Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA USIA 40 BULAN DENGAN


INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
DI PMB SRI MUSRIFAINAH, S. ST., Bd
KOKOP

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan anak pra sekolah
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:
Nama : Wiam Salehoddin
NIM : 2315901064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2024

1
DUKUMENTASI PENCAPAIAN STASE ASUHAN
KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA
SEKOLAH
(LOGBOOK)

Program Studi : Profesi Bidan


Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan anak
pra sekolah
Kode Mata Kuliah : Bd. 706
Beban SKS : 2 SKS
Semester : I
Tempat Praktek : PMB Sri Musrifainah, S. ST., Bd
Waktu/ Periode : 22 Januari – 10 Februari 2024

Nama Peserta Didik : Wi’am Salehoddin


NIM : 2315901064
Kelas :A
Dosen Pembimbing Lahan : Nurun Nikmah, SST., M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2024
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA USIA 40 BULAN DENGAN


INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
PMB SRI MUSRIFAINAH, S. ST., Bd
KOKOP

Disusun oleh:
Nama : Wi’am Salehoddin
NIM : 2315901064

Tanggal Pemberian Asuhan 25 Januari 2024

Disetujui:

Kepala Ruangan
Tanggal: 25 Januari 2024
Di: (Sri Musrifainah, S.ST.,Bd)
PMB Sri Musrifainah, S.ST.,Bd NIP. 197408292019052001

Pembimbing Institusi
Tanggal: 25 Januari 2024
Di:
PMB Sri Musrifainah, S.ST.,Bd (Nurun Nikmah, SST. M.Kes)
NIDN. 0712028901

Pembimbing Kasus
Tanggal: 25 Januari 2024
Di:
PMB Sri Musrifainah, S.ST.,Bd (Sri Musrifainah, S.ST.,Bd)
NIP. 197408292019052001
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan pada bayi , balita dan anak
prasekolah di PMB Sri Musrifainah, S.ST.,Bd
Penyusunan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas terstruktur dalam
Program Studi Profesi Bidan STIKes Ngudia Husada Madura untuk memenuhi
target yang telah ditetapkan. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan
penyusunan Asuhan Kebidanan selanjutnya.

Kokop, 25 Januari 2024

Wi’am Salehoddin
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan
bagian bawah (Amila et al. 2021). Normal pernafasan pada balita 22-34 kali
permenit dan bunyi pernafasan nya vesikuler akan tetapi Sebagian balita yang
mengalami penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) mengalami
kelainan pada pernafasan seperti frekuensi pernafsannya kurang dari 22 atau
lebih dari 34 kali per menit dan bunyi pernafasannya seperti wheezing, ronchi,
stidor dan lain-lain.(Alfiah 2020)
United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF)
melaporkan pada tahun 2020 bahwa ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
karena pneumonia membunuh lebih banyak anak dibandingkan penyakit
infeksi lainnya diseluruh dunia. Pneumonia merenggut nyawa 800.000 anak
setiap tahun atau sekitar 2.200 kematian dalam sehari. Secara global, lebih
dari 1.400 kasus pneumonia per 100.000 anak, atau 1 kasus per 71 anak setiap
tahun dengan insiden terbesar terjadi di Asia Selatan yaitu 2.500 kasus per
100.000 anak serta Afrika Barat dan Tengah yaitu 1.620 kasus per 100.000
anak (Puspitasari and Herdiani 2021)
Kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan tiga kasus
terbesar di Indonesia pada keseluruhan kasus pada balita. Tahun 2020 angka
kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) ada diurutan ketiga, sekitar
364 kasus per tahun atau sekitar 37% dari keseluruhan kasus pada balita.
(SIRKESNAS, 2019). Berdasarkan data laporan rutin Subdit ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut)
Kemenkes Tahun 2020, didapatkan insiden (per 1000 balita) di Indonesia
sebesar 20,06% hampir sama dengan data tahun sebelumnya, tahun 2019
20,56%. Perkiraan kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) secara
nasional sebesar 3,55%. Menurut data ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
menjadi salah satu kasus kesehatan tertinggi, pengidap ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) yang menyerang anak usia 1 sampai 5 tahun ditemukan
sebanyak 165.998 kasus.(Hatmawati, Hadi, and Fauzan 2021)
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) pada balita disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor kondisi lingkungan rumah dan faktor balita
(seperti status gizi, pemberian ASI eksklusif, kelengkapan imunisasi, berat
badan lahir rendah dan umur bayi dan keberadaan prilaku anngota keluarga
yang merokok). Kondisi lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kualitas
udara dalam rumah dapat memicu terjadinya ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut),diantaranya environmental tobacco smoke (ETS) atau
paparan asap rokok khususnya pada kelompok rentan balita. (Baladiah et al.
2019) Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian pada balita adalah status
gizi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah
dalam penelitian sebagai berikut “Asuhan Kebidanan Pada Anak Balita Usia 48
Bulan Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) PMB Sri Musrifainah,
S.ST.,Bd

C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pada anak sesuai dengan standar pelayanan kebidanan serta
mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk SOAP dan dapat
melakukan deteksi dini terhadap tumbuh kembang anak.
2) Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan mengenai teori dan konsep dasar asuhan kebidanan
pada anak dengan ISPA
b. Mengintegrasikan teori dan manajemen asuhan kebidanan serta
mengimplementasikan pada kasus yang di hadapi.

D. Manfaat
1) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan ini data dijadikan acuan untuk pengembangan keilmuan
dimasa yang akan datang terutama pada pelayanan kebidanan.
2) Bagi Penulis
Penulisan yang dilakukan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai tumbuh kembang dan dapat memberikan asuhan
kebidanan yang tepat pada anak sesuai dengan kondisi yang dialami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asuhan dan Manajemen Kebidanan


