Disusun oleh:
Nama : Wiam Salehoddin
NIM : 2315901064
1
DUKUMENTASI PENCAPAIAN STASE ASUHAN
KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA
SEKOLAH
(LOGBOOK)
LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
Nama : Wi’am Salehoddin
NIM : 2315901064
Disetujui:
Kepala Ruangan
Tanggal: 25 Januari 2024
Di: (Sri Musrifainah, S.ST.,Bd)
PMB Sri Musrifainah, S.ST.,Bd NIP. 197408292019052001
Pembimbing Institusi
Tanggal: 25 Januari 2024
Di:
PMB Sri Musrifainah, S.ST.,Bd (Nurun Nikmah, SST. M.Kes)
NIDN. 0712028901
Pembimbing Kasus
Tanggal: 25 Januari 2024
Di:
PMB Sri Musrifainah, S.ST.,Bd (Sri Musrifainah, S.ST.,Bd)
NIP. 197408292019052001
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan pada bayi , balita dan anak
prasekolah di PMB Sri Musrifainah, S.ST.,Bd
Penyusunan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas terstruktur dalam
Program Studi Profesi Bidan STIKes Ngudia Husada Madura untuk memenuhi
target yang telah ditetapkan. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan
penyusunan Asuhan Kebidanan selanjutnya.
Wi’am Salehoddin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan
bagian bawah (Amila et al. 2021). Normal pernafasan pada balita 22-34 kali
permenit dan bunyi pernafasan nya vesikuler akan tetapi Sebagian balita yang
mengalami penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) mengalami
kelainan pada pernafasan seperti frekuensi pernafsannya kurang dari 22 atau
lebih dari 34 kali per menit dan bunyi pernafasannya seperti wheezing, ronchi,
stidor dan lain-lain.(Alfiah 2020)
United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF)
melaporkan pada tahun 2020 bahwa ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
karena pneumonia membunuh lebih banyak anak dibandingkan penyakit
infeksi lainnya diseluruh dunia. Pneumonia merenggut nyawa 800.000 anak
setiap tahun atau sekitar 2.200 kematian dalam sehari. Secara global, lebih
dari 1.400 kasus pneumonia per 100.000 anak, atau 1 kasus per 71 anak setiap
tahun dengan insiden terbesar terjadi di Asia Selatan yaitu 2.500 kasus per
100.000 anak serta Afrika Barat dan Tengah yaitu 1.620 kasus per 100.000
anak (Puspitasari and Herdiani 2021)
Kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan tiga kasus
terbesar di Indonesia pada keseluruhan kasus pada balita. Tahun 2020 angka
kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) ada diurutan ketiga, sekitar
364 kasus per tahun atau sekitar 37% dari keseluruhan kasus pada balita.
(SIRKESNAS, 2019). Berdasarkan data laporan rutin Subdit ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut)
Kemenkes Tahun 2020, didapatkan insiden (per 1000 balita) di Indonesia
sebesar 20,06% hampir sama dengan data tahun sebelumnya, tahun 2019
20,56%. Perkiraan kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) secara
nasional sebesar 3,55%. Menurut data ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
menjadi salah satu kasus kesehatan tertinggi, pengidap ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) yang menyerang anak usia 1 sampai 5 tahun ditemukan
sebanyak 165.998 kasus.(Hatmawati, Hadi, and Fauzan 2021)
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) pada balita disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor kondisi lingkungan rumah dan faktor balita
(seperti status gizi, pemberian ASI eksklusif, kelengkapan imunisasi, berat
badan lahir rendah dan umur bayi dan keberadaan prilaku anngota keluarga
yang merokok). Kondisi lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kualitas
udara dalam rumah dapat memicu terjadinya ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut),diantaranya environmental tobacco smoke (ETS) atau
paparan asap rokok khususnya pada kelompok rentan balita. (Baladiah et al.
2019) Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian pada balita adalah status
gizi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah
dalam penelitian sebagai berikut “Asuhan Kebidanan Pada Anak Balita Usia 48
Bulan Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) PMB Sri Musrifainah,
S.ST.,Bd
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pada anak sesuai dengan standar pelayanan kebidanan serta
mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk SOAP dan dapat
melakukan deteksi dini terhadap tumbuh kembang anak.
2) Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan mengenai teori dan konsep dasar asuhan kebidanan
pada anak dengan ISPA
b. Mengintegrasikan teori dan manajemen asuhan kebidanan serta
mengimplementasikan pada kasus yang di hadapi.
D. Manfaat
1) Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan ini data dijadikan acuan untuk pengembangan keilmuan
dimasa yang akan datang terutama pada pelayanan kebidanan.
2) Bagi Penulis
Penulisan yang dilakukan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai tumbuh kembang dan dapat memberikan asuhan
kebidanan yang tepat pada anak sesuai dengan kondisi yang dialami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Data Objektif
1. Keadaan umum
Keadaan umum bayi di observasi apakah masuk dalam kategori
Baik/Cukup/Lemah .
Pada bayi :
dikatakan baik jika bayi saat lahir menangis kuat, warna kulit
kemerahan, APGAR skor baik, dan tidak ada tanda – tanda
kegawatdaruratan.
3. Eliminasi
BAK : Sudah keluar/tidak
BAB : Sudah keluar/tidak, konsistensi, warna
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, tidak ada caput secsedanium, tida hydrocephalus,
tidak ada massa yang abnormal
Lingkar kepala :
Fronto ocipito : normal 32 cm
Sub occipito : normal 34 cm
Mento occipito : normal 35 cm
Mata : Simetris/tidak, ada/tidak tanda infeksi, ada/tidak strabismus
(juling), pupil sokor/isokor, dll
Hidung : Simetris/tidak, ada/tidak pernapasan cuping hidung, bentuk
Hidung
Mulut : Simetris/tidak, ada/tidak labioscisis/ palatoscisis/
labiopalatoscisis, gigi ada/tidak
Telinga : Simetris/tidak, merespon suara/tidak, bentuk daun telinga,
ukuran daun telinga
Dada : Simetris/tidak, ada retraksi dinding dada/tidak, bentuk dada
Payudara : Simetris/tidak, warna dan ukuran
Paru-paru : terdapat bunyi wheezing/ronchi
Jantung : bunyi janjung normal/tidak, detak jantung normal/tidak
Abdomen : ada benjolan/tidak
Tali pusat : kondisi berdarah/tidak, bernanah/tidak, terbungkus k
asa/tidak
Ekstremitas : Atas/bawah simetris/tidak, gerakan aktif/lemah, jumlah
jari lengkap/tidak, bentuk jari sindaktil/polidaktil/tidak
Genetalia : laki-laki (bentuk testis/penis, ukuran testis/penis,
lubang uretra, dll)
Perempuan (bentuk vagina, lubang vagina dan uretra,
Punggung : Spina bifida ada/tidak
Kulit : Warna kemerahan/kebiruan/kekuningan, tanda infeksi
ada (sebutkan)/tidak, vernik caseosa ada/tidak
5. Sistem Saraf
- Morro: baik/tidak
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengangkat bayi
sepenuhnya dan melihat respon bayi apakah terkejut dengan
Tindakan yang di lakukan.
- Rooting : baik/tidak
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meletakkan puting susu
dipinggiran mulut bayi / pipi bayi dan melihat apakah ada reflek
dari bayi
- Sucking : baik/tidak
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memberikan puting kedalam
mulut apakah bayi menghisap atau tidak
- Tonic neck : baik/tidak
Pemeriksaan dilakukan dengan cara meletakkan bayi berbaring
telentang dan melihat reflek kepala menoleh juga dengan Gerakan
leher dan tangan
- Graphs : baik/tidak
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memberikan jari ketangan
bayi kemudian melihat respon menggenggam bayi
B. Konsep Dasar Teori Neonatus, Bayi, Balita dan anak pra sekolah
1. Pengertian bayi
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan
lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.
Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital
neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi
pada bayi baru lahir yang paling dramatik dan cepat berlangsung adalah
pada sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan glukosa
Tanda-tanda bayi baru lahir normal Bayi baru lahir dikatakan
normal jika usia kehamilan aterm antara 37- 42 minggu, BB 2500 gram
– 4000 gram, panjang badan 48- 52 cm, lingkar dada 30- 38 cm, lingkar
kepala 33- 35 cm, lingkar lengan 11- 12 cm, frekuensi DJ 120- 160 x
permenit, pernafasan ± 40- 60 x permenit, kulit kemerahan dan licin
karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan
rambut kepala biasanya telah sempurna, 9 kuku agak panjang dan lemas,
nilai APGAR > 7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, refleks
rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, refleks sucking (isap dan
menelan) sudah terbentuk dengan baik, refleks morro (gerakan memeluk
bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, refleks grasping
(menggenggam) sudah baik, genetalia sudah terbentuk sempurna , pada
laki- laki testis sudah turun ke skrotum dan penis berlubang, pada
perempuan: Vagina dan uretra yang berlubang, serta labia mayora sudah
menutupi labia minora, eliminasi baik, mekonium dalam 24 jam pertama,
berwarna hitam kecoklatan.
Penampilan bayi baru lahir biasanya sebagai berikut:
a. Kesadaran dan Reaksi terhadap sekeliling, perlu di kurangi
rangsangan terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau
suara keras yang mengejutkan atau suara mainan
b. Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan yang simetris
pada waktu bangun. adanya temor pada bibir, kaki dan tangan pada
waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu
tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut;
c. Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang; kepala:
apakah terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang lunak
dibelakang atas yang menyebabkan kepala tampak lebih panjang ini
disebabkan akibat proses kelahiran, benjolan pada kepala tersebut
hanya terdapat dibelahan kiri atau kanan saja, atau di sisi kiri dan
kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur kepala, pengukuran
lingkar kepala dapat ditunda sampai kondisi benjol (Capput
sucsedenaum) dikepala hilang dan jika terjadi moulase, tunggu
hingga kepala bayi kembali pada bentuknya semula.
d. Muka wajah: bayi tampak ekspresi;mata: perhatikan antara
kesimetrisan antara mata kanan dan mata kiri, perhatikan adanya
tanda-tanda perdarahan berupa bercak merah yang akan menghilang
dalam waktu 6 minggu;
e. Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti
mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak
terdapat pada bayi normal, bila terdapat secret yang berlebihan,
kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna;
f. Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat persalinan;
perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena bayi
biasanya bayi masih ada pernapasan perut;
g. Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung
dengan lekukan yang kurang sempurna; Bahu, tangan, sendi,
tungkai: perlu diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur (bila
ekstremitas lunglai/kurang gerak), farices;
h. Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan,
kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan,
pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan
adanya kelainan, waspada timbulnya kulit dengan warna yang tak
rata (“cuti Marmorata”) ini dapat disebabkan karena temperature
dingin, telapak tangan, telapak kaki atau kuku yang menjadi biru,
kulit menjadi pucat dan kuning, bercakbercak besar biru yang sering
terdapat disekitar bokong (Mongolian Spot) akan menghilang pada
umur 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun;
i. Kelancaran menhisap dan pencernaan: harus diperhatikan: tinja dan
kemih: diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila
terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai
muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera
konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk kemungkinsn
Hirschprung/Congenital Megacolon;
j. Refleks
yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa
disadari pada bayi normal, refleks pada bayi antara lain Tonik neek
refleks , yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila
ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya,
Rooting refleks yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut
bayi maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya
ke arah datangnya jari , Grasping refleks yaitu bila jari kita
menyentuh telapak tangan bayi maka jarijarinya akan langsung
menggenggam sangat kuat, Moro refleks yaitu reflek yang timbul
diluar kesadaran bayi misalnya bila bayi diangkat/direnggut secara
kasar dari gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan
gerakan yang mengangkat tubuhnya pada orang yang mendekapnya,
Stapping refleks yaitu reflek kaki secara spontan apabila bayi
diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu
dasar maka bayi seolaholah berjalan, Suckling refleks (menghisap)
yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan langis-langit
sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI,
Swallowing refleks (menelan) dimana ASI dimulut bayi mendesak
otot didaerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks
menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung. 11) Berat badan:
sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan lebih dari 5%
berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.
2. Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu
tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak dibawah lima
tahun. Balita dapat diartikan sebagai individu atau sekelompok
individu dari suatu penduduk dalam rentang usia tertentu. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang dimaksud
anak balita merupakan anak yang sudah berumur 12 – 59 bulan.
