Disusun Oleh :
Putri Tamara Handayani
231004615901022
Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah
Ini Telah Disetujui Untuk Dilaksanakan Ke Tahap Laporan Kasus
Menyetujui
Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah
Ini Telah Disahkan Untuk Didokumentasikan
Dalam Bentuk Laporan Komprehensif
Menyetujui
Mengetahui, Diketahui,
Ka. Prodi Pendidikan Profesi Bidan Koord. Praktik Klinik Profesi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai 28 hari, dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan dalam rahim menjadi diluar
rahim. Pada masa ini terjadi penyesuaian fisiologis dan adaptasi dari kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin. Kematian neonatal dapat terjadi pada periode bulan
pertama kehidupan luar rahim. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir sehat
menyebabkan kelainan-kelainan yang akan mengakibatkan cacat seumur hidup
bahkan kematian. Hal tersebut merupakan tantangan dalam dunia kesehatan
yang harus dapat diatasi atau paling tidak memperkecil kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi. Kejadian kematian pada neonatal sangat di tentukan oleh
kualitas pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh perawatan pada saat
kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan dan perawatan bayi baru lahir. Hal
ini dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Neonatus (AKN) menurut WHO
tahun 2016 secara global, jumlah kematian neonatal menurun dari 5,1 juta di
tahun 1990 menjadi 2,6 juta pada tahun 2016.
Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu persalinan dan 60 % kematian bayi baru
lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir yaitu saat ibu berada pada masa
postpartum dini (Saifuddin, 2006). Menurut Bappenas (2004) salah satu
penyebab tingginya kematian bayi adalah rendahnya perilaku masyarakat dan
keluarga yang dapat menjamin kehamilan, kelahiran, dan perawatan bayi baru
lahir yang lebih sehat. Rendahnya perilaku dalam perawatan bayi baru lahir
disebabkan kurangnya pengetahuan akan perawatan bayi baru lahir. Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 di Indonesia angka
kematian neonatal 34 per 1000 lahir hidup dan angka kematian neonatal dini
(umur 0 ‐ 7 hari) 15 per 1000 lahir hidup. Untuk menurunkan angka kematian
tersebut diupayakan program peningkatan pelayanan kesehatan yang dapat
menjangkau masyarakat secara luas sampai ketingkat desa yang terpencil. Yaitu
salah satunya upaya promotif dan preventif yang gencar dilakukan adalah
mengadakan kelas ibu balita. Bayi baru lahir harus mampu berkembang untuk
mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dengan ibunya segera setelah
dilahirkan. Saat dilahirkan, bayi baru lahir memiliki kompensasi perilaku dan
kesiapan interaksi sosial. Aktivitas sehari-hari selama periode ini merupakan
waktu terbaik bagi bayi dan keluarga untuk melakukan interaksi. Segera setelah
ibu secara fisik mampu, ia didorong untuk berpartisipasi dalam merawat bayi
(Bobak, dkk 2005). Mengenai kemampuan ibu merawat bayi baru lahir
membutuhkan pelatihan khusus dan ibu juga harus memahami beberapa
prosedur dan manajemen perawatan bayi baru lahir. Oleh sebab itu penting bagi
ibu untuk mengetahui perawatan bayi dan yakin terhadap kemampuan sendiri,
sehingga mampu merawat bayinya sendiri dengan baik dan sehat.
Masa neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah adalah masa yang unik
masa yang sangat menentukan pada seorang manusia. Banyak hal yang dapat
terjadi pada masa tersebut, kebutuhan yang harus dipenuhi, pertumbuhan dan
perkembangan yang harus dilalui dan juga karena merupakan masa yang rawan /
rentan besar kemungkinan terjadi kondisi yang patologis (Arfiana, 2016).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu menjelaskan konsep dasar, serta mampu dan memberikan dan
melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi, balita, dan anak pra sekolah di
Puskesmas Kapau Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun
2024.
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada bayi, balita,
dan anak prasekolah di Puskesmas Kapau Kecamatan Tilatang Kamang
Kabupaten Agam Tahun 2024.
b. Mampu memberikan dan melaksanakan pengkajian data asuhan
kebidanan pada bayi, balita, dan anak prasekolah di Puskesmas Kapau
Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun 2024.
c. Mampu memberikan dan melaksanakan identifikasi diagnose dan
masalah asuhan kebidanan pada bayi, balita dan anak prasekolah di
Puskesmas Kapau Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun
2024.
d. Mampu memberikan dan melaksanakan diagnose potensial asuhan
kebidanan pada bayi, balita dan anak prasekolah di Puskesmas Kapau
Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun 2024.
e. Mampu memberikan dan melaksanakan identifikasi kebutuhan tindakan
segera asuhan kebidanan pada bayi, balita dan anak prasekolah di
Puskesmas Kapau Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun
2024.
f. Mampu memberikan dan melaksanakan perencanaan asuhan kebidanan
pada bayi, balita dan anak prasekolah di Puskesmas Kapau Kecamatan
Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun 2024.
g. Mampu memberikan dan melaksanakan pelaksanaan asuhan kebidanan
pada bayi, balita dan anak prasekolah di Puskesmas Kapau Kecamatan
Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun 2024.
h. Mampu memberikan dan melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan pada
bayi, balita dan anak prasekolah di Puskesmas Kapau Kecamatan
Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun 2024.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Lahir : 3,25 kg
c. Lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala adalah cara yang biasa dipakai untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran
pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada
hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak
juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal
dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar (Marmi,
2018).
Pada bayi baru lahir ukuran lingkar kepala 34 ‐ 35 cm, akan
bertambah 2 cm setiap bulan pada usia 0 -3 bulan. Pada usia 4 ‐ 6 bulan
akan bertambah 1 cm per bulan, dan pada usia 6 -12 bulan pertambahan
0,5 cm per bulan. Sampai usia 5 tahun biasanya sekitar 50 cm. usia 5 ‐ 12
tahunhanya naik sampai 52 ‐ 53 cm dan setelah usia 12 tahun akan
menetap. Yang diukur ialah LK terbesar, caranya dengan meletakkan
pita melungkar kepala melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata
dan bagian belakang kepala anak yang paling menonjol yaitu
protuberansia oksipitalis (Arfiana, 2016).
d. Lingkar lengan atas (LILA)
Lingkaran lengan (LLA) atas mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan
cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat dipakai untuk
menilai keadaan gizi/ tumbuh kembang pada neonatus, bayi, balita dan
anak pra sekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat lahir
menjadi 16 cm pada umur 1 tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah
pada selama 1-3 tahun.
Umur (dlm bulan) Lingkaran Lingkaran otot
pertengahan lengan pertengahan lengan
(cm) (cm)
0-5 13,0 10,5
6-11 15,2 12,1
12-17 16,0 12,6
18-23 16,1 12,8
24-29 16,3 13,1
30-35 16,4 13,3
36-47 16,7 13,8
48-59 17,0 14,2
60-71 17,1 14,4
Cara mengukur : Lingkarkan lah pita pengukur pada pertengahan lengan
kiri, antara akromiom dan alekranon ( Arfiana, 2016).
e. Pertumbuhan gigi
Seperti telah di ketahui bahwa gigi manusia dalam perkembangannya
mempunyai 2 tahap :
1) Semasa anak-anak yang di sebut gigi susu/gigi sulung
2) Setelah berganti atau dewasa disebut gigi tetap
2. Perubahan emosional
Perubahan emosional pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
lebih dikenal dengan istilah perkembangan. Perkembangan (deνelopment)
merupakan bertambahnya kemampuan (skill/keterampilan) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.(Arfiana, 2016 : 31).
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan gerak halus, bicara dan bahasa,
serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes R.I,2012).
