Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
ACARA II SISTEM IMUN DAN SISTEM PEREDARAN DARAH

Disusun oleh :

Nama : Bima Surya Pratama

NIM : 20104070001

Kelompok :1

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
2022
I. Tujuan Percobaan
A. Kerja Jantung
1. Mengetahui pengaruh aktivitas fisik dengan kerja jantung.
2. Mengetahui pengaruh jenis kelamin dengan kerja jantung dan stamina.
B. Jenis Leukosit
1. Mengetahui jumlah dari setiap jenis leukosit pada darah.
2. Mengetahui kesehatan seseorang berdasarkan jumlah leukosit pada darah.

II. Dasar Teori


A. Kerja Jantung
Jantung adalah organ berotot berongga dengan ukuran sekepalan.
Jantung terletak di rongga dada sekitar garis tengah antara sternum di sebelah
anterior dan vertebra di sebelah posterior. Jantung memiliki pangkal yang lebar
disebelah atas dan meruncing membentuk ujung yang disebut apeks dasar.
Jantung membentuk sudut terhadap sternum, sehingga pangkalnya terutama
berada di kanan dan apeks di kiri sternum. Sewaktu jantung berdenyut, terutama
sewaktu berkontraksi secara kuat, apeks sebenarnya membentur bagian dalam
dinding dada di sebelah kiri. Walaupun secara anatomis jantung adalah satu
organ, sisi kanan dan kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah.
Jantung dibagi menjadi separuh kanan dan kiri serta memiliki empat bilik, bilik
bagian atas dan bawah di kedua belahannya (Sherwood, 2001).
Denyut jantung berasal dari system konduksi jantung dan menyebar ke
seluruhbagian myocardium. Struktur yang membentuk system konduksi adalah
nodussinoatrial, lintasan interoda atrium, nodus atrio ventrikuler. Dalam
keadaan normalnodus mengeluarkan impuls paling cepat sehingga merupakan
pemacu jantung.(Ganong, 1995)
Denyut jantung bermula di dalam nodus ini, atrialis desebut dengan
“pacemaker” jantung. Ini merupakan kumpulan dari sel-sel jantung yang
bersifat khusus yang terletak pada pertautan vena cava dan atriumkanan, impuls
yang berasal dari pertautan NAD SA memencar pada seluruh arteri, sehingga
menyebabkan kontraksi. (Frandson, 1986).
Denyut nadi dapat di rasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan
ujung jari tangan di sepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada
tempat-tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan ke di atas pembuluh
darah arteri. Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada
sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis,
arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri
apical, arteri tibialis posterior (Michael, 2006).

B. Jenis Leukosit
 Pengertian
Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya sebagai perlindungan terhadap bahaya yang
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup yang dianggap asing bagi
tubuh. Mekanisme tersebut melibatkan gabungan sel, molekul, dan jaringan
yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi yang disebabkan oleh berbagai
unsur patogen yang terdapat di lingkungan sekitar kita seperti virus, bakteri,
fungus, protozoa dan parasit Sedangkan reaksi yang dikoordiansi oleh sel-sel,
molekul-molekul dan bahan lainnya terhadap mikroba disebut dengan respon
imun (Baratawidjaja, 2000)
Sistem imun memiliki tiga fungsi yaitu fungsi pertahanan (melawan
patogen, fungsi homeostasis (mempertahankan keseimbangan kondisi tubuh
dengan cara memusnahkan sel-sel yang sudah tidak berguna) dan pengawasan
(surveillance). Pada fungsi pengawasan dini (surveillance) sistem imun akan
mengenali sel-sel abnormal yang timbul di dalam tubuh dikarenakan virus
maupun zat kimia. Sistem imun akan mengenali sel abnormal tersebut dan
memusnahkannya. Fungsi fisiologis sistem imun yang terpenting adalah
mencegah infeksi dan melakukan eradikasi terhadap infeksi yang sudah ada
(Abbas et al., 2014).
 Macam-macam Leukosit dan Komposisi Dalam Darah

Untuk klasifikasinya didasarkan pada morfologi inti adanya struktur


khusus dalam sitoplasmanya. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel
darah putih dapat dibedakan yaitu :

1. Granulosit

Mempunyai granula spesifik, yang dalam keadaan hidup berupa tetesan


setengah cair,dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi. Terdapat tiga jenis leukosit granuler : Neutrofil, Basofil, dan
Asidofil (atau Eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula
terhadap zat warna netral, basa dan asam.

a. Neutrofil

Neutrofil banyak terdapat dalam sel darah putih, memiliki


granul pada sitoplsmanya dan nukleus yang berlobus-lobus.
Granulnya berwarna ungu atau pink yang sulit dilihat melalui
mikroskop cahaya, yang berakibat sitoplasma seperti
terlihat bersih atau kosong. Siklusnya memiliki beberapa lobus
yang dihubungkan oleh garis kromatin. Neutrofil berjumlah sekitar
60 - 70% dari jumlah total leukosit (Eroschenko 2008). Neutrofil
muda dapat dijumpai pada preparat ulas darah perifer.
Nukleusnya berbentuk melengkung atau menyerupai huruf U
(Bacha & Bacha, 2000).

Neutrofil memiliki fungsi dalam proses fagositosis infeksi


kuman patogen seperti bakteri atau zat asing (seperti kristal asam
urea yang dapat ditemukan pada sendi lutut). Setiap material asing
yang difagosit akan didegredasi oleh granul lisosom yang ada di
dalam neutrofil melalui enzim lisozim dan myeloperoxidase
(Narayanan & Peerschke, 2001).

b. Eosinofil
Nukleus eosinofil hampir meneyerupai nukleus neutrofil,
tetapi mempunyai jumlah lobus yang lebih sedikit. Sitoplasmanya
berwarna biru pucat sampai abu-abu. Sedangkan warna granulnya
bervariasi dari oranye, pink, atau merah (Bacha & Bacha 2000).
Eosinofil mudah dikenali pada preparat ulas melalui sitoplasmanya
dengan granul yang jelas, besar, dan berwarna eosinofilik (pink).
Nukleusnya memiliki 2 lobus, tetapi terkadang ditemukan lagi
lobus ketiganya yang berukuran kecil. Eosinofil berjumlah sekitar
2– 4% dari jumlah total leukosit (Eroschenko, 2008).
Eosinofil diduga berperan dalam detoksikasi histamin
dengan histaminase dan serotonin yang dihasilkan oleh sel mast.
Peningkatan jumlah eosinofil terjadi pada kasus alergi,asma
bronkial, penyakit kulit, dan penyakit parasit (Hartono ,1989).
c. Basofil
Leukosit dengan persentase terkecil adalah basofil, yaitu
sekitar 0.5-3%. Sehingga jarang ditemukan pada preparat ulas
darah. Bentuk nukleus basofil berubah-ubah, berlobus-lobus , atau
bersegmen-segmen. Karena nukleusnya yang memiliki bentuk
bervariasi , basofil juga disebut leukosit polimorfonukleus , namun
sebutan ini lebih sering untuk neutrofil (Bacha& Bacha 2000).
Granul pada basofil tidak sebanyak granul pada eosinofil , tetapi
memilki ukuran lebih bervariasi , sedikit padat, dan berwarna biru
gelap atau cokelat (Eroschenko 2008).
Basofil memiliki beberapa fungsi penting, namun
bebrapadiantaranya belum diketahui dengan pasti. Butir granul
basofil mengandung heparin, histamin, khondroitin sulfat,
serotonin, dan beberapa faktor kemotaktik (Hartono 1989).