Menurut pembagian kelompok umur balita dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu batita (usia 1-3 tahun) dan pra sekolah (usia 3-6
tahun) (Damayanti dkk , 2017). Anak usia dini adalah individu yang
sedang dalam proses perkembangan dengan pesat dan fundamental
bagi kehidupan selanjutnya. Menurut undangundang No.20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional anak usia dini adalah anak
sejak lahir sampai usia enam tahun atau anak usia dini merupakan
anak dengan rentang usia lahir sampai usia taman kanak-kanak.
a. Tumbuh kembang balita
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara, dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan
sistem saraf dengan organ yang dipengaruhinya.(Direktorat
Kesehatan DEPKES, 2010). Perkembangan merupakan hasil
interaksi antara kematangan 8 susunan saraf pusat dengan organ
yang dipengaruhinya, sehingga perkembangan ini berperan
penting dalam kehidupan manusia (Sri Utami,2016)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur
atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur,
dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses
diferensi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang
terorganisasi (IDAI,2010). Aspek perkembangan bersifat
kualitatif, seperti kemampuan anak untuk tengkurap, duduk,
berjalan, bicara, memungut benda sekelilingnya , serta
kematangan emosi dan sosial anak. Tahap pekembangan awal
akan menentukan tahap perkembangan selanjutnya.
Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif,
terarah, dan terpadu atau koheren. Progesif mengandung arti
bahwa perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan
cederung maju ke depan, tidak mundur ke belakang. Terarah dan
terpadu menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pasti
antara perubahan yang terjadi pada saat ini, sebelumnya, dan
berikutnya (Soetjiningsih,2015).
b. Kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar perkembangannya
optimal.
Kebutuhan dasar tersebut adalah sebagai berikut:
Kebutuhan fisik biomedis, berupa pangan, perawatan
kesehatan dasar, sanitasi, kesegaran jasmani, rekreasi, dan
sebagainya.
Kebutuhan emosi/kasih saying, yang berupa ikatan erat,
mesra, dan selaras antara ibu dan anak.
Kebutuhan akan stimulus mental, merupakan cikal bakal
proses pembelajaran (pendidikan dan pelatihan).
3. Anak Pra-Sekolah
Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah dengan
rentang tiga hingga enam tahun (Potter dan Perry, 2009). Pengertian
yang sama juga dikemukakan oleh Hockenberry dan Wilson (2009)
bahwa usia prasekolah merupakan usia perkembangan anak antara
usia tiga hingga lima tahun. Pada usia ini terjadi perubahan yang
signifikan untuk mempersiapkan gaya hidup yaitu masuk sekolah
dengan mengkombinasikan antara perkembangan biologi, psikososial,
kognitif, spiritual dan prestasi sosial. Anak pada masa prasekolah
memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai laki-laki atau perempuan,
dapat mengatur diri dalam toilet training dan mengenal beberapa hal
yang berbahaya dan mencelakai dirinya (Mansur, 2011)
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia pra sekolah masih
dalam peningkatan pertumbuhan dan perkembangan yang berlanjut
dan stabil terutama kemampuan kognitif serta aktivitas fisik (Hidayat,
2008). Selain itu anak berada pada fase inisiatif dan rasa bersalah
(inisiative vs guilty). Rasa ingin tahu (courius) dan daya imajinasi
anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala
sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahui. Selain itu anak dalam
usia prasekolah belum mampu membedakan hal yang abstrak dan
tidak abstrak. Menurut Wong (2009) 9 proses pertumbuhan dan
perkembangan bersifat dinamis dinamis dimana terjadi sepanjang
siklus hidup anak. Anak pada masa prasekolah akan mengalami
proses perubahan baik dalam pola makan, proses eliminasi dan
perkembangan kognitif menunjukan proses kemandirian (Hidayat,
2008). Proses perkembangan pada anak:
a. Perkembangan biologis Pada anak usia prasekolah akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
melambat dan stabil. Dimana pertambahan berat badan 2-3kg
pertahun dengan rata-rata berat badan 14,5 kg pada usia 3 tahun,
16,5 kg pada usia 4 tahun dan 18,5 kg pada usia 5 tahun. Tinggi
badan tetap bertambah dengan perpanjangan tungkai
dibandingkan dengan batang tubuh. Rata-rata pertambahan
tingginya 6,5-9 cm pertahun. Pada anak usia 3 tahun, tinggi
badan rata-rata adalah 95 cm dan 103 cm pada usia 4 tahun serta
110 cm pada usia 5 tahun (Wong et al, 2009). Pada
perkembangan motorik, anak mengalami peningkatan kekuatan
dan penghalusan keterampilan yang sudah dipelajari sebelumnya
seperti berjalan, berlari dan melompat. Namun pertumbuhan otot
dan tulang masih jauh dari matur sehingga anak mudah cedera
(Hockenberry dan Wilson, 2007).