1. Pengertian
Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah suatu upaya untuk
pelayanan kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, masa nifas dan keluarga berencana untuk upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan. Maka diperlukan
pelayanan kebidanan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
secara menyeluruh.
Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah bentuk pelayanan
kebidanan yang dilakukan di luar bagian atau pelayanan berkelanjutan
yang diberikan di rumah sakit dengan menekankan kepada aspek-aspek
psikososial budaya yang ada di masyarakat.
Manajemen Asuhan Kebidanan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
yang di kaji pada asuhan kebidanan anak/balita/dan Apras yaitu :
A. Data Subyektif
I. Biodata Bayi / Balita/Apras
a. Nama
Pengkajian nama di perlukan untuk mengidentifikasi bayi baru
lahir agar tidak terjadi hal yang diinginkan dalam konteks
patiens safety, pemberian nama pada bayi baru lahir bisa
menggunakan nama bayi jika sudah memiliki ataupun nama
keluarga.
b. Tanggal lahir
Pemberian keterangan data tanggal lahir di perlukan untuk
mengetahui kapan bayi dilahirkan
c. Jenis kelamin
Pengkajian gender dilakukan untuk data gender bayi
d. Status Urutan Kelahiran
Dilakukan untuk mengetahui status urutan anak dalam keluarga
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas:
Jenis Persalinan : untuk mengetahui riwayat anak apakah
mengalami komplikasi pada saat menjelang persalinan atau
tidak
BB Lahir : untuk mengetahui apakah berat badan anak
saat lahir sesuai dengan standart atau mengalami kelebihan /
atau kekurangan.
f. Riwayat tumbang
Pertumbuhan BB : untuk mengetahui status
pertumbuhan anak dari BB terakhir anak saat lahir
Perkembangan anak : untuk mengetahui status
perkembangan anak dari saat bayi baru lahir hingga anamnesa
kunjungan
g. Kelainan bawaan : untuk mendeteksi kelainan pada
masa pertumbuhan dan perkembangan anak
h. Riwayat Imunisasi : untuk mengetahui riwayat
imunisasi apa
saja yang sudah diberikan pada anak
i. Pola kebiasaan sehari- hari:
Pola nutrisi / Pola eliminasi /Pola istirahat / Pola aktifitas /
Personal hygiene / Pola Sosial Ekonomi

B. Data Objektif
1. Keadaan umum
Keadaan umum bayi di observasi apakah masuk dalam kategori
Baik/Cukup/Lemah .
Pada bayi :
dikatakan baik jika bayi saat lahir menangis kuat, warna kulit
kemerahan, APGAR skor baik, dan tidak ada tanda – tanda
kegawatdaruratan.

2. Tanda – Tanda Vital (TTV)


Nadi : pemeriksaan nadi normal menurut WHO berkisar antara 120 –
160 denyut per menit (BPM).
RR : Respiration Rate pada bayi normal berkisar antara 30 – 60x /
menit
Suhu : Suhu normal pada bayi/balita/apras yaitu 36,5 – 37,5 ⸰C
Pemeriksaan Antropometeri
Menurut Nurmianto alam Prasetyo (2011) bahwa antropometri
adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan
karakteristik tubuh manusia dalam hal ukuran, bentuk, dan kekuatan
serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah.
Pengukuran antropometri pada bayi meliputi :
BB : Berat badan normal pada bayi baru lahir yaitu 2500 – 4000
gram
PB : Panjang Badan normal pada bayi baru lahir yaitu 48 – 52 cm

3. Eliminasi
BAK : Sudah keluar/tidak
BAB : Sudah keluar/tidak, konsistensi, warna
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, tidak ada caput secsedanium, tida hydrocephalus,
tidak ada massa yang abnormal
Lingkar kepala :
Fronto ocipito : normal 32 cm
Sub occipito : normal 34 cm
Mento occipito : normal 35 cm
Mata : Simetris/tidak, ada/tidak tanda infeksi, ada/tidak strabismus
(juling), pupil sokor/isokor, dll
Hidung : Simetris/tidak, ada/tidak pernapasan cuping hidung, bentuk
Hidung
Mulut : Simetris/tidak, ada/tidak labioscisis/ palatoscisis/
labiopalatoscisis, gigi ada/tidak
Telinga : Simetris/tidak, merespon suara/tidak, bentuk daun telinga,
ukuran daun telinga
Dada : Simetris/tidak, ada retraksi dinding dada/tidak, bentuk dada
Payudara : Simetris/tidak, warna dan ukuran
Paru-paru : terdapat bunyi wheezing/ronchi
Jantung : bunyi janjung normal/tidak, detak jantung normal/tidak
Abdomen : ada benjolan/tidak
Tali pusat : kondisi berdarah/tidak, bernanah/tidak, terbungkus k
asa/tidak
Ekstremitas : Atas/bawah simetris/tidak, gerakan aktif/lemah, jumlah
jari lengkap/tidak, bentuk jari sindaktil/polidaktil/tidak
Genetalia : laki-laki (bentuk testis/penis, ukuran testis/penis,
lubang uretra, dll)
Perempuan (bentuk vagina, lubang vagina dan uretra,
Punggung : Spina bifida ada/tidak
Kulit : Warna kemerahan/kebiruan/kekuningan, tanda infeksi
ada (sebutkan)/tidak, vernik caseosa ada/tidak
5. Sistem Saraf
- Morro: baik/tidak
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengangkat bayi
sepenuhnya dan melihat respon bayi apakah terkejut dengan
Tindakan yang di lakukan.
- Rooting : baik/tidak
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meletakkan puting susu
dipinggiran mulut bayi / pipi bayi dan melihat apakah ada reflek
dari bayi

- Sucking : baik/tidak
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memberikan puting kedalam
mulut apakah bayi menghisap atau tidak
- Tonic neck : baik/tidak
Pemeriksaan dilakukan dengan cara meletakkan bayi berbaring
telentang dan melihat reflek kepala menoleh juga dengan Gerakan
leher dan tangan
- Graphs : baik/tidak
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memberikan jari ketangan
bayi kemudian melihat respon menggenggam bayi

Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Kebutuhan


Dilakukan untuk menggerakkan diagnosa masalah dan kebutuhan untuk
memutuskan hal tersebut kita ambil DS dan DO yang mendukung untuk
menegakkan diagnose (Diagnosa Kebidanan, masalah, kebutuhan)

Penatalaksanaan (Tanggal, Pukul)


(Asuhan yang telah dilakukan , Rasionalisasi setiap tindakan dan
evaluasinya)
Penatalaksaan diisi berdasarkan apa saja yang sudah dilakukan dan
kebutuhan – kebutuhan apa saja ynag mendukunng yang telah kita berikan
terhadap bayi baru lahir.

