Anda di halaman 1dari 40

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur
dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi dan Yuliani R, 2010 : hal.
160)
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di
sumsum tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel
darah putih dengan menyingkirkan sel darah lain. ( Corwin, 2009 : hal.
430)
Leukemia adalah peningkatan jumlah sel darah putih yang
abnormal di dalam sirkulasi darah. Hal ini disebabkan karena produksi
sel darah putih yang tidak terkontrol disebabkan oleh mutasi yang
bersifat kanker pada sel mielogen atau sel limfogen (Guyton dan Hall,
2007).
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah
berupa proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh
adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah

normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain. (Arief Mansjoer,


dkk, 2002 : hal. 495)
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah
putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang
normal (Smeltzer S C and Bare B.G, 2002 )
Leukemia merupakan suatu bentuk kanker yang timbul pada organ
pembentuk darah pada tubuh (limpa, sistem limfatik, sumsum tulang).
(Carpenito, 2000 : hal. 596)
Leukemia adalah nama kelompok penyakit maligna yang di
karakteristikkan oleh perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit
sirkulasi. Leukemia dihubungkan dengan pertumbuhan abnormal
leukosit yang menyebar mendahului sumsum tulang. Kata leukemia
diturunkan dari bahasa yunani leukos dan aima yang berarti putih
dan darah yang mengacu pada peningkatan abnormal leukosit.
( Tambayang, 2000, hal : 80)
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas maka penulis
berpendapat bahwa leukemia adalah penyakit yang progresif pada
organ pembentuk darah, yang ditandai dengan perubahan proliferasi
dan perkembangan leukosit dalam darah dan sumsum tulang.

2. Jenis Leukemia
Secara umum, leukemia diklasifikasikan menjadi jenis akut
(berkembang cepat) dan kronis (berkembang lebih lambat), meskipun
pada anak-anak sekitar 98% adalah Leukemia Akut. (Harold, 2005 :
hal. 95)
Adapun pembagian leukemia secara umum yaitu :
a. Acut Mielogenus Leukemia
Akut (LMA)
AML mengenai

sel

(AML) atau Leukemia Mielositik

stem

hematopeotik

yang

kelak

berdiferensiasi ke semua sel mieloid yaitu monosit, granulosit


(basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling sering terjadi.
b. Cronis Mielogenus Leukemia (CML) atau Leukemia Mielositik
kronis (LMK)
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem
mieloid. Namun, lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut,
sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang
individu di bawah 20 tahun, namun insidensinya meningkat
sesuai

pertambahan

usia.

Manifestasinya,

mirip

dengan

gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien


menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun. Peningkatan

leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa dan terjadi


pembesaran limpa.
c. Acut Limfositik Leukemia (ALL) atau Leukemia Limfositik akut
(LLA)
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Paling sering
terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan, dengan puncak insiden pada usia 4 tahun. Setelah
usia 15, ALL jarang terjadi. Manifestasinya, limfosit immature
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer,
sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
d. Cronis Limfositik Leukemia (CLL) atau Leukemia Limfositik
Kronis (LLK)
CLL merupakan kelainan ringan yang terutama mengenai
individu antara usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinisnya,
kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan baru
terdiagnosa pada saat pemeriksaan fisik atau penanganan
untuk penyakit lain. (Smeltzer, 2002 : hal. 954-955)

Gambar 2.1 perbandingan morfologik antara limfoblas dan mieloblas


A. Leukemia limfositk. Limfositk memiliki nucleolus lebih sedikit dari pada
mieloblas dan kromatin inti tampak lebih padat, granula sitoplasma
tidak ada.
B. Leukemia mieloblastik akut. Mieloblas

memiliki kromatin inti yang

halus, nucleolus menonjol dan granula azurofilik di sitoplasma.


(Robbins, 2007. Hal : 476)
3. Anatomi dan Fisiologi
Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang
mengandung elektrokit. Darah manusia berwarna merah, antara
merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila
kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh
hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah. (Price, 2006)
Sel darah dibagi menjadi eritrosit (sel darah merah, normalnya 5
ribu per mm3 darah) dan lekosit (sel darah putih, normalnya 5000
sampai 10.000 per mm3 darah). Lekosit dapat berada dalam beberapa
bentuk, yaitu eosinofil, basofil, monosit, netrofil, dan limfosit. Selain itu
dalam suspensi plasma, ada juga fragmen-fragmen sel tak berinti yang
disebut trombosit (normalnya 150.000 sampai 450.000 trombosit per
mm3 darah). Komponen seluler darah ini normalnya menyusun 40%
sampai 45% volume darah. Fraksi darah yang di tempati oleh ertrosit
disebut hematokrit. (Smeltzer, 2001)

Volume darah manusia sekitar 7% sampai 10% berat badan normal


dan berjumlah sekitar 5 liter. Darah bersirkulasi di dalam sistem
vaskuler dan berperan sebagai penghubung antara organ tubuh,
membawa oksigen yang diabsorbsi oleh paru dan nutrisi yang
diabsorbsi oleh traktus gastrointestinal ke sel tubuh untuk metabolisme
sel. (Smeltzer, 2001)
Darah juga mengangkut produk sampah yang dihasilkan oleh
metabolisme sel ke paru, kulit, dan ginjal yang akan ditransformasi dan
dibuang keluar dari tubuh. Darah juga membawa hormon dan antibodi
ke tempat sasaran atau tujuan. (Smeltzer, 2001)
Adapun pembagian sel darah, yaitu :
a. Eritrosit
Sel

darah

merah

normalnya

berbentuk

cakram

bikonkaf,

konfigurasinya mirip dengan bola lunak yang dipijat di antara dua jari.
Membran sel darah merah sangat tipis sehingga gas seperti oksigen
dan karbondioksida dapat dengan mudah berdifusi melaluinya. Sel
darah merah dewasa tersusun terutama oleh hemoglobin, yang
menyusun sampai 95% masa sel. Sel ini tidak mempunyai inti. Adanya
sejumlah besar hemoglobin memungkinkan sel ini menjalankan fungsi

utamanya yaitu transport oksigen antara paru dan jaringan. (Smeltzer,


2001)
b. Lekosit
Lekosit dibagi dalam dua kategori, yaitu granulosit dan sel
mononuklear (agranulosit). Lekosit dengan mudah dapat dibedakan
dari eritrosit dengan adanya inti, ukurannya yang besar dan perbedaan
kemampuan mengikat warna.
Granulosit dibagi dalam tiga sub grup, yang ditandai dengan
perbedaan mengikat warna, yaitu eosinofil, basofil, dan netrofil.
Eosinofil

memiliki

granula

berwarna

merah

terang

dalam

sitoplasmanya, sementara granula pada basofil berwarna biru,


sedangkan netrofil memiliki granula berwarna ungu pucat.
Lekosit mononuklear (agranulosit) terdiri atas dua, yaitu limfosit
dan monosit merupakan sel darah putih dengan inti satu lobus dan
sitoplasmanya bebas granula. Fungsi limfosit terutama menghasilkan
substansi yang membantu pada benda asing. (Smeltzer, 2001)
c. Trombosit
Trombosit merupakan partikel kecil yang terdapat dalam sirkulasi
plasma darah. Berperan penting dalam mengontrol perdarahan.
(Smeltzer, 2001)
4. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :

a. Faktor virus, ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan


Leukemia, antara lain : retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1
pada dewasa.
b. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker
sebelumnya.

Hal ini berdasarkan riset pada pegawai radiologi

yang ternyata lebih sering menderita Leukemia. Leukemia ini juga


ditemukan pada korban radiasi bom atom di Heroshima dan
Nagasaki (Jepang).
c. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon dan agen anti neoplastik.
d. Obat-obat
imunosupresif,
obat

karsinogenik

seperti

diethylstilbestrol.
e. Faktor herediter, Yang mana penderita Down Syndrom 20% lebih
besar akan terkena Leukemia daripada orang normal.
f. Kelainan kromosom : Sindrom Blooms, Trisomi 21 (Sindrom
Downs), Trisomi G (Sindrom Klinefelters), Sindrom Fanconis,
Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia. (Suriadi &
Rita, 2010 : hal. 161)
Faktor resiko untuk leukemia antara lain adalah predisposisi
genetik yang digabungkan dengan inisiator (mutasi) yang diketahui
atau tidak diketahui. Saudara kandung dari anak yang menderita
leukemia memiliki kecenderungan 2 sampai 4 kali lipat untuk
mengalami penyakit ini dibandingkan anak-anak lain. Pajanan

terhadap radiasi, beberapa jenis obat yang menekan sumsum tulang


dan berbagai obat kemoterapi telah dianggap meningkatkan resiko
leukemia. Agen-agen berbahaya di lingkungan juga diduga dapat
menjadi faktor resiko.
Riwayat

penyakit

sebelumnya

yang

berkaitan

dengan

hematopoiesis (pembentukan sel darah) telah terbukti meningkatkan


resiko leukemia. Penyakit-penyakit tersebut antara lain penyakit
limfoma

hodgkin,

mieloma

multiple,

polisitemia

vera,

anemia

sideroblastik, dan sindrom mielodisplastik.


5. Gambaran Klinis
Leukemia akut memperlihatkan gejala klinis yang mencolok.
Leukemia kronis berkembang secara lambat dan mungkin hanya
memperlihatkan sedikit gejala sampai stadium lanjut, yaitu :
a. Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia.
b. Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih.
c. Perdarahan dan memar akibat trombositopenia dan gangguan
koagulasi, dapat berupa ekimosis, petekia, epistaksis, perdarahan
gusi dan sebagainya.
d. Nyari tulang akibat penumpukan sel di sumsum tulang, yang
menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel. Tidak seperti
nyeri yang semakin meningkat, nyeri tulang berhubungan dengan
leukemia biasanya bersifat progresif.

10

e. Penurunan

berat

karena

berkurangnya

nafsu

makan

dan

peningkatan konsumsi kalori oleh sel-sel neoplastik.


f. Limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali akibat infiltrasi sel
leukemik ke organ-organ limfoid dapat terjadi.
g. Gejala sistem saraf pusat dapat terjadi.
(Corwin, 2009 : hal. 430)
Adapun manifestasi klinik lainnya yang sering dijumpai pada
penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a. Pilek tidak sembuh-sembuh
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c. Demam dan anoreksia
d. Berat badan menurun
e. Petechiae (bintik merah)
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen
h. Lymphadenopathy
i. Hepatosplenomegaly
j. Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2010 : hal. 162)
6. Patofisiologi
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit yang menyerang
sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (Bone
Marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia
memproduksi tiga tipe sel darah yang diantaranya adalah sel darah
putih (yang berfungsi sebagai sistem imun / daya tahan tubuh
terhadap infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oksigen
kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu
proses pembekuan darah).

11

Leukemia diduga mulai sebagai suatu proliferasi lokal dari sel


neoplastik, timbul dalam sumsum tulang dan limfe noduli (dimana
limfosit terutama dibentuk) atau dalam lien, hepar dan tymus. Sel
neoplastik ini kemudian disebarkan melalui aliran darah yang
kemudian tersangkut dalam jaringan pembentuk darah dimana terus
terjadi aktifitas proliferasi, menginfiltrasi banyak jaringan tubuh,
misalnya tulang dan ginjal. Gambaran darah menunjukan sel yang
imatur. Lebih sering terdapat pada limfosit dan kadang-kadang
mieloblast.

Gambar 2.2

12

a. Leukemia adalah kanker jaringan yang menghasilkan sel darah


putih (leukosit). Dihasilkan leukosit yang imatur atau abnormal
dalam jumlah berlebihan dan leukosit- leukosit tersebut melakukan
invasi ke berbagai organ tubuh. Sel-sel leukemik berinfiltrasi ke
dalam sumsum tulang, mengganti unsur-unsur sel yang normal.
Akibatnya, timbul anemia dan dihasilkan sel darah merah dalam
jumlah

yang

tidak

mencukupi.

Timbul

perdarahan

akibat

menurunnya jumlah trombosit yang bersirkulasi. Adanya infiltrasi


pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati,
limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian. Infeksi juga terjadi lebih
sering karena berkurangnya jumlah leukosit normal. (Cecily &
Linda, 2009 : hal. 377)

13

Gambar 2.3
7. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan
CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki prognosis
paling baik.
b. Jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis
kurang baik pada anak semua umur.
c. Fungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat.
d. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.

14

e. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat


diagnosis.
f. Pemantauan

tulang

atau

survei

kerangka

untuk

mengkaji

keterlibatan tulang.
g. Pemantauan ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
h. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.
( Cecily Lynn Betz, 2009).
8. Penatalaksanaan Medis
Penanganan dan pengobatan Leukemia dapat dilakukan dengan
cara single atau gabungan dari beberapa metode dibawah ini :
a.
b.
c.
d.
e.

Chemotherapy / intrathecal medications.


Therapy Radiasi (metode ini sangat jarang dilakuikan).
Transplantasi bone marrow (sumsum tulang).
Pemberian obat obatan tablet dan suntik.
Transfusