Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILMU GIZI DALAM DAUR KEHIDUPAN

DOSEN PENGAJAR :

SILVIA WAGUSTINA, SST, M.KES

DISUSUN OLEH :

NAMA : SYADZWANA SALSABILA

NIM : (P07131122033)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN NANGGROE ACEH DARUSSALAM
JURUSAN D-III GIZI BANDA ACEH
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
pula sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini yang berjudul “Gizi
Dewasa dan Usia Lanjut”.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Selain itu penulis memohon maaf atas kekurangan karya tulis ini baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya, Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Semoga keberadaan karya tulis ini bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat mengambil
hikmah yang berguna bagi kita semua.

Aceh Besar, 25 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................


A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................. 1

BAB PEMBAHASAN ........................................................................... 2


A. Pengertian dan Karakteristik ......................................................... 2
B. Masalah Gizi ................................................................................... 3
C. Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Kebutuhan Gizi ................ 3
D. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi .............................................. 6

BAB III PENUTUP ............................................................................... 9


A. Kesimpulan .................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi pada Balita merupakan salah satu penentu kualitas sumberdaya manusia, jika
kekurangan akan menyebabkan efek yang sangat serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik
serta tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan. Usia balita merupakan periode
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan rawan terhadap kekurangan gizi.
Akibat lain adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan meningkatkan
risiko kesakitan dan kematian.
Pemberian makanan pada anak hendaknya diperhatikan sejak masih bayi. Bayi yang
baru lahir memerlukan perhatian khusus karena pencernaan mereka belum sempurna
sehingga belum bias mencerna makanan dengan baik. Usia ini sangat penting bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak sehingga semua kebutuhan gizinya harus terpenuhi.
Anak juga baru diperkenalkan pada makanan pendamping ASI (MPASI). Balita yang makan
makanan yang beragam dan seimbang nilai gizinya akan tumbuh sehat dan aktif. Agar
kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Karakteristik gizi anak balita ?
2. Apa masalah gizi anak balita ?
3. Faktor apa yang mempengaruhi terhadap kebutuhan gizi anak balita ?
4. Apa kebutuhan energi dan zat gizi anak balita ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian dan Karakteristik gizi anak balita ?
2. Untuk mengetahui dan memahami masalah gizi anak balita ?
3. Untuk mengetahui dan memahami Faktor yang mempengaruhi terhadap kebutuhan
gizi anak balita ?
4. Untuk mengetahui dan memahami kebutuhan energi dan zat gizi anak b

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Karakteristik


Usia balita adalah periode penting dalam proses tumbuh kembang anak yang
merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia balita, perkembangan kemampuan
berbahasa, berkreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan inteligensi anak berjalan sangat
cepat. Hal ini merupakan landasan bagi perkembangan anak selanjutnya. Pertumbuhan adalah
peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ, dan jaringan sel tubuh. Sedangkan yang
dimaksud dengan perkembangan adalah penampilan kemampuan (skill) yang diakibatkan
oleh kematangan system saraf pusat, khususnya otak. Anak yang sehat perkembangannya
akan searah dengan pertumbuhannya.
 Berusia 1-5 tahun
 Dalam masa pertumbuhan yang cepat, namun lebih lambat dari usia bayi yaitu 34 kg
pada awal tahun kedua s/d 1,5-3 kg untuk BB; dan TB 7-8 cm s/d 6-7 cm pada akhir
masa balita.
 Selama pertumbuhan, komposisi tubuh berubah. Komposisi cairan tubuh menurun
sedangkan komposisi tubuh untuk jaringan adiposa dan mineral pada tulang
meningkat.
 Merupakan masa yang ksitis karena merupakan masa pembentukan otak (s/d usia 2
tahun).
 Merupakan masa sebagai dasar pembentukan sikap.
 Balita dapat dibagi menjadi 2 (dua) masa :
1. Usia 1-2 tahun sebagai konsumen pasif, artinya pada usia ini peran orang tua
sangat berperan dalam mengatur makanan sehari-hari. Pada usia ini balita belum
dapat memilih makanan yang sesuai dengan kebutuhan. Keadaan gizi dan
kesehatan balita sangat tergantung terhadap orangtuanya.
2. Usai 3-5 tahun sebagai konsumen aktif, artinya pada usia ini balita sudah mulai
dapat memilih makanannya. Peran orang tua sangat penting dalam mengarahkan
balita agar mempunyai kebiasaan makan yang baik di kemudian hari.

