Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN DESAIN INOVATIF PENGARUH TERAPI BERMAIN

PAPER TOYS TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSU


SANTO VINCENTIUS
SINGKAWANG

Disusun Oleh:
PETER YORDAN
PLORENTINA NOPITA
PUTRA ARDHANA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayanya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan desain inovatif
tentang “pengaruh terapi bermain paper toys terhadap hospitalisasi anak”. Saya
mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing dan Preceptor yang telah
membimbing dalam penyusunan proposal desain inovatif ini. Serta kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Dalam pembuatan proposal ini,
penulis menyadari masih banyak ada kekurangan baik dari isi materi maupun penyusunan
kalimat. Namun demikian,perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan
saran untuk menyempurnakan proposal desain inovatif sangat penulis harapkan. Akhirnya
penulis menyampaikan terimakasih .

Singkawang,
November 2021
Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep hospitalisasi .......................................................................................4
B. Tugas perkembangan anak usia pra sekolah.................................................4
C. Konsep bermain paper toys...............................................................................7
BAB III Metodologi
A. Topik..................................................................................................................10
B. Sub Topik...........................................................................................................10
C. Tujuan...............................................................................................................10
D. Pelaksanaan .......................................................................................................11
E. Setting...............................................................................................................11
F. Media/alat yang digunakan.................................................................................11
G. Prosedur Operasional.........................................................................................11
H. Referensi............................................................................................................12

BAB IV Laporan Kegiatan


A. Pelaksanaan Kegiatan......................................................................................14
B. Faktor pendukung...............................................................................................15
C. Faktor penghambat ............................................................................................15

BAB V Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan........................................................................................................16

ii
B. Saran .................................................................................................................16

DAFTAR PUTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia prasekolah merupakan masa kanak-kanak awal yaitu


pada usia 3-6 tahun, dimana pada usia tersebut anak memandang
hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan. Ketika anak
menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya ia akan dilarang untuk
banyak bergerak dan harus banyak beristirahat, sehingga hal tersebut
dapat meningkatkan kecemasan pada anak(Arifin, Udiyani, & Rini, 2018).
Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan di rumah sakit karena
suatu alasan yang berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk
tinggal dirumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan
kembali ke rumah (Arifin et al., 2018).
Anak-anak usia prasekolah dapat bereaksi terhadap hospitalisasi
sebelum mereka masuk, selama hospitalisasi, dan setelah pulang dari
rumah sakit. Stres hospitalisasi pada anak lebih penting dan diperhatikan
faktor resikonya dibandingkan dengan yang lainnya. Dampak hospitalisasi
dari anak contohnya gangguan emosional jangka panjang. Gangguan
emosional ini menyangkut lamanya dirawat di rumah sakit. Selain itu
jumlah masuk ke rumah sakit juga dapat mempengaruhi gangguan
emosional. Adapun dampak hospitalisasi lainnya pada anak yaitu salah
satunya gangguan perkembangan (Utami, 2014).
Seorang anak yang sakit yang mengharuskan anak untuk dirawat
di rumah sakit akan membuat anak dan orang tua tidak hanya dihadapkan
pada masalah kesehatan fisik anak saja tetapi juga psikologis karena baik
anak maupun orang tua harus beradaptasi dengan lingkungan yang asing.
Hospitalisasi dapat menimbulkan reaksi pada anak yang berdampak pada

1
2

perawatan anak di rumah sakit, yaitu reaksi dalam bentuk


kecemasan ringan sampai dengan berat yang akan mempengaruhi proses
penyembuhan anak selama perawatan di rumah sakit (Marnai, Ambarwati,
& Hapsari, 2018).
Dimasa pra sekolah anak mengalami perkembangan yang berbeda-
beda dengan yang lain, dimasa seperti ini anak mengalami perubahan
tinggi badan, berat badan, perkembangan motorik kasar dan perkembangan
motorik halus. Di usia prasekolah anak lebih aktif dalam motorik kasarnya
misal berlari, melompat- lompat, sepak bola dan lain-lain, disaat seperti
inilah dibutuhkan stimulasi perkembangan motorik halusnya seperti
menggambar, menulis, dan melukis(Misa 2016).
Anak saat diberikan tugas oleh gurunya belum bisa menirunya dengan
rapi (Chollies, 2016). Anak tidak mau menuliskan nama dibuku tugasnya.
Dan anak masih minta bantuan gurunya saat mengerjakan tugas yang
diberikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masih terdapat
permasalahan perkembangan motorik halus yang perlu diatasi. Anak usia
prasekolah adalah anak yang berusia antara usia 3-6 tahun, serta biasanya
sudah mulain mengikuti program preschool (Dewi, Oktiawati, Saputra,
2018)
Terapi bermain adalah bentuk pengalaman bermain yang
direncanakan sebelum anak menghadapi tindakan keperawatan untuk
membantu koping mereka terhadap kecemasan, ketakutan dan
mengajarkan kepada mereka tentang tindakan keperawatan yang dilakukan
selama hospitalisasi. Bermain dapat dilakukan oleh anak sehat maupun
sakit. Walaupun anak sedang dalam keadaan sakit tetapi kebutuhan akan
bermainnya tetap ada. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Jika dilakukan terapi bermain dapat
menimbulkan dampak positif bagi anak yang mengalami hospitalisasi.
3

Contohnya bisa menumbuhkan semua aspek perkembangan anak. Melalui


seluruh emosi, perasaan, dan pikiran yang disalurkan melalui bermain
dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilan motorik anak,
sehingga bisa menjadi lebih sehat dan cerdas (Asmarawanti & Lustyawati,
2018).
Paper toys adalah salah satu bentuk permainan berupa bahan dasar
kertas yang dicetak dalam berbagai ukuran yang didesain untuk sebuah
hasil atau produk berupa bantuan dua atau tiga dimensi. dengan
menggunakan prinsip bangun ruang sehingga menghasilkan karakter yang
diharapkan (Ginting, 2010)
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dengan waktu 2 kali pertemuan
dengan waktu 30 menit setiap pertemuan menggunakan 2 macam bentuk
Paper toys yang sesuai dengan perkembangan motorik halus anak dan anak
telah mampu melipat kertas dengan berbagai macam bentuk dan dapat
mengeskpresikan imajinasi lewat hasil mainan yang telah dibuatnya sendiri
sehingga kemampuan anak meningkat lebih baik (Anggi, 2017).

B. Tujuan

Tujuan dari desain inovatif ini adalah untuk dapat mengetahui perubahan anak setelah
diberikan terapi bermain paper toys .
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang berencana


atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses
tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut
beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan
penuh dengan stres. Perasaan yang sering muncul yaitu cemas, marah, sedih, takut
dan rasa bersalah (Wulandari & Erawati, 2016). Hospitalisasi adalah suatu keadaan
krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi
karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu
rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik
terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Oktiawati, Khodijah, Setyaningrum,
& Dewi, 2017).
Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus
dihadapi anak. Anak-anak sangat rentang terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi
karena stres akibat perubahan dan keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan dan
anak memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan
stressor (kejadian-kejadian yang menimbulkan stres). Stres utama dari hospitalisasi
adalah perpisahan, kehilangan kendali. Reaksi anak terhadap krisis-krisis tersebut
dipengaruhi oleh usia perkembangan mereka, pengalaman mereka sebelumnya
dengan penyakit, perpisahan atau hospitalisasi (Oktiawati et al., 2017).

B. Tugas perkembangan anak usia pra sekolah

a.Perkembangan Fisik

Pada pertumbuhan masa prasekolah pada anak pertumbuhan fisiknya


khususnya berat badan mengalami kenaikanpertahunya rata-rata 2 kg,
kelihatan kurus akan tetapi aktivitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh
sudah mencapai kematangan seperti berjalan, melompat, dan lai-lain. Pada
pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak akan bertambah rata-rata
6,75-7,5 centi meter setiap tahunnya (Hidayat, 2007).

4
5

b.Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan


halus. Motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot
- otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering menumbuhkan
kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup
pemamfaatan menggunakan alat-alat untuk menggunakan suatu objek.
Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan
keseimbangan dan oordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan
otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Perkembangan
motorik kasar adalah perkembangan gerak tubuh yang menggunakan otot-
otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi
oleh kematangan anak itu sendiri (Nursalam, 2017).
Keterampilan motorik kasar pada anak usia 3-6 tahun sudah dapat
melompat dengan satu kaki, melompat dan berlari lebih lancar,
mengembangkan kemampuan olah raga seperti meluncur dan berenang anak
usia prasekolah dapat mengendarai sepeda roda 3, menaiki tangga dengan
kaki bergantian berdiri satu kaki selama beberapa menit, melompat dengan
satu kaki, menuruni tangga dengan kaki bergantian pada usia 4 tahun
melompati tali, dan berdiri seimbang dengan satu kaki dan mata tertututp
pada usia5 tahun. Keterampilan motorik halus dapat merekatkan sepatu,
dapat membuat jembatan dengan 3 balok, mengancingkan baju sendiri,
makan sendiri, dapat makan dengan menggunakan sendok dan garpu,
mengoleskan selai ke roti dengan menggunakan pisau, menuangkan air
minum ke dalam gelas, mandi sendiri, menggunakan gayung saat mandi,
dan dapat ke toilet sendiri (Muscari, 2017).
6

c. Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah

Perkembangan bahasa mampu menyebutkan hingga empat gambar,


hingga empat warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung,
menggunakan bunyi untuk mengidentifiasi objek, orang dan aktivitas,
meniru berbagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespon terhadap
panggilan dan orang-orang anggota keluarga terdekat (Hidayat, 2015). Rata-
rata anak usia 3 tahun mengucapkan 900 kata, berbicara kalimat dengan 3-4
kata dan berbicara terus menerus. Rata-rata usia anak 4 tahun mengucapkan
1500 kata, mengatakan cerita yang berlebih lebihan, dan bernyanyi yang
sederhana. Rata-rata usia 5 tahun dapat mengucapkan 2100, mengetahui
4warna atau lebihdan dapat menamakan hari-hari dalam 1 minggu dan bulan
(Muscari, 2017).
d. Perkembangan Adaptasi Sosial

Perkembangan adaptasi sosial dapat bermain dengan permainan


sederhana. Menangis jika dimarahi, membuat permainan sederhana,
membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan
peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga
(Hidayat, 2017).
7

e. Perkembangan motorik halus

Menurut Dini P dan Daeng Sari (2018) motorik halus adalah aktivitas

motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus gerakan ini menuntut

koordinasi mata dan tangan serta pengendalian gerak yang baik yang

memungkinkannya melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerak.

Gerakan motorik halus mempunyai peranan yang sangat penting, motorik

halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang

dilakukan oleh otot-otot kecil saja. Oleh karena itu gerakian didalam motorik

halus tidak membutuhkan tenaga akan tetapi membutuhkan koordinhasi yang

cermat serta teliti (Depdiknas, 2017)

Yudha M Saputra dan Rudyanto (2018) menjelaskan bahwa motorik halus

adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus

(kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok

dan memasukkan kelereng. Sedangkan menurut Kartini Kartono (2017) motorik

halus adalah ketangkasan, keterampilan, jari tangan dan pergelangan tangan serta

penugasan terhadap otot-otot urat pada wajah.

Menurut Lindya (2018) motorik halus yaitu aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan pada bagian-bagian tubuh

tertentu saja dan dilakukan oleh otot–otot kecil tetapi memerlukan koordinasi

yang cermat.

C.Konsep bermain paper toys

Menurut Plato, anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatik dengan cara

membagikan apel kepada anak-anak. Juga melalui pemberian alat permainan

miniatur balok-balok pada anak usia tiga tahun pada akhirnya akan mengantar

anak tersebut menjadi seseorang ahli bangunan. Filsuf lainnya, aristoteles


8
berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang

akan mereka tekuni di masa dewasa nanti. Kemudian tokoh reformasi dalam

bidang pendidikan, yaitu frobel, menekankan pentingnya bermain dalam belajar

karena berdasarkan pengalamannya sebagai guru, dia menyadari bahwa kegiatan

bermain maupun mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik

perhatian serta mengembangkan pengetahuan mereka. Jadi Plato Aristoteles, dan

Frobel menganggap bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis,

artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan ketrampilan dan

kemampuan tertentu pada anak (Tedjasaputra, 2017)

Bermain adalah unsur yang menemukan cara menyelesaikan tugas-tugas

dalam bermain. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak,

baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas, maupun sosial. Anak yang

mendapatkan kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang

mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa

kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain (Soetjiningsih, 2018).

a. Definisi paper toys

Papertoys merupakan kategori laen dari jenis papercraft. Papertoys

merupakan sebuah gambaran berbagai mainan lucu yang terbuat dari kertas dalam

bentuk tiga dimensi. Perakitan papertoys tidak mudah membutuhkan ketelitian

serta imajinasi yang tinggi.

Papertoys memiliki bentuk model yang sederhana namun sangat

menonjolkan desain pada model itu sendiri, papertoys lebih kearah karakter

kartun yang dibuat lebih sederhana dan lucu.


9

b. Manfaat papertoys

Anang irawan (2017) desainer dan peneliti, membuat suatu bentuk papertoys
merupakan hobi yang positif. Karena mayoritas orang lebih suka menghabiskan
waktu dengan hal-hal yang tidak efektif. Papertoys biasanya jadi alternatif pengisi
waktu luang untuk berbagai kalangan usia, dan sangat bermanfaat. Manfaat dari
mendesain dan membuat papertoys:
1. Mengembangkan kreatifitas dan kepekaan terhadap seni.

2. Melatih untuk berfikir sistematis. Dalam membentuk

papertoys dilatih untuk berfikir bagian mana yang dikerjakan

terlebih dahulu

3. Melatih kesabaran. Karena perakitan papertoys memerlukan

waktu dan proses

4. Melatih ketelitian, logika, dan motorik halus dari bentuk 3D.

5. Lebih ekonomis karena karena menggunakan kertas

6. Mengembangkan imajinasi, dapat dibentuk sesuai dengan keinginan

7. Meningkatkan pemahaman 3D suatu objek, karena dengan

membuat papertoys dilatih untuk mengimajinasikan 3D suatu

objek yang masih berupa pola 2D atau latihan membuat objek

3D dari objek 2D

8. Mendapat sensasi kepuasan setelah menyelesaikan papertoys.


BAB III
METODOLOGI

A.Topik
a. pengaruh terapi bermain paper toys terhadap motorik halus dan stress pada anak

B. Sub Topik
a. Mengidentifikasi pengaruh terapi bermain sebelum dilakukan terapi bermain paper
toys
b. Mengidentifikasi pengaruh terapi bermain setelah dilakukan terapi bermain paper
toys

C. Tujuan
1. Umum
untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain paper
toys terhadap anak

2. Khusus
a. Mengidentifikasi sebelum dilakukan terapi bermain paper toys
b. Mengidentifikasi pengaruh setelah dilakukan terapi bermain paper toys

10
11

D. Pelaksanaan
1. Tanggal : 8 November 2021

E. Setting
Bangsal Santa Agnes, RSU Santo Vincentius

F. Media / Alat Yang Digunakan

1. Kertas Paper Toys yang sudah di desain

G. Prosedur Operasional Yang Dilakukan


Mengajak anak bermain Paper Toys dalam 1 x pertemuan selama 15 menit, anak
didampingi orang tua diminta untuk merancang dari Paper Toys yang diberikan agar paper
Toys tersebut menjadi bentuk yang sempurna
12

H.Referensi

No Penelitian Desain/seleksi Intervensi Hasil temuan/kesimpulan


Sampel responden

1. Dwi . Jumlah sampel Metode penelitian ini Pada pada kelompok Berdasarkan temuan dan pembahasan
Nurjannah pada penelitian ini adalah penelitian intervensi anak diajak hasil penelitian “Peningkatan
16 orang siswa TK tindakan model bermain Paper Toys dan Kemampuan Motorik Halus melalui
Kemmis dan Taggart diminta untuk menyatukan Kegiatan Bermain Papercraft di
melalui dua siklus, bentuk desain paper toys Kelompok A TK Alam Rizkia,
meliputi: perencanaan, yang diberikan Cimpaeun-Tapos, Depok tahun 2017”,
tindakan dan menyimpulkan pelaksanaan kegiatan
observasi, serta papercraft dapat meningkatkan
refleksi. kemampuan motorik halus anak
kelompok A TK Alam Rizkia. Pada
siklus satu sampai kedua dilakukan
selama 1-2 kali pertemuan.
13

2 Cut Ainin Desain penelitian Populasi dalam Pada penelitian ini anak dapat dilihat bahwa terapi bermain paper
Fitriana Mahar yang digunakan adalah berjumlah 36 diberikan intervensi untuk toys mempunyai pengaruh yang signifikan
adalah quasy anak merancang paper toys terhadap peningkatan kemampuan motorik
experimental. anak retardasi mental dengan hasil analisis
statistik Wilcoxon Signed Rank Test
didapatkan nilai signifikan ρ = 0,035 pada
motorik halus
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A.Pelaksanaan

Ada pengaruh terapi bermain paper toys terhadap hospitalisasi anak, saat
sebelum dilakukan terapi bermain paper Toys pada tanggal 9 November anak terlihat
menangis gelisah,takut saat melihat perawat ,dan orangtua anak nampak menenangkan
anak dengan bermain gadget yang lebih memiliki efek negatif, Setelah dilakukan terapi
bermain raut wajah pasien lebih ceria, pasien terlihat lebih asik bermain dengan perawat
,Hal ini didukung oleh penelitian Dwi Nurjannah tahun 2018 yang menjelaskan Secara
psikologis kegiatan bermain papercraft merupakan kegiatan yang menyenangkan dan
sesuai dengan dunia anak. Kegiatan ini dikemas melalui kegiatan yang menyenangkan
dengan melibatkan anak secara langsung. Dengan demikian, anak terlihat langsung pada
setiap permainan dan membuat anak terasa lebih menarik.

Selama bermain paper toys tampak anak berfikir dan mencoba menemukan
solusi dalam menempelkan kertas tersebut hal ini melatih Motorik halus pada anak,
Salah satu bentuk keuntungan pemberian permainan paper toys adalah meningkatkan
ketrampilan dan kreativitas anak sehingga perkembangan anak akan semakin terasah.
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa anak yang memperoleh banyak stimulasi atau
rangsangan itu diperoleh (Dwi Nurjannah 2018)

Trauma rasa takut pada anak juga berkurang karena dengan menerapkan terapi
bermain ,sang anak akan menganggap perawat seolah olah teman sebayanya,hal ini
sejalan dengan penelitian wong 2018 terapi bermain merupakan terapi yang diberikan
untuk mengatasi trauma hospitalisasi, ketakutan sehingga anak dapat mengenal
lingkungan,mengekpresikan perasaannya ,termasuk gelisah,kecemasan sambil mengenal
perawatan dan prosedur yang dilakukan.

Dalam pelaksanaan terapi bermain paper toys ini melibatkan orangtua karna

14
14

peranan orang tua dapat meningkatkan efektivitas terapi, hal ini sejalan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Sue C.Bratton,Dee Ray,Tammy Rhine ,dan Leslie Jones
(2017) dengan judul “The Efficacy of Play Thrapy With Children:A Meta-Analytic
review of reatmen Outcomes”, Hasilnya menunjukan bahwa dari 93 studi terkontrol
bahwa terapi bermain efektif sebagai intervensi positif yang akan lebih efektif jika
melibatkan orangtua di dalamnya.
15

B.Faktor pendukung

1. Tingkat pengetahuan orang tua


Orangtua yang mendukung untuk dilakukannya terapi bermain dan
orangtua yang paham akan perkembangan motorik halus dan stress
pada anaknya

2.Rumah sakit

Kondisi rumah sakit yang mendukung dari berbagai elemen


sehingga desain inovatif ini dapat dilakukan

C.Faktor Penghambat

1. Anak yang tidak kooperatif


Anak yang sulit diajak bermain, menutup diri dan menolak
sehingga tidak bisa dilakukan terapi bermain terhadap anak
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada pengaruh terapi bermain Toys paper terhadap anak dalam motorik
halus serta dapat mengurangi stress hospitalisasi pada anak

B. Saran
1.Pentingnya Pihak Rumah Sakit untuk dapat menerapkan praktek Toys paper terhadap
anak

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dan perawat sangat penting untuk menguasai
tehnik dalam melakukan terapi bermain terhadap anak

3.Institusi pendidikan perlu untuk mengenalkan metode terapi bermain Toys paper sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan mengurangi stress
hospitalisasi terhadap anak

4.Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dikembangkan dengan Terapi inovasi terbaru
yang lebih efektif dan dengan metode serta cara terbaru

16
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2017. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka


Cipta.
Cahyaningsih. 2018. Pertumbuhan dan Perkembangan anak dan remaja. Jakarta.
Trans Info Media.
Dewi,R.C. & Oktiawati,A. & Saputri,L.D. (2015). Teori & konsep tumbuh
kembang bayi, toddler, anak dan usia remaja. Yogyakarta : Huha Medika.
Depkes RI. 2017. Pedoman Pelaksana Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang anak tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Depdiknas, (2017). Motorik halus. http://eprints.uny.ac.id/7942/3/bab2. Diakses
tanggal 05 Maret 2017.
Ginting, Mira s (2017). http://duniakertasku.wordpress.com/about/. Diakses tanggal 2
Maret pukul 12.27 WIB
Hidayat, Alimul. Aziz. (2014). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hurlock. (2016) .Fungsi perkembangan motorik halus.
http://eprints.uny.ac.id/7942/3/bab2. Diakses tanggal 06 Maret 2017.
Latifah nikmatul.D ( 2014), Pengaruh bermain origami terhadap perkembangan
motorik halus di kelompok B TK dharmawanita desa Wonokromo Mojosari
Mojokerto. Jurnal skripsi Diakses tanggal 07 april 2017.
Muscari, M.E (2016). Keperawatan pediatrik. Jakarta : EGC.
Natalia lisa.c.d (2014), Permainan origami terhadap perkembangan motorik halus
anak usia prasekolah (3-4 tahun) di paud tarbiyahtus shibyan desa gayaman
Mojokerto. Jurnal skripsi diakses tanggal 08 april 2017.
Notoatmodjo. Soekidjo (2019). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo. Soekidjo (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka
Cipta.
Nursalam.( 2013). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis, Edisi 3.
Jakarta. Salemba Medika.
Nursalam.(2018). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta. Salemba Medika.
Perkembangan motorik halus. http://eprints.uny.ac.id/7942/3/bab2. Diakses tanggal 09 April
2017
Rikisatria (2017), paper toys. http://jbptunikompp/gdl/33030/10-tugasak. dialses tanggal 06
April 2017
Rudyanto. (2018). Motorik halus. http://eprints.uny.ac.id/7942/3/bab2. Diakses tanggal 4
April 2017
Sari. (2017). Motorik Halus. http://eprints.uny.ac.id/7942/3/bab2, Diakses tanggal 6 Maret
2017.
Saputra. (2010). Kategori perkembangan motorik halus.
http://eprints.uny.ac.id/7942/3/bab2. Diakses tanggal 4 April 2017.
Soetjiningsih, 2013. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
Soetjiningsih, 2015. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
Sundari. (2017). Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus.
http://eprints.uny.ac.id/7942/3/bab2. Diakses Tanggal 4 Maret 2017.
S.christiana hari.,(2013). Perkembangan Anak,Prenada, jakarta 1322
Kartono. (2016). Perkembangan motorik halus. http://eprints.uny.ac.id/7942/3/bab2.
Diakses tanggal 9 April 2017.
Lampiran 1
Lampiran 2

Disain gambar paper toys

Anda mungkin juga menyukai