Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN (Ca. Paru)

DI RUANG OK RS MUHAMMADIYAH MALANG

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH :

(ANNISA NUR BAIYYINAH)

(201920461011073)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN (Ca. Paru)

DI RUANG OK RS MUHAMMADIYAH MALANG

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KELOMPOK 11

NAMA: ANNISA NUR BAIYYINAH

NIM: 201920461011073

TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 07 DESEMBER 2020 / MINGGU 01

Malang, 15 Desember 2020


Mahasiswa, Pembimbing,

(ANNISA NUR BAIYYINAH) (Anis Ika N. R., M.Kep.,Sp.,Kep.,MB)

Page 2 of 38
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................... 3
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................................... 4
A. Definisi..................................................................................................................4
B. Etiologi..................................................................................................................4
C. Epidemologi..........................................................................................................4
D. Tanda dan Gejala..................................................................................................4
E. Patofisologi dan Pathway.....................................................................................4
F. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................4
G. Penatalaksanaan...................................................................................................4
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS)..............................................................4
I. Diagnosis Keperawatan (SDKI)...........................................................................4
J. Intervensi dan Luaran Keperawatan (SIKI/SLKI)..............................................4
K. Daftar Pustaka (Sumber Reference)....................................................................4
BAB II. CASE REPORT............................................................................................................ 5
A. Judul Case Report.................................................................................................5
B. Daftar Pustaka (Sumber Reference)....................................................................5
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................... 6
A. Pengkajian (Focus Assesement)..........................................................................6
B. Analisa Data..........................................................................................................6
C. Diagnosis Keperawatan (SDKI)...........................................................................6
D. Intervensi Keperawatan (SIKI)............................................................................6
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)..........................................8
1. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
2. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
3. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
4. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8
5. Judul Tindakan Keperawatan..............................................................................8

Page 3 of 38
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas
primer system pernapasan bagian bawah yang bersifatt epitheiial dan berasal dari
mukosa percabangan bronkus.

B. Etiologi
Penyakit dari kanker paru masih belum diketahui, anmun diperkirakan bahwa
inghalasi jangka panjang dari bahan-bahan karsiogenik merupakan faktor utama,
tanpa mengasampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan kelurga
ataupun suku bangsa serta statsus imunologi seperti kekebalan tubuh.

C. Manifestasi Klinis
Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat iritasi yang
disebab kan oleh massa tumor. Individu sering mengabaikan gejala ini dan menghubungkan
dengan merokok. Batuk mulai sebagai batuk kering, tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sebagai titik dimana dibentuk sputum yang kental, purulen dalam berespon
terhadap infeksi sekunder.Batuk yang karakternya berubah membangkitkan kecurigaan
terhadap kanker paru.
Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam berespons
terhadap infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal tumor. Pada
kenyataannya, kanker paru harus dicurigai pada individu yang mengalami infeksi saluran
pernapasan atas berulang yang tidak sembuh-sembuh. Nyeri adalah manifestasi akhir dan
sering ditemukan dengan metastasis ke tulang.Jika dilihat dari manifestasi klinisnya, dapat
dikategorikan menjadi gejala intrapulmonal intratorakal, gejala ekstrapulmonal
intratorakal, gejala ekstrato rakal non metastasis dan gejala ekstratorakal metastasis.
1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal)
Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan atautanpa produksi
sputum. Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel
bronkoalveolar atau disebut bronchoalveolar cell carcinoma. Hemoptisis atau
disebut batuk darah merupakan gejala pada hampir 50% kasus. Nyeri dada juga
umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri pada lokasi tumor atau nyeri yang
lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding dada atau mediastinum. Susah
bernafas ( dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan oleh pasien

Page 4 of 38
kanker paru. Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia segmental mungkin terjadi
karena lesi obstruktif dalam saluran nafas. Mengi unilateral dan monofonik jarang
terjadi karena adanya tumor bronkial obstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea
sudah terlibat.
2. Manifestasi Ekstrapulmonal Intratorakal
Manifestasi ini disebabkan oleh adanya invasi atau ekstensi kanker paru ke
struktur atau organ sekitarnya. Sesak nafas dan nyeri dada bisa disebabkan oleh
keterlibatan pleura atau perikardial. Efusi pleura dapat menyebabkan sesak nafas,
dan efusi perikardial dapat menimbulkan gangguan kardiovaskuler. Tumor lobus
atas kanan atau kelenjar mediastinum dapat menginvasi atau menyebabkan
kompresi vena kava superior dari eksternal. Dengan demikian pasien tersebut akan
menunjukkan suatu sindroma vena kava superior, yaitu nyeri kepala, wajah
sembab/plethora, lehar edema dan kongesti, pelebaran vena-vena dada. Tumor
apeks dapat meluas dan melibatkan cabang simpatis superior dan menyebabkan
sindroma Horner, melibatkan pleksus brakialis dan menyebabkan nyeri pada leher
dan bahu dengan atrofi dari otot-otot kecil tangan. Tumor di sebelah kiri dapat
mengkompresi nervus la ringeus rekurens yang berjalan di atas arcus aorta dan
menyebabkan suara serak dan paralisis pita suara kiri. Invasi tumor langsung atau
kelenjar mediastinum yang membesar dapat menyebabkan kompresi esophagus dan
akhirnya disfagia.
3. Manifestasi Ekstrato rakal Non Metastasis
Kira-kira 10-20% pasien kanker paru mengalami sindroma paraneoplastik.
Biasanya hal ini terjadi bukan disebabkan oleh tumor, melainkan karena zat hormon
atau peptida yang dihasilkan oleh tumor itu sendiri. Pasien dapat menunjukkan
gejala-gejala seperti mudah lelah, mual, nyeri abdomen, confusion , atau gejala
yang lebih spesifik seperti galaktorea (galactorrhea). Produksi hormon lebih sering
terjadi pada karsinoma sel kecil dan beberapa sel menunjukkan karakter istik neuro-
endokrin. Peptida yang disekresi berupa adrenocorticotrophic hormone (ACTH),
antidiuretic hormone (ADH), kalsitonin, oksitosin da n hormon paratiroid.
Walaupun kadar peptide-peptida ini tinggi pada pasi en-pasien kanker paru, namun
hanya sekitar 5% pasien yang menunjukkan sindroma klinisnya. Jari tabuh
(clubbing finger ) dan hypertrophic pulmonary osteo-arthropathy (HPOA) juga
termasuk manifestasi non metastasis dari kanker paru. Neuropati perifer dan

Page 5 of 38
sindroma neurologi seperti sindroma miastenia Lambert-Eaton juga dihubungkan
dengan kanker paru.
4. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis
Penurunan berat badan >20% dari berat badan sebelumnya (bulan
sebelumnya) sering mengindikasikan adanya metastasis. Pasien dengan metastasis
ke hepar sering mengeluhkan penurunan berat badan. Kanker paru umumnya juga
bermetastasis ke kelenjar adrenal, tulang, otak, dan kulit. Keterlibatan organ-organ
ini dapat menyebabkan nyeri local. Metastasis ke tulang dapat terjadi ke tulang
mana saja namun cenderung melibatkan tulang iga, vertebra, humerus, dan tulang
femur. Bila terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat gejala-gejala neurologi,
seperti confusion , perubahan kepribadian, dan kejang. Kelenjar geta h bening
supraklavikular dan servikal anterior dapat terlibat pada 25% pasien dan sebaiknya
dinilai secara rutin dalam mengevaluasi pasien kanker paru.

D. Klasifikasi Peritonitis
Bronchogenic Carcinoma adalah istilah lain untuk kanker paru-paru, diklasifikasikan secara
luas kedalam dua tipe-tipe yaitu small cell lung cancers (SCLC) dan non-small cell lung
cancers (NSCLC). Klasifikasi ini berdasarkan pada penampilan mikroskopik dari sel-sel
kanker itu sendiri. Dua tipe kanker-kanker ini tumbuh dan menyebar dalam cara-cara yang
berbeda, sehingga suatu perbedaan antara dua tipe ini adalah penting.
Small cell lung cancers atau SCLC meliputi kira-kira 20% dari kanker paru-paru dan adalah
kangker paru yang paling agresif dan bertumbuh dengan cepat dari semua kanker-kanker
paru-paru. SCLC dikaitkan sangat kuat dengan merokok, dengan hanya 1% dari tumor-tumor
ini yang terjadi pada bukan perokok. SCLC menyebar secara cepat ke banyak tempat-tempat
didalam tubuh dan paling sering ditemukan setelah mereka telah menyebar secara ekstensif.
Merujuk pada suatu tipe sel khusus seringkali terlihat pada SCLC, kanker-kanker ini
kadangkala disebut oat cell carcinomas.
Non-small cell lung cancers atau NSCLC adalah kanker-kanker paru yan paling umum,
mencakup sekitar 80% dari semua kanker paru-paru. NSCLC mempunyai tiga tipe utama
yang dinamakan berdasarkan tipe sel-sel yang yang ditemukan dalam tumor.
Adenocarcinomas adalah tipe NSCLC yang paling umum.Dimana Adenocarcinomas
dikaitkan dengan merokok seperti kanker-kanker paru lainnya, tipe ini terutama diamati juga
pada bukan perokok yang mengembangkan kanker paru. Kebanyakan adenocarcinomas
timbul pada area-area bagian luar atau sekeliling dari paru-paru. Bronchioloalveolar

Page 6 of 38
carcinoma adalah suatu subtipe dari adenocarcinoma yang seringkali berkembang pada
berbagai tempat-tempat di paru-paru dan menyebar sepanjang dinding-dinding alveo yang
telah ada sebelumnya.Squamous cell carcinomas juga dikenal sebagai epidermoid
carcinomas, squamous cell cancers timbul paling sering di arah pusat dada di bronchi.
Large cell carcinomas, kadangkala dirujuk sebagai karsinoma-karsinoma yang tidak dapat
dibedakan atau disebut undifferentiated carcinomas, adalah tipe NSCLC yang paling tidak
umum.Mixtures atau Campuran dari tipe-tipe NSCLC yang berbeda juga ditemukan.
Bronchial carcinoids mencakup sampai 5% dari kanker-kanker paru-paru. Tumor-tumor ini
umumnya kecil yaitu sekitar 3-4 cm atau kurang, ketika didiagnosis dan paling umum terjadi
pada orang-orang dibawah umur 40 tahun. Tidak berkaitan dengan merokok, carcinoid
tumors dapat menyebar, dan suatu porsi kecil tumor-tumor ini mengeluarkan unsur-unsur
yang menyerupai hormon. Carcinoids biasanya tumbuh dan menyebar lebih perlahan
daripada bronchogenic cancers, dan banyak yang terdeteksi cukup awal untuk setuju pada
operasi resection.
Kanker-kanker dari jaringan-jaringan pendukung paru seperti otot-otot halus, pembuluh-
pembuluh darah, atau sel-sel yang terlibat dalam respon imun jarang dapat terjadi pada paru-
paru.

Kanker-kanker yang menyebar atau metastastatic cancers dari tumor-tumor primer lain
didalam tubuh seringkali ditemukan didalam paru-paru. Tumor-tumor dari mana saja didalam
tubuh mungkin menyebar ke paru-paru melalui salah satu dari aliran darah atau sistim
limfatik, atau langsung dari organ-organ yang berdekatan. Tumor-tumor yang menyebar
(metastatic tumors) kebanyakan banyak, tersebar keseluruh paru, dan terkonsentrasi pada
area-area sekeliling daripada di pusat organ.

E. Patofisiologi

Page 7 of 38
Page 8 of 38
F. Pathway

Etiologi

GenetikLingkungan: Defisiensi vitamin A


-Asap rokok
-Polusi udara
-Polusi lingkungan kerja

Adanya zat karsinogen Inhalasi zat karsinogen ke saluran nafas Beta karoten dalam
tubuh rendah

Kegagalan Iritasi jalan napas


detoksifikasi Diferensiasi sel
abnormal
Mutasi DNA (Delesi, Disfungsional mukosa dan silia
Insersi)

Inaktivasi gen supressor tumor (P53, Endapan karsinogen di


RB, DKN 2) epitel bronkus

Terjadi anti apoptosis Perubahan epitel termasuk


metaplasia, hiperplasia dan
displasia sel-sel ganas

Karsinoma in situ
KANKER PARU

Sel kanker memproduksi faktor


pertumbuhan autokrin (faktor
pertumbuhan epitel, faktor
pertumbuhan jaringan yang
mendorong pertumbuhan tumor)

Karsinoma Sel Adenokarsinoma Karsinoma Sel besar Karsinoma sel kecil


Skuamosa

Berasal dari kelenjar paru Cepat bermetastasis Biasanya terjadi di sekitar


Berkaitan dengan asap rokok dan pajanan Biasa terjadi di bagian perifer bronkus, Terjadi di jaringan paru perifer dan percabangan utama bronkhi
dengan toksin-toksin lingkungan seperti termasuk alveoli dan bronkiolus terminal meluas ke pusat paru dan timbul pada sel-sel
asbes dan komposisi polusi udara Sel kanker berukuran kecil dan tumbuh Prognosis buruk kulchitsky yeng merupakan
Biasanya terletak di hillus lambat tetapi bermetastasis dini komponen normal epitel
Tumbuh relatif lambat Prognosis 5 th buruk, kecuali dilakukan bronkus
Memiliki prognosis paling baik (kemungkinan pembuangan lobus yang terserang saat Memiliki waktu pembelahan
hidup 5 th) jika didiagnosa sebelum penyakit masih stadium awal tercepat dan prognosis paling
metastasis Mengandung mukus buruk
Berasal dari epitel bronkus

Page 10 of 38
Gejala:
Batuk darah (Hemoptisis)
Sesak nafas
Nyeri dada
Batuk produktif
Lemah

Penatalaksanaan :
Pembedahan
Radioterapi
Kemoterapi
Targetted Terapi

Metastase sel kanker ke


Massa tumor dalam Metastasis sel kanker ke Oksigen dalam
jantung
bronkus otak tubuh menurun

Penumpukan cairan Lesi di otak


dalam rongga Anoksi
Hipersekresi kelenjar Bronkospasme
perikard jaringan
mukus
Penurunan fungsi
serebral
Penurunan ekspansi paru Penurunan pengisian Penimbunan asam laktat
Peningkatan produksi ventrikel Page 11 of 38
sputum Disorientasi
Kerja napas meningkat
Tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
CO
menurun
Obstruksi jalan Dyspnea Ketidakcukupan pengisian Kesadaran menurun Asidosis
nafas sistem arteri Metabolik

Pola napas tidak Hemiplegia


Bersihan jalan nafas tidak Penurunan aliran darah
efektif Keseimbangan
efektif sistemik
Kerusakan asam basa
pertukaran gas Defisit pemenuhan ADL
Gg. Perfusi jaringan

Invasi sel kanker ke Persebaran Psikososial


kerongkongan hematogen sel kanker
ke tulang
Tindakan invasif :
Penekanan kanker pada (Kemoterapi, Radioterapi)
kerongkongan
Perubahan status
Nyeri tulang kesehatan

Gangguan menelan

Mati rasa, lemah


Nafsu makan Ketidaktahuan
menurun Koping individu tidak
Intoleransi aktifitas efektif

BB menurun
Page 12 of 38
Ansietas
Perubahan nutrisi Kurang pengetahuan
kurang dari kebutuhan Gangguan konsep diri;
G. Daftar Pustaka (Sumber Reference)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan jasmani
Pemeriksaan jasmani harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil yang
didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan. Tumor paru
ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada
pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai
akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan memberikan
hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan data untuk
penentuan stage penyakit, tumor diluar paru. Metastasis ke organ lain juga dapat
dideteksi dengan perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi
peninggian tekanan intrakranial dan terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis ke
tulang

2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak
dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan
stadium penyakit.
a. Foto toraks :
Pada pemeriksaan foto toraks lateral akan dapat dilihat bila masa tumor dengan
ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang
ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dan lain-lain. Pada foto tumor juga
dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar dan metastasis
intrapulmoner. Bila foto toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas harus
diikuti dengan pengosongan isi pleura dengan punksi berulang atau pemasangan WSD
dan ulangan foto toraks agar bila ada tumor primer dapat diperlihatkan. Keganasan harus
difikirkan bila cairan bersifat produktif, dan atau cairan serohemoragik.
b. CT-Scan toraks :
Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik
daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1
cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar
secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial,
atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan
dinding dada meski tanpa gejala.
c. Pemeriksaan radiologik lain :
Kekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi
telah terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain,
misalnya Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala ataupun jaringan otak,
bone scan atau bone survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh jaringan tulang tubuh.
USG abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ
lain dalam rongga perut.
3. Pemeriksaan khusus
a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat
dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada
tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan
mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-
benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal
sebaiknya di ikuti dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan
atau kerokan bronkus.
b. Biopsi aspirasi jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena
amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan
biopsi aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil
negatif.
c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi
jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan informasi ganda, yakni didapat bahan
untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.
d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik
maka biopsi paru lewat bronkus (TBLB) harus dilakukan.
Page 14 of 38
e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan
flouroscopic angiography. Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral
dapat dilakukan TTB dengan tuntunan CTscan.
f. Biopsi lain
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau teraba
masa yang dapat terlihat superfisial. Biopsi KBG harus dilakukan bila teraba
pembesaran KGB supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis
sitologi/histologi tumor primer di paru belum diketahui. Biopsi Daniels dianjurkan
bila tidak jelas terlihat pembesaran KGB suparaklavikula dan cara lain tidak
menghasilkan informasi tentang jenis sel kanker. Punksi dan biopsi pleura harus
dilakukan jika ada efusi pleura.
g. Torakoskopi medik
Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura viseralis,
pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi.
h. Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah.
Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering
dan tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat.
Dengan bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat
ditingkatkan. Semua bahan yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus
dikirim ke laboratorium Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi.
Bahan berupa cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu
difiksasi dengan alkohol absolut atau minimal alkohol 90%. Semua bahan jaringan
harus difiksasi dalamformalin 4% .
4. Pemeriksaan invasif lain
Pada kasus kasus yang rumit terkadang tindakan invasif seperti Torakoskopi
dan tindakan bedah mediastinoskopi, torakoskopi, torakotomi eksplorasi dan biopsi
paru terbuka dibutuhkan agar diagnosis dapat ditegakkan. Tindakan ini merupakan
pilihan terakhir bila dari semua cara pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosis
histologis / patologis tidak dapat ditegakkan.
5. Pemeriksaan lain
a. Petanda Tumor

Page 15 of 38
Petanda tumor yang telah, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya tidak
dapat digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil
pengobatan.
b. Pemeriksaan biologi molekuler
Pemeriksaan biologi molekuler telah semakin berkembang, cara paling
sederhana dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait dengan
kanker paru,seperti protein p53, bcl2, dan lainya. Manfaat utama dari pemeriksaan
biologi molekuler adalah menentukan prognosis penyakit.

I. Penatalaksanaan
Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-modaliti terapi).
Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya diharapkan pada jenis histologis,
derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga kondisi non-medisseperti fasiliti yang
dimilikirumah sakit dan ekonomi penderita juga merupakan faktor yang amat menentukan.
Menurut Persatuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia penatalaksanaan atau pengobatan
utama penyakit kanker meliputi empat macam yaitu pembedahan, kemoterapi, pengobatan
lain dan rehabilitasi.
1. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk kanker paru karsinoma sel kecil
stadium I dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality therapy”,
misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk kanker paru karsinoma sel kecil stadium IIIA.
Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker
paru dengan sindroma vena kava superiror berat. Prinsip pembedahan adalah sedapat
mungkin tumor direseksi lengkap berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi
maupun pneumonektomi. Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru
tidak cukup untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku untuk memastikan
bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum diambil dengan diseksi
sistematis, serta diperiksa secara patologi anatomis .
2. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan utama untuk kanker paru karsinoma sel kecil dan
beberapa tahun sebelumnya diberikan sebagai terapi paliatif untuk kanker paru karsinoma
bukan sel kecil stage lanjut. Tujuan pemberian kemoterapi paliatif adalah mengurangi atau
menghilangkan gejala yang diakibatkan oleh perkembangan sel kanker tersebut sehingga
diharapkan akan dapat meningkatkan kualiti hidup penderita. Tetapi akhir-akhir ini berbagai

Page 16 of 38
penelitian telah memperlihatkan manfaat kemoterapi untuk KPKBSK sebagai upaya
memperbaiki prognosis, baik 3 sebagai modaliti tunggal maupun bersama modaliti lain, yaitu
radioterapi dan/atau pembedahan. Indikasi pemberian kemoterapi pada kanker paru ialah:
1. Penderita kanker paru jenis karsinoma sel kecil tanpa atau dengan gejala.
2. Penderita kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil yang inoperabel (stage IIIB
& IV), jika memenuhi syarat dapat dikombinasi dengan radioterapi, secara
konkuren, sekuensial atau alternating kemoradioterapi.
3. Kemoterapi adjuvan yaitu kemoterapi pada penderita kanker paru jenis karsinoma
bukan sel kecil (KPKBSK) stage I, II dan III yang telah dibedah.
4. Kemoterapi neoadjuvan yaitu kemoterapi pada penderita stage IIIA dan beberapa
kasus stage IIIB yang akan menjalani pembedahan. Dalam hal ini kemoterapi
merupakan bagian terapi multimodaliti.
3. Pengobatan lain
Pengobatan lain yang dapat dilakukan kepada penderita kanker paru adalah
Imunoterapi, Hormonoterapi dan Terapi Gen. Namun untuk ketiga pengobatan ini masih
dalam tahap ujicoba dan belum dipakai secara luas di Indonesia.
4. Rehabilitasi
Penderita kanker yang menjadi cacat karena komplikasi penyakitnya atau karena
pengobatan kanker, perlu direhabilitasi untuk mengembalikan bentuk dan/atau fungsi organ
yang cacat itu supaya penderita dapat hidup dengan layak dan wajar di masyarakat. Ada
bermacam-macam rehabilitasi yang perlu dilakukan seperti rehabilitasi mental, rehabilitasi
pekerjaan, rehabilitasi sosial dan lain-lain (Sukardja, 2000).
a. Rehabilitasi mental
Penderita kanker paru yang mengetahui dirinya mengidap kanker dapat menjadi
stres dan merasa ia cepat mati dalam keadaan yang menyedihkan, ia juga merasa dirinya
tidak berguna lagi untuk hidup yang hanya memberatkan beban keluarganya. Depresi
mental yang dihadapi penderita kanker dan juga keluarganya umumnya disebabkan
kurang pengertiannya terhadap kanker atau karena salah persepsi akan penyakit kanker
paru itu. Untuk mengatasi depresi mental itu, perlu penderita dan atau kelurganya diberi
bimbingan mental dan penyuluhan tentang penyakit kanker itu. Kalau perlu dengan
bantuan seorang psikolog, ahli agama, atau tokoh masyarakat. Penderita perlu diketahui
bahwa sebenarnya penyakit kanker dapat disembuhkan asal saja dapat diobati pada
stadium dini. Bila tidak dapat disembuhkan lagi perlu pula diberitahu bagaimana

Page 17 of 38
sebaiknya ia hidup dengan kanker, dan diajar bagaimana menyesuaikan kehidupan
dirinya dengan penyakit kanker yang dideritanya dan kenyataan yang dihadapinya.
b. Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi penting agar penderita setelah pulang dari rumah sakit dapat hidup
kembali secara normal di masyarakat, dapat hidup mandiri di lingkungan keluarga dan
masyarakat secara wajar. Masyarakat juga perlu dipersiapkan agar dapat menerima
penderita.
c. Rehabilitasi Pekerjaan
Setelah penderita pulang dari rumah sakit dan terbebas dari penyakit kanker yang
dideritanya, diharapkan dapat bekerja lagi di masyarakat dengan normal seperti
sediakala. Bila tidak mungkin dapat lagi bekerja seperti sedia kala, penderita diberi
bimbingan dan latihan kerja (vocational training), supaya dapat bekerja dengan
pekerjaan lain sesuai dengan keadaan fisik dan mentalnya
J. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS)
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler d.d pola napas
berubah d.d tidak mampu batuk (D.0001)
b. Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d pembedahan d.d mual d.d distensi
abdomen d.d nyeri (D.0021)
c. Resiko disfungsi motilitas gastrointestinal b.d pembedahan abdomen (D.0033)
d. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d efek samping prosedur (pemebdahan)
d.d mual d.d muntah (D.0037)

K. Diagnosis Keperawatan (SDKI)


Data (Tanda Penyebab Masalah Diagnose
mayor & minor) keperawatan keperawatan
DS: Disfungsi Bersihan jalan Bersihan jalan
DO: neuromuskuler napas tidak napas tidak efektif
- Tidak efektif b.d disfungsi
mampu batuk neuromuskuler
- Pola napas d.d pola napas
berubah berubah d.d tidak
- Frekuensi mampu batuk
napas (D.0001)

Page 18 of 38
berubah
DS: Pembedahan Disfungsi Disfungsi
motilitas motilitas
DO: gastrointestin gastrointestinal
- Merasa al b.d pembedahan
mual d.d mual d.d
- Distensi distensi abdomen
abdomen d.d nyeri (D.0021)
- Residu
lambung
meningkat
/menurun
- Nyeri
- Suara
peristaltik
berubah

DS: Pembedahan Resiko Resiko disfungsi


motilitas
DO: abdomen disfungsi
gastrointestinal
motilitas b.d pembedahan
abdomen
gastrointestin
(D.0033)
al
DS: Efek samping Resiko Resiko
DO: prosedur ketidakseimba ketidakseimbanga
- Mual (pembedahan) ngan elektrolit n elektrolit b.d
- Muntah efek samping
prosedur
(pemebdahan) d.d
mual d.d muntah
(D.0037)

L. Luaran Keperawatan (SLKI)


M. Intervensi Keperawatan (SIKI)
Diagnosa Luaran Intervensi

Page 19 of 38
keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
napas tidak
tindakan (1.15506)
efektif b.d
keperawatan Observasi
disfungsi
neuromuskuler selama 1x24 jam - Identifikasi penyebab
d.d pola napas
“Termogulasi hipertermia
berubah d.d
(L.14134)” - Monitor suhu tubuh
tidak mampu
batuk (D.0001) membaik dengan - Monitor kadar elektralit

kriteria hasil: - Monitor haluaran urine

- Monitor komplikasi
1. Suhu tubuh
akibat hipertermia
membaik
2. Vasokontriksi Terapeutik
perifer menurun
- Sediakan lingkungan
3. Takikardi
yang dingin
menurun
- Longgarkan atau

lepaskan pakaian

- Basahi dan kipasi

permukaan tubuh

- Berikan cairan oral

- Hindari pemberian

antipiretik atau aspirin

Edukasi

- Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian

Page 20 of 38
cairan dan elektrolit

intravena
2 Disfungsi Setelah dilakukan Manajemen Muntah
motilitas
tindakan (1.03118)
gastrointestinal
keperawatan Observasi
b.d pembedahan
d.d mual d.d selama 1x24 jam - Identifikasi
distensi
“Tingkat Nausea karakteristik muntah
abdomen d.d
(L.08065)” (mis. Warna,
nyeri (D.0021)
menurun dengan konsistensi, adanya

kriteria hasil: darah, waktu, frekuensi,

1. Keluhan mual durasi)

menurun - Periksa volume muntah

2. Takikardi - Identifikasi penyebab

membaik muntah

3. Sensasi panas - Monitor keseimbangan

menurun cairan dan elektrolit

Terapeutik

- Kurangi atau hilangkan

keadaan penyebab

muntah

- Atur posisi untuk

mencegah aspirasi

- Pertahankan kepatenan

jalan napas

Edukasi

Page 21 of 38
- Anjurkan

memperbanyak istrahat

- Ajarkan penggunaan

Teknik nonfarmakologis

untuk mengelola

muntah

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian

antiemetic jika perlu


3 Resiko disfungsi Setelah dilakukan Manajemen Nyeri

motilitas tindakan (1.08238)

gastrointestinal keperawatan Observasi


- Identifikasi,
b.d pembedahan selama 1x24 jam “
karakteristik, durasi,
abdomen Tingkat Nyeri
frekuensi, kualitas,
(D.0033) (L.08066)”
intensitas nyeri
menurun dengan
- Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil:
Terapeutik
1. Keluhan nyeri
- Berikan teknik non
menurun
farmakologis untuk
2. Mual menurun
mengurangi rasa nyeri
3. Muntah
(aromaterapi, terapi
menurun
musik)
4. Pola napas
- Fasilitasi istrirahat tidur
membaik
Edukasi
5. Anoreksia
- Jelaskan penyebab,

Page 22 of 38
menurun periode, dan pemicu

nyeri

- Jelaskanstrategimeredak

annyeri

Kolaborasi
- Kolaborasikanpemberia

n analgesic ranitidine

danketorolac
4 Resiko Setelah dilakukan Edukasi Termogulasi
Termogulasi (1.12457)
tindakan
Tidak Efektif b/d
keperawatan Observasi
Proses penyakit
selama 1x24 jam - Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
“Termogulasi
menerima informasi
(L.14134)”
Terapeutik
membaik dengan
- Sediakan materi dan
kriteria hasil: media Pendidikan
kesehatan
1. Suhu tubuh - Jadwalkan Pendidikan
membaik kesehatan sesuai
2. Vasokontriksi kesepakatan

perifer menurun - Berikan kesempatan

3. Takikardi bertanya

menurun Edukasi

- Ajarkan kompres
hangat
- Ajarkan cara
pengukuran suhu
- Anjurkan penggunaan

Page 23 of 38
pakaian yang dapat
menyerap keringat
- Anjurkan membanyak
minum

BAB II. CASE REPORT

A. Judul Case Report

Page 24 of 38
B. Isi Case Report
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)

Page 25 of 38
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian (Focus Assesement)


1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn X
Umur : 60 th
Agama :-
Alamat : Sinhala, Sri Lanka
2. Keluhan Utama
a. keluhan utama saat masuk rumah sakit:
mengalami demam selama 4 hari
b. keluhan Utama saat pengkajian:
Saat masuk, ia mengalami pusing postural, mual, muntah, dan nyeri perut
kanan atas dengan anoreksia parah
c. riwayat kesehatan sekarang
Dia datang pada hari keempat penyakit demam akut dengan artralgia,
mialgia, nyeri retro-orbital, dan sakit kepala. Saat masuk, ia mengalami
pusing postural, mual, muntah, dan nyeri perut kanan atas dengan anoreksia
parah. Dia sebelumnya tampaknya baik-baik saja dan bukan perokok dan
konsumen non-etanol.
d. riwayat kesehatan yang dulu
e. riwayat kesehatan keluarga
3. Diagnosa Medis
Peritonitis
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
Pasien berorientasi pada waktu, tempat dan orang, tetapi bingung
b. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital:

TD : 100/60 mmHg S : 36,60C


N : 108x/menit CRT : < 2 detik
c. Pemeriksaan wajah:
Mata: simetris (+), oedem (-), peradangan (-), luka (-), benjolan (-),
konjungtiva (anemis). Lainnya: sedikit icterus tercatat di sklera
d. Pemeriksaan kepala dan leher:
e. Kepala: kesimetrisan (+), hidocepalus (-), luka (-), pendarahan (-), trepanasi
(-). Lainnya: nyeri retro-orbital
f. Pemeriksaan thoraks / dada
Pemeriksaan paru

Page 26 of 38
- Auskultasi: Bunyi nafas yang berkurang di dasar paru kanan tetapi
bidang paru yang lain normal
g. Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi: tidak ada gerakan perut, tidak ada cedera dan memar di
bagian luar
- Auskultasi: bising usus (-)
- Palpasi: nyeri tekan menyeluruh semua kuadran abdomen
- Perkusi: bunyi timpani (+)

5. Pemeriksaan Penunjang
- Dilakukan foto rontgen dada yang menunjukkkan gas dibawah
diagfragma.
- Dilakukan USG menunjukkan asites sedang dengan loop usus melebar.

B. Analisa Data
Data (Tanda Penyebab Masalah Diagnose
mayor & minor) keperawatan keperawatan
DS: Agen Pencedera Nyeri Akut Nyeri akut b.d
DO: Fisiologis (Distensi agen pencedera
- Frekuensi Abdomen) fisiologis
nadi (distensi
meningkat abdomen)
P: (D.0077)
Q:
R: nyeri tekan
menyeluruh
semua
kuadran
abdomen
S: 8/10
T:
DS: Pembedahan Disfungsi Disfungsi
motilitas motilitas
DO: gastrointestin gastrointestinal
- Merasa al b.d pembedahan
mual d.d mual d.d
- Distensi distensi

Page 27 of 38
abdomen abdomen d.d
- Residu nyeri (D.0021)
lambung
meningkat
- Nyeri
- Suara
peristaltik
berubah

DS: Distensi lambung Nausea Nausea b.d


distensi lambung
DO:
d.d muntah
- Muntah (D.0076)
- Sensasi
panas
- Takikardi
DS: Sepsis Resiko Syok Resiko Syok d.d
sepsis d.d
DO:
hipotensi d.d
- Pasien hipoksemia
(D.0039)
mengalami
syok septik
- GCS 10/15
- N: 108
x/menit
- RR:
26x/menit
- TD:100/60
- PO: 84%

C. Diagnosis Keperawatan (SDKI)


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (distensi abdomen) (D.0077)
2. Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d pembedahan d.d mual d.d distensi
abdomen d.d nyeri (D.0021)
3. Nausea b.d distensi lambung d.d muntah (D.0076)
4. Resiko Syok d.d sepsis d.d hipotensi d.d hipoksemia (D.0039)

Page 28 of 38
D. Luaran Keperawatan (SLKI)

E. Intervensi Keperawatan (SIKI)


Diagnosa Luaran Intervensi

keperawatan
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
agen pencedera (1.08238)
tindakan
fisiologis
keperawatan Observasi
(distensi
- Identifikasi,
abdomen) selama 1x24 jam “
(D.0077) karakteristik, durasi,
Tingkat Nyeri
frekuensi, kualitas,
(L.08066)”
intensitas nyeri
menurun dengan
- Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil:
Terapeutik
1. Keluhan nyeri
- Berikan teknik non
menurun
farmakologis untuk
2. Muntah
mengurangi rasa nyeri
menurun
(aromaterapi, terapi
3. Pola napas
musik)
membaik
- Fasilitasi istrirahat tidur
4. Anoreksia
Edukasi
menurun
- Jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu

nyeri

- Jelaskanstrategimeredak

annyeri

Kolaborasi

Page 29 of 38
- Kolaborasikanpemberia

n analgesic ranitidine

danketorolac
2 Disfungsi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
motilitas
gastrointestinal tindakan (1.03119)
b.d pembedahan
d.d mual d.d keperawatan Observasi
distensi
- Identifikasi status
abdomen d.d selama 1x24 jam
nyeri (D.0021)
nutrisi
“Motilitas
- Identifikasi alergi dan
Gastrointestinal
intoleransi makanan
(L.03032)”
- Identifikasi makanan
membaik dengan
disukai
kriteria hasil:
- Identifikasi kebutuhan
1. Distensi
kalori dan jenis nutrien
abdomen
Terapeutik
membaik
- Berikan makan tingggi
2. muntah
kalori dan tinggi protein
menurun
- Fasilitasi menentukan
3. suara peristaltik
pedoman diet
menurun
- Sajikan makanan secara

menarik dan suhu yang

sesuai

- Berikan suplemen

makana

Kolaborasi

- Kolaborasikan

Page 30 of 38
pemberian medikasi

sebelum makan

- Kolaborasi dengan ahli

giji untuk menentukan

julah kalori dan jenis

nutrisi yang dibutuhkan


3 Nausea b.d Setelah dilakukan Manajemen Muntah
distensi lambung
d.d muntah tindakan (1.03118)
(D.0076)
keperawatan Observasi

selama 1x24 jam - Identifikasi

“Tingkat Nausea karakteristik muntah

(L.08065)” (mis. Warna,

menurun dengan konsistensi, adanya

kriteria hasil: darah, waktu, frekuensi,

4. Keluhan mual durasi)

menurun - Periksa volume muntah

5. Takikardi - Identifikasi penyebab

membaik muntah

Sensasi panas - Monitor keseimbangan

menurun cairan dan elektrolit

Terapeutik

- Kurangi atau hilangkan

keadaan penyebab

muntah

- Atur posisi untuk

Page 31 of 38
mencegah aspirasi

- Pertahankan kepatenan

jalan napas

Edukasi

- Anjurkan

memperbanyak istrahat

- Ajarkan penggunaan

Teknik nonfarmakologis

untuk mengelola

muntah

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian

antiemetic jika perlu


4 Resiko Syok d.d Setelah dilakukan Pencegahan Syok
sepsis d.d
hipotensi d.d tindakan (1.02068)
hipoksemia
(D.0039) keperawatan Observasi
- Monitor status
selama 1x24 jam
kardiopulmonal
“Tingkat Syok
( frekuensi dan kekuatan
(L.03032)”
nadi, TD)
menurun dengan
- Monitor status
kriteria hasil:
oksigenasi (oksigenasi
1. Tekanan darah
nadi)
sistolik membaik
- Monitor tingkat
2. Tekanan darah
diastolik kesadaran
membaik
Terapeutik

Page 32 of 38
3. Saturasi oksigen - Berikan oksigen untuk
meningkat
mempertahan kan
4. Tingkat
saturasi oksigen >94%
kesadaran
meningkat - Pasang jalur IV, jika

perlu

- Lakukan skin test untuk

mencegah reaksi alergi

Edukasi

- Jelaskan penyebab/

faktor resiko syok

- Jelaskan tanda dan

gejala awal syok

- Anjurkan

memperbanyak asupan

oral

Kolaborasi

- Kolaborasikan
pemberian IV
- Kolaborasi
pemberian
antiinflamasi

Intervensi sesuai EBN


Pada jurnal ini dilakukan 3 komponen dalam manajemen nyeri pada pasien post
operasi. Intervensi manajemen nyeri lebih dominan dilakukan dnegan pemberian terapi
farmakologi, evaluasi dan re-evaluasi dilakukan setelah pemberian terapi farmakologis
dan non-farmakologis.

Page 33 of 38
1. Tema 1 : komponen pengkajian nyeri yang adekuat dilakukan perawat pada
pasien post operasi dengan ventilasi mekanik. Komponen pengkajian nyeri yang
dilakukan perawat pada pasien post operasi dengan ventilasi mekanik dilakukan
sesuai dengan SPO atau panduan yang berlaku di rumah sakit khususnya ICU.
Hal ini didasarkan pada pernyataan partisipan sebagai berikut : “Pengkajian
nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik dilakukan dengan menggunakan
Critical-Care Pain Observasion Tool (CPOT) sesuai dengan SPO yang ada. Pasien
dengan ventilasi mekanik tidak mampu mengkomunikasikan kebutuhannya,
sehingga pengkajian nyeri dilakukan dengan menggunakan CPOT yang terdiri
dari beberapa parameter sesuai dengan panduan yang ada. Pengkajian nyeri
dilakukan dengan menggunakan CPOT dengan menilai perilaku pasien sesuai
dengan indikator penilaian.
2. Tema 2 : tindakan yang dilakukan perawat dalam manajemen nyeri pada pasien
post operasi dengan ventilasi mekanik. Manajemen nyeri yang dilakukan
perawat pada pasien post operasi dengan ventilasi mekanik lebih dominan
dilakukan dengan kolaborasi pemberian terapi farmakologi. Hal ini didasarkan
pada pernyataan partisipan sebagai berikut : “Manajemen nyeri pada pasien post
operasi dengan ventilasi mekanik sering dilakukan dengan kolaborasi pemberian
terapi farmakologi, sedangkan tindakan mandiri perawat dengan terapi non
farmakologi belum maksimal dilakukan. Pasien post operasi seringkali
mengalami gelisah karena kondisi penyakitnya atau adanya alat invasif yang
terpasang seperti ETT,drain, CVC maupun alat invasif lainnya sehingga pasien
cenderung ingin mencabut semua alat invasif tersebut. Oleh karena itu, perawat
memberikan restrain secara fisik atau dengan obat sedasi sesuai advis dokter.
Manajemen nyeri di ICU lebih dominan dilakukan dengan pemberian obat
analgetik atau sedasi sesuai dengan advis dokter. Selama ini, implementasi
mandiri yang sudah dilakukan perawat dengan menggunakan teknik relaksasi
nafas dalam dan distraksi dengan mendengarkan murottal .
3. Tema 3 : evaluasi dan re-assessment nyeri yang dilakukan perawat pada pasien
post operasi dengan ventilasi mekanik. Evaluasi dan re-evaluasi nyeri yang
dilakukan oleh perawat hanya dilakukan setelah pemberian terapi farmakologi.
Hal ini didasarkan pada pernyataan partisipan, yaitu : “Perawat melakukan
evaluasi nyeri setelah 30 menit setelah pemberian analgetik secara intravena,

Page 34 of 38
kemudian perawat melakukan evaluasi kembali skala nyeri dan hemodinamik
pasien setiap jam.”(P2) “Evaluasi nyeri pada pasien yang diberikan obat
analgetik titrasi seperti morphin dilakukan setelah 15 menit sampai dengan satu
jam setelah pemberian, kemudian re-evaluasi dilakukan setiap jam. Evaluasi
dilakukan segera setelah memberikan terapi relaksasi maupun distraksi pada
pasien, namun pemberian terapi non farmakologi tidak secara adekuat
menurunkan nyeri pada pasien post operasi dan terpasang ventilasi mekanik
(Rosma karinna, 2019).

Page 35 of 38
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)

Menganalisa 5 tindakan via Youtube yang sesuai dengan intervensi yang disusun dalam
askep sebagai pemantapan DOPS
1. Judul Tindakan Keperawatan Manajemen Nyeri
a) Definisi
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik atau emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi
menimbulkan kerusakan jaringan.
b) Tujuan Tindakan
Mengurangi atau menghilangkan nyeri pada pasien saat mengeluh nyeri
c) Prosedur Tindakan
- Minta klien duduk senyaman mungkin
- Intruksi kilen untuk bernafas dalam
- Intruksikan klien menghembuskan udara secara perlahan
- Pusatkan perhatian klien untuk mwnikmati rasanya
- Intruksikan klien untuk bernafas normal 1-2 menit
- Intruksikan klien untuk bernafas dalam dan hembuskan perlahan dan rasakan
- Pusatkan perhatian pada kakki dan tangan dan udara yang keluar rasakan
kehangatannya
- Instruksikan klien utuk mengulangi prosedur tersebut
- Setelah klien merasakan nyaman, minta klien menhembuskan nafas dengan
pernafasan dada dan abdomen
- Jika klien masih merasakan nyeri minta klien untuk melakukan pernafasan
dangkal.

d) Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?


v=EUquKkMcWX4&feature=emb_title
2. Judul Tindakan Keperawatan Terapi Oksigen
a) Definisi
Satu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi yang
dapat dilakukan dengan nasal kanul, simple mask, RBM mask dan NRBM mask
b) Tujuan Tindakan
- Mengatasi hiposemia/hipoksida
- Mempertahankan metabolisme dan meningkatkan oksigen
- Sebagai tindakan pengobatan

c) Prosedur Tindakan
- Cuci tangan
- Gunakan handscoen
- Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan
- Menghubungkan selang dari nasal kanul ke humidifier
- Memasang kanul pada hidung pasien
- Menetapkan kadar O2 sesuai dengan kebutuhan pasien

Page 36 of 38
- Fiksasi selang
d) Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=Z5uvtEk_xTI
3. Judul Tindakan Keperawatan
a) Definisi
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni dan bentuk yang
diorganisir sedemikian rupa sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk
kesehatan dan mental yang dapat menurunkan nyeri yang diderita oleh pasien
b) Tujuan Tindakan
Untuk mengurangi rasa nyeri
c) Prosedur Tindakan
1. Alat dan Bahan
a. Tape musik/ radio
b. CD musik
c. Headset
d. Alat-alat musik yang sesuai
2. Pasien diminta utuk duduk senyaman mungkin, lalu pasangkan headset di
telinga pasien
3. Terapi musik pasif dimana pasien mendengarkan musik dengan alunan nada,
ritme, harmoni dan juga bertempo rendah yang memiliki ketukan 60x/menit
d) Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=y9sMZm9Vxi4
4. Judul Tindakan Keperawatan Pijat Refleksi untuk menghilangkan rasa mual dan
muntah
a) Definisi
Pijat refleksi merupakan salah satu teknik pengobatan tradisional yang berasal
dari tiongkok dan Mesir. Bagian tangan dan kaki mengandung jutaan ujung saraf.
b) Tujuan Tindakan
Untuk mengatasi rasa mual dan muntah
c) Prosedur Tindakan
1. Tentukan titik yang mana dilakukan refleksi
2. Tekan ujung jari kaki ditekan selama 3-5 menit untuk satu kali terapi
dilakukan kaki kakan dan kiri
3. Tekan titik saraf serabut lambung min. 3-5 menit untuk satu kali terapi
dilakukan kaki kakan dan kiri
4. Titik selanjutnya pada area tangan pada tengah telapak tangan selama mi. 3-5
menit untuk satu kali terapi dilakukan tangan kakan dan kiri

d) Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=KDsgH7zjQo4


5. Judul Tindakan Keperawatan Manajemen nutrisi
a) Definisi
Defisit Nutrisi adalah ketidakcukupan asupan zat gizi dalam memenuhi
kebutuhan energi harian karena asupan makanan yang tidak memadai atau
karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan.
b) Tujuan Tindakan
Untuk memenuhi nutrisi yang kurang pada pasien

Page 37 of 38
c) Prosedur Tindakan
1. Mencuci tangan terlebih dahulu
2. Persiapan pasien
3. Bantu pasien duduk, setelah itu letakkan handuk di atas dada pasien
4. Lalu bantu pasien untuk makan

d) Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=NK6oflgPAcU

Page 38 of 38

Anda mungkin juga menyukai