Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KOMPHERENSHIF PRAKTIK KLINIK PROFESI

STASE BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA PASIEN BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA


SEKOLAH DI PUSKESMAS KAPAU KECAMATAN TILATANG KAMANG
KABUPATEN AGAM TAHUN 2024

Pembimbing Akademik : Desti Nataria, S.ST, Bd, M.Keb


Pembimbing Lahan : Rina Salmi, S,Tr,Keb

Disusun Oleh :
Putri Tamara Handayani
231004615901022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS KEBIDANAN


UNIVERSITAS PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2024
STASE ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA, DAN
ANAK PRA SEKOLAH

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah
Ini Telah Disetujui Untuk Dilaksanakan Ke Tahap Laporan Kasus

Bukittinggi, Maret 2024

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Desti Nataria, S.ST, Bd, M.Keb Rina Salmi, S,Tr,Keb.


NIDN. NIP. 19670410 198912 2 001
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK PROFESI
STASE ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH

Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah
Ini Telah Disahkan Untuk Didokumentasikan
Dalam Bentuk Laporan Komprehensif

Bukittinggi, Maret 2024

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Desti Nataria, S.ST, Bd, M.Keb Rina Salmi, S,Tr,Keb.


NIDN. NIP. 19670410 198912 2 001

Mengetahui, Diketahui,
Ka. Prodi Pendidikan Profesi Bidan Koord. Praktik Klinik Profesi

Suci Rahmadheny, S.ST, Bd, M.Keb Lady Wizia, S. Keb, Bd


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai 28 hari, dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan dalam rahim menjadi diluar
rahim. Pada masa ini terjadi penyesuaian fisiologis dan adaptasi dari kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin. Kematian neonatal dapat terjadi pada periode bulan
pertama kehidupan luar rahim. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir sehat
menyebabkan kelainan-kelainan yang akan mengakibatkan cacat seumur hidup
bahkan kematian. Hal tersebut merupakan tantangan dalam dunia kesehatan
yang harus dapat diatasi atau paling tidak memperkecil kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi. Kejadian kematian pada neonatal sangat di tentukan oleh
kualitas pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh perawatan pada saat
kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan dan perawatan bayi baru lahir. Hal
ini dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Neonatus (AKN) menurut WHO
tahun 2016 secara global, jumlah kematian neonatal menurun dari 5,1 juta di
tahun 1990 menjadi 2,6 juta pada tahun 2016.
Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu persalinan dan 60 % kematian bayi baru
lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir yaitu saat ibu berada pada masa
postpartum dini (Saifuddin, 2006). Menurut Bappenas (2004) salah satu
penyebab tingginya kematian bayi adalah rendahnya perilaku masyarakat dan
keluarga yang dapat menjamin kehamilan, kelahiran, dan perawatan bayi baru
lahir yang lebih sehat. Rendahnya perilaku dalam perawatan bayi baru lahir
disebabkan kurangnya pengetahuan akan perawatan bayi baru lahir. Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 di Indonesia angka
kematian neonatal 34 per 1000 lahir hidup dan angka kematian neonatal dini
(umur 0 ‐ 7 hari) 15 per 1000 lahir hidup. Untuk menurunkan angka kematian
tersebut diupayakan program peningkatan pelayanan kesehatan yang dapat
menjangkau masyarakat secara luas sampai ketingkat desa yang terpencil. Yaitu
salah satunya upaya promotif dan preventif yang gencar dilakukan adalah
mengadakan kelas ibu balita. Bayi baru lahir harus mampu berkembang untuk
mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dengan ibunya segera setelah
dilahirkan. Saat dilahirkan, bayi baru lahir memiliki kompensasi perilaku dan
kesiapan interaksi sosial. Aktivitas sehari-hari selama periode ini merupakan
waktu terbaik bagi bayi dan keluarga untuk melakukan interaksi. Segera setelah
ibu secara fisik mampu, ia didorong untuk berpartisipasi dalam merawat bayi
(Bobak, dkk 2005). Mengenai kemampuan ibu merawat bayi baru lahir
membutuhkan pelatihan khusus dan ibu juga harus memahami beberapa
prosedur dan manajemen perawatan bayi baru lahir. Oleh sebab itu penting bagi
ibu untuk mengetahui perawatan bayi dan yakin terhadap kemampuan sendiri,
sehingga mampu merawat bayinya sendiri dengan baik dan sehat.
Masa neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah adalah masa yang unik
masa yang sangat menentukan pada seorang manusia. Banyak hal yang dapat
terjadi pada masa tersebut, kebutuhan yang harus dipenuhi, pertumbuhan dan
perkembangan yang harus dilalui dan juga karena merupakan masa yang rawan /
rentan besar kemungkinan terjadi kondisi yang patologis (Arfiana, 2016).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu menjelaskan konsep dasar, serta mampu dan memberikan dan
melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi, balita, dan anak pra sekolah di
Puskesmas Kapau Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun
2024.
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada bayi, balita,
dan anak prasekolah di Puskesmas Kapau Kecamatan Tilatang Kamang
Kabupaten Agam Tahun 2024.
b. Mampu memberikan dan melaksanakan pengkajian data asuhan
kebidanan pada bayi, balita, dan anak prasekolah di Puskesmas Kapau
Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun 2024.
c. Mampu memberikan dan melaksanakan identifikasi diagnose dan
masalah asuhan kebidanan pada bayi, balita dan anak prasekolah di
Puskesmas Kapau Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun
2024.
d. Mampu memberikan dan melaksanakan diagnose potensial asuhan
kebidanan pada bayi, balita dan anak prasekolah di Puskesmas Kapau
Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun 2024.
e. Mampu memberikan dan melaksanakan identifikasi kebutuhan tindakan
segera asuhan kebidanan pada bayi, balita dan anak prasekolah di
Puskesmas Kapau Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun
2024.
f. Mampu memberikan dan melaksanakan perencanaan asuhan kebidanan
pada bayi, balita dan anak prasekolah di Puskesmas Kapau Kecamatan
Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun 2024.
g. Mampu memberikan dan melaksanakan pelaksanaan asuhan kebidanan
pada bayi, balita dan anak prasekolah di Puskesmas Kapau Kecamatan
Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun 2024.
h. Mampu memberikan dan melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan pada
bayi, balita dan anak prasekolah di Puskesmas Kapau Kecamatan
Tilatang Kamang Kabupaten Agam Tahun 2024.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah


Bayi merupakan individu berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam
kebutuhan gizi (Wong,2003). Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung
pada orang dewasa (Marmi, 2018). Balita adalah masa anak mulai berjalan dan
merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan
pertumbuhan intelektual (Mitayani,2010).
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak pra
sekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung pada orang tua
untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun
kemampuan lain masih terbatas. (Sutomo, 2010).
Anak pra sekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam
tahun (Patmonodewo, 1995). Masa pra sekolah menurut Munandar (1992)
merupakan masa-masa untuk bermain dan mulai memasuki taman kanak-kanak.
Waktu bermain merupakan sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan
kesiapannya dalam belajar formal (Gunarsa, 2004). Pada tahap perkembangan
anak usia pra sekolah ini, anak mulai menguasai berbagai ketrampilan fisik,
bahasa, dan anak pun mulai memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi
kemandiriannya (Hurlock, 1997).
Asuhan kebidanan pada bayi, balita dan anak pra sekolah adalah kemampuan
untuk memberikan asuhan pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah yang
didasari konsep, sikap dan ketrampilan (Syarhan Ali Hanafi, 2016).
1. Perubahan fisik
Perubahan fisik pada bayi, balita dan anak pra sekolah disebut
pertumbuhan. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel
serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat (Kemenkes R.I, 2012).
Pertumbuhan berkaitan erat dengan perubahan, dalam besar, jumlah,
ukuran dan fungsi sel, organ maupun individu yang diukur dengan ukuran
berat ( gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang,
dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut
Jelife D.B (1989), pertumbuhan adalah peningkatan secara bertahap dari
tubuh, organ dan jaringan masa konsepsi sampai remaja. Pada setiap anak
mempunyai kecepatan yang berbeda- beda dalam pertumbuhannya.
Berikut ini merupakan tahapan perubahan atau pertumbuhan fisik pada
neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah.
a. Berat badan
Pada saat lahir berat badan normal dari ibu yang sehat berkisar
3000 gr ‐ 3500 gr. Pada sepuluh hari pertama biasanya terdapat
penurunan berat badan sepuluh persen dari berat badan lahir, kemudian
berangsur-angsur mengalami kenaikan. Pengukuran berat badan pada
anak dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan
gizi dengan ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam KMS sehingga
dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan intervensi jika terjadi
penyimpangan (Marmi, 2018).
Kenaikan Berat badan pada bayi (1-12 bulan) :
Umur Kenaikan berat badan rata-
rata/bulan
TW I 700 gr (700-1000)
TW II 600 gr (500-600)
TW III 400 gr (350-450)
TW IV 300 gr (250-350)
Umur 5 bulan 2 x BBL

Umur 1 tahun 3 x BBL (Arfiana, 2016:36-37).

Rumus berat badan menurut umur (soetjiningsih 1995, p.20)

Lahir : 3,25 kg

3-12 bulan : umur (bulan) + 9

1-6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8

WHO telah menetapkan standar berat badan belita menurut tinggi


badan dan umur sebagai berikut :

Usia bayi (Tahun) Tinggi badan (cm) Berat badan (kg)


Baru lahir 50 3
1 76 10
2 85 12
3 95 14
4 102 16
5 110 18
6 116 20

b. Panjang badan / Tinggi badan


Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering di sebut dengan
panjang badan. Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun
dilakukan dengan berbaring. Pada bayi baru lahir, panjnag badan rata-
rata adalah sekitar 50 cm. Menurut Behrman (1992), menyebutkan
bahwa seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan
berdsarkan rumus, yaitu :
1) Perkiraan panjang lahir : 50 cm
2) Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir
3) Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun = (umur x 6) + 77 = 6n + 7
Keterangan : n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan
dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau kurang dihilangkan.
Sesuai peraturan pemerintah kesehatan tahun 2020, tinggi badan anak
usia 1-5 tahun adalah sebagai berikut :
Usia Anak perempan Anak laki-laki (cm)
(cm)
1-2 tahun 74-86 75,7-87,8
2-3 tahun 85,7-95,1 87,8-96,1
3-4 tahun 95,1-102,7 96,1-103,3
4-5 tahun 102,7-109,4 103,3-110

c. Lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala adalah cara yang biasa dipakai untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran
pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada
hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak
juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal
dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar (Marmi,
2018).
Pada bayi baru lahir ukuran lingkar kepala 34 ‐ 35 cm, akan
bertambah 2 cm setiap bulan pada usia 0 -3 bulan. Pada usia 4 ‐ 6 bulan
akan bertambah 1 cm per bulan, dan pada usia 6 -12 bulan pertambahan
0,5 cm per bulan. Sampai usia 5 tahun biasanya sekitar 50 cm. usia 5 ‐ 12
tahunhanya naik sampai 52 ‐ 53 cm dan setelah usia 12 tahun akan
menetap. Yang diukur ialah LK terbesar, caranya dengan meletakkan
pita melungkar kepala melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata
dan bagian belakang kepala anak yang paling menonjol yaitu
protuberansia oksipitalis (Arfiana, 2016).
d. Lingkar lengan atas (LILA)
Lingkaran lengan (LLA) atas mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan
cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat dipakai untuk
menilai keadaan gizi/ tumbuh kembang pada neonatus, bayi, balita dan
anak pra sekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat lahir
menjadi 16 cm pada umur 1 tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah
pada selama 1-3 tahun.
Umur (dlm bulan) Lingkaran Lingkaran otot
pertengahan lengan pertengahan lengan
(cm) (cm)
0-5 13,0 10,5
6-11 15,2 12,1
12-17 16,0 12,6
18-23 16,1 12,8
24-29 16,3 13,1
30-35 16,4 13,3
36-47 16,7 13,8
48-59 17,0 14,2
60-71 17,1 14,4
Cara mengukur : Lingkarkan lah pita pengukur pada pertengahan lengan
kiri, antara akromiom dan alekranon ( Arfiana, 2016).
e. Pertumbuhan gigi
Seperti telah di ketahui bahwa gigi manusia dalam perkembangannya
mempunyai 2 tahap :
1) Semasa anak-anak yang di sebut gigi susu/gigi sulung
2) Setelah berganti atau dewasa disebut gigi tetap

Kedua tahap pertumbuhan gigi tersebut adalah sangat penting sehingga


kita tidak boleh mengabaikan salah satu diantaranya. Gigi susu akan
tanggal dan diganti dengan gigi tetap. Masa tumbuh gigi tetap
mempunyai waktu yaitu dalam periode 6-12 tahun. Gigi susu mulai
tumbuh pada bayi usia 5-9 bulan. Pada umur 1 tahun sebagian besar anak
mempunyai 6-8 gigi susu. Selama tahun kedua gigi tumbuh lagi 8 biji,
sehingga jumlah seluruhnya sekitar 14- 16 gigi, da pada umur 2 1/2
tahun sudah terdapat 20 gigi susu.

Berikut ini terlihat kapan mulai tumbunhya gigi :

Gigi Rahang bawah Rahang atas


Gigi seri tengah 6 bulan 7 ½ bulan
Gigi seri taring 7 bulan 9 bulan
Gigi taring 16 bulan 18 bulan
Gigi geraham I 12 bulan 14 bulan
Gigi geraham II 20 bulan 24 bulan

