang disebut limfosit repertoire, sangat beragam.
• Limfosit mengekspresikan reseptor antigen yang tersebar sesuai klon, yang
artinya populasi total dari limfosit terdiri atas berbagai klon yang berbeda
(masing-masing dibentuk dari satu sel dan progeninya), dan tiap-tiap klon
mengekspresikan suatu reseptor antigen yang berbeda dari reseptor klon
lainnya.
TIPE-TIPE IMUNITAS ADAPTIVE

Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
• Imunitas humoral diperantarai oleh protein yang dinamakan antibodi, yang
diproduksi oleh sel-sel yang disebut limfosit B. Salah satu fungsi terpenting
antibodi adalah menghentikan mikroba yang berada pada permukaan mukosa
dan dalam darah agar tidak mendapatkan akses menuju sel-sel inang dan
tidak membentuk koloni di dalam sel serta jaringan ikat inang.
• Pertahanan terhadap mikroba intraseluler dinamakan imunitas seluler karena
prosesnya diperantarai oleh sel-sel yang disebut sel limfosit T. Beberapa
limfosit T mengaktivasi fagosit untuk menghancurkan mikroba yang telah
dimakan oleh sel fagosit ke dalam vesikel intraseluler. Limfosit T lainnya
membunuh berbagai jenis sel inang yang terinfeksi mikroba infeksius di
dalam sitoplasmanya.
SEL-SEL DALAM SISTEM IMUN
• Sel-sel dalam sistem imun bertempat di jaringan yang berbeda dan
mempunyai peranan yang berbeda -beda dalam pertahanan tubuh (host
defense)

Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
LIMFOSIT

Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
• Limfosit adalah satu-satunya sel yang memproduksi reseptor spesifik untuk antigen
yang sangat beragam yang terdistribusi secara klonal, merupakan mediator kunci
irnunitas adaptif.
• limfosit B merupakan satu-satunya sel yang mampu memproduksi antibodi, mereka
adalah sel-sel yang memerantarai imunitas humoral.
• Limfosit T bertanggung jawab untuk imunitas seluler (cell-mediated immunity).
• Di antara limfosit T, sel T CD4+ disebut sel T helper karena mereka membantu sel
limfosit B memproduksi antibodi dan membantu sel fagosit menghancurkan
mikroba yang telah dimakan.
• Limfosit T CD8+ disebut sebagai limfosit T sitotoksik (cytotoxic T lymphocytes
[CTLs]) karena mereka membunuh ("melisiskan") sel-sel yang mengandung
mikroba intraseluler.
• Beberapa sel T CD4+ termasuk ke dalam kelompok khusus yang berfungsi untuk
mencegah atau membatasi respons imun dan disebut sebagai limfosit T regulator.
TAHAP RESPON IMUN ADAPTIVE

