Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI BERMAIN MERONCE

DOSEN PENGAMPU :

DISUSUN OLEH :

1. Evita Wulandari (D0023020)

2. Resti Prasticia (D0023051)

3. Nurul Awali Sella Noviana (D0023089)

4. Mega Silviya (D0023035)

5. Adi Nugroho (D0023074)

6. Fahri Nurhakim (D0023021)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
proposal Terapi Bermain Anak ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “Terapi Bermain Meronce pada Anak di Ruang Arya Kemuning RSD
Gunung Jati Kota Cirebon”. Proposal ini berisikan tentang rencana dari kegiatan
terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak di Ruang Arya
Kemuning RSD Gunung Jati Kota Cirebon.
Diharapkan proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain Meronce pada anak usia
sekolah di Ruang Arya Kemuning RSD Gunung Jati Kota Cirebon.
. Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan Laporan hasil ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Cirebon, 6 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORITIS...........................................................................3


A. Konsep Dasar Bermain.................................................................................3
1. Pengertian..................................................................................................3
2. Fungsi Bermain.........................................................................................4
3. Klasifiksi Bermain.....................................................................................7
B. Konsep Bermain Meronce............................................................................9
4. Hambatan Yang Mungkin Muncul..........................................................12
5. Antisipasi Hambatan...............................................................................12

BAB III SAP TERAPI BERMAIN.....................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi
perkembangan anak secara optimal. Setiap anak memerlukan aktivitas
melalui bermain sambil belajar karena bagi seorang anak bermain sambil
belajar adalah suatu kegiatan dimana anak dapat memperoleh
pembelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognif, afektif, dan
psikomotor. Sebagaimana ditulis Ghazali dalam Yunus Abidin (2009)
bahwa bermain mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak baik
secara fisik-motorik maupun secara psikologi atau kejiwaannya serta
perkembangan intelegensinya. Dalam kegiatan bermain, anak tidak
terlepas dari kegiatan yang memerlukan keterampilan motorik. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya perkembangan fisik anak, dimana
keterampilan motorik itu sendiri terkait erat dengan perkembangan
fisiknya. Keterampilan motorik ini meliputi motorik kasar dan motorik
halus. Adapun permainan yang menggunakan motorik kasar (gross motor)
antara lain bermain bola dan lompat tali, sedangkan untuk permainan
motorik halus (fine motor) seperti meronce dan bermain puzzle. Permainan
yang menggunakan keterampilan motorik tersebut tidak terlepas dari hal-
hal yang terkait dengan keterampilan tangan seperti meraih, menyentuh,
meraba, menggenggam, dan menjumput. Dengan demikian keterampilan
motorik sangat diperlukan bagi anak sehingga anak mampu melakukan
aktivitas secara mandiri.
Keterampilan motorik juga sangat diperlukan bagi anak untuk
melatih otot-ototnya agar berfungsi lebih maksimal. Kegiatan sehari-hari
bagi anak berkebutuhan khusus dapat tercapai dengan kondisi motorik
yang lemah sehingga anak tidak dapat berkembang secara optimal dan
aktivitas kesehariannya. Salah satu tujuan peningkatan kemampuan

1
motorik halus bagi anak berkebutuhan khusus adalah untuk mencapai
perkembangan secara maksimal yang sesuai kemampuan anak agar anak
dapat mengurangi ketergantungan dengan orang lain dalam hal yang
berkaitan dengan motorik halus dan dapat melakukan aktivitas secara
mandiri. Berbagai macam cara yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan yang berkaitan dengan motorik halus hal tersebut perlu
adanya suatu kegiatan yang dapat merangsang gerak motorik halus.
Latihan motorik halus sangat diperlukan untuk mengoptimalkan
kemampuan motorik halus pada anak. Salah satu kegiatan yang dapat
merangsang gerak motorik halus adalah dengan terapi bermain meronce.
Meronce merupakan kegiatan menyusun benda-benda dengan
menggunakan tali atau yang lainnya. Bentuk meronce bisa divariasikan
menurut keinginan, sehingga anak dilatih untuk menciptakan sesuatu ide
baru, meningkatkan kreatifitas, melatih pengenalan warna bentuk
geometri, mengasah kemampuan motorik halus, melatih memegang
dengan dua tangan dan sebagainya.
Keterampilan meronce merupakan kegiatan memasukkan manik-
manik menggunakan benang bertujuan untuk membantu anak
menggunakan jari jemarinya untuk memungut, memegang, menjepit antara
ibu jari dan jari telunjuk, sehingga keterampilan meronce digunakan
sebagai alternatif untuk membantu anak yang mengalami hambatan dalam
menggerakkan jari-jemari dan pergelangan tangannya. Dengan demikian
keterampilan meronce diduga memberikan pengaruh positif dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah bermain diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya, mengembangkan motorik halus dan kreatifitas melalui
kegiatan bermain
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b. Mengekspresikan perasaannya selama proses pembelajaran
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Beradaptasi dengan lingkungan
e. Mempererat hubungan antara anak, guru, dan mahasiswa

3
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. SASARAN DAN KARAKTERISTIK


Sasaran dan karakteristik
a. Anak usia 0-3 tahun
b. Anak yang dirawat diruang kemuning RSD Gunung Jati Cirebon
c. Anak yang suhunya antara 36°c sampai 37,5°c
B. ANALISA KASUS
Ruang arya kemuning merupakan ruang perawatan anak yang berada di
lantai dua RSUD Gunung Jati kota Cirebon. Di ruangan ini memiliki
beberapa klien anak-anak dengan berbagai macam diagnosa medis. Anak-
anak sangat rentan mengalami hospitalisasi. Hal ini ditunjukkan dengan
sering merengek, bosan, marah, dan cenderung tidak kooperatif pada
semua tindakan keperawatan. Salah satu cara megatasi hospitalisasi pada
anak yaitu dengan memberikan program terapi bermain yaitu terapi
bermain tebak gambar. Harapannya setelah diberikan terapi tersebut anak
mulai dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi rumah sakit serta
rumah sakit serta tingkat kecemasannya juga dapat menurun.

4
BAB II
METODOLOGI BERMAIN
A. Judul permainan: Meronce
B. Deskripsi permaianan:
Meronce merupakan kegiatan menyusun benda-benda dengan
menggunakan tali atau yang lainnya. Bentuk meronce bisa divariasikan
menurut keinginan, sehingga anak dilatih untuk menciptakan sesuatu ide
baru, meningkatkan kreatifitas, melatih pengenalan warna bentuk
geometri, mengasah kemampuan motorik halus, melatih memegang
dengan dua tangan dan sebagainya.
Meronce pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang sama yaitu
menyusun benda-benda, pernik-pernik dengan sentuhan keindahan
sehingga orang yang melihatnya merasa puas. Dalam merangkai dan
meronce juga harus memperhatikan unsur-unsur visual. Unsur-unsur
tersebut harus memenuhi prinsip penyusun seperti komposisi warna,
bentuk, ukuran, jenis, irama dan sebagainya.
Keterampilan meronce merupakan kegiatan memasukkan manik-
manik menggunakan benang bertujuan untuk membantu anak usia dini
menggunakan jari jemarinya untuk memungut, memegang, menjepit
antara ibu jari dan jari telunjuk, sehingga keterampilan meronce
digunakan sebagai alternatif untuk membantu anak yang mengalami
hambatan dalam menggerakkan jari-jemari dan pergelangan tangannya.
Dengan demikian keterampilan meronce diduga memberikan pengaruh
positif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
C. Tujuan permainan:
Dilihat dari konsep umumnya merangkai dan meronce mempunyai
tujuan:
1. Permainan
Merangkai maupun meronce dapat berfungsi untuk alat bermain
anak, benda-benda yang akan dirangkai tidak di tujukan untuk

5
kebutuhan tertentu melainkan untuk melatih memperoleh kepuasan rasa
dan memahami keindahan.
Seorang guru dapat meminta anak didiknya untuk membawa bekal
makanan secukupnya, anak diminta untuk menata makanannya didalam
piring plastik yang sudah disiapkan oleh guru. Maka dengan meminta
menata, sekaligus anak terlibat dalam bermain.
2. Kreasi dengan komposisi
Kemungkinan benda atau komponen lain dapat diminta oleh guru
kepada anak untuk menyusun ala kadarnya. Benda-benda tersebut
dikumpulkan dari lingkungan sekitar, seperti: papan bekas, kotak sabun
atau yang lain yang dibayanngkan dapat menjadi bangunan megah.
Anak sengaja hanya bermain imajinasi saja, sehingga tujuan bermain ini
untuk melatih imajinasi atau bayangan anak tentangkonstruksi suatu
bangunan.
Secara garis besar manfaat penataan ini adalah:
a) Melatih imajinasi melalui bentuk dan konstruksi bentuk dan bahan.
b) Melatih ketelitian melalui kecermatan merangkai serta menyusun
benda-benda tersebut.
c) Melatih keajegan atau irama melalui urutan, tingkatan, serta
kedudukan masing-masing benda terhadap benda yang lain.
d) Melatih rasa kebersamaan, jika merangkai secara bersama-sama,
e) Ekspresi atau mengutarakan pendapat melalui pengandaian bentuk
untuk menyatakan keinginannya terhadap benda yang diminta.
Kegiatan bermain bagi anak sebenarnya merupakan latihan untuk
mengenal benda serta sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya melalui
peniruan.
3. Gubahan atau inovasi
Merangkai dan meronce dapat ditujukan untuk melatih kreativitas, yaitu
dengan cara mengubah fungsi lama menjadi fungsi baru. Seni
merangkai ini lebih cendrung dikatakan sebagai seni bentuk dengan
teknik merangkai dan meronce.

6
D. Ketrampilan yang diperlukan
Ketrampilan motoric
Ketrapilan tangan dan seni
E. Alat yang Diperlukan
1) Manik-manik
2) Kancing
3) Stik ice cream
4) Benang
5) Gambar
6) Lem
F. Waktu Pelaksanaan
Tempat : Ruang Arya Kemuning RSD Gunung Jati Cirebon
Hari/tanggal : 8 Desember 2023
Pukul : 09.00
G. Proses Bermain
1) Siapkan manik-manik dan benang
2) Tentukan keinginan yang ingin di buat (gelang/kalung)
3) Ukur benang sesuai ukuran leher atau lengan
4) Kemudian rangkai sesuai warna yang diinginkan
5) Setelah selesai siap di pakai
H. Hal-hal yang perlu diwaspadai
Dalam proses pelaksanaan terapi bermain meronce pada anak-anak
adalah kondisi psikologis anak yang tidak menentu dan cenderung cepat
bosan dalam melakukan suatu kegiatan dalam waktu yang lama.
Kelompok harus mampu menfokuskan anak pad terapi bermain yang
akan dilaksanakan.
I. Antisipasi meminimalkan hambatan
Perlu adanya pendekatan dan pengawasan khusus dari setiap
fasilitator terhadap peserta terapi untuk senantiasa menjaga fokus peserta
dalam melakukan terapi bermain meronce yang akan dilaksanakan.

7
J. Pengorganisasian dan Denah Bermain

Keterangan
Leader (...)

Fasilitator (Evita dan )

Observer (....)

Anak-anak

Struktur organisasi:
Leader : Pemimpin bertugas untuk memimpin jalannya acara terapi
bermain dari awal hingga berakhir. Leader juga harus membuat suasana
bermain agar lebih tenang dan kondusi.
Fasilitator : Fasilitator bertugas untuk mempersiapkan alat dan tempat
serta memandu dan memotivasi anak agar dapat koopertif dalam
permainan yang akan dilakukan.
Observer : Observer bertugas mengawasi dan menilai kemampuan
masing masing anak selama dilakukan terapi bermain.

8
K. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi adalah sebagai berikut.
a) Evaluasi struktur
 Kegiatan penyuluhan terlaksana sesuai waktu
 Peserta penyuluhan dapat hadir sesuai rencana
b) Evaluasi proses
 Peserta berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
 Selama penyuluhan berlangsung, semua peserta dapat mengikuti
dengan penuh perhatian
c) Evaluasi hasil
Diharapkan peserta mampu: melatih motoric halus dan kasar, bisa
bersenang-senang

9
10
BAB IV
SAP TERAPI BERMAIN

Tema : Terapi Bermain Meronce Pada Anak Di Arya Kemuning


RSD Gunung jati kota cirebon
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Hari/ Tanggal : Jumat / 8 Desember 2023
Jam / Durasi : Pkl. 08.00 s.d 09.00 WIB
Tempat Bermain : di ruangan
Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang ada di Arya Kemuning
Media :
1. Media
a. Manik - Manik
b. Gambar
c. Lem
d. Gelas / Mangkok plastik
e. Kancing
f. Stik ice cream
Pengorganisasian :
1. Leader : Fahri Nurhakim
2. Observer : Nurul Awali Sella Noviana
: Adi Nugroho
3. Fasilitator : Evita Wulandari
Resti Praticia
Mega Silviya

11
Pembagian Tugas :
1. Peran Leader : Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi
dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah
pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk
terlibat dalam kegiatan
2. Peran Fasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
3. Peran Observer
a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi bermain
b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan terapi bermain
d. Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

12
Susunan Kegiatan

No Waktu Terapy Anak Ket

1 20 menit Pembukaan :
1. Co-Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengaarkan
4. Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan saling
persatu dan anak saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
6. Mempersilahkan Leader Mendengarkan
2 30 menit Kegiatan bermain :
1. Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan
2. Menanyakan pada anak, anak Menjawab pertanyaan
mau bermain atau tidak
3. Membagikan media permainan Menerima permainan
4. Leader ,co-leader, dan Fasilitator Bermain
memotivasi anak
5. Fasilitator mengobservasi anak Bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3 10 menit Penutup :
1. Leader Menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Membagikan souvenir/kenang- Senang

13
kenangan pada semua anak yang
bermain
5. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
6. Co-leader menutup acara Mendengarkan
7. Mengucapkan salam Menjawab salam

Evaluasi
1. Kriteria Evaluasi
a. Peserta hadir semua sesuai rencana
b. Media yang digunakan lengkap
c. Waktu yang digunakan 60 menit (Pukul 08.00-09.00)
d. Peralatan yang digunakan lengkap

14
DAFTAR PUSTAKA

Jatmika. (2012). Ragam Aktifitas Harian untuk Playgroup. Yogyakarta: Diva


press.

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Utami, M. (2009). Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka


Cipta.

Wong, Donna L. (2003). Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA: Mosby.

Yuniarti. (2015). Jurnal PEndidikan Profesi Vol.3 No. 4. Klaten: CV. Putra
Sukses.

15

Anda mungkin juga menyukai