2. Perubahan emosional
Perubahan emosional pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
lebih dikenal dengan istilah perkembangan. Perkembangan (deνelopment)
merupakan bertambahnya kemampuan (skill/keterampilan) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.(Arfiana, 2016 : 31).
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan gerak halus, bicara dan bahasa,
serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes R.I,2012).
Berikut ini merupakan informasi tahap pertumbuhan dan perkembangan
bayi yang dapat dijadikan acuan bagi orang tua, pengasuh dan pendidik
untuk mengetahui kenormalan atau penyimpangan berdasarkan
Kementerian Kesehatan RI (2010);
a. Umur 0-3 bulan
1) Mengangkat kepala setinggi 45ᵒ
2) Menggerakan kepala dari kiri atau kekanan ketengah
3) Melihat dan menatap wajah seseorang
4) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
5) Suka tertawa keras
6) Bereaksi terkejut terhadap suara keras
7) Membalas senyum ketika diajak bicara atau tersenyum
8) Mengenal ibu dengan pengelihatan, penciuman, pendengaran, kontak
b. Umur 3-6 bulan
1) Berbalik dari telungkup ke telentang
2) Mengangkat kepala setinggi 90ᵒ
3) Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
4) Menggengam pensil
5) Meraih benda yang ada dalam menjangkaunya
6) Berusaha memperluas pandangan
7) Menggerakan matanya pada benda-benda kecil
8) Tersenyum ketika melihat mainan atau gambar yang menarik saat
bermain sendiri
c. Umur 6-9 bulan
1) Duduk (sikap Tripoid-sendiri)
2) Belajar berdiri, kedua kakinya menyanggang sebagian berat badan
3) Merangkak meraih maianan atau mendekati seseorang
4) Memindahkan benda dari satu tangan ketangan lainnya
5) Memungut 2 benda, masing-masing pegang 1 benda pada saat yang
bersamaan
6) Memungut bebda sebesar kacang dengan cara meraup
7) Bersuara tanpa arti, ma-ma-ma, ba-ba-ba, da-da-da, ta-ta-ta
8) Mencari mainan atau bneda yang dijatuhkan
9) Bermaian tepuk tangan atau ciluk ba
10) Bergembira dengan melempar benda
11) Makan kue sendiri
d. Umur 9-12 bulan
1) Mengangkat badannya dengan posisi berdiri
2) Belajar berdidi selama 30 detik atau berpegangan di kursi
3) Dapat berjalan dengan dituntun
4) Mengulurkan lengan atau badan untuk meraih mainan yang
diinginkan
5) Menggengan erat pensil
6) Memasukkan benda ke mulut
7) Mengulang menirukan bunyi yang didengar
8) Menyebut 1-3 suku kata yang sama tanpa arti
9) Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin mneyentuh apa saja
10) Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
11) Senang diajak bermmain “CILUKBA”
12) Mengenal anggota keluarga, tajut pada orang yang tidak dikenal
(Marmi, 2018)
e. Umur 2 tahun
1) Nail tangga dan berlari-lari
2) Mencoret-coret pensil pada kertas
3) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya
4) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti seperti bola, piring dan
sebagainya
5) Memegang cangkir sendiri
6) Belajar makan dan minum sendiri
f. Umur 2 tahun
1) Mengayuh epeda roda 3
2) Berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan
3) Bicra dengan baik menggunakan 2 kata
4) Mengenal 2-4 warna
5) Menyebut nama, umur dan tempat
6) Menggambar garis lurus
7) Bermain dengan teman
8) Melepas pakainnya sendiri
9) Mengenakan baju sendiri
g. Umur 5 tahun
1) Melompay-lompat 1 kaki, menari dan berjalan lurus
2) Menggambar orang 3 bagian (Kepala, badan, tanga, dan kaki)
3) Menggambar tanda silang dan lingkaran
4) Mennagkap bola kecil dengan kedua tangan
5) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
6) Menyebut angka, menghitung jari
7) Bicara mudah dimengerti
8) Berpakaian sendiri tanpa dibantu
9) Mengancing baju atau pakaian boneka
10) Menggosok gigi tanpa bantuan
h. Umur 6 tahun
1) Berjalan lurus
2) Berdiri dengan kaki selama 11 detik
3) Menggambar 6 bagian (menggambar orang lengkap: kepala,badan,2
tangan, dan 2 kaki)
4) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan
5) Menggambar segi empat
6) Mengerti arti lawan kata
7) Mengenal angka, bisa menghitung 5-10
8) Mengenal warna
9) Mengikuti aturan permainan
10) Berpakaian sndiri tanpa bantuan.
3. Pengalaman sosial budaya
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan budaya, mempunyai
kondisi sosial budaya yang beraneka ragam, sosial budaya yang merupakan
hubungan manusia dengan manusia sering dipengaruhi oleh mitos, norma,
nilai, kepercayaan, kebiasaan yang berkaitan dengan pola budayadan
merupakan efek dari berbagai akses yang dapat berupa akses pangan, akses
informasi dan akses pelayanan serta modal yang dipunyai. Kondisi ini
memunculkan bentuk pola asuh anak yang pada akhirnya mempengaruhi
status gizi. Pola asuh atau perawatan adalah perilaku-perilaku dan praktek-
praktek pemberi perawatan (ibu, saudara sedarah, ayah dan penyedia layanan
perawatan anak) untuk menyediakan makanan, perawatan kesehatan,
stimulasi dan dukungan semangat yang penting bagi tumbuh kembang anak
yang sehat (Engle and Lhotska, 1999).
Sehingga kondisi sosial budaya yang beraneka ragam akan berpengaruh
terhadap pola asuh yang berbeda-beda dan perlu mendapat perhatian
berkaitan dengan prevalensi gisi buruk yang terjadi. Di samping itu
Indonesia yang terdiri dari banyak pedesaan juga merupakan daerah dengan
prevalensi penyakit pada balita yang tinggi atau sekitar 57,9 % yang dapat
mempengaruhi gizi balitanya (Snewe F.P Musadat, A.D dan Manalu H,
2011).
4. Perkembangan kongnitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia
yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semuaproses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya (Desmita, 2010: 103). Perkembangan kognitif
anak menurut usia :
a. Anak usia 0-2 tahun
Periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga
usia 2 tahun disebut sebagai infacy period. Dimana Masa ini merupakan
masa yang sangat bergantung kepada orang dewasa. Selama
perkembangan dalam periode sensorimotor yakni sejak lahir sampai
dengan usia dua tahun kemampuan kognitif yang dimiliki individu masih
bersifat primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka.
Sekalipun primitif dan terkesan tida kpenting, namun kemampuan
kognitif sensori motor merupakan kemampuan dasar yang sangat berarti
sebagai fondasi bagi kemampuan yang akan dimiliki individu
dikemudian hari.
b. Usia 2-3 tahun
Pada saat anak berusia dua tiga tahunan otaknya melakukan
sebuah lompatan kognitif yang luar biasa. Anak tidak lagi begitu saja
menerima mentah-mentah semua ransagan yang diperolehnya. Anak
mulai berfikirtentang semua yang ia perolehnya. Karena itu, anak juga
mulai berfikirjika akan bereaksi terhadap rangsangan yang diperolehnya,
semuaitu tidak hanya berupa benda nyata, tetapi juga benda dalam
khayalanatau imajinasi. Semuanya tidak harus ada untuk dapat dilihat
dan dirabaanak tetapi mereka sudah dapat mengenalnya.
c. Usia 3-4 tahun
Otak anak juga telahmampu berfikir secara simbolik dengan
menggunakan konsep-konsepyang abstrak. Kemampuan berfikir secara
nalar dan berfikir secara naluriah mulai meningkat, dengan demikian
anak mulai dapat mengolah demensimental lebih dari satu dan serentak.
d. Usia 4-6 tahun
Pada saat anak berusia 4 - 6 tahun susunan koneksi syarafnya
sudahberfungsi dengan baik sehingga dapat mengkoordinasikan otak
dangerak, baik secara fisik maupun non fisik dengan baik.

B. Implikasi Untuk Praktek dan Strategi Pengkajian


1. Pemenuhan kebutuhan fisik
Asuh merupakan kebutuhan anak dalam pertumbuhan anak yang
berhubungan langsung dengan kebutuhan fisik anak. Kebutuhan asuh dapat
dikatakan sebagai kebutuhan primer bagi balita, apabila kebutuhan ini tidak
dapat dipenuhi akan menimbulkan dampak negatif bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Salah satu dampak negatif bagi anak yang kebutuhan
nutrisi tidak terpenuhi akan mengalami kegagalan pertumbuhan
fisik, penurunan IQ(intelligence quotient), penurunan produktivitas,
penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi penyakit, dan peningkatan
risiko terjangkit penyakit dan mengalami kematian lebih tinggi. Dampak
lain jika kebutuhan ini tidak dipenuhi akan menyebabkan tidak optimalnya
perkembangan otak. Pengertian Asuh (Fisik-Biomedis).
a. Asuh merupakan kebutuhan dasar fisik seperti makanan, tempat tinggal
b. Asuh dititikberatkan pada asupan gizi anak yaitu saat di kandungan dan
sesudahnya. Misalnya ada seorang ibu, saat kehamilan anak pertama dan
kedua, saya menjaga kesehatan dan mempertahankan asupan yang saya
makan. Vitamin, susu, dan makanan bergizi saya lahap karena harapan
saya melahirkan anak yang cerdas dan sehat. Setelah lahir, saya juga
memperhatikan masa pertumbuhannya.
1) Menjelaskan pemberian pangan atau nutrisi
Anak merupakan sosok yang unik, mereka mempunyai kebutuhan
yang berbeda sesuai dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangannya. Begitu juga dengan kebutuhan nutrisinya,
terutama pada satu tahun pertama kehidupan anak. Hal ini
disesuaikan dengan kemampuan organ pencernaannya yang belum
sempurna dalam menerima makanan tertentu, sehingga memerlukan
perhatian dari orang tua dalam pemenuhannya.
Pemenuhan nutrisi pada bayi diberikan secara bertahap sesuai
dengan usia. Makanan utama pada bayi usia 0 ‐ 6 bulan adalah Air
Susu Ibu atau pemberian ASI Eksklusif,sedangkan pada setelah bayi
berusia 6 bulan mulai diberikan makanan pendamping ASI (MP
ASI).
a) Gizi seimbang untuk bayi 0-6 bulan
Nutrisi untuk bayi 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI
merupakan makanan yang terbaik untuk bayi oleh karena dapat
memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai usia 6
bulan, sesuai dengan perkembangan sistem pencernaannya
murah dan bersih. Hal-hal perlu diperhatikan dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi bayi usia 0-6 bulan adalah sebagai berikut:
- Berikan ASI yang pertama keluar dan berwarna kekuningan
(kolostrum)
- Jangan beri makanan/minuman selain ASI
- Susui bayi sesering mungkin
- Susui setiap bayi menginginkan, paling sedikit 8 kali sehari
- Jika bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan lalu susui.
- Susui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian
- Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke
payudara sisi lainnya
- Susui anak dalam kondisi menyenangkan, nyaman dan penuh
perhatian
- Dukungan suami dan keluarga penting dalam keberhasilan
ASI Eksklusif
Pemerintah Indonesia melalui PP Nomor 33 tahun 2012 tentang
pemberian ASI Eksklusif Telah menetapkan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pada ibu di Indonesia. Manfaat pemberian asi
eksklusif pada bayi :
 ASI sebagai makanan yang bergizi bagi bayi
- Komposisi ASI pada satu ibu akan berbeda dengan komposisi
ASI pada ibu yang lain, karena disesuaikan dengan kebutuhan
bayinya sendiri
- Komposisi ASI berbeda-beda dari hari ke hari
- ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, baik
kualitas maupun kuantitasnya.
 ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
- Bayi dapat membuat zat kekebalan tubuh sehingga mencapai
kadar protektif, yaitu saat usia 9-12 bulan
- ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi yang baru
lahir, karena mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi.
 ASI ekslusif dapat meningkatkan kecerdasan
- Periode awal kehamilan s/d bayi berusia 12-18 bulan
merupakan periode pertumbuhan otak yang cepat, gizi yang
diberikan merupakan factor terpenting dalam proses
pertumbuhan otak.
- ASI ekslusif dapat menjamin tercapainya perkembangan
potensi kecerdasan anak secara optimal
- Zat gizi ynag diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi, yang
terdapat dalam ASI namun sangat sedikit pada susu sapi,
yaitu taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang (DHA,
AA, omega 3, omega 6).
b) Kebutuhan nutrisi bayi usia 6-8 bulan
Pada bayi usia 6 ‐ 8 bulan pemberian ASI diteruskan serta
pemberian makanan tambahan mulai diperkenalkan dengan
pemberian makanan lumat dua kali sehari. Pemberian makanan
tambahan diperkenalkan karena keadaan alat cerna sudah
semakin kuat. Makanan yang diberikan pada bayi usia ini harus
sudah bervariasi, terutama dalam memilih bahan makanan yang
akan digunakan. Bahan makanan lauk pauk seperti telur, hati,
daging sapi, daging ayam, ikan basah, ikan kering, udang, atau
tempe tahu, dapat diberikan secara bergantian.
Jika Anda akan menyiapkan MP-ASI yang baik perlu
memperhatian hal berikut:
- Padat energy, protein dan zat mikro (zat besi, Zinc, Kalsium,
Vitamin A, Vitamin C dan Folat)
- Tidak berbumbu tajam, tidak menggunakan gula, garam,
penyedap rasa dan pengawet
- Mudah ditelan dan disukai anak\
- Tersedia lokal dan harganya terjangkau
Makanan utama adalah makanan padat yang diberikan secara
bertahap (bentuk, jumlah dan freuensi) bisa dilihat pada tabel
berikut.
Usia Bentuk makanan Berapa kali sehari Berapa
banyak
setiap kali
makan
6-8 bulan 1. ASI 1. Teruskan 2-3 sendok
2. Makanan lumat pemberian makan secara
(bubur dan ASI sesering bertahap
makanan keluarga mungkin hhingga
yang di lumatkan) 2. Makanan mencapai ½
lumat 2-3 gelas atau 125
kali sehari ml setiap kali
3. Makanan makan
selingan 1-2
kali sehari
(buah,
biscuit)

c) Kebutuhan nutrisi bayi umur 9-11 bulan


Pemberian makan pada bayi usia 9-11 bulan adalah sebagai
berikut :
- Teruskan pemberian ASI
- Berikan MP-ASI yang lebih pada, contohnya : bubur nasi,
nasi tim, nasi lembek.