Berikut ini merupakan informasi tahap pertumbuhan dan perkembangan
bayi yang dapat dijadikan acuan bagi orang tua, pengasuh dan pendidik
untuk mengetahui kenormalan atau penyimpangan berdasarkan
Kementerian Kesehatan RI (2010);
a. Umur 0-3 bulan
1) Mengangkat kepala setinggi 45ᵒ
2) Menggerakan kepala dari kiri atau kekanan ketengah
3) Melihat dan menatap wajah seseorang
4) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
5) Suka tertawa keras
6) Bereaksi terkejut terhadap suara keras
7) Membalas senyum ketika diajak bicara atau tersenyum
8) Mengenal ibu dengan pengelihatan, penciuman, pendengaran, kontak
b. Umur 3-6 bulan
1) Berbalik dari telungkup ke telentang
2) Mengangkat kepala setinggi 90ᵒ
3) Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
4) Menggengam pensil
5) Meraih benda yang ada dalam menjangkaunya
6) Berusaha memperluas pandangan
7) Menggerakan matanya pada benda-benda kecil
8) Tersenyum ketika melihat mainan atau gambar yang menarik saat
bermain sendiri
c. Umur 6-9 bulan
1) Duduk (sikap Tripoid-sendiri)
2) Belajar berdiri, kedua kakinya menyanggang sebagian berat badan
3) Merangkak meraih maianan atau mendekati seseorang
4) Memindahkan benda dari satu tangan ketangan lainnya
5) Memungut 2 benda, masing-masing pegang 1 benda pada saat yang
bersamaan
6) Memungut bebda sebesar kacang dengan cara meraup
7) Bersuara tanpa arti, ma-ma-ma, ba-ba-ba, da-da-da, ta-ta-ta
8) Mencari mainan atau bneda yang dijatuhkan
9) Bermaian tepuk tangan atau ciluk ba
10) Bergembira dengan melempar benda
11) Makan kue sendiri
d. Umur 9-12 bulan
1) Mengangkat badannya dengan posisi berdiri
2) Belajar berdidi selama 30 detik atau berpegangan di kursi
3) Dapat berjalan dengan dituntun
4) Mengulurkan lengan atau badan untuk meraih mainan yang
diinginkan
5) Menggengan erat pensil
6) Memasukkan benda ke mulut
7) Mengulang menirukan bunyi yang didengar
8) Menyebut 1-3 suku kata yang sama tanpa arti
9) Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin mneyentuh apa saja
10) Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
11) Senang diajak bermmain “CILUKBA”
12) Mengenal anggota keluarga, tajut pada orang yang tidak dikenal
(Marmi, 2018)
e. Umur 2 tahun
1) Nail tangga dan berlari-lari
2) Mencoret-coret pensil pada kertas
3) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya
4) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti seperti bola, piring dan
sebagainya
5) Memegang cangkir sendiri
6) Belajar makan dan minum sendiri
f. Umur 2 tahun
1) Mengayuh epeda roda 3
2) Berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan
3) Bicra dengan baik menggunakan 2 kata
4) Mengenal 2-4 warna
5) Menyebut nama, umur dan tempat
6) Menggambar garis lurus
7) Bermain dengan teman
8) Melepas pakainnya sendiri
9) Mengenakan baju sendiri
g. Umur 5 tahun
1) Melompay-lompat 1 kaki, menari dan berjalan lurus
2) Menggambar orang 3 bagian (Kepala, badan, tanga, dan kaki)
3) Menggambar tanda silang dan lingkaran
4) Mennagkap bola kecil dengan kedua tangan
5) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
6) Menyebut angka, menghitung jari
7) Bicara mudah dimengerti
8) Berpakaian sendiri tanpa dibantu
9) Mengancing baju atau pakaian boneka
10) Menggosok gigi tanpa bantuan
h. Umur 6 tahun
1) Berjalan lurus
2) Berdiri dengan kaki selama 11 detik
3) Menggambar 6 bagian (menggambar orang lengkap: kepala,badan,2
tangan, dan 2 kaki)
4) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan
5) Menggambar segi empat
6) Mengerti arti lawan kata
7) Mengenal angka, bisa menghitung 5-10
8) Mengenal warna
9) Mengikuti aturan permainan
10) Berpakaian sndiri tanpa bantuan.
