Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEPUTUSASAAN

KELOMPOK 4

Dosen Pembimbing :

Firman Hidayat, M.Kep.,Ns,Sp.Kep.J

Disusun Oleh :

1. Andhia Pramesti N.D (C1019004)


2. Anggun Muhamad Soleman (C1019005)
3. Dian Ayu Pangestu (C1019012)
4. Evita Wullandari (C1019017)
5. Nurul Amelia Cahani (C1019035)
6. Putri Eka Anggraeni (C1019039)
7. Resti Prasticia (C1019041)
8. Septian Tri Andika (C1019045)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI MANDALA HUSADA

SLAWI 2020-2021
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Keputusasaan adalah keadaan subjektif di mana seorang individu terlihat


memiliki keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilihan– pilihan pribadi yang tersedia
dan tidak mampu menggerakkan energi atas nama sendiri (Rosernbergdan Smith, 2010).
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akanmeninggalkan masalah
karena merasa tidak mampu, seolah-olah koping yang biasa bermanfaat sudah tidak
berguna lagi.Harga diri rendah, apatis dan tidak mampu mengembangkankoping baru
serta yang tidak ada yang akan membantu(Riyadi dan Purwanto, 2009).
Putus asa merupakan tanda dari individu yang mengalamiputus harapan yang
akan menyebabkan seseorang bunuh dirijika sudah dalam keadaan berat (Riyadi dan
Purwanto, P.127,2009).
Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa
kehidupannya terlalu berat untuk dijalani( dengan kata lain mustahil ). Seseorang yang
tidak memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki
kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya
bahwa baik dirinyaatau siapapun tidak akan bisa membantunya.
Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan. ketidakmampuan, keraguan,
duka cita, apati, kesedihan, depresi, dan bunuh diri. ( Cotton dan Range, 1996 )
Menurut (Pharris, Resnick, dan ABlum,1997),mengemukakan bahwa
keputusasaan merupakankondisi yang dapat menguras energi.
Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan bersifat
subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternate lain atau
pilihanpribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untukmencapai apa yang
diiginkan serta tidak dapat mengerahkanenerginya untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.Semangat adalah roh kehidupan yg menjiwai segala makhluk, baik
hidupmaupun mati, seluruh kehidupan batin manusia, isi dan maksud yg
tersiratdidalamnya ( KBBI).

B. ETIOLOGI
 Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu :
1. Faktor kehilangan
2. Kegagalan yang terus menerus
3. Faktor Lingkungan
4. Orang terdekat ( keluarga )
 Akibat Keputusasaan
Akibat yang dapat ditimbulkan dari terjadinya keputusasaan yaitu :
1. Stres
2. Depresi
3. Galau
4. Sakit
5. Pola hidup yang tidak teratur
6. Letih, lesu, lemah ; disebabkan karena faktor psikis
7. Hilang kesempatan yang Hilang kesempatan yang ada, karena ketika
kesempatan itu datang ia sibuk dengan rasa putus asa yang ada.
8. Trauma; tidak lagi memiliki keberanian dan kemampuan untuk melakukan
hal yang sama karena takut akan mengalami rasa putus asa untuk yang
kedua kalinya.
9. Gila; akibat jangka panjang yang umumnya terjadi pada sebagian orang.
10. Sakit; diawali dengan makan yang tidak teratur, tidur terlalu larut, beban
pikiran yang berlebihan.
11. Kematian; beberapa mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri dan
tidak hanya karena sakit yang berkepanjangan namun juga karena faktor
psikis yang berlebihan

C. RENTANG RESPON ADAPTIF DAN MAL ADAPTIF


Faktor Penyebab
 Rentang Respon (Beck, dkk., dalam Riyadi dan Purwanto, 2009
 Respon Adaptif (Harapan)
a. Yakin
b. Percaya
c. Inspirasi
d. Tetap hati
 Respon Maladaptif (Putus Harapan)
a. Tidak berdaya
b. Putus asa
c. Apatis
d. Gagal dalam kehidupan
e. Ragu ragu
f. Sedih
g. Depresi
h. Bunuh diri
 Proses terjadinya masalah
Faktor yang terkait :
1. Pengabaian
2. Kondisi fisiologis yang memburuk
3. Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
4. Kehilangan kepercayaan pada nilai nilai transenden
5. Stres jangka panjang
6. Pembatasan kegiatan berkepanjangan menciptakan isolasi (Rosernberg
dan Smith, 2010).
Tanda Dan Gejala
A. Mayor
Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam, berlebihan, dan
berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai hal yang mustahil
isyarat verbal tentang kesedihan.
1. Fisiologis :
a. Respon Terhadap Stimulus Melambat.
b. Tidak Ada Energi.
c. Tidur Bertambah.
2. Emosional :
a. Individu Yang Putus Asa Sering Sekali Kesulitan Mengungkapkan
Perasaannya Tapi Dapat Merasakan.
b. Tidak Mampu Memperoleh Nasib Baik, Keberuntungan Dan Pertolongan
Tuhan.
c. Tidak Memiliki Makna Atau Tujuan Dalam Hidup.
d. Hampa Dan Letih.
e. Perasaan Kehilangan Dan Tidak Memiliki Apa-Apa.
f. Tidak Berdaya,Tidak Mampu Dan Terperangkap.
3. Individu memperlihatkan :
a. Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan.
b. Penurunan verbalisasi.
c. Penurunan afek.
d. Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.
e. Ketidakmampuan mencapai sesuatu.
f. Hubungan interpersonal yang terganggu.
g. Proses pikir yang lambat.
h. Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya sendiri.
4. Kognitif :
a. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan
membuat keputusan.
b. Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah
yang dihadapi saat ini.
B. Minor ( mungkin ada )
1. Fisiologis
a. Anoreksia
b. BB menurun
2. Emosional
a. Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
b. Merasa berada diujung tanduk
c. Tegang
d. Muak ( merasa ia tidak bisa)
e. Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani
f. Rapuh
3. Individu memperhatikan
a. Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara
b. Penurunan motivasi
c. Keluh kesah
d. Kemunduran
e. Sikap pasrah
f. Depresi
4. Kognitif
a. Hilangnya persepsi waktu tentang masa lalu, masa sekarang, masa datang
b. Bingung
c. Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
d. Distorsi proses pikir dan asosiasi
e. Penilaian yang tidak logis

D. PATWAY BELUM

E. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan
keputusasaan.

2. Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi kejiwaan yang harus diberikanapabila penderita telah
diberikan terapi psikofarmaka dantelah mencapai tahapan di mana kemampuan
menilairealitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudahbaik. Psikoterapi ini
bermacam-macam bentuknya antaralain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk
memberikandorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidakmerasa putus asa
dan semangat juangnya.

Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikanpendidikan ulang yang


maksudnya memperbaik kesalahan pendidikan di waktu lalu, psikoterapirekonstruktif
dimaksudkan untuk memperbaiki kembalikepribadian yang telah mengalami
keretakan menjadikepribadian utuh seperti semula sebelum sakit, psikologikognitif,
dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya piker dan daya ingat)
rasional sehinggapenderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika.Mana yang
baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak,dsbnya.

Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkangangguan perilaku yang


terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga
Dimaksudkan untuk memulihkan penderita dankeluarganya.

3. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya danmampu merawat diri, mampu mandiri tidak
tergantungpada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama
menjalani terapi psikososial inihendaknya masih tetap mengkonsumsi obat
psikofarmaka.

4. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa. Dari
penelitian didapatkankenyataan secara umum komitmen agama berhubungandengan
manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan
seperti sembahyang,berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,
ceramahkeagamaan, kajian kitab suci dsb.

5. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali
kekeluarga dan masyarakat. Programini biasanya dilakukan di lembaga (institusi)
rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam programrehabilitasi dilakukan
berbagai kegiatan antara lain ; terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan
bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olahraga,keterampilan, berbagai
macam kursus, bercocok tanam,rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program rehabilitasi
iniberlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukanevaluasi paling sedikit dua
kali yaitu evaluasi sebelumpenderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi
padasaat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan kemasyarakat.