Pemberian makanan pada bayi usia 9-11 bulan dabat dilihat pada
tebal berikut :

Usia Bentuk makanan Berapa kali sehari Berapa


banyak setiap
kali makan
9-11 1. ASI 1. Teruskan ½
bulan 2. Makanan lembek pemberian gelas/mangkuk
atau dicincang ASI atau 125 ml
yang mudah 2. Makanan
ditelan anak lembek 3-4
3. Makanan selingan kali sehari
yang dapat 3. Makanan
dipegang anak selingan 1-2
diberikan diantara kali sehari
waktu makan
lengkap

Selain hal tersebut, anak juga diberikan aneka makanan yang


terdiri dari :

- Makanan pokok, seperti : nasi, ubi, sagu


- Lauk hewani : Ikan, telur, hari, ayam, dan daging
- Lauk nabati : Tempe, tahu, kacang-kacangan
- Sayur dan buah-buahan
- Beri makanan selingan 2 kali sehari, contoh : bubur kacang
hijau, pisang, biscuit, kue tradisional dan kue lain
d) Kebutuhan nutrisi pada bayi umur 12-24 bulan dan anak
prasekolah
Kelompok yang rawan gizi adalah bayi, balita dan anak
prasekolah. Ketidak tahuan tentang cara pemberian makanan
yangbaik dari jumlah, jenis frekuensi makanan menjadi suatu
penyebab terjadinya masalah kurang gizi pada bayi dan anak.
Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan harus memiliki
kemampuan melakukan KIE (Konsultasi, Informasi dan Edukasi)
tentang kebutuhan gizi pada anak .
Dalam pemenuhan gizi pada anak Ibu dan keluarga harus
membiasakan memberi asupan gizi yang terbaik untuk buah
hatinya dan disesuaikan dengan kemampuan finansial dan
kemudahan memperolehnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
pemilihan bahan makanan, pengolahan, termasuk kebersihannya
pada saat proses memasak dan penyajiannya serta cara
pemberiannya kepada anak.
Untuk mengurangi rasa bosan anak, ibu sebaiknya
memiliki beraneka resep masakan untuk anak sehingga bisa
menghidangkan berbagai masakan.
2) Kebutuhan perawatan kesehatan dasar
Perawatan kesehatan anak merupakan suatu tindakan yang
berkesinambungan dan terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan
tersier. Tindakan pencegahan primer dilakukan untuk mencegah
risiko tinggi terkena penyakit, seperti melakukan imunisasi dan
penyuluhanpada orang tua tentang diare.
a) Pelayanan kesehatan
Anak perlu dipantau/diperiksa kesehatannya secara
teratur. Penimbangan anak minimal 8 kali setahun dan dilakukan
SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang)
minimal 2 kali setahun. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
setiap bulan Februari dan Agustus. Tujuan pemantauan yang
teratur untuk mendeteksi secara dini dan menanggulangi bila ada
penyakit dan gangguan tumbuh kembang, mencegah penyakit
serta memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
b) Imunisasi
Anak perlu diberikan imunisasi dasar yang lengkap yaitu
BCG, Polio, DPT, Hb dan Campak agar terlindung dari penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sekarang sudah banyak
imunisasi tambahan yang sudah beredar di Indonesia seperti Hib,
IPD dll. Pemberian Imunisasi pada bayi dan anak sangat penting
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit
yang bisa dicegah dengan imunisasi. Dengan melaksanakan
imunisasi yang lengkap maka diharapkan dapat mencegah
timbulnya penyakit yang menimbulkan kesakitan dan kematian.
Imunisasi yang diberikan pada bayi, balita dan anak pra sekolah
sebagai berikut :
 BCG
 Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 2 bulan.
Pada dasarnya, untuk mencapai cakupan yang lebih
luas, pedoman Depkes perihal imunisasi BCG pada
umur antara 0-12 bulan, tetap disetujui.
 Dosis untuk bayi < 1 tahun adalah 0,05 ml dan anak
0,10 ml, diberikan intrakutan di daerah insersio M.
deltoideus kanan.
 BCG tidak diberikan pada pasien imunokompromais
(leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang,
infeksi HIV, dan lain lain).
 Apabila BCG diberikan pada umur >3bulan,
sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.
 Hepatitis B
 Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin
setelah lahir, mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil
merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal kurang lebih sebesar 45%.
 Pemberian imunisasi hepatitis B harus berdasarkan
status HBsAg ibu pada saat melahirkan. Jadwal
pemberian berdasarkan status HBsAg ibu adalah
sebagai berikut:
a. Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang
tidak diketahui. Diberikan vaksin rekombinan (HB
Vax-II 5 mg atau Engerix B 10 mg) atau vaksin
plasma deriνed 10 mg, secara intramuskular,
dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua
diberikan umur 1-2 bulan dan dosis ketiga umur 6
bulan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya
diketahui ibu HbsAg-nya positif, segera berikan
0,5 ml HBIG (sebelum 1 minggu).
b. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif. Dalam waktu
12 jam setelah lahir, secara bersamaan, diberikan
0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan (HB Vax-II
5 mg atau Engerix B10 mg), intramuskular di sisi
tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 1-2
bulan sesudahnya dan dosis ketiga diberikan pada
usia 6 bulan.
c. Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg negatif.
Diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II dengan
dosis minimal 2,5 mg (0,25 ml) atau Engerix B 10
mg (0,5ml), vaksin plasma deriνed dengan dosis
10 mg (0,5 ml) secara intra muskular, pada saat
lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan
1-2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6
bulan setelah imunisasi pertama.
 DPT
 Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2
bulan dengan interval 4-6 minggu, DPT 1 diberikan
pada umur 2-4 bulan, DPT 2 pada umur 3-5 bulan dan
DPT 3 pada umur 4-6 bulan. Ulangan selanjutnya
(DPT 4) diberikan satu tahun setelah DPT 3 yaitu
pada umur 18-24 bulan dan DPT 5 pada saat masuk
sekolah umur 5-7 tahun.
 Sejak tahun 1998, DT 5 dapat diberikan pada kegiatan
imunisasi di sekolah dasar
 (BIAS). Ulangan DT 6 diberikan pada 12 tahun,
mengingat masih dijumpai kasus difteria pada umur
>10 tahun.
 Sebaiknya ulangan DT 6 pada umur 12 tahun
diberikan dS (adult dose), tetapi di
 Indonesia dT belum ada di pasaran.
 Dosis DPT/DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik
untuk imunisasi dasar maupun ulangan.