B. Konsep Dasar Teori Neonatus, Bayi, Balita dan anak pra sekolah
1. Pengertian bayi
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan
lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.
Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital
neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi
pada bayi baru lahir yang paling dramatik dan cepat berlangsung adalah
pada sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan glukosa
Tanda-tanda bayi baru lahir normal Bayi baru lahir dikatakan
normal jika usia kehamilan aterm antara 37- 42 minggu, BB 2500 gram
– 4000 gram, panjang badan 48- 52 cm, lingkar dada 30- 38 cm, lingkar
kepala 33- 35 cm, lingkar lengan 11- 12 cm, frekuensi DJ 120- 160 x
permenit, pernafasan ± 40- 60 x permenit, kulit kemerahan dan licin
karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan
rambut kepala biasanya telah sempurna, 9 kuku agak panjang dan lemas,
nilai APGAR > 7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, refleks
rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, refleks sucking (isap dan
menelan) sudah terbentuk dengan baik, refleks morro (gerakan memeluk
bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, refleks grasping
(menggenggam) sudah baik, genetalia sudah terbentuk sempurna , pada
laki- laki testis sudah turun ke skrotum dan penis berlubang, pada
perempuan: Vagina dan uretra yang berlubang, serta labia mayora sudah
menutupi labia minora, eliminasi baik, mekonium dalam 24 jam pertama,
berwarna hitam kecoklatan.
Penampilan bayi baru lahir biasanya sebagai berikut:
a. Kesadaran dan Reaksi terhadap sekeliling, perlu di kurangi
rangsangan terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau
suara keras yang mengejutkan atau suara mainan
b. Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan yang simetris
pada waktu bangun. adanya temor pada bibir, kaki dan tangan pada
waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu
tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut;
c. Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang; kepala:
apakah terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang lunak
dibelakang atas yang menyebabkan kepala tampak lebih panjang ini
disebabkan akibat proses kelahiran, benjolan pada kepala tersebut
hanya terdapat dibelahan kiri atau kanan saja, atau di sisi kiri dan
kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur kepala, pengukuran
lingkar kepala dapat ditunda sampai kondisi benjol (Capput
sucsedenaum) dikepala hilang dan jika terjadi moulase, tunggu
hingga kepala bayi kembali pada bentuknya semula.
d. Muka wajah: bayi tampak ekspresi;mata: perhatikan antara
kesimetrisan antara mata kanan dan mata kiri, perhatikan adanya
tanda-tanda perdarahan berupa bercak merah yang akan menghilang
dalam waktu 6 minggu;
e. Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti
mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak
terdapat pada bayi normal, bila terdapat secret yang berlebihan,
kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna;
f. Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat persalinan;
perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena bayi
biasanya bayi masih ada pernapasan perut;
g. Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung
dengan lekukan yang kurang sempurna; Bahu, tangan, sendi,
tungkai: perlu diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur (bila
ekstremitas lunglai/kurang gerak), farices;
h. Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan,
kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan,
pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan
adanya kelainan, waspada timbulnya kulit dengan warna yang tak
rata (“cuti Marmorata”) ini dapat disebabkan karena temperature
dingin, telapak tangan, telapak kaki atau kuku yang menjadi biru,
kulit menjadi pucat dan kuning, bercakbercak besar biru yang sering
terdapat disekitar bokong (Mongolian Spot) akan menghilang pada
umur 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun;
i. Kelancaran menhisap dan pencernaan: harus diperhatikan: tinja dan
kemih: diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila
terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai
muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera
konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk kemungkinsn
Hirschprung/Congenital Megacolon;
j. Refleks
yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa
disadari pada bayi normal, refleks pada bayi antara lain Tonik neek
refleks , yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila
ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya,
Rooting refleks yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut
bayi maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya
ke arah datangnya jari , Grasping refleks yaitu bila jari kita
menyentuh telapak tangan bayi maka jarijarinya akan langsung
menggenggam sangat kuat, Moro refleks yaitu reflek yang timbul
diluar kesadaran bayi misalnya bila bayi diangkat/direnggut secara
kasar dari gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan
gerakan yang mengangkat tubuhnya pada orang yang mendekapnya,
Stapping refleks yaitu reflek kaki secara spontan apabila bayi
diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu
dasar maka bayi seolaholah berjalan, Suckling refleks (menghisap)
yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan langis-langit
sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI,
Swallowing refleks (menelan) dimana ASI dimulut bayi mendesak
otot didaerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks
menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung. 11) Berat badan:
sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan lebih dari 5%
berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.
2. Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu
tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak dibawah lima
tahun. Balita dapat diartikan sebagai individu atau sekelompok
individu dari suatu penduduk dalam rentang usia tertentu. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang dimaksud
anak balita merupakan anak yang sudah berumur 12 – 59 bulan.
Menurut pembagian kelompok umur balita dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu batita (usia 1-3 tahun) dan pra sekolah (usia 3-6
tahun) (Damayanti dkk , 2017). Anak usia dini adalah individu yang
sedang dalam proses perkembangan dengan pesat dan fundamental
bagi kehidupan selanjutnya. Menurut undangundang No.20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional anak usia dini adalah anak
sejak lahir sampai usia enam tahun atau anak usia dini merupakan
anak dengan rentang usia lahir sampai usia taman kanak-kanak.
a. Tumbuh kembang balita
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara, dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan
sistem saraf dengan organ yang dipengaruhinya.(Direktorat
Kesehatan DEPKES, 2010). Perkembangan merupakan hasil
interaksi antara kematangan 8 susunan saraf pusat dengan organ
yang dipengaruhinya, sehingga perkembangan ini berperan
penting dalam kehidupan manusia (Sri Utami,2016)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur
atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur,
dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses
diferensi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang
terorganisasi (IDAI,2010). Aspek perkembangan bersifat
kualitatif, seperti kemampuan anak untuk tengkurap, duduk,
berjalan, bicara, memungut benda sekelilingnya , serta
kematangan emosi dan sosial anak. Tahap pekembangan awal
akan menentukan tahap perkembangan selanjutnya.
Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif,
terarah, dan terpadu atau koheren. Progesif mengandung arti
bahwa perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan
cederung maju ke depan, tidak mundur ke belakang. Terarah dan
terpadu menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pasti
antara perubahan yang terjadi pada saat ini, sebelumnya, dan
berikutnya (Soetjiningsih,2015).
b. Kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar perkembangannya
optimal.
Kebutuhan dasar tersebut adalah sebagai berikut:
 Kebutuhan fisik biomedis, berupa pangan, perawatan
kesehatan dasar, sanitasi, kesegaran jasmani, rekreasi, dan
sebagainya.
 Kebutuhan emosi/kasih saying, yang berupa ikatan erat,
mesra, dan selaras antara ibu dan anak.
 Kebutuhan akan stimulus mental, merupakan cikal bakal
proses pembelajaran (pendidikan dan pelatihan).
3. Anak Pra-Sekolah
Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah dengan
rentang tiga hingga enam tahun (Potter dan Perry, 2009). Pengertian
yang sama juga dikemukakan oleh Hockenberry dan Wilson (2009)
bahwa usia prasekolah merupakan usia perkembangan anak antara
usia tiga hingga lima tahun. Pada usia ini terjadi perubahan yang
signifikan untuk mempersiapkan gaya hidup yaitu masuk sekolah
dengan mengkombinasikan antara perkembangan biologi, psikososial,
kognitif, spiritual dan prestasi sosial. Anak pada masa prasekolah
memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai laki-laki atau perempuan,
dapat mengatur diri dalam toilet training dan mengenal beberapa hal
yang berbahaya dan mencelakai dirinya (Mansur, 2011)
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia pra sekolah masih
dalam peningkatan pertumbuhan dan perkembangan yang berlanjut
dan stabil terutama kemampuan kognitif serta aktivitas fisik (Hidayat,
2008). Selain itu anak berada pada fase inisiatif dan rasa bersalah
(inisiative vs guilty). Rasa ingin tahu (courius) dan daya imajinasi
anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala
sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahui. Selain itu anak dalam
usia prasekolah belum mampu membedakan hal yang abstrak dan
tidak abstrak. Menurut Wong (2009) 9 proses pertumbuhan dan
perkembangan bersifat dinamis dinamis dimana terjadi sepanjang
siklus hidup anak. Anak pada masa prasekolah akan mengalami
proses perubahan baik dalam pola makan, proses eliminasi dan
perkembangan kognitif menunjukan proses kemandirian (Hidayat,
2008). Proses perkembangan pada anak:
a. Perkembangan biologis Pada anak usia prasekolah akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
melambat dan stabil. Dimana pertambahan berat badan 2-3kg
pertahun dengan rata-rata berat badan 14,5 kg pada usia 3 tahun,
16,5 kg pada usia 4 tahun dan 18,5 kg pada usia 5 tahun. Tinggi
badan tetap bertambah dengan perpanjangan tungkai
dibandingkan dengan batang tubuh. Rata-rata pertambahan
tingginya 6,5-9 cm pertahun. Pada anak usia 3 tahun, tinggi
badan rata-rata adalah 95 cm dan 103 cm pada usia 4 tahun serta
110 cm pada usia 5 tahun (Wong et al, 2009). Pada
perkembangan motorik, anak mengalami peningkatan kekuatan
dan penghalusan keterampilan yang sudah dipelajari sebelumnya
seperti berjalan, berlari dan melompat. Namun pertumbuhan otot
dan tulang masih jauh dari matur sehingga anak mudah cedera
(Hockenberry dan Wilson, 2007).
b. Perkembangan kognitif Anak usia pra sekolah pada
perkembangan kognitif mempunyai tugas yang lebih banyak
dalam mempersiapkan anak mencapai kesiapan tersebut. Serta
proses berpikir yang sangat penting dalam mencapai kesiapan
tersebut (Wong, et al, 2009). Pemikiran anak akan lebih
kompleks pada usia ini, dimana mengkategorikan obyek
berdasarkan warna, ukuran maupun pertanyaan yang 10 diajukan
(Potter dan Perry, 2009). Menurut Marry (2005) tinjauan teori
mengenai perkembangan kognitif menggunakan tahap berpikir
pra operasional oleh Piaget. Dimana dibagi menjadi dua fase
yaitu:
 Fase pra konseptual (usia 2-4tahun) dimana pada fase ini
konsep anak belum matang dan tidak logis dibandingkan
dengan orang dewasa. Mempunyai pemikiran yang
berorientasi pada diri sendiri, dan membuat klasifikasi yang
masih relatih sederhana.
 Fase intuitif (4-7 tahun): anak mampu bermasyarakat namun
belum dapat berpikir timbal balik. Anak biasanya banyak
meniru perilaku orang dewasa tetapi sudah mampu memberi
alasan pada tindakan yang dilakukan.
c. Perkembangan moral Anak pada usia prasekolah mampu
mengadopsi serta menginternalisasi nilai-nilai moral dari orang
tuanya. Perkembangan moral anak berada pada tingkatan paling
dasar. Anak mempelajari standar perilaku yang dapat diterima
untuk bertindak sesuai dengan standar norma yang berlaku serta
merasa bersalah bila telah melanggarnya (Kohlberg, 1994 dalam
Wong, 2009).
d. Perkembangan psikososial Anak usia prasekolah menurut
Hockenberry & Wilson (2009) sudah siap dalam menghadapi
dan berusaha keras mencapai tugas perkembangan. Tugas
perkembangan yang dimaksud adalah menguasai rasa inisiatif
yaitu bermain, bekerja serta mendapatkan kepuasan dalam
kegiatannya, serta merasakan hidup sepenuhnya. Konflik akan
timbul akibat rasa bersalah, cemas dan takut yang timbul akibat
pikiran berbeda dengan perilaku yang diharapkan.