F. PHATWAYS BELUM

G. PENGKAJIAN (TEORI)
1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,, pendidikan tanggal masuk
rumah sakit, tgl pengkajian, no register dan diagnosa medis
2. Keluhan utama
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi hati klien : apa yang
dipikirkan, dikatakan yang merupakan dan diperhatikan melalui perilaku
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang
mereka piker dan rasakan adalah
a. Persepsi yang adekuat tentang rasa keputusasaan
b. Dukungan yang adekuat ketika putus asa terhadap suatu masalah
c. Perilaku koping yang adekuat selama proses
3. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yng mempengaruhi rentang respon keputusasaan adalah
a. Faktor genetic : individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan
b. Kesehatan jasmani : individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yng teratur,
cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
c. Kesehatan mental : individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai riwayat depresi yng ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis,
selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangan peka dalam
menghadapi situasi masalah dan mengalami keputusasaan
d. Struktur kepribadiaan
Individu dengan konsep yang negative, perasaan rendah diri akan menyebabkan
rasa percaya diri yang rendah tidak obyektif terhadap stress yang dihadapi
4. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan keputusasaan dalah
a. Faktor kehilangan
b. Kegagalan yang terus menerus
c. Faktor lingkungan
d. Orangg terdekat ( keluarga )
e. Status kesehatan (penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
f. Adanya tekana hidup
g. Kurangnya iman
5. Respon emosional
Mayor (harus ada)
A. Individu yang putus asa sering kali kesulitan mengungkapkan perasaanya tapi
dapat merasakan
B. Tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan tuhan
C. Tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
D. Hampa dan letih
E. Persaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
F. Tidak berdaya, tidak mampu dan terperangkap
Minor (mungkin ada)
a. Individu meras putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
b. Merasa berada diujung tanduk
c. Tegang
d. Muak
e. Kehilangan kepuasan terhadap peran dalan hubungan yang ia jalani
f. Rapuh
6. Respon kognitif
Mayor (harus ada)
a. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan membuat
keputusan
b. Mengurangi masalah yang telah lalu dan yang akan datng bukan masalah yang
dihapai saat ini
c. Penurunan fleksibilitas dalam proses piker
d. Kaku
e. Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
f. Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan ditetapkan
g. Tidak dapat membuat perencanan, ,mengatur serta membuat keputusan
h. Tidak dapat mengenali sumber harapan
i. Adanya pikiran untuk membunuh diri
Minor (mungkin ada)
a. Penurunan kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima
b. Hilangnya persepsi waktu tenang masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan
datang
c. Bingung
d. Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
e. Distorsi piker dan asosiasi
f. Penilaian yang tidak logis

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN (TEORI)