 Polio
 Untuk imunisasi dasar (polio 2, 3, 4), vaksin diberikan
2 tetes per-oral, dengan interval tidak kurang dari 4
minggu. Mengingat Indonesia merupakan daerah
endemik polio, sesuai pedoman PPI untuk
mendapatkan cakupan imunisasi yang lebih tinggi,
diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan
segera setelah lahir (pada kunjungan I).
 Perlu mendapat perhatian pada pemberian polio 1 saat
bayi masih berada di rumah bersalin/rumah sakit,
dianjurkan vaksin polio diberikan pada saat bayi akan
dipulangkan agar tidak mencemari bayi lain
mengingat virus polio hidup dapat diekskresi melalui
tinja.
 Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak
imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-6
tahun).
 Campak
Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml
secara sub-kutan dalam, pada umur 9 bulan.
 MMR
 Vaksin MMR diberikan pada umur 15-18 bulan
dengan dosis satu kali 0,5 ml, secara subkutan.
 Vaksin MMR yang beredar di pasaran ialah MMRII
[MSD]® dan Trimovax [Pasteur Merieux] ® MMR
diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah
penyuntikan imunisasi lain.
 Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR
pada umur 12-18 bulan, imunisasi campak 2 pada
umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan.
 Ulangan diberikan pada umur 10-12 tahun atau 12-18
tahun.
 HIB (H. Infuenzae tipe B)
 Vaksin conjungate H.influenzae tipe b ialah Act HIB
[Pasteur Merieux] ® diberikan pada umur 2, 4, dan 6
bulan. Bila dipergunakan vaksin PRP-outer membrane
protein complex (PRP-OMPC) yaitu Pedvax Hib,
[MSD]® diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis
ketiga (6 bulan) tidak diperlukan.
 Ulangan vaksin Hib diberikan pada umur 18 bulan.
 Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya
diberikan 1 kali.
 Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara
intramuskular.
 Demam tifoid
 Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksin
suntikan (polisakarida) dan oral.
 Vaksin capsular Vi polysaccharide yaitu Typhim Vi
[Pasteur Merieux] ® diberikan pada umur > 2 tahun,
ulangan dilakukan setiap 3 tahun.
 Tifoid oral Ty2la yaitu Vivotif [Berna] ® diberikan
pada umur > 6 tahun, dikemas dalam 3 dosis dengan
interval selang sehari (hari 1,3, dan 5). Imunisasi
ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun.
 Hepatitis A
 Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang
terpajan (under exposure), pada umur >2 tahun.
Imunisasi dasar Hepatitis A yang telah beredar ialah
Havrix [Smith Kline Beecham] ® dosis pemberian
sebagai berikut, Dosis 360 U diberikan 3 x dengan
interval 4 minggu antara suntikan I dan II. Untuk
mendapatkan perlindungan jangka panjang (10 tahun)
dengan nilai ambang pencegahan >20 mlU/ml, dosis
ketiga diberikan 6 bulan setelah suntikan pertama.
Apabila dipergunakan dosis 720 U, imunisasi cukup
diberikan dua kali dengan interval 6 bulan.
 Suntikan diberikan secara intramuskular di daerah
deltoid.
c) Morbiditas/kesakitan
Diperlukan upaya deteksi dini, pengobatan dini dan tepat
serta limitasi kecacatan. Kesehatan anak harus mendapat
perhatian dari para orang tua, yaitu dengan cara membawa
anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Jangan sampai penyakit ditunggu menjadi parah, sebab bisa
membahayakan jiwanya. Perlu diajarkan ke orang tua cara
membuat larutan oralit untuk penderita diarhe atau obat panas
untuk anak demam. Demikian juga penyakit ISPA yang sering
memberi dampak pada tumbuh kembang anak harus
ditanggulangi sedini mungkin. Anak yang sehat umumnya akan
tumbuh dengan baik, dan berbeda dengan anak yang sering sakit
karena pertumbuhan akan terganggu. Perlu memberikan makanan
ekstra pada setiap anak sesudah menderita suatu penyakit.
3) Pemenuhan kebutuhan psikologi
Pada tahun-tahun pertama kehidupannya (bahkan sejak dalam
kandungan), anak mutlak memerlukan ikatan yang erat, serasi dan
selaras dengan ibunya untuk menjamin tumbuh kembang fisik-mental
dan psikososial anak.Kasih sayang orang tua yang hidup rukun
berbahagia dan sejahtera yang memberi bimbingan, perlindungan,
perasaan aman kepada anak merupakan salah satu kebutuhan yang
diperlukan anak untuk tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin.
Macam-macam kebutuhan psikologi anak yang harus terpenuhi,
sebagai berikut :
a) Kasih saying orang tua
Kasih sayang orang tua yang hidup rukun berbahagia dan
sejahtera yang memberi bimbingan, perlindungan, perasaan aman
kepada anak merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan
anak untuk tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin.
b) Rasa aman dan nyaman, terlindungi
Kebutuhan rasa aman dan nyaman juga ditunjukkan
dengan penerimaan anak oleh orang tua, pemenuhan segala
kebutuhan anak, anak selalu diperhatikan, didukung dengan
hubungan yang baik dalam sebuah keluarga.
c) Harga diri
Bayi dan anak memiliki kebutuhan harga diri dan ingin
merasa dihargai. Anak selalu ingin merasa dihargai dalam
tingkah lakunya. Anak merasa berbeda dengan orang lain
disekitarnya, sehingga anak juga butuh dihargai.
d) Mandiri
Kemandirian merupakan kemampuan untuk berusaha dan
berupaya dengan diri sendiri. Kemandirian juga dapat diartikan
sebagai sebuah kemampuan untuk memikirkan, merasakan, dan
melakukan sesuatu sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.
e) Dibantu, didorong atau dimotivasi
Anak memerlukan dorongan dari orang di sekitarnya
apabila anak tidak mampu menghadapi masalah / situasi kurang
menyenangkan.
f) Kebutuhan akan kesuksesan
Setiap anak ingin merasa bahwa apa yang diharapkan
daripadanya dapat dilakukannya dan merasa sukses mencapai
sesuatu yang diinginkan orang tua. Jika terjadi kegagalan yang
berulang anak akan merasa kecewa dan akhirnya merasa
kehilangan kepercayaan dirinya.
g) Kebutuhan mendapatkan kesempatan dan pengalaman
Anak perlu diberikan kesempatan dan pengalaman untuk
mengembangkan sifat bawaannya dan mengeksplorasi
lingkungan, serta mengembangkan kreatifitas nya dan tidak selalu
dilarang.
h) Rasa memiliki
Bayi dan anak memiliki kebutuhan rasa memiliki seperti
halnya pada orang dewasa. Anak merasa segala sesatu yang telah
dimilikinya harus dijaga agar tidak diambil oleh orang lain.