Source : Abbas, Abul et al (2018). Cellular and Mollecular Immunology. Philadelphia : Elsevier Inc
RESPON IMUN ADAPTIVE
• Sistem imun adaptif menggunakan strategi berikut untuk memerangi sebagian besar mikroba
:
• Antibodi yang disekresi akan mengikat mikroba ekstraseluler, menghambat kemampuan
mereka untuk menginfeksi sel inang, dan merangsang penelanan serta penghancuran oleh
fagosit.
• Fagosit menelan mikroba dan membunuh mereka, dan sel T helper memperkuat kemampuan
mikrobisidal fagosit.
• Sel T helper mengerahkan leukosit untuk menghancurkan mikroba dan meningkatkan fungsi
pertahanan epitel untuk mencegah masuknya mikroba.
• Limfosit T sitotoksik membunuh sel yang terinfeksi mikroba.
• Respons imun adaptif berkembang dalam tahapan-tahapan, yang masing-masing sesuai
dengan reaksi tertentu limfosit
• Peran sistem kekebalan adalah untuk melindungi individu terhadap organisme
patogen. Nutrisi adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan respon
imun dan nutrisi yang baik penting dalam mendukung respon imun. Imunitas
dapat terganggu pada orang tua, terutama mereka yang lemah, orang dengan
obesitas, pada mereka yang malnutrisi dan yang asupan mikronutriennya rendah.
• Pentingnya nutrisi dalam mendukung respon imun juga berlaku untuk
memastikan respon yang kuat terhadap vaksinasi.
• Peran utama sistem imun adalah untuk melindungi individu terhadap
organisme patogen termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit.
• Sistem kekebalan tubuh memiliki empat aksi :
• Pertama  bertindak sebagai penjaga penghalang mikroba masuk ke dalam
tubuh.
• Kedua  sistem kekebalan bertindak untuk mengenali mikroba dan untuk
mengidentifikasi apakah mereka berbahaya atau tidak.
• Ketiga  sistem kekebalan bertindak untuk menghilangkan mikroba yang
diidentifikasi berbahaya.
• Keempat  Respon kekebalan menghasilkan memori imunologis, sehingga
jika ada paparan ulang dari mikroba berbahaya, respon kekebalan lebih cepat
dan lebih kuat daripada respon alaminya
EFEK PENUAAN DAN KELEMAHAN PADA
KEKEBALAN DAN KERENTANAN TERHADAP
INFEKSI
• Kompetensi kekebalan dapat berkurang dengan bertambahnya usia, proses ini disebut
immunosenescence. Salah satu kemungkinan kontributor untuk imunosenesensi adalah
seiring bertambahnya usia terjadi penurunan output dari sel imun dari sumsum tulang,
tempat asal semua sel kekebalan tubuh.
• Seiring bertambahnya usia, involusi dari thymus menurunkan produksi sel T naif,
mengakibatkan berkurangnya kapasitas untuk merespon antigen baru.
• Penuaan juga terkait dengan peningkatan konsentrasi darah dari banyak mediator inflamasi,
situasi ini disebut inflammageing. Keadaan ini dianggap berkontribusi pada peningkatan
risiko kondisi kronis penuaan dan dapat menjadi predisposisi untuk meningkatkan respons
inflamasi yang berlebihan saat terinfeksi.
EFEK OBESITAS PADA KEKEBALAN DAN
KERENTANAN TERHADAP INFEKSI
• Kompetensi kekebalan dapat berkurang dengan obesitas dengan gangguan
aktivitas sel T pembantu, sel T sitotoksik, sel B dan sel pembunuh alami, dan
berkurang produksi antibodi dan interferon-γ.
• Investigasi terhadap respon sel imun yang diambil dari darah individu yang
di vaksin influenza dengan berat badan yang sehat dan mereka yang
kelebihan berat badan atau obesitas dilakukan secara invitro. Paparan sel
imun darah terhadap vaksin meningkatkan jumlah sel T sitotoksik yang
diaktifkan, jumlah granzim yang mengekspresikan sel T sitotoksik dan
jumlah interferon-γ yang memproduksi sel T sitotoksik.
PERAN ZAT GIZI MIKRO DALAM
MENDUKUNG RESPON IMUN
• Gizi memainkan banyak peran dalam mendukung sistem kekebalan tubuh. Diet menyediakan :
• 1. Bahan bakar agar sistem kekebalan berfungsi.
• 2. Bahan penyusun untuk pembuatan RNA dan DNA dan untuk produksi protein (antibodi,
sitokin,reseptor, protein fase akut dll) dan sel-sel baru.
• 3. Substrat spesifik untuk produksi metabolit imun-aktif (misalnya arginin sebagai substrat untuk oksida
nitrat).
• 4. Pengatur metabolisme sel imun (misalnya vitamin A, seng).
• 5. Nutrisi dengan antibakteri tertentu atau fungsi anti-virus (misalnya vitamin D, seng)
• 6. Regulator yang melindungi inang dari oksidatif dan stres inflamasi (misalnya vitamin C, vitamin E,
seng,selenium, asam lemak omega-3 rantai panjang dan banyak lagi polifenol tanaman).
• 7. Substrat untuk mikrobiota usus yang pada gilirannya memodulasi sistem kekebalan
• Gizi yang buruk kemungkinan tidak bisa menyediakan jumlah yang cukup
terhadap gizi yang dibutuhkan oleh sistem kekebalan tubuh agar berfungsi
dengan baik.
• Beberapa mikronutrien memainkan peran penting dalam mendukung respon
kekebalan tubuh.
• Hasil dari meta analisis uji coba terkontrol secara acak,dilaporkan bahwa
suplementasi Vitamin D dapat menurunkan insiden infeksi saluran napas dan
dilaporkan juga bahwa pemberian suplementasi Vitamin D pada pasien rawat
inap RS dengan Covid-19 menurunkan keparahan Covid-19 tersebut.
• Seng mendukung aktivitas banyak sel system kekebalan tubuh, membantu untuk
mengontrol stres oksidatif dan peradangan dan memiliki tindakan anti-virus
tertentu termasuk menghambat replikasi virus corona.
MIKROBIOTA USUS
• Bakteri komensal dalam saluran pencernaan berperan sebagai berperan
dalam pertahanan imun inang dengan menciptakan penghalang terhadap
kolonisasi oleh patogen dan melalui produksi

• asam laktat dan protein antimikroba yang dapat secara langsung menghambat
pertumbuhan pathogen.

