DOSEN PENGAJAR :
DISUSUN OLEH :
NIM : (P07131122033)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
pula sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini yang berjudul “Gizi
Dewasa dan Usia Lanjut”.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Selain itu penulis memohon maaf atas kekurangan karya tulis ini baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya, Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Semoga keberadaan karya tulis ini bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat mengambil
hikmah yang berguna bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi pada Balita merupakan salah satu penentu kualitas sumberdaya manusia, jika
kekurangan akan menyebabkan efek yang sangat serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik
serta tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan. Usia balita merupakan periode
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan rawan terhadap kekurangan gizi.
Akibat lain adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan meningkatkan
risiko kesakitan dan kematian.
Pemberian makanan pada anak hendaknya diperhatikan sejak masih bayi. Bayi yang
baru lahir memerlukan perhatian khusus karena pencernaan mereka belum sempurna
sehingga belum bias mencerna makanan dengan baik. Usia ini sangat penting bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak sehingga semua kebutuhan gizinya harus terpenuhi.
Anak juga baru diperkenalkan pada makanan pendamping ASI (MPASI). Balita yang makan
makanan yang beragam dan seimbang nilai gizinya akan tumbuh sehat dan aktif. Agar
kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Karakteristik gizi anak balita ?
2. Apa masalah gizi anak balita ?
3. Faktor apa yang mempengaruhi terhadap kebutuhan gizi anak balita ?
4. Apa kebutuhan energi dan zat gizi anak balita ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian dan Karakteristik gizi anak balita ?
2. Untuk mengetahui dan memahami masalah gizi anak balita ?
3. Untuk mengetahui dan memahami Faktor yang mempengaruhi terhadap kebutuhan
gizi anak balita ?
4. Untuk mengetahui dan memahami kebutuhan energi dan zat gizi anak b
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. Masalah Gizi Anak Balita
1. Kurang Energi Protein (KEP) yang dapat diakibatkan karena konsumsi makanan
kurang dan hanya mengandung energi saja, protein atau kedua zat gizi tersebut. KEP
ada tiga yaitu Marasmus (muka seperti orangtua, kurus), Kwasiorkor (muka seperti
bulan karena adanya oedema, kelihatan gemuk), dan gabungan yaitu marasmic
kwashiorkor.
2. Kurang vitamin A, dengan tanda dini buta senja.
3. Anemia gizi besi, anemia akibat kurang konsumsi zat besi yang dapat mengakibatkan
anak balita lesu, tidak aktif dan susah berfikir/berkonsentrasi.
4. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) yang dapat menyebabkan anak balita
jika pada saat dalam kandungan kekurangan iodium dapat menderita cacat mental,
kerdil, IQ rendah sehingga potensi sebagai sumber daya manusia berkurang.
5. Masalah gizi yang lain yang belum menjadi masalah gizi di Indonesia, namun terlihat
kecenderungannya adalah karies gigi dan obesitas.
3
adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan
terutama makanan yang bergizi. Pengukuran konsumsi makan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk
mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.
Kurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi baik secara kualitas maupun kuantitas dapat
menurunkan status gizi. Anak yang makanannya tidak cukup maka daya tahan tubuhnya
akan melemah dan mudah terserang infeksi.
3. Pengaruh Budaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap
terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal
sikap terhadap makanan, masih terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang
menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga
disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Jarak
kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan
mempengaruhi asupan gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga
dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para
petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.
4. Penyediaan Pangan
Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam
menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayur-mayur dan buah-buahan.
Merupakan program untuk menambah nutrisi pada balita ini biasanya diperoleh saat
mengikuti posyandu. Adapun pemberin tambahan makanan tersebut berupa makanan
pengganti ASI yang biasa didapat dari Puskesmas setempat. Penyebab masalah gizi yang
pokok di tempat paling sedikit dua pertiga dunia adalah kurang cukupnya pangan untuk
pertumbuhan normal, kesehatan, dan kegiatan normal. Kurang cukupnya pangan berkaitan
dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Tidak tersedianya pangan dalam keluarga
yang terjadi terus menerus akan menyebabkan terjadinya penyakit kurang gizi.
4
lainnya karena tidak dapat datang sendiri ke tempat berkumpul yang ditentukan tanpa
diantar. Beberapa aspek pelayanan kesehatan dasar yang berkaitan dengan status gizi anak
antara lain: imunisasi, pertolongan persalinan, penimbangan anak, pendidikan kesehatan
anak, serta sarana kesehatan seperti Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, praktek bidan
dan dokter. Makin tinggi jangkauan masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan
dasar tersebut di atas, makin kecil risiko terjadinya penyakit gizi kurang.
5
dengan pendidikan gizi tersebut diharapkan akan tercipta pola kebiasaan yang baik dan
sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat
untuk menyerap informasi dan menginplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup
sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan perbaikan gizi. Tingkat pendidikan dapat
disederhanakan menjadi pendidikan tinggi (tamat SMA - lulusan PT) dan pendidikan
rendah (tamat SD – tamat SMP). Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk daerah
wajib belajar 12 tahun.
6
Vitamin E: 6 mcg
Vitamin K: 15 mcg
Vitamin B1: 0,5 mg
Vitamin B2: 0,5 mg
Vitamin B3: 6 mg
Vitamin B5: 2 mg
Vitamin B6: 0,5 mg
Folat: 160 mcg
Vitamin B12: 1,5 mcg
Biotin:
Kolin: 200 mg
Vitamin C: 40 mg
Kalsium: 650 mg
Fosfor: 460 mg
Magnesium: 65 mg
Besi: 7 mg
Natrium: 800 mg
7
Vitamin B2: 0,6 mg
Vitamin B3: 8 mg
Vitamin B5: 3 mg
Vitamin B6: 0,6 mg
Folat: 200 mcg
Vitamin B12: 1,5 mcg
Biotin: 12 mcg
Kolin: 250 mg
Vitamin C: 45 mg
Kalsium: 1000 mg
Fosfor: 500 mg
Magnesium: 95 mg
Besi: 10 mg
Natrium: 900 mg
8
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Usia balita adalah periode penting dalam proses tumbuh kembang anak yang
merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia balita, perkembangan kemampuan
berbahasa, berkreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan inteligensi anak berjalan sangat
cepat. Hal ini merupakan landasan bagi perkembangan anak selanjutnya. Pertumbuhan adalah
peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ, dan jaringan sel tubuh. Sedangkan yang
dimaksud dengan perkembangan adalah penampilan kemampuan (skill) yang diakibatkan
oleh kematangan system saraf pusat, khususnya otak. Anak yang sehat perkembangannya
akan searah dengan pertumbuhannya
Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan
ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak. Akibatnya,
terjadi ketidakmampuan otak untuk berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat,
kekurangan gizi menyebabkan terhambatnya pertumbuhan badan. Badan lebih kecil diikuti
dengan ukuran otak yang juga kecil sehingga junilah sel dalam otak berkurang. Keadaan ini
dapat berpengaruh pada kecerdasan anak.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan
yang membangun dari pihak pembaca agar makalah ini lebih baik. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.
9
DAFTAR PUSTAKA
Sediaoetama, Drs. Ahmad Djaeni. ”Ilmu Gizi”. Penerbit : Dian Rakyat. Jakarta : 2006
http://izzatulmuslimahd3-a.blogspot.com/2013/11/kebutuhan-gizi-dan-kecukupan-gizi.html?
m=1
http://giziklinikku.blogspot.com/2016/09/kecukupan-zat-gizi.html?m=115
10