2
B. Masalah Gizi Anak Balita
1. Kurang Energi Protein (KEP) yang dapat diakibatkan karena konsumsi makanan
kurang dan hanya mengandung energi saja, protein atau kedua zat gizi tersebut. KEP
ada tiga yaitu Marasmus (muka seperti orangtua, kurus), Kwasiorkor (muka seperti
bulan karena adanya oedema, kelihatan gemuk), dan gabungan yaitu marasmic
kwashiorkor.
2. Kurang vitamin A, dengan tanda dini buta senja.
3. Anemia gizi besi, anemia akibat kurang konsumsi zat besi yang dapat mengakibatkan
anak balita lesu, tidak aktif dan susah berfikir/berkonsentrasi.
4. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) yang dapat menyebabkan anak balita
jika pada saat dalam kandungan kekurangan iodium dapat menderita cacat mental,
kerdil, IQ rendah sehingga potensi sebagai sumber daya manusia berkurang.
5. Masalah gizi yang lain yang belum menjadi masalah gizi di Indonesia, namun terlihat
kecenderungannya adalah karies gigi dan obesitas.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Kebutuhan Gizi Anak Balita


1. Keadaan Infeksi
Ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan
kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa terjadi interaksi yang sinergis antara malnutrisi
dengan penyakit infeksi. Penyakit infeksi akan menyebabkan gangguan gizi melalui
beberapa cara yaitu menghilangkan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare.
Selain itu penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan dapat juga menurunkan nafsu
makan. Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersamaan, yaitu pen urunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan,
menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit, peningkatan
kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah dan perdarahan terus
menerus serta meningkatnya kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit dan
parasit yang terdapat dalam tubuh.

2. Tingkat Konsumsi Makanan


Konsumsi makanan oleh keluarga bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang
dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga. Hal ini bergantung pada pendapatan, agama,
adat kebiasaan, dan tingkat pendidikan. Di Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk

3
adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan
terutama makanan yang bergizi. Pengukuran konsumsi makan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk
mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.
Kurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi baik secara kualitas maupun kuantitas dapat
menurunkan status gizi. Anak yang makanannya tidak cukup maka daya tahan tubuhnya
akan melemah dan mudah terserang infeksi.

3. Pengaruh Budaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap
terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal
sikap terhadap makanan, masih terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang
menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga
disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Jarak
kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan
mempengaruhi asupan gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga
dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para
petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.

4. Penyediaan Pangan
Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam
menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayur-mayur dan buah-buahan.
Merupakan program untuk menambah nutrisi pada balita ini biasanya diperoleh saat
mengikuti posyandu. Adapun pemberin tambahan makanan tersebut berupa makanan
pengganti ASI yang biasa didapat dari Puskesmas setempat. Penyebab masalah gizi yang
pokok di tempat paling sedikit dua pertiga dunia adalah kurang cukupnya pangan untuk
pertumbuhan normal, kesehatan, dan kegiatan normal. Kurang cukupnya pangan berkaitan
dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Tidak tersedianya pangan dalam keluarga
yang terjadi terus menerus akan menyebabkan terjadinya penyakit kurang gizi.

5. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan


Status gizi anak berkaitan dengan keterjangkauan terhadap pelayanan kesehatan
dasar. Anak balita sulit dijangkau oleh berbagai kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan

4
lainnya karena tidak dapat datang sendiri ke tempat berkumpul yang ditentukan tanpa
diantar. Beberapa aspek pelayanan kesehatan dasar yang berkaitan dengan status gizi anak
antara lain: imunisasi, pertolongan persalinan, penimbangan anak, pendidikan kesehatan
anak, serta sarana kesehatan seperti Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, praktek bidan
dan dokter. Makin tinggi jangkauan masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan
dasar tersebut di atas, makin kecil risiko terjadinya penyakit gizi kurang.

6. Higiene dan Sanitasi Lingkungan


Hal ini bergantung pada kebersihan lingkungan atau ada tidaknya penyakit yang
berpengaruh zat-zat gizi oleh tubuh. Sanitasi lingkungan sangat terkait dengan
ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan
makan pada setiap keluarga. Makin tersedia air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, makin
kecil risiko anak terkena penyakit kurang gizi. Higienitas makanan adalah Tindakan nyata
dari ibu anak balita dalam kebersihan dalam mengelola bahan makanan, penyimpanan
sampai penyajian makanan balita.

7. Jumlah Anggota Keluarga


Seandainya anggota keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak
berkurang. Usia 1 -6 tahun merupakan masa yang paling rawan. Kurang energi protein
berat akan sedikit dijumpai pada keluarga yang jumlah anggota keluarganya lebih kecil.

8. Tingkat Pendapatan Kemiskinan


Sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang
umum di masyarakat. Batas kriteria UMR (Upah mimimum regional) menurut BPS untuk
daerah pedesaan adalah Rp.1.375.000,-

9. Tingkat Pendidikan Ibu


Pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi tentang gizi. Masyarakat
dengan pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisitradisi yang
berhubungan dengan makanan, sehingga sulit menerima informasi baru di bidang gizi.
Selain itu tingkat pendidikan juga ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menerima
suatu pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan semakin mudah dia
menyerap informasi yang diterima termasuk pendidikan dan informasi gizi yang mana

5
dengan pendidikan gizi tersebut diharapkan akan tercipta pola kebiasaan yang baik dan
sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat
untuk menyerap informasi dan menginplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup
sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan perbaikan gizi. Tingkat pendidikan dapat
disederhanakan menjadi pendidikan tinggi (tamat SMA - lulusan PT) dan pendidikan
rendah (tamat SD – tamat SMP). Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk daerah
wajib belajar 12 tahun.

D. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi


Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan
ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak. Akibatnya,
terjadi ketidakmampuan otak untuk berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat,
kekurangan gizi menyebabkan terhambatnya pertumbuhan badan. Badan lebih kecil diikuti
dengan ukuran otak yang juga kecil sehingga junilah sel dalam otak berkurang. Keadaan ini
dapat berpengaruh pada kecerdasan anak.
Kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik yang
meliputi perkembangan emosi dan tingkah laku. Biasanya anak akan mengisolasi dirinya,
apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, perkembangan kognitif anak akan
terhambat. Perilaku ini dapat dilihat pada anak yang menderita KEP (Kurang Energi Protein).
Pada dasarnya, pemenuhan kebutuhan gizi memang memegang peranan yang penting untuk
menunjang proses tumbuh kembang balita. Akan tetapi, dalam pemberian gizi, peran
lingkungan dan interaksi anak dengan orangtua juga diperlukan. Tanpa disertai adanya
jalinan hubungan batin dan kasih sayang maka tumbuh kembang anak tidak akan optimal.
Sebab itulah, perlu diterapkan pola asih, asuh, dan asah dalam merawat anak.
1. Kebutuhan gizi balita usia 1-3 tahun yakni:
 Energi: 1350 kkal
 Protein: 20 g
 Lemak: 45 g
 Karbohidrat: 215 g
 Serat: 19 g
 Air: 1150 ml
 Vitamin A: 400 RE
 Vitamin D: 15 mcg

6
 Vitamin E: 6 mcg
 Vitamin K: 15 mcg
 Vitamin B1: 0,5 mg
 Vitamin B2: 0,5 mg
 Vitamin B3: 6 mg
 Vitamin B5: 2 mg
 Vitamin B6: 0,5 mg
 Folat: 160 mcg
 Vitamin B12: 1,5 mcg
 Biotin:
 Kolin: 200 mg
 Vitamin C: 40 mg
 Kalsium: 650 mg
 Fosfor: 460 mg
 Magnesium: 65 mg
 Besi: 7 mg
 Natrium: 800 mg

2. Kebutuhan Gizi Balita Usia 4-5 Tahun


Sementara kebutuhan gizi balita usia 4-5 tahun sedikit berbeda dengan usia
sebelumnya, berikut rincian selengkapnya:
 Energi: 1400 kkal
 Protein: 25 g
 Lemak: 50 g
 Karbohidrat: 220 g
 Serat: 20 g
 Air: 1450 ml
 Vitamin A: 450 RE
 Vitamin D: 15 mcg
 Vitamin E: 7 mcg
 Vitamin K: 20 mcg
 Vitamin B1: 0,6 mg

7
 Vitamin B2: 0,6 mg
 Vitamin B3: 8 mg
 Vitamin B5: 3 mg
 Vitamin B6: 0,6 mg
 Folat: 200 mcg
 Vitamin B12: 1,5 mcg
 Biotin: 12 mcg
 Kolin: 250 mg
 Vitamin C: 45 mg
 Kalsium: 1000 mg
 Fosfor: 500 mg
 Magnesium: 95 mg
 Besi: 10 mg
 Natrium: 900 mg

8
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Usia balita adalah periode penting dalam proses tumbuh kembang anak yang
merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia balita, perkembangan kemampuan
berbahasa, berkreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan inteligensi anak berjalan sangat
cepat. Hal ini merupakan landasan bagi perkembangan anak selanjutnya. Pertumbuhan adalah
peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ, dan jaringan sel tubuh. Sedangkan yang
dimaksud dengan perkembangan adalah penampilan kemampuan (skill) yang diakibatkan
oleh kematangan system saraf pusat, khususnya otak. Anak yang sehat perkembangannya
akan searah dengan pertumbuhannya
Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan
ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak. Akibatnya,
terjadi ketidakmampuan otak untuk berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat,
kekurangan gizi menyebabkan terhambatnya pertumbuhan badan. Badan lebih kecil diikuti
dengan ukuran otak yang juga kecil sehingga junilah sel dalam otak berkurang. Keadaan ini
dapat berpengaruh pada kecerdasan anak.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan
yang membangun dari pihak pembaca agar makalah ini lebih baik. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Almaitser, S, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia, Jakarta, 2004.

Buku “Ilmu gizi 2” oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013

Sediaoetama, Drs. Ahmad Djaeni. ”Ilmu Gizi”. Penerbit : Dian Rakyat. Jakarta : 2006

http://izzatulmuslimahd3-a.blogspot.com/2013/11/kebutuhan-gizi-dan-kecukupan-gizi.html?

m=1

http://giziklinikku.blogspot.com/2016/09/kecukupan-zat-gizi.html?m=115

10

Anda mungkin juga menyukai