C. Konsep Dasar Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


1. Definisi
Menurut WHO, ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah
penyakit menular dari saluran pernapasan atas atau bawah yang dapat
menimbulkan berbagai spektrum penyakit berkisar dari infeksi ringan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen
penyebabnya, faktor penjamu dan faktor lingkungan. Penyakit ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas
penyakit menular di dunia. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
juga penyebab utama kematian terbesar ketiga di dunia dan pembunuh
utama di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kematian akibat
penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) sepuluh sampailima puluh
kali di Negara berkembang dari pada Negara maju. ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) termasuk golongan Air Borne Disease yang penularan
penyakitnya melalui udara. Patogen yang masuk dan menginfeksi saluran
pernafasan dan menyebabkan inflamasi (Yunita and Imroatu Zulaikha 2022).
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini
disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian
karena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) terutama pada bayi dan
balita. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas penyakit menular dunia. Hampir empat juta orang
meninggal akibat ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) setiap tahun.
(Wulandhani and Purnamasari Bida 2022)
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan salah satu
penyebab utama kematian. Kurang lebih 13 juta anak balita di dunia
meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di
Negara berkembang seperti di Asia dan Afrika, India (48%), Indonesia
(38%), Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), China (3,5%), Sudan (1,5%), dan
Nepal (0,3%) (WHO 2019). Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut) di Indonesia berada pada 10 daftar penyakit terbanyak di rumah sakit.
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) sebagai penyebab kematian balita
terbesar di Indonesia dengan persentase 32,10% dari seluruh kematian balita
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 2011). Sebagai kelompok
penyakit, ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan
pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di
puskesmas dan 15%- 30% kunjungan berobat dibagian rawat jalan dan
rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut). (Wulandhani and Purnamasari Bida 2022)

2. Penyebab ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)


Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dapat disebabkan
oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus, jamur dan aspirasi. Bakteri
penyebab ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) antara lain adalah
diplococcus Pneumoniea, Pneumococcus, Strepococus Pyogenes
Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenza, dan lain-lain. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah Influenza, Adenovirus, Sitomegagalovirus.
Jamur penyebab ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) antara lain
Aspergilus Sp, Gandida Albicans Histoplasm, dan lain-lain. Penyakit ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) selain disebabkan oleh bakteri, virus dan
jamur juga disebabkan oleh aspirasi seperti makanan, asap kendaraan
bermotor, bahan bakar minyak, cairan amnion pada saat lahir, benda asing
(biji-bijian) mainan plastic kecil, dan lain-lain. (Novita Anjaswanti and
Scorpia Lestari 2022)
3. Faktor Pendukung Penyebab ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Terjadinya ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) tentu dipengaruhi
oleh banyak faktor, yaitu kondisi lingkungan (polutan udara seperti asap
rokok dan asap bahan bakar memasak, kepadatan anggoata keluarga, kondisi
ventilasi rumah kelembaban, kebersihan, musim,suhu), ketersediaan dan
efektifitas pelayanan kesehatan serta langkah-langkah pencegahan infeksi
untuk pencegahan penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan, kapasitas ruang isolasi), faktor penjamu (usia, kebiasaan merokok,
kemampuan penjamu menularkan infeksi, status gizi, infeksi sebelumnya
atau infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain, kondisi kesehatan
umum) dan karakteristik pathogen (cara penularan, daya tular, faktor
virulensi misalnya gen, jumlah atau dosis mikroba). Kondisi lingkungan
yang berpotensi menjadi faktor resiko ISPA adalah lingkungan yang banyak
tercemar oleh asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, asap hasil
pembakaran serta benda asing seperti mainan plastik kecil. (Amrillah 2020)
4. Gejala ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Pasien yang terserang ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) akan
mengeluhkan badannya pegalpegal (Mylagia), beringus (Rhinorrhea), batuk,
sakit kepala, dan sakit pada tenggorokan. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Akut) dapat menyerang saluran napas atas maupun saluran napas bawah.
Beberapa penyakit yang termasuk ke dalam ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) adalah common cold, sinusitis, radang tenggorokan akut,
laringitis akut, pneumonia. Gejala umum yang dialami oleh penderita ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) pada balita yaitu jika terdapat satu atau
lebih gejala berikut bayi tidak dapat minum, ada kejang, adanya penurunan
kesadaran bayi, terjadi stridor, bayi dengan gejala ISPA akan mengalami.
(Armiyati 2021)
5. Etiologi ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan infeki
lebih dari 300 jenis berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteri, ritcketsia
dan jamur. Virus yang dapat menyebabkan ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) yaitu golongan mikrovirus (virus influenza A, virus
influenza B). Bakteri yang dapat menyebabakan ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) yaitu Sterptokokus hemlitikus, Stafilokokus,
pneumokokus, hemofils influenza, bordetella pertusis dan karinebakterium
diffteria. (Armiyati 2021)
Adapun pengelompokan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
berdasarkan gejala – gejala klinis yang timbul yang telah ditetapkan dalam
lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988 yaitu:
a. ISPA ringan, ditemukan gejala Batuk atau Pilek dengan atau tanpa
demam.
b. ISPA sedang. Ditandai dengan gejala ISPA ringan ditambah satu atau
lebih gejala yaitu:
1) Bernafas dengan cepat
2) Umur 1-4 tahun : 40 kali/ menit atau lebih
3) Napas menciut – ciut
4) Sakit atau terdapat cairan yang keluar dari telinga
5) Ditemukan bercak kemerahan di kulit (pada bayi)
c. ISPA berat. Terdapat gejala sedang atau ringan dengan satu atau lebih
gejala yaitu:
1) Pada waktu pernapasan inspirasi terdapat penarikan sela iga kedalam
2) Menurunnya kesadaran dari penderita
3) Bibir atau kulit berwarna kebiruan dan pucat
4) Pada waktu tidur mengalami engaami stridor (napas ngorok)
5) Terdapat selaput membran difteri
6. Penatalaksanaan Dan Pengobatan Penderita ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut)
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus
yang benar merupakan stategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program
(turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotic
dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA. Pedoman
penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan
penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotic
untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat
batuk yang kurang bermanfaat. A1qdapun pengobatan yang dapat dilakukan
kepada penderita ISPA yaitu sebagai berikut:
a. Pneumonia berat
Dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan
sebagainya
b. Pneumonia
Diberi obat antibiotic kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin, atau penisilin prokain.
c. Bukan Pneumonia
Tanpa pemberian obat antibiotik hanya diberikan perawatan dirumah,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak ada zat yang mungkin seperti kodein, Destrometorfan dan
Antihistamin. Bila demam diberikan bat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya becak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar betah
bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman
Streptococus dan harus diberi antibiotic (penisilin) selama 10 hari. (Devi
Arlanta, 2022)

7. Pencegahan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)


Menurut (Amrillah 2020) pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :
a. Menyediakan makanan bergizi sesuai preferensi anak dan kemampuan
untuk mengkonsumsi makanan untuk mendukung kekebalan tubuh alami
b. Pemberian imunisasi lengkap kepada anak
c. Keadaan fisik rumah yang baik, seperti : ventilasi rumah dan
kelembaban yang memenuhi syarat.
d. Menjaga kebersihan rumah, tubuh, makanan dan lingkungan agar bebas
kuman penyakit.
e. Menghindari pajanan asap rokok, asap dapur
f. Mencegah kontak dengan penderita ISPA dan isolasi
g. Penderita ISPA untuk mencegah penyebaran penyakit.