• Efek probiotik pada infeksi saluran cerna mungkin tidak mengejutkan, tetapi
probiotik mungkin juga bermanfaat protektif terhadap infeksi saluran
pernafasan

• Di dalam konteks ini, dysbiosis usus, dengan jumlah lactobacilli dan


bifidobacteria yang rendah, telah dilaporkan pada pasien dengan COVID-19.
TRANSMISI ZOONIS,
VIRUS BARU MILIK
COVID-19 SARS-CoV-2 FAMILI
CORONAVIRIDAE

STRUKTUR, GENOM, RESPON IMUNOLOGI


VIRAL LIFE CYCLE TERGANTUNG USIA
STRUKTUR, GENOM, DAN SIKLUS HIDUP
VIRUS
• Ontogeni sel dalam konteks epigenetik imunologi dapat berkontribusi pada
variasi global pada kematian dan hasil COVID-19.
• Coronavirus terdiri dari Positive-sense, Molekul RNA untai tunggal.
• Ukuran genom coronavirus berkisar 26.000-32.000 (RNA virus terbesar)
• Struktur protein berkontribusi pada perakitan virus dan inang tropis termasuk
protein spike(S)  mengenali reseptor sel inang. Protein envelope (E) 
mengumpulkan dan melepaskan virion. Membran glikoprotein (M) 
membentuk virion. Protein nukleokapsid (N)  mengemas genom RNA.
RESPON IMUNOLOGI TERGANTUNG USIA
(AGE-DEPENDENT)

• Sistem kekebalan berasal dari sel induk hematopoietik (HSCs) yang


berdiferensiasi menjadi sistem imun bawaan dan adaptif.
• Sistem kekebalan mengalami pematangan di seluruh kehidupan karena rangsangan
lingkungan yang berbeda. Sistem kekebalan bawaan, dibentuk oleh neutrofil, makrofag, dan
sel dendritik adalah penjaga gerbang respons imunologis. sistem kekebalan adaptif dibentuk
oleh sel T dan sel B, juga bisa sangat terganggu dalam 2 tahun pertama kehidupan.
IMUNITAS ADAPTIVE PADA SARS-COV-2
• Sifat respon kekebalan adaptif mungkin tergantung pada waktu, komposisi, dan besarnya.
• 3 respon kekebalan adaptive yang berbeda telah diakui pada infeksi SARS-CoV-2 pada
orang dewasa.
• - imunotipe pertama  menunjukkan hubungan antara aktivasi Sel T CD4+ dengan
peningkatan keparahan seperti yang diamati pada pasien COVID-19 dengan kegagalan
organ dan AKI
• -imunotipe kedua  mengandung respon Sel T CD8+ yang diamati pada pasien dengan
status imunosupresif sebelumnya.
• -imunotipe ketiga  tidak berkolerasi terhadap keparahan penyakit atau gejala spesifik
IMUNITAS SEL T
• Ada pemahaman yang terbatas tentang kekebalan sel T pada SARS CoV-2. Pada orang
dewasa, respon gabungan Th1/Th2 diamati dengan Th1- (IL-1β, IL-2, IFNγ, IP-10, MCP1,
TNF) dan respon sitokin dan kemokin pro-inflamasi pada pasien COVID-19 dengan kondisi
berat diperantarai Th2 (IL-6, IL-10) .
• Studi sebelumnya dilaporkan dominasi respon CD4+ yang dimediasi Th1 pada pasien
COVID-19.

• Namun, peningkatan respon spesifik Th2 dikombinasikan dengan peningkatan G-CSF, MIP-
1-α menyajikan gambaran campuran polarisasi Th1/Th2.

• Kurangnya kekebalan protektif mungkin karena besarnya dan waktu respons sel T CD4+
yang tidak mencukupi yang mengarah ke priming sel T CD8+ yang kurang optimal dan
respon antibodi penetralisir.
IMUNITAS SEL B
• Respons antibody kinetik terhadap SARS-CoV-2 dipahami dengan
peningkatan titer antibodi IgG dan IgM spesifik virus dalam 3 minggu
infeksi.
• Saat ini antibodi IgM sedang dievaluasi karena potensinya sebagai penanda
infeksi. Titer antibodi IgM terdeteksi sekitar 5 hari setelah infeksi SARS-
CoV-2 dan mungkin berguna untuk konfirmasi pasien COVID-19 dengan RT-
PCR negatif.
• Deteksi antibodi IgG terhadap SARS-CoV-2 dikaitkan dengan netralisasi
virus dan terdeteksi setelah 8-14 hari infeksi.
• Antibodi IgG terkait dengan kekebalan protektif dan diperkirakan bertahan
selama sekitar 2-3 bulan
PATOGENESIS INFLAMASI PADA POPULASI
DEWASA
• Sebagai bagian dari siklus replikasi alaminya, SARS-CoV-2 adalah virus
cytopathic yang menyebabkan kematian sel dan jaringan.
• Sel epitel dan sel endotel mengalami apoptosis, dan vascular memicu
kebocoran munculnya sitokin dan kemokin untuk menginduksi keadaan
inflamasi.
• Manifestasi klinis COVID-19 yang berat dikaitkan dengan pelepasan sitokin
proinflamasi yang dikenal sebagai sindrom badai sitokin. Induksi dari respon
inflamasi yang menyimpang dikaitkan dengan ARDS dan keterlibatan multi-
organ.
RESPON IMUN PATOLOGI PADA SARS COV-2
PATOGENESIS INFLAMASI PADA POPULASI
ANAK
• Sebagian besar kasus COVID-19 diketahui ringan atau tanpa gejala pada
anak-anak. Namun, sejumlah kecil kasus terjadi sindrom inflamasi multi-
sistem pada anak-anak (MIS-C) yang timbul dengan peningkatan penanda
peradangan.

• Gambaran klinisnya mirip dengan penyakit Kawasaki dan sindrom syok


toksik dengan fitur unik pada COVID-19. MIS-C tidak dilaporkan pada fase
awal pandemi dengan populasi anak yang telah memiliki antibodi yang
menunjukkan peran respons imunologis adaptif.
• Penentuan Kasus awal meliputi demam minimal 1 hari dengan peningkatan
penanda inflamasi yang melibatkan dua atau lebih organ, memerlukan rawat
inap, tidak ada kemungkinan diagnosis lain dan diagnosis dilakukan dengan
RT-PCR, serologi, tes antigen, atau riwayat pajanan di 4 minggu terakhir
sebelum timbulnya gejala SARS-CoV-2.

• Peningkatan yang bergantung pada antibodi terhadap lonjakan protein diduga


menjadi dasar terjadinya patologi inflamasi pada SARS CoV-2. Distribusi
MIS-C mengikuti kurva berbentuk u dengan gejala parah yang umumnya
terjadi pada anak-anak di bawah 1 tahun.

• Secara keseluruhan, respon kekebalan selama 2 tahun pertama kehidupan


merupakan karakteristik reaktivitas tolerogenik dengan penurunan
kemampuan untuk merespon antigen asing dan alloantigen
IMPLIKASI UNTUK VAKSIN
• Selama fase awal pandemi COVID-19, antibody penetralisir setelah infeksi
dipantau secara ketat dengan laporan yang menunjukkan penurunan bertahap
hingga 3 bulan setelah infeksi SARS-CoV-2.

• Respon sel T juga terbukti penting sebagai bagian dari kekebalan protektif di
antara pasien dengan infeksi COVID-19.

• Respon imun yang diperantarai sel T dapat memberikan kekebalan bahkan


setelah respons imun yang dimediasi sel B berkurang.

• CDC menyetujui dan merekomendasikan tiga vaksin diantaranya Pfizer


BioNTech, Moderna, dan Johnson & Johnson
OBESITAS DAN GANGGUAN RESPON IMUN
• Kegemukan dan obesitas menyebabkan penyakit tidak menular lainnya yang
mempengaruhi cadangan banyak nutrisi. Kegemukan dan obesitas
menyebabkan efek metabolik yang merugikan pada tekanan darah, profil
lipid, resistensi insulin, Low-grade chronic inflammation, dan mengakibatkan
prognosis yang lebih buruk pada infeksi virus, termasuk SARS-CoV-2.
• Obesitas menyebabkan stres dan disfungsi di banyak jaringan, termasuk
jaringan adiposa, hati, otot rangka, pankreas, usus, dan sistem pernapasan.
• Low-grade chronic inflammation, ditandai dengan peningkatan konsentrasi di
tingkat basal dari sitokin pro-inflamasi TNF-α, IL-1β, Monosit
Chemoattractant Protein-1 (MCP-1)dan IL-6, hal ini merupakan ciri obesitas.
OBESITAS, PENYAKIT PENYERTA, DAN
COVID-19
MANAJEMEN GIZI OBESITAS DENGAN
COVID-19
• Gejala awal COVID-19, seperti batuk, mialgia, demam dan sesak napas,
serupa dengan infeksi virus umum lainnya, dan secara umum individu dapat
pulih di rumah. Namun, pasien dengan obesitas harus menyadari bahwa
mereka mungkin memiliki kondisi klinis khusus. Saat mengalami demam,
meski tidak haus, pasien COVID-19 harus terus minum cairan untuk fungsi
imun dan mendukung kemampuan tubuh untuk melawan virus.
• ASPEN merekomendasikan untuk mengonsumsi air setiap jam, minimal
3liter/hari dan memantau tanda dehidrasi selama mengalami Covid-19.
• Lebih banyak asupan makanan segar dan yang diproses minimal, sumber
vitamin C, A, D dan E, Vitamin B , n-3 PUFA, Se, Fe dan Zn.
TERIMA KASIH
MOHON BIMBINGANNYA

Anda mungkin juga menyukai