2. Agranulosit
Tidak mempunyai granula spesifik, sitoplasmanya homogen dengan inti
bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler
yaitu: limfosit (sel kecil, sitoplasma sedikit) dan monosit (sel agak besar
mengandung sitoplasma lebih banyak).
a. Monosit
Monosit adalah leukosit agrunolsit yang memiliki bentuk
terbesar diantara yang lainnya. Nukleusnya bervariasi dengan
bentuk oval cekung atau menyerupai tapal kuda dan lebih terlihat
dengan pewarnaan daripada nukleus limfosit , sedangkan limfosit
lebih basofilik. Monosit terdapat sebanyak 3-8% dalam leukosit
darah (Eroschenko 2008).
Monosit mempunyai enzim yang berguna untuk membantu
proses fagosit runtuhan sel jaringan dari reaksi peradangan yang
kronik.Monosit jaringan atau makrofag mempunyai kemampuan
fagositosis yang lebih hebat dan neutrofil , yang bahkan mampu
untuk menfagosit 100 sel bakteri (Guyton & Hall 2006).
b. Limfosit
Limfosit merupakan leukosit yang berukuran antara 6-15 µm
dan diklasifikasikan menjadi limfosit kecil, sedang dan besar.
Limfosit mempunyainukleus yang relatif besar serta dikelilingi oleh
sitoplasma (Frandson 1986). Limfosit kecil memiliki ukuran
nukleus yang besar dan sitoplasmayangkecil, limfosit besar
memilikinukleus yang kecil dan sitoplasma yang lebih besar
ukurannya dibandingkan limfosit kecil (Bacha & Bacha 2000).
Limfosit berjumlah 20-30% dari total jumlah leukosit. Kebanyakan
limfosit yang berada dalam darah adalah limfosit kecil (Eroschenko
2008).
Limfosit berperan dalam proses kekbalan dalam
pembentukan antibodi khusus (Wresdiyati ,2002). Populasi limfosit
dalam aliran darah mencakup tiga tipe sel , yaitu limfosit T, limfosit
B, dan limfosit Nul. Limfosit T berperan dalam imunitas selular,
yaitu melindungi tubuh karena limfosit T cytoyoxic akan merusak
sel yang telah diinfeksi virus dan populasinya sekitar 70-75% dari
seluruh limfosit. Limfosit B populasi sekitar 10-12% dan dapat
membentuk sel-sel plasma yang menghasilkan antibodi . Limfosit
Nul populasi sekitar 10-15% (Hartono 1989).

III. Metode
A. Alat dan Bahan
1. Kerja Jantung
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah bangku dengan tinggi 12
inci (30,5 cm), stopwatch, handcounter.
2. Jenis Leukosit
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas benda, mikroskop
cahaya, lancet, pipet tetes.
Bahan yang dibutuhkan adalah methanol dan larutan giemsa.
B. Cara Kerja
1. Kerja Jantung
Percobaan kali ini dilakukan dengan praktikan disuruh duduk istirahat
selama beberapa menit. Jantung dihitung jumlah denyutnya dalam satu
menit. Setelah itu praktikan disuruh naik turun bangku setinggi 12 inci (30,5
cm) dengan cara 1) kaki kanan naik ke bangku; 2) diikuti kaki kiri naik ke
bangku; 3) kaki kanan turun; 4) diikuti kaki kiri turun. Langkah 1 sampai 4
diulangi seirama dengan kecepatan 24 langkah/menit dan dilakukan selama
3 menit.
Setelah selesai, praktikan disuruh duduk diam selama 5 detik. Kemudian
jantung dihitung jumlah denyutnya per 15 detik sampai 1 menit. Selanjutnya
ditentukan fitness level dengan membandingkan data yang diperoleh dengan
tabel. VO2 max dihitung dengan rumus lalu dibandingkan dengan tabel
kategori VO2.
2. Jenis Leukosit
Percobaan kali ini dilakukan dengan dibersihkannya kedua gelas benda
dan ujung jari dengan alkohol. Ujung jari ditusuk dengan lancet yang
bertujuan untuk mengeluarkan cairan darah. Gelas benda kedua disentuhkan
pada gelas benda pertama hingga membentuk sudut 45˚, kemudian gelas
benda kedua digerakkan dengan cepat sehingga terbentuk lapisan darah tipis
yang menyebar. Selanjutnya apusan darah dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan. Setelah kering, ditetesi dengan methanol sampai merata, dan
dibiarkan selama 5 menit.
Sisa methanol pada apusan dibuang kemudian ditetesi dengan larutan
giemsa sampai merata, dan dibiarkan selama 30 menit. Setelah itu sisa
larutan giemsa dibuang dan apusan darah dicuci dengan air mengalir. Lalu
apusan darah di keringkan dengan tissue, setelah benar-benar kering,
preparat diamati melalui mikroskop cahaya dari perbesaran rendah ke
perbesaran tinggi. Kemudian ditentukan dan dihitung jenis leukosit yang
ditemukan dan diisi pada tabel pengamatan.
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Kerja Jantung
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kerja Jantung
Jenis Jmlh Jumlah denyut setelah Jmlh Kategori Hasil Kategori
Kelamin denyut praktik VO2 VO2 max
awal 15s 30s 45s 60s max
♀ 80 24 20 25 24 93 Sangat 48,07 Sangat
bagus bagus