D. Standar Asuhan Kebidanan dan Model Dokumentasi


SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan
tertulis. Bidan hendaknya menggunakan dokumentasi SOAP setiap kali
bertemupasien. Alasan catatan SOAP dipakai dalam pendokumentasian adalah
karena metoda SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang
mengorganisir penemuan dan kesimpulan dalam rencana asuhan, metoda
SOAP dapat dipakai sebagai penyaring inti sari proses
penatalaksanaankebidanan dalam tujuannya penyediaan dan
pendokumentasian asuhan, dan dengan SOAP dapat membantu bidan dalam
mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh.
S= Subjektif

Data subjektif adalah data yang diperoleh dari sudut pandang


pasien atau segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada pasien
bisu maka di bagian databelakang “S” diberi kode”0” atau “X”.
O= Objektif

Data objektif merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaa


n observasi bidan atau tenaga kesehatan lain. Yang termasuk dalam data
objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium,
atapun pemeriksaan diagnostic lainnya.
A= Assesment

Assesment merupakan pendokumentasian dari hasil analisa data


subjektif dandata objektif. Analisa yang cepat dan akurat sangat diperlukan
guna pengambilan keputusan / tindakan yang tepat.
P = Planning

Planning (Perencanaan) adalah rencana yang dibuat berdasarkan


hasil analisa.Rencanaasuhan ini meliputi rencana saat ini dan akan datang.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA USIA 40 BULAN DENGAN
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
PMB SRI MUSRIFAINAH, S.ST., Bd
PENGKAJIAN
Tanggal : 25 Januari 2023
Waktu : 12.00
Tempat : PMB Sri Musrifainah, S.ST.,Bd
IDENTITAS
a. Identitas Bayi
Nama : By.L
Tgl/Jam lahir : 20 – 09 - 2020
Jenis kelamin : Laki – laki
b. Identitas Orang tua
Nama ibu : Ny.D Nama Suami : Tn.A
Umur : 20 thn Umur : 25 Thn
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Dupok Alamat : Dupok

I. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama :
Ibu ingin memeriksakan anaknya dengan keluhan utama batuk, pilek dan
panas sejak 2 hari yang lalu dan belum diberikan obat apapun
2. Riwayat Kesehatan:
Dahulu:
Anak tidak pernah menderita penyakit apapun dan tidak pernah masuk
rumah sakit.
Sekarang :
Batuk dengan pilek dan panas mulai 2 hari yang lalu
Keluarga :
Ibu dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit menular, dan
menurun seperti Asma, TBC, HIV dan hipertensi.
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas:
Jenis Persalinan : Normal
BB Lahir : 3,400 gram
4. Riwayat tumbang
Pertumbuhan BB : Baik. Sesuai dengan garis pada KMS
Perkembangan anak : Baik, sesuai dengan hasil KPSP
Kelainan bawaan : tidak ada kelainan
5. Riwayat Imunisasi : sudah diberikan imunisasi HB
6. Pola kebiasaan sehari- hari:
Pola nutrisi
Makan sehari 3 – 4 kali dengan menu nasi dan air putih, selama sakit
Tidak mau makan dan hanya makan roti 1 lembar dan tidak habis satu
porsi juga kurang minum.
Pola eliminasi
BAB 1x sehari, tidak ada keluhan. BAK 2 - 3 kali sehari kuning jernih bau
khas urine.
Pola istirahat : tidur siang 2 jam , dan tidur malam kurang dari 6 jam
Terganggu dengan batuk ketika malam
Pola aktifitas : hanya tiduran dirumah
Personal hygiene : mandi 2x sehari ganti baju sehabis mandi, selama sakit
tidak mau mandi

II. DATA OBYEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital signs : N =120x/mnt
RR = 40x/mnt
S = 38,80C
2. Pengukuran antropometri:
BB :18 kg Lingkar kepala/ LK : 52 cm
PB : 102 cm LILA : 30 cm
3. Status Present:
Kepala : tidak ada benjolan abnormal, bersih, rambut hitam
Muka : pucat , kemerahan
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : bersih, terdapat secret berwarna putih bening, tidak ada
pernafasan cuping hidung
Mulut : Bersih, lidah bersih, tidak ada caries gigi
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjaran limfe dan kelenjar tiroid
Dada : tidak ada bunyi wheezing, tedapat bunyi ronchi
Pulmo/COR : tidak tampak kelainan
Abdomen : tidak ada pembesaran limfa, tidak kembung
Genetalia : Bersih , tidak ada lesi
Punggung : tidak ada spinabifida dan benjolan abnormal
Anus : tidak ada lesi
Ekstremitas : terasa hangat , tidak odem
Kulit : bersih, tidak kering tidak ada kelainan

III. ANALISIS DATA


BY.L usia 40 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

IV. PENATALAKSANAAN
Tanggal 25 Januari 2024 Jam 12.15
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan anaknya bahwa anak saat ini
sedang mengalami ISPA
Evaluasi : ibu mengerti.
2. Meminta ibu untuk tetap menjaga pola makan saat anak sakit untuk
mempercepat pemulihan, bisa dengan mengkonsumsi apa yang di mau anak/
yang disukai oleh anak.
Evaluasi : ibu bersedia
3. Meminta ibu untuk tidak mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang
dapat menyebabkan batuk saat ini seperti gorengan, ice dan ciki yang
disukai anak.
Evaluasi : ibu bersedia
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan inhalasi minyak kayu putih untuk
meringankan batuk pada anak
Evaluasi : ibu mengerti
5. Memberikan terapi paracetamol syrup 3x1 sehari, amoxilin syrup 3x1 dan
puyer 3x1 sehari.
Evaluasi : sudah diberikan
6. Meminta ibu untuk melakukan kontrol ulang 3 hari lagi jika obat habis dan
cara alami kurang efektif menangani sakit anak saat ini.
Evaluasi : ibu bersedia

Kokop, 25 Januari 2024


Praktikan

Wi’am Salehoddin
NIM.2315901065

Mengetahui,
Pembimbing Prodi Pembimbing Klinik

Nurun Nikmah, S.ST., M.Kes (Sri Musrifainah, S.ST.,Bd)


NIDN. 0712028901 NIP. 197408292019052001
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada By.L, usia 40 bulan ditemukan hasil


