Anda di halaman 1dari 5

Pemeriksaan Penunjang Telogen Effluvium

1. Uji Penarikan Rambut (Hair Pull Test)


Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sekelompok rambut (50–100
helai) pada suatu area, kemudian menarik ke arah distal dengan tekanan yang
lembut dilakukan pada beberapa area rambut kepala. Pada keadaan normal
rambut yang tercabut 2–6 helai. Hasil negatif tidak dapat menyingkirkan
diagnosis TE. Pada AGA (alopecia androgenetika) didapatkan hasil negatif,
pada TE hasil positif dan berupa rambut telogen, dan pada AA hasil positif
selain berupa rambut telogen juga didapatkan distrofik anagen.1,2

2. Forcible Hair Pluck/Trichogram


Forcible Hair Pluck/Trichogram adalah pemeriksaan dengan cara rambut
dijepit dengan alat hemostat dekat dengan kulit kepala, sejumlah 50–60 helai
rambut akan tercabut menurut arah pertumbuhan rambut. Kemudian gambaran
folikel rambut dilihat dengan mikroskop cahaya. Dalam keadaan normal
sejumlah 10–15% rambut berada dalam fase telogen, dan terbanyak di daerah
frontal dan vertex. Diagnosis TE bila didapatkan hitung telogen lebih dari
25%.1,2

Gambar. Forcible Hair Pluck/Trichogram


Sumber : Chartier MB, Hoss DM, Grant-Keis JM. Approach to the adult pemale patient with
diffuse nonscarring alopecia.3
3. Analisis Mikroskopik Rambut
Analisis mikroskopik rambut dilakukan untuk menentukan rambut telogen
atau anagen yang didapat dari hair pull test atau forcible hair pluck. Rambut
telogen normal ditemukan, sebaliknya rambut anagen menunjukkan adanya
proses patologik. Rambut telogen memiliki ciri-ciri kering, ujung bulbus
berwarna putih, bulat, berbentuk seperti gada (club), tanpa adanya perlekatan
antara sarung akar luar dan dalam. Rambut anagen memiliki ciri-ciri lembab,
bulbus berpigmen, berbentuk pyramid dan terdapat perlekatan sarung akar
luar dan dalam.Apabila ditemukan rambut anagen, dapat langsung
menyingkirkan diagnosis TE.3

Gambar. (A) Penampang rambut telogen. (B) Penampang rambut loose anagen. (C)
Penampang rambut anagen.
Sumber : Olsen EA, Paus R. Hair growth disorder. In: FreedbergIn: Freedberg IM, Eisen AZ,
Wolff K, Austen KF, editors. Fitzpatrick’sFitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 4

4. Biopsi
Biopsi pada TE umumnya tidak perlu dilakukan, kecuali untuk menyingkirkan
diagnosis banding terutama alopesia androgenetika (AGA) yang secara klinis
dapat menyerupai TE. Teknik biopsy kulit kepala yang paling baik adalah
dengan biopsy punch (4 mm) multipel diambil dari verteks sebanyak 3 buah
lesi yang berdekatan, lalu dipotong vertikal dan horizontal. Pemotongan secara
horizontal dilakukan setinggi pertengahan ismus kemudian dihitung
persentase rambut terminal (T) dibandingkan dengan rambut velus (V) yang
mengalami miniaturisasi. Pada TE, persentasenya mendekati normal.
Diagnosis CTE ditegakkan apabila persentase T:V lebih dari 8:1, sedangkan
diagnosis AGA ditegakkan apabila persentase kurang dari 4:1. Biopsi tunggal
tidak adekuat untuk memastikan diagnosis (angka akurasinya hanya 79%)
jika dibandingkan dengan biopsi multipel (angka akurasinya 98%).5-8

Gambar. Pasien yang telah dilakukan punch biopsy.