C. Manajemen Asuhan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


1. Langkah I : Pengkajian data
Pengumpulan data dasar, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhannya. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, data
laboratorium dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Varney, 2007).
a. Data subyektif
Anamnesa dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat kesehatan,
serta pengetahuan klien. Anamnesa dapat dilakukan dua cara yaitu :
1) Identitas ibu dan bayi
a) Biodata
Nama :
Umur :
Suku bangsa :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2) Riwayat antenatal
b. Data obyektif
1) Pemeriksaan umum
2) Pemeriksaan fisik
Kepala : Simetris atau tidak ada masa atau tidak
Muka : Pucat atau tidak, ada massa atau tidak
Mata : Ada kotoran, ada kelainan atau tidak
Mulut : Ada kelainan atau tidak
Hidung : Ada massa atau kelainan
Telinga : Ada massa, ada kelainan atau tidak
Leher : Liat ada pembengkakan dan kelainan
Dada : Tarikan dada, simetris, kelainan abdomen
Genetalia : Tarikan perut, kelainan
Anus : Ada kelainan atau tidak
Ekstremitas : Ada kelainan atau tidak
3) Pemeriksaan antopometri
Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, ukuran
kepala, bentuk kepala.

2. Langkah II : Interpretasi data dasar


Interpretasi data subyektif dan data obyektif yang telah diperoleh,
mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan diagnosa berdasarkan interpretasi
yang benar atas data yang dikumpulkan. Diagnosa kebidanan ini dibuat
sesuai standard nomenklatur kebidanan.Diagnosa.

3. Langkah III : Identifikasi diagnose dan masalah potensial


Identifikasi diagnosa atau masalah potensial dibuat setelah mengidentifikasi
diagnosa atau masalah kebidanan yang berdasarkan data ada kemungkinan
menimbulkan keadaan yang gawat. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan
bila mungkin dilakukan pencegahan.

4. Langkah IV : Identifikasi kebutuhan segera, kolaborasi dan rujukan


Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama oleh anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada
kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus
segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa
menunggu beberapa waktu lagi. Pada langkah ini bidan, dokter dan ahli gizi
melakukan identifikasi yang memungkinkan terdapat kondisi untuk
melakukan kolaborasi dan tindakan segera bersama dengan tim kesehatan
lainnya sesuai dengan kondisi klien.

5. Langkah V : Perencanaan asuhan


Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi
klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa
yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling dan
apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan yang direncanakan harus disetujui
oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan pasien.

6. Langkah IV : Pelaksanaan
Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah kelima secara aman dan
efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan
yang lain. Jika bidan melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi ini, bidan harus
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian,
bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana asuhan yang
menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.

7. Langkah VII : Evaluasi


Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah Melakukan
evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang mencakup
pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah sudah benar-benar
terlaksana/terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi
dalam masalah dan diagnosis. Mengulang kembali dari awal setiap asuhan
yang tidak efektif untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak
efektif.

D. Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas.


Mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan
asuhan kebidanan Dalam pencatatan kebidanan digunakan pencatatan SOAP.
a. Subjektif (S) Pengumpulan data pasien dari anannesa yang diperoleh melalui
bertanya kepada klien dan anggota keluarganya.
b. Objektif (O) Pendokumentasian dari hasil analisa, pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium, yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assessment.
c. Assesment (A) Diagnosa dan masalah yang ditegakkan berdasarkan data
atau informasi yang disimpulkan.
d. Planning (P) Menggambarkan perencanaan serta evaluasi untuk
perencanaan, implementasi, dan evaluasi dimasukkan dalam perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Arfiana, Lusiana arum. 2016. Asuhan Bayi Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Trans Medika

Bobak, M. Irene, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR.

Khadiah. 2016. Perkembangan Kongnitif Anak Usia Dini. Medan : Perdana


Publishing.

Meri Neherta. Yonrizal N. 2018. Balita Sehat. Padang : Andalas University


Press

Setiyani A, Sukesi, Esyuananik. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,


Balita dan Anak Prasekolah. Jakarta : Kemenkes RI

WHO. 2002. Manegement of Newborn Problems. Umbilical cord problem.wdp.

Anda mungkin juga menyukai