Nadi 120x/menit, RR 40x/menit, S 38,80C. Menurut World Health Organization
(WHO) Suhu normal pada bayi/balita/apras yaitu 36,5 – 37,5 ⸰C
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan diketahui bahwa
batas normal suhu pada anak yaitu 36,5 – 37,5C dan anak mengalami suhu tubuh
yang tidak normal / panas yaitu 38,8 C.
Berdasarkan hasil pemeriksaan juga di temukan anak dengan keluhan
batuk dan pilek yang belum sembuh selama ± 1 hari yang lalu dan terdapat bunyi
ronchi. Hal ini tentunya menjadi perhatian lebih pada ibu dan sakit tidak bisa
diabaikan oleh orangtua. Diagnose pada sakit yang dialami anak merujuk pada
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang
sangat sering dijumpai dan merupakan penyebab kematian paling tinggi pada
Balita (Hartono, 2016). ISPA adalah infeksi akut saluran pernapasan atas maupun
bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun
reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru (Wijayaningsih, 2013).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi yang melibatkan organ
saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah yang dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit dari infeksi ringan sampai berat. Menurut diagnosa
tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) ISPA merupakan infeksi saluran
pernapasan akut dengan gejala demam, batuk kurang dari dua minggu, pilek atau
hidung tersumbat dan sakit tenggorokan (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Selain penatalaksanaan medis, penatalaksanaan terapi komplementer juga
dapat diberikan pada penderita ISPA. Terapi komplementer tepat untuk
menangani ISPA aromaterapi dengan minyak esensial, seperti minyak kayu putih,
eukaliptus, frankincese, lavender, marjoram, peppermint, atau rosemary dapat
mengurangi kongesti dan meningkatkan kenyamanan dan kesembuhan. Ajarkan
pasien bahwa minyak esensial ini digunakan hanya untuk inhalasi, bukan untuk
dikonsumsi internal . Terapi komplementer yang dapat diberikan pada penderita
ISPA yaitu inhalasi sederhana dengan menggunakan minyak kayu putih. Inhalasi
sederhana adalah suatu tindakan memberikan inhalasi atau menghirup uap hangat
untuk mengurangi sesak napas, melonggarkan jalan napas, memudahkan
pernapasan dan mengencerkan sekret atau dahak 8 . Inhalasi sederhana berarti
memberikan obat dengan cara dihirup dalam bentuk uap ke dalam saluran
pernapasan yang dilakukan dengan bahan dan cara yang sederhana serta dapat
dilakukan dalam lingkungan masyarakat. Penguapan tersebut menggunakan air
panas dengan suhu 42 oC - 44 oC. Uap dari air panas tersebut dapat bermanfaat
sebagai terapi. Selain itu juga uap air panas juga dapat membantu tubuh
menghilangkan produk metabolisme yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Uap air
panas dapat membuka pori- pori, merangsang keluarnya keringat, membuat
pembuluh darah melebar dan mengendurkan otot-otot.
Minyak kayu putih diproduksi dari daun tumbuhan Melaleuca leucadendra
dengan kandungan terbesarnya adalah eucalyptol (cineole). Hasil penelitian
tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa cineole memberikan efek mukolitik
(mengencer- kan dahak), bronchodilating (melegakan pernafasan), anti inflamasi
dan menurun- kan rata-rata eksaserbasi kasus paru obstruktif kronis dengan baik
seperti pada kasus pasien dengan asma dan rhinosinusitis .(Yustiawan, Immawati,
and Dewi 2021)
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada By. L usia 40 bulan
dengan ISPA di Praktik Mandiri Bidan Sri Musrifainah, S.ST.,Bd penulis
dapat mengambil kesimpulan :
1. Dengan manajement varney dapat meningkatkan keterampilan dan
sikap yang harus dilakukan bidan dalam memberikan asuhan secara
tepat,cermat, menyeluruh.
2. By.L dengan keluhan batuk, pilek dan panas dengan diagnose ISPA
3. ISPA bisa di berikan terapi non faramkologi seperti inhalasi minyak
kayu putih

B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Bagi tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan
pelayanan dan penyuluhan kepada masyarakat sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan untuk bayi/balita/ apras dengan gejala ISPA.
2. Bagi Tempat penelitian
Diharapkan tetap menjaga pelayanan yang sudah berjalan dan
Teknik persalinan yang sudah dilakukan ini diharapkan bisa menjadi suatu
pertimbangan untuk di realisasikan di tempat penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

alfiah, A. 2020. “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Puskesmas Paccerakang Kota Makasaar.” 1(1): 64–71.

Amila, Jek Amidos Pardedei, Galvani Volta Simanjuntak, And Yasinta L.A
Nadeak. 2021. “Peningkatan Pengetahuan Orang Tua Tentang Bahaya
Merokok Dalam Rumah Dan Pencegahan Ispa Pada Balita.” 01: 65–70.

Amrillah, Nugraha Wahid. 2020. “Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Ispa Pada Balita.”

Armiyati, Tasya. 2021. “Hubungan Perilaku Merokok Orangya Dengan Kejadian


Infeksi Saluran Akut (Ispa) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Bestari
Medan Petisah.”

Baladiah, Bella Juliana, Dyah Wulan Srw, Minerva Nadia Putri, And Khairun
Nisa. 2019. “Kebiasaan Merokok Dan Status Gizi Kurang Sebagai Faktor
Risiko Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Kemiling Bandar
Lampung Smoking Health And Undernutrition Is As A Risk Factors Of
Acute Respiratory Infection In Children Under Five Years In Kemilin.” 8:
168–74.

Hatmawati, Zuhrupal Hadi, And Akhmad Fauzan. 2021. “Hubungan Kondisi


Fisik Rumah Dan Kebiasaan Merokok Dalam Rumah Dengan Kejadian Ispa
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Jingah Tahun 2021.”

Novita Anjaswanti, Rizky, And Kusuma Scorpia Lestari. 2022. “Hubungan Status
Gizi Dan Perilaku Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Dengan Penyakit
Ispa.” 12(April): 297–306.

Puspitasari, Megaratri, And Novera Herdiani. 2021. “Penyakit Infeksi Terhadap


Status Gizi Balita.” 14(1): 18–22.

Wulandhani, Suci, And A Purnamasari Bida. 2022. “Pengaruh Sumber Polutan


Dalam Rumah Dengan Kejadian Ispa Di Kecamatan Bontoala.” 3(2): 73–77.
Yunita, Emi, And Layla Imroatu Zulaikha. 2022. “Penyuluhan Tentang
Pentingnya Pemberian Asi Ekslusif Dan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi
Di Desa Pakong Kabupaten Pamekasan.” 4: 20–25.

Yustiawan, Erwan, Immawati, And Nia Risa Dewi. 2021. “Penerapan Inhalasi
Sederhana Menggunakan Minyak Kayu Putih Untuk Meningkatkan Bersihan
Jalan Nafas Pada Anak Dengan Ispa Di Wilayah Kerja Puskesmas Metro
TahuN 2021.” 2.
DOKUMENTASI
JURNAL REFLEKSI KRITIS
PEMBELAJARAN PRAKTIK KEBIDANAN PADA NEONATUS,
BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH

Nama Mahasiswa : Wi’am Salehoddin


Tempat Praktek : PMB Sri Musrifainah, S.ST.,Bd

Periode : 2023 - 2024

Pembimbing Prodi : Nurun Nikmah, S.ST.,M.Kes

A. Harapan akan Proses Pembelajaran Klinik

Kenapa saya mempelajari materi ini ?