b. Perkembangan kognitif Anak usia pra sekolah pada
perkembangan kognitif mempunyai tugas yang lebih banyak
dalam mempersiapkan anak mencapai kesiapan tersebut. Serta
proses berpikir yang sangat penting dalam mencapai kesiapan
tersebut (Wong, et al, 2009). Pemikiran anak akan lebih
kompleks pada usia ini, dimana mengkategorikan obyek
berdasarkan warna, ukuran maupun pertanyaan yang 10 diajukan
(Potter dan Perry, 2009). Menurut Marry (2005) tinjauan teori
mengenai perkembangan kognitif menggunakan tahap berpikir
pra operasional oleh Piaget. Dimana dibagi menjadi dua fase
yaitu:
Fase pra konseptual (usia 2-4tahun) dimana pada fase ini
konsep anak belum matang dan tidak logis dibandingkan
dengan orang dewasa. Mempunyai pemikiran yang
berorientasi pada diri sendiri, dan membuat klasifikasi yang
masih relatih sederhana.
Fase intuitif (4-7 tahun): anak mampu bermasyarakat namun
belum dapat berpikir timbal balik. Anak biasanya banyak
meniru perilaku orang dewasa tetapi sudah mampu memberi
alasan pada tindakan yang dilakukan.
c. Perkembangan moral Anak pada usia prasekolah mampu
mengadopsi serta menginternalisasi nilai-nilai moral dari orang
tuanya. Perkembangan moral anak berada pada tingkatan paling
dasar. Anak mempelajari standar perilaku yang dapat diterima
untuk bertindak sesuai dengan standar norma yang berlaku serta
merasa bersalah bila telah melanggarnya (Kohlberg, 1994 dalam
Wong, 2009).
d. Perkembangan psikososial Anak usia prasekolah menurut
Hockenberry & Wilson (2009) sudah siap dalam menghadapi
dan berusaha keras mencapai tugas perkembangan. Tugas
perkembangan yang dimaksud adalah menguasai rasa inisiatif
yaitu bermain, bekerja serta mendapatkan kepuasan dalam
kegiatannya, serta merasakan hidup sepenuhnya. Konflik akan
timbul akibat rasa bersalah, cemas dan takut yang timbul akibat
pikiran berbeda dengan perilaku yang diharapkan.
I. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama :
Ibu ingin memeriksakan anaknya dengan keluhan utama batuk, pilek dan
panas sejak 2 hari yang lalu dan belum diberikan obat apapun
2. Riwayat Kesehatan:
Dahulu:
Anak tidak pernah menderita penyakit apapun dan tidak pernah masuk
rumah sakit.
Sekarang :
Batuk dengan pilek dan panas mulai 2 hari yang lalu
Keluarga :
Ibu dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit menular, dan
menurun seperti Asma, TBC, HIV dan hipertensi.
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas:
Jenis Persalinan : Normal
BB Lahir : 3,400 gram
4. Riwayat tumbang
Pertumbuhan BB : Baik. Sesuai dengan garis pada KMS
Perkembangan anak : Baik, sesuai dengan hasil KPSP
Kelainan bawaan : tidak ada kelainan
5. Riwayat Imunisasi : sudah diberikan imunisasi HB
6. Pola kebiasaan sehari- hari:
Pola nutrisi
Makan sehari 3 – 4 kali dengan menu nasi dan air putih, selama sakit
Tidak mau makan dan hanya makan roti 1 lembar dan tidak habis satu
porsi juga kurang minum.
Pola eliminasi
BAB 1x sehari, tidak ada keluhan. BAK 2 - 3 kali sehari kuning jernih bau
khas urine.