Dx : Keputusasaan b.d keyakinan bahwa tidak ada yang peduli termasuk Tuhan

a. Tujuan umum : Klien mampu mampu mengekspresikan harapan positif tentang


masa depan, mengekspresikan tujuan dan arti kehidupan

b. Tujuan khusus: klien mampu

1) Membina hubungan saling percaya

2) Mengenal masalah keputusasaan

3) Berpartisipasi dalam aktivitas

4) Menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung

I. INTERVENSI (TEORI)
1.Bina hubungan saling percaya
1) Ucapkan salam
2) Perkenalkan diri: sebutkan nama dan panggilan yangdisukai
3) Tanyakan nama klien dan panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Dengarkan klien dengan penuh perhatian
6) Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya
2.Klien mengenal masalah keputusasaannya
1) Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaan
sedih/kesendirian/keputusasaannya
2) Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya dengan
cara pandang perawat terhadap kondisi klien
3) Bantu klien mengidentifikasi tinghkah laku yang mendukung putus asa:
pembicaraan abnormal/negative, menghindari interaksi dengan kurnagnya partisipasi
dalam aktivitas
4) Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk atasi masalahnya,
tanyakan manfaat dari cara yang digunakan
5) Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan oleh klien.
6) Beri alterbatif penyelesaian masalah atau solusi
7) Bantu klien identifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternative
8) Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah factor risiko terbesar
dalam ide untuk bunuh diri): tanyakan tentang rencana, metode, dan cara bunuh
diri.
3. Klien berpartisipasi dalam aktivitas
1) Identifikasi aspek positif dari dunia klien (‘keluarga anda menelepon RS
setiap hari untuk menanyakan keadaanmu”)
2) Dorong klien untuk berfikir yang menyenangkan dan melawan rasa putus asa
3) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran dan
perasaan positif
4) Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha klien dalam mencapai
tujuan, memulai perawatan diri, dan berpartisipasi dalam aktifitas
4. Klien menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung
a.Bina hubungan saling percaya dengan keluarga:
b.Ucapkan salam
c.Perkenalkan diri: sebutkan nama dan panggilan yang disukai
d.Tanyakan nama keluarga, panggilan yang diisukai dan hubungan dengan klien
e.Jelaskan tujuan pertemuan
f.Buat kontrak pertemuan
1)Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa klien
2)Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien atasi
masalah dan bagaimana hasilnya
3)Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien atasi masalahnya
4)Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan:
a.Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi
b.Psikofarmaka yang diperoleh klien: manfaat, dosis, efek samping, akibat bila tidak
patuh minum obat
3) Cara keluarga merawat klien
c.Askes bantuan bila keluarga tidak dapat mengatasi kondisi klien (puskesmas, RS)

1) JURNAL
Judul Jurnal Hubungan Keputusasaan dengan Depresi pada Pasien Diabetes
Melitus di Padang
Penulis Rika Sarfika
Volume 15
No dan hal No.1 hal 14-24
Latar belakang Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang dapat
menimbulkan depresi pada penderitanya. Depresi sering
dikaitkan dengan perasaan keputusasaan. Sebanyak 122 orang
pasien diabetes mellitus tipe 2 di Pukesmas Pauh dan Puskesmas
Andalas Padang ditetapkan sebagai sample penelitian dengan
kriteria inklusi tidak memiliki riwayat gangguan mood atau
gangguan jiwa (berdasarkan diagnosis medis), berusia dalam
rentang 25 sampai 65 tahun serta bersedia menandatangani
informed consent.
Tujuan Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara keputusasaan
dengan depresi pada pasien diabetes mellitus. Jenis penelitian ini
adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional
studi.
Hasil Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hampir dari separuh
pasien diabetes mellitus mengalami depresi ringan (43,4%).
Gejala-gejala depresi yang dialami oleh reponden dalam
penelitian ini berupa sering mengalami gangguan tidur, kadang-
kadang merasa hidup tidak bahagia lagi, kadang-kadang merasa
sedih, sering tidak menjaga pola makan, sering merasa lelah, dan
kadang-kadang berfikir untuk bunuh diri. Hal ini didukung oleh
penelitian (Khan et al., 2019) bahwa sebagian besar responden
diabetes mengalami depresi minimal (56,7%), 22,1% depresi
ringan, dan 8,2% mengalami depresi sedang.
Kesimpulan dan Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan
saran antara keputusasaan dengan depresi pada pasien diabetes
mellitus. Pasien diabetes mellitus yang mengalami keputusasaan
berisiko 7,03 kali mengalami depresi dibanding pasien yang
tidak mengalami keputusasaan. Hasil penelitian ini memberikan
saran kepada perawat sebagai tenaga kesehatan professional
harus memberikan layanan kesehatan secara utuh yaitu tidak
hanya memperhatikan aspek fisik saja namun juga aspek
psikososial kedua aspek ini saling berkaitan dan saling
mempengaruhi keberhasilan kepatuhan pasien terhadap
perawatan penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA
Lidiawati Asuhan Keperawatan Keputusasaan. URL : Diakses pada tanggal 7 Mei 2015
jam WIB. Riyadi S & Purwanto T, (2009).
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Capenito,Lynda jual.2007.Buku.Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.Jakarta.;ECG

Anda mungkin juga menyukai