3. Pengalaman sosial budaya
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan budaya, mempunyai
kondisi sosial budaya yang beraneka ragam, sosial budaya yang merupakan
hubungan manusia dengan manusia sering dipengaruhi oleh mitos, norma,
nilai, kepercayaan, kebiasaan yang berkaitan dengan pola budayadan
merupakan efek dari berbagai akses yang dapat berupa akses pangan, akses
informasi dan akses pelayanan serta modal yang dipunyai. Kondisi ini
memunculkan bentuk pola asuh anak yang pada akhirnya mempengaruhi
status gizi. Pola asuh atau perawatan adalah perilaku-perilaku dan praktek-
praktek pemberi perawatan (ibu, saudara sedarah, ayah dan penyedia layanan
perawatan anak) untuk menyediakan makanan, perawatan kesehatan,
stimulasi dan dukungan semangat yang penting bagi tumbuh kembang anak
yang sehat (Engle and Lhotska, 1999).
Sehingga kondisi sosial budaya yang beraneka ragam akan berpengaruh
terhadap pola asuh yang berbeda-beda dan perlu mendapat perhatian
berkaitan dengan prevalensi gisi buruk yang terjadi. Di samping itu
Indonesia yang terdiri dari banyak pedesaan juga merupakan daerah dengan
prevalensi penyakit pada balita yang tinggi atau sekitar 57,9 % yang dapat
mempengaruhi gizi balitanya (Snewe F.P Musadat, A.D dan Manalu H,
2011).
4. Perkembangan kongnitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia
yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semuaproses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya (Desmita, 2010: 103). Perkembangan kognitif
anak menurut usia :
a. Anak usia 0-2 tahun
Periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga
usia 2 tahun disebut sebagai infacy period. Dimana Masa ini merupakan
masa yang sangat bergantung kepada orang dewasa. Selama
perkembangan dalam periode sensorimotor yakni sejak lahir sampai
dengan usia dua tahun kemampuan kognitif yang dimiliki individu masih
bersifat primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka.
Sekalipun primitif dan terkesan tida kpenting, namun kemampuan
kognitif sensori motor merupakan kemampuan dasar yang sangat berarti
sebagai fondasi bagi kemampuan yang akan dimiliki individu
dikemudian hari.
b. Usia 2-3 tahun
Pada saat anak berusia dua tiga tahunan otaknya melakukan
sebuah lompatan kognitif yang luar biasa. Anak tidak lagi begitu saja
menerima mentah-mentah semua ransagan yang diperolehnya. Anak
mulai berfikirtentang semua yang ia perolehnya. Karena itu, anak juga
mulai berfikirjika akan bereaksi terhadap rangsangan yang diperolehnya,
semuaitu tidak hanya berupa benda nyata, tetapi juga benda dalam
khayalanatau imajinasi. Semuanya tidak harus ada untuk dapat dilihat
dan dirabaanak tetapi mereka sudah dapat mengenalnya.
c. Usia 3-4 tahun
Otak anak juga telahmampu berfikir secara simbolik dengan
menggunakan konsep-konsepyang abstrak. Kemampuan berfikir secara
nalar dan berfikir secara naluriah mulai meningkat, dengan demikian
anak mulai dapat mengolah demensimental lebih dari satu dan serentak.
d. Usia 4-6 tahun
Pada saat anak berusia 4 - 6 tahun susunan koneksi syarafnya
sudahberfungsi dengan baik sehingga dapat mengkoordinasikan otak
dangerak, baik secara fisik maupun non fisik dengan baik.
Pemberian makanan pada bayi usia 9-11 bulan dabat dilihat pada
tebal berikut :
6. Langkah IV : Pelaksanaan
Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah kelima secara aman dan
efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan
yang lain. Jika bidan melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi ini, bidan harus
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian,
bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana asuhan yang
menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.
Arfiana, Lusiana arum. 2016. Asuhan Bayi Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Trans Medika
Bobak, M. Irene, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.