Pola istirahat : tidur siang 2 jam , dan tidur malam kurang dari 6 jam
Terganggu dengan batuk ketika malam
Pola aktifitas : hanya tiduran dirumah
Personal hygiene : mandi 2x sehari ganti baju sehabis mandi, selama sakit
tidak mau mandi
IV. PENATALAKSANAAN
Tanggal 25 Januari 2024 Jam 12.15
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan anaknya bahwa anak saat ini
sedang mengalami ISPA
Evaluasi : ibu mengerti.
2. Meminta ibu untuk tetap menjaga pola makan saat anak sakit untuk
mempercepat pemulihan, bisa dengan mengkonsumsi apa yang di mau anak/
yang disukai oleh anak.
Evaluasi : ibu bersedia
3. Meminta ibu untuk tidak mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang
dapat menyebabkan batuk saat ini seperti gorengan, ice dan ciki yang
disukai anak.
Evaluasi : ibu bersedia
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan inhalasi minyak kayu putih untuk
meringankan batuk pada anak
Evaluasi : ibu mengerti
5. Memberikan terapi paracetamol syrup 3x1 sehari, amoxilin syrup 3x1 dan
puyer 3x1 sehari.
Evaluasi : sudah diberikan
6. Meminta ibu untuk melakukan kontrol ulang 3 hari lagi jika obat habis dan
cara alami kurang efektif menangani sakit anak saat ini.
Evaluasi : ibu bersedia
Wi’am Salehoddin
NIM.2315901065
Mengetahui,
Pembimbing Prodi Pembimbing Klinik
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada By. L usia 40 bulan
dengan ISPA di Praktik Mandiri Bidan Sri Musrifainah, S.ST.,Bd penulis
dapat mengambil kesimpulan :
1. Dengan manajement varney dapat meningkatkan keterampilan dan
sikap yang harus dilakukan bidan dalam memberikan asuhan secara
tepat,cermat, menyeluruh.
2. By.L dengan keluhan batuk, pilek dan panas dengan diagnose ISPA
3. ISPA bisa di berikan terapi non faramkologi seperti inhalasi minyak
kayu putih
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Bagi tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan
pelayanan dan penyuluhan kepada masyarakat sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan untuk bayi/balita/ apras dengan gejala ISPA.
2. Bagi Tempat penelitian
Diharapkan tetap menjaga pelayanan yang sudah berjalan dan
Teknik persalinan yang sudah dilakukan ini diharapkan bisa menjadi suatu
pertimbangan untuk di realisasikan di tempat penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
alfiah, A. 2020. “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di
Puskesmas Paccerakang Kota Makasaar.” 1(1): 64–71.
Amila, Jek Amidos Pardedei, Galvani Volta Simanjuntak, And Yasinta L.A
Nadeak. 2021. “Peningkatan Pengetahuan Orang Tua Tentang Bahaya
Merokok Dalam Rumah Dan Pencegahan Ispa Pada Balita.” 01: 65–70.
Baladiah, Bella Juliana, Dyah Wulan Srw, Minerva Nadia Putri, And Khairun
Nisa. 2019. “Kebiasaan Merokok Dan Status Gizi Kurang Sebagai Faktor
Risiko Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Kemiling Bandar
Lampung Smoking Health And Undernutrition Is As A Risk Factors Of
Acute Respiratory Infection In Children Under Five Years In Kemilin.” 8:
168–74.
Novita Anjaswanti, Rizky, And Kusuma Scorpia Lestari. 2022. “Hubungan Status
Gizi Dan Perilaku Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Dengan Penyakit
Ispa.” 12(April): 297–306.
Yustiawan, Erwan, Immawati, And Nia Risa Dewi. 2021. “Penerapan Inhalasi
Sederhana Menggunakan Minyak Kayu Putih Untuk Meningkatkan Bersihan
Jalan Nafas Pada Anak Dengan Ispa Di Wilayah Kerja Puskesmas Metro
TahuN 2021.” 2.
DOKUMENTASI
JURNAL REFLEKSI KRITIS
PEMBELAJARAN PRAKTIK KEBIDANAN PADA NEONATUS,
BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH
Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam learning outcome tersebut
adalah:
Paham tentang materi yang dijelaskan serta mengimplementasikan baik untuk
diri sendiri dan orang lain.
Learning outcome yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan adalah
: Memperbanyak ilmu baru untuk menambah pengetahuan
1/ (PEERxRRR) =
1/(0,9x(-1,96)) = (-0,58)