Sumber : Sinclair R, Jolley D, Mallari R, Magee J. The reliability of horizontal sectioned
scalp biopsiesin the diagnosis of chronic diffuse telogen hair loss in women. 8

5. Serial Hair Collection


Serial hair collection merupakan alternatif pemeriksaan jika pasien tidak
bersedia dilakukan biopsi. Pasien diminta mengumpulkan rambut yang rontok
dalam 24 jam, lalu menghitungnya. Cara ini dilakukan setiap minggu selama 1
bulan. Apabilajumlah rambut yang rontok lebih dari 100 helai dalam 24 jam,
dapat membuktikan adanya TE. Ada metode baru untuk membedakan AGA
dan TE tanpa pemeriksaan histopatologik, yaitu dengan mencuci rambut yang
sudah 5 hari tidak dikeramas, lalu rambut yang rontok saat pencucian
dikumpulkan dan dihitung. Rambut-rambut tersebut dibagi menjadi 3 kelas
berdasarkan panjang rambut {<3 cm (rambut velus); 3–5 cm; >5 cm}. Kriteria
diagnosis untuk AGA adalah bila jumlah rambut rontok kurang dari 100 helai
dan persentase rambut velus (<3 cm) lebih dari 10%. Sedangkan kriteria
diagnosis untuk CTE adalah apabila jumlah rambut rontok lebih dari 100 helai
dan persentase rambut velus kurang dari 10%.1

6. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah perifer lengkap, kadar
hormon tiroid, ferritin serum, fungsi ginjal, fungsi hati, testosteron bebas,
prolaktin, 17-hydroxyl progesterone, titer antinuclear antibody serologi sifilis,
serta pemeriksaan human imunodeficiency virus (HIV) dapat dilakukan bila
ada kecurigaan yang mengarah kesana. Hasil yang tidak normal dapat
membantu kita untuk menyingkirkan diagnosis banding dan menentukan
etiologi TE sehingga penatalaksanaannya dapat berupa tindakan koreksi sesuai
etiologi.9,10
REFERENSI
1. Hughes ECW. Telogen effluvium [Internet]. 2010 [cited on 2017 Nov 27].
Available from: www.eMedicine.com.
2. Sperling LC. Hair Anatomy for the Clinician. J Am Acad Dermatology. 1991;
25.
3. Chartier MB, Hoss DM, Grant-Keis JM. Approach to the adult pemale patient
with diffuse nonscarring alopecia. J Am Acad Dermatol 2002;47.
4. Olsen EA, Paus R. Hair growth disorder. In: FreedbergIn: Freedberg IM,
Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, editors. Fitzpatrick’sFitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 7th edition. New York: Mcgraw- Hill Inc;
2008.
5. Dawber R, Berker DD, and Wojnarowska F. Disorders of Hair. In: Champion
RH, Burton JL, Burns DA, Breathnach SM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling.
Textbook of Dermatology. 6th ed. Oxford: Blackwell science Ltd; 1998.
6. Sinclair R. Chronic Telogen Effluvium: a study 5 patients over 7 years. J Am
Acad Dermatol 2005;52.
7. Olsen EA. Clinical tools for assessing hair loss. In: Olsen EA, editor. Disorder
of hair growth. New York: McGraw-Hill; 2003.
8. Sinclair R, Jolley D, Mallari R, Magee J. The reliability of horizontal
sectioned scalp biopsiesin the diagnosis of chronic diffuse telogen hair loss in
women. J Am Acad Dermatol. 2004;51.
9. Peytavi UB, Mandt N. Signalling molecule in Human Hair Follicle Cell
Populations. In: Camacho FM, Randal VA, editors. Hair and its Disorders,
Biology, Pathology, and management. London: Martin Dunitz Ltd; 2000.
10. Almagro M, DelPozo J. Garcia-Silva J, Castro A, LopezCalvos, Yetra-
Pimentel MT, et al. Telogen effluvium as a clinical presentation of human
immunodeficiency virus infection. Am J Med 2002;112.

Anda mungkin juga menyukai