Untuk mengetahui asuhan kebidanan yang tepat terhadap anak dengan
diagnose ISPA

Apa yang saya siapkan dalam mempelajari topik ini?


Mempersiapkan materi dan cara melakukan pemeriksaan pada anak sesuai
dengan SOP

Apa yang saya harapkan dalam mempelajari topik ini ?


Lebih paham tentang cara melakukan pemeriksaan pada anak dan menentukan
diagnose yang mungkin terjadi
Apa yang perlu saya perhatikan dalam mempelajari topik ini ? Bagaimana
perencanaannya ?
Mengamati lebih dalam dan lengkap tentang permasalahan yang dialami sehingga
mempermudah dalam melakukan asuhan kebidanan yang baik dan benar
Refleksi Kritis dari Materi yang Dipelajari

Sebutkan Learning outcome yang tertera pada panduan:


Lebih paham tentang bagaimana cara melakukan pemeriksaan pada bayi /
balita / anak sakit

Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam learning outcome tersebut
adalah:
Paham tentang materi yang dijelaskan serta mengimplementasikan baik untuk
diri sendiri dan orang lain.

Saya mengidentifikasi sumber informasi menarik dalam topik pembelajaran ini


adalah:

Melakukan deteksi dini sesuai dengan acuan MTBM/MTBS

Learning outcome yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan adalah
: Memperbanyak ilmu baru untuk menambah pengetahuan

Saya akan mengembangkan pembelajaran saya di bidang ini melalui :


penerapan – penerapan ilmu yang sudah di lakukan sebelumnya
kepada pasien yang mengalami hal yang sama

Selama pembelajaran klinik, masalah-masalah yang menghalangi proses


pembelajaran saya adalah:
Tidak ada

Masalah-masalah yang saya temui selama proses pembelajaran klinik pada


topik ini adalah, dan Saya berencana untuk membahasnya melalui KIE
a. Refleksi Kritis pada Pembelajaran melalui Literatur dengan
menggunakan Lembar Kerja EBM (Evidence Based Medicine)
Terapi
1. Apakah hasil penelitian valid?

Apakah pasien pada penelitian Ya


dirandomisasi?
Apakah cara melakukan randomisasi Ya
dirahasiakan?
Apakah follow-up kepada pasien cukup Ya
panjang dan lengkap?
Apakah pasien dianalisis di dalam grup Ya
di mana mereka dirandomisasi?
Apakah pasien, klinisi, dan peneliti Ya
blind terhadap terapi?
Apakah grup pasien diperlakukan Tidak , terdapat 2 kelompok diberi
sama, selain dari terapi yang diberikan? perlakuan dan tidak

2. Apakah hasil penelitian penting?


Seberapa penting hasil penelitian Sangat penting
ini?
Seberapa tepat estimasi dari efek Sangat efektif
terapi?

Ada efek Tidak ada efek


Terekspos 29 1
Tidak terekspos 0 30

Control event rate (CER) = c/ c+d


Experimental event rat (EER) = a/
a+b
Relative Risk Absolute Risk Number
Reduction (RRR) Reduction (ARR) Needed to
Treat
(NNT)
CER EER CER-EER/ CER CER-EER 1/ARR
0 0,7 (-,1) (-0,7) (-2,04)
95% CI (-0,82) (0,19)
pasien kontrol pasien
eksperimen

95% CI = +/- 1,96 √[CER x (1-CER)/ #pasien kontrol + EER x (1-EER)/ #


pasieneksperimen]
3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktek sehari-hari?
Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita? Ya
Apakah karakteristik pasien kita Karakteristik yang digunakan
sangat berbeda dibandingkan sama dengan pasien penelitian
pasien pada penelitian sehingga
hasilnya
tidak dapat diterapkan?
Apakah hasilnya mungkin Bisa
dikerjakan
di tempat kerja kita?
Apa kemungkinan benefit dan harm dari terapi tersebut?
Metode I: f Risiko terhadap pasien kita,
relatif terhadap pasien pada
penelitian

Diekspresikan dalam bentuk


desimal: 0,5

NNT/f =(-2,04)/(0,5)= (-4,08)


(NNT bagi pasien kita)
Metode II: 1/ (PEERxRRR) PEER (patient’s expected event
rate)adalah event rate dari pasien
kita bilamereka menerima kontrol
pada penelitian tersebut =

1/ (PEERxRRR) =
1/(0,9x(-1,96)) = (-0,58)

(NNT bagi pasien kita)


Apakah value dan preferensi pasien dipenuhi dengan terapi ini?
Apakah kita dan pasien kita Ya
mempunyai penilaian yang jelas
dan tepat akan value dan
preferensi pasien
kita?
Apakah value dan preferensi Ya
pasien kita dipenuhi dengan terapi
yang akan
kita berikan?

f adalah faktor dorongan. f merupakan perkiraan berapa tinggi atau


rendahnya risiko kematian pasien kita dibandingkan pasien pada
penelitian. Bila pasien kita kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih
besar dibandingkan pasien pada penelitian,maka besar f adalah 2. Bila
pasien kita kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih kecil dibandingkan
pasien pada penelitian, maka besar f adalah 0,5.
b. Evaluasi Pembelajaran
Topik:
Asuhan kebidanan pada neonates, bayi balita apras

Jenis pemeriksaan, dan lingkup tindakan/asuhan :


Pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi tekanan darah, suhu, pernafasan,
dan nadi, mtbs

Informasi/ keterampilan yang baru bagi saya :


Melatih saya untuk berkomunikasi lebih sering kepada pasien juga
membangun kepercayaan terhadap pasien tentang asuhan yang akan
diberikan pada bayi baru lahir dikehidupan sehari – hari
Bagaimana hal ini bisa berguna ?
Dengan banyaknya ilmu yang di dapat pada masa praktik semakin
menambah pengetahuan dan komunikasi yang lebih baik lagi terhadap
pasien

Sesi pembelajaran ini membuat saya berfikir tentang:


Cara untuk mendekati pasien anak

Kontribusi saya dalam pembelajaran ini adalah:


Memberikan wawasan test tumbuh kembang anak yang bisa dilakukan

Pertanyaan yang diajukan selama sesi diskusi?


Tidak ada
Tindak lanjut yang akan saya lakukan adalah:
Meneruskan asuhan yang ada dengan menerapkan beberapa asuhan –
asuhan yang di dapat

Anda mungkin juga menyukai