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil percobaan bahwa probandus


wanita memiliki fitness level dengan jumlah 93, dimana nilai fitness level antara
85-98 untuk perempuan adalah kategori fitness level yang sangat bagus.
Sedangkan untuk VO2 max diperoleh hasil 48,07, dimana nilai VO2 antara 47-
51 untuk perempuan merupakan kategori yang sangat bagus. Kurangnya
melakukan aktivitas fisik dan olahraga mempengaruhi tingkat kebugaran
seseorang yang terkait fungsi atau kinerja jantung dan paru-paru. Tingkat
kebugaran seseorang dapat dikatakan baik apabila ketika melakukan aktivitas
fisik atau sesaat setelah melakukan aktivitas fisik, frekuensi nadi dan napas
orang tersebut cenderung tetap atau meningkat namun tidak terlalu tinggi.
Tingkat kebugaran juga dapat dilihat melalui tingkat kelelahan seseorang
setelah melakukan aktivitas fisik serta waktu yang dibutuhkan orang tersebut
untuk mengembalikan keadaan tubuh menjadi normal kembali.
Hal ini juga dibuktikan pada sebuah studi literasi yang menjelaskan
bahwa semakin berat aktivitas fisik maka makin besar kebutuhan energi untuk
otot. Jantung sebagai pemompa darah yang menjadi tansporter bahan makanan
dan oksigen harus lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Denyutan jantung yang semakin kuat dan cepat saat melakukan aktivitas
olahraga menjadikan otot yang berada pada organ jantung mengalami
hiperthropi sehingga otot jantung menjadi lebih kuat. Dengan meningkatnya
kekuatan otot jantung tersebut maka kualitas pompa jantung juga akan
meningkat. Jantung menjadi tidak perlu bekerja berat lagi untuk memenuhi
suplai kebutuhan energi ke otot karena otot jantung lebih kuat. Peningkatan
kualitas jantung dapat dilihat dari menurunnya jumlah denyut nadi per menit
saat istirahat. Bentuk latihan untuk meningkatkan daya tahan jantung-paru
adalah olahraga dengan intensitas ringan tetapi durasinya lama. Dengan
melakukan aktivitas fisik pembuluh darah kapiler pada otot bertambah banyak,
sehingga memungkinkan difusi oksigen di dalam otot dapat lebih mudah,
akibatnya mempunyai kemampuan untuk mengangkut dan mempergunakan
rata-rata oksigen lebih besar daripada orang yang tidak biasa melakukan
aktivitas fisik. Sehingga oksigen yang dikonsumsi menjadi lebih banyak per
unit massa otot dan juga dapat bekerja lebih tahan lama (Hidayat & Indardi,
2015)
B. Jenis Leukosit
Tabel 2. Hasil Pengamatan Leukosit pada Mikroskop Cahaya
Sudut bidang pandang
1 2 3 4 5

Tabel 3. Jumlah Jenis Leukosit pada Setiap Sudut Pandang


Jenis Jumlah dalam bidang pandang Jumlah Presentase
Leukosit 1 2 3 4 5
Neutrofil 4 1 5 10,20 %
Eosinofil 1 1 2 4,10 %
Basofil 1 2 5 8 16,30 %
Monosit 2 1 7 1 11 22,50 %
Limfosit 1 6 14 2 23 46,90 %
Jumlah 8 4 14 14 9

Pada praktikum pengamatan jumlah jenis leukosit dengan


menggunakan darah salah satu probandus perempuan sebagai sampelnya,
didapatkan beberapa hasil yaitu pada leukosit tipe Granulosit, pada darah
didapatkan jumlah presentase Neutrofil 10,20 %, sedangkan pada umumnya
Neutrofil berjumlah sekitar 60-70 % dari jumlah total leukosit (Erechenko,
2008). Selanjutnya yaitu pada jumlah presentase Eosinofil yaitu 4,10 %, hal ini
juga tidak esuai dengan literature karena Eosinofil berjumlah sekitar 2 - 4% dari
jumlah total leukosit (Eroschenko 2008). Pada hasil pengamatan dan
perhitungan jumlah persentasi jenis leukosit Basofil yaitu 16,30 %, hal ini tidak
sesuai dengan literature karena Leukosit dengan persentase terkecil adalah
basofil, yaitu sekitar 0.5-3% (Bacha& Bacha 2000).

Kemudian pada leukosit tipe Agranulosit, pada darah leukosit jenis


Monosit didapatkan jumlah persentase yaitu 22,50 %, sedangkan pada literature
adalah Monosit dalam leukosit terdapat sebanyak 3-8% dalam leukosit darah
(Eroschenko 2008). Kemudian pada leukosit jenis Limfosit jumlah
persentasenya didapatkan sebanyak 46,90%, sedangkan menurut literarur
Limfosit berjumlah 20-30% dari total jumlah leukosit (Eroschenko 2008).

Seharusnya jumlah perentase yang paling besar adalah berada pada


leukosit jenis Neutrofil, sedangkan didapatkan hasil bahwa jenis leukosit
yang paling banyak jumlah persentase nya adalah leukosit jenis Limfosit pada
darah probandus perempuan. Ketidaksesuaian hasil pengamatan dan
perhitungan dengan literature dapat dikarenakan apusan darah yang terlalu tebal
sehingga membuat praktikan sulit untuk melihat dan mencari jenis leukosit yang
berdampak pula pada jumlah perhitungannya.

Pada hasil pengamtan didapatkan hasil bahwa jumlah leukosit pada


darah probandus perempuan berjumlah 49 leukosit. Jumlah leukosit dapat
meningkat yang biasa disebut leukositosis, sebaliknya dapat menurun disebut
leukopenia (Sofro,2012). Jumlah leukosit dapat naik dan turun sesuai dengan
keadaan. Dalam tubuh terjadi infeksi, biasanya jumlah sel ini meningkat, jika
tubuh mengalami gangguan dalam memproduksi leukosit, hal ini menyebabkan
tubuh kita mudah diserang penyakit (Sofro,2012).

Perbedaan jumlah masing-masing sel leukosit dapat dipengaruhi


oleh beberapa faktor, salah satu faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa
hidup dari masing-masing sel leukosit tersebut. Masa hidup sel leukosit yang
memiliki granula relatif lebih singkat dibandingkan sel leukosit yang tidak
memiliki granula. Masa hidup sel leukosit yang memiliki granula adalah 4 - 8
jam dalam sirkulasi darah dan 4-5 hari di dalam jaringan. Hal ini disebabkan
karena sel leukosit yang memiliki granulalebih cepat menujudaerah infeksi dan
melakukan fungsinya dari pada sel leukosit yang tidak memiliki granula.
Leukopenia disebabkan berbagai kondisi, termasuk stress berkepanjangan,
infeksi virus, penyakit atau kerusakan sumsum tulang, radiasi, atau kemoterapi.
Penyakit sistemik yang parah misalnya lupus eritematosus, penyaki tiroid,
sindrom Cushing, dapat menyebabkan penurunan jumlah leukosit. Semua atau
salah satu jenis sel saja yang dapat terpengaruh. Penurunan jumlah leukosit
dapat terjadi karena infeksiusus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan,
dan partus. Jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stres, kurang makan
atau disebabkan oleh faktor lain (Corwin, 2009).

V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Aktivitas fisik mempengaruhi kinerja jantung, ketika seseorang rutin


melakukan aktivitas fisik seperti olah raga, membuat aktivitas otot
meningkat sehingga memiliki stamina yang baik. Ketika seseorang
melakukan aktivitas fisik denyut jantung meningkat, hal ini dikarenakan
jantung memompa dengan lebih kuat untuk mengedarkan lebih banyak
oksigen (melalui darah) ke otot-otot di sekitarnya yang bekerja. Hal ini
menghasilkan peningkatan aliran darah, dan juga peningkatan volume darah
yang kembali ke jantung.
2. Pada darah probandus perempuan didapatkan jumlah presentase Neutrofil
10,20%. Selanjutnya pada jumlah presentase Eosinofil yaitu 4,10%. Pada
perhitungan jumlah presentase jenis leukosit Basofil yaitu 16,30%. Pada
darah jenis leukosit Monosit yaitu 22,50%. Dan pada jenis leukosit Limfosit
yaitu 46,90%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah leukosit seseorang dapat
menentukan kondisi kesehatan seseorang, dikarenakan jumlah leukosit
dapat mengalami peningkatan atau penurunan dari kondisi normal.
VI. Daftar Pustaka
Abbas, A.K., Lichtman, A.H., & Pillai, S. 2014. Basic Immunology, Fourth Edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders.
Bacha, W. J. J. dan Bacha, L. M. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology. 2nd
Ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Baratawidjaja, K.G. 2000. Imunologi edisi 5. FKUI: Jakarta.
Baratawidjaja, K.G. & Rengganis, I. 2009. Imunologi Dasar, Edisi VIII. Jakarta :
Balai Penerbit Kedokteran Universitas Indonesia.
Corwin, E.J. 2009. Buku saku patofisiologi, 3 edn. Jakarta : EGC.
Eroschenko, V. P. 2008. DiFiore’s Atlas of Histology with Functional Correlations.
Philadephia. 313-323.
Frandson RD.1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Yogyakarta : Gajah
Mada Univesity Press. Guyton, A.C dan Hall, J.E. 2006. Textbook of
Medical Physiology. 11th Ed. Philadelphia : Elseviers Saunders.
Ganong. 1995. Fisiologi Kedokteran Edisi 14. EGC. Jakarta.
Hartono. 1989. Histology Veteriner. Departemen Jenderal Kebudayaan , Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut
Pertanian Bogor.
Hidayat, A., & Indardi, N. (2015). Journal of Sport Sciences and Fitness DI
KABUPATEN SEMARANG. 4(4), 49–53.
Narayanan Sheshadri & Peerschkee Ellinor IB.2001. Biochemical Hematology of
Platelets and Leukoscytes. New York : Wiley-Liss, A John Wiley & Sons, Inc.
Sadikin, Muhammad. 2002. Biokimia Darah. Jakarta: Widia Medika.
Sofro,A,S. (2012). Darah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: ECG
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta :
EGC
Lampiran

Laporan sementara :

Foto :

Pengamatan apusan darah dibawah mikroskop cahaya


Apusan darah leukosit

Anda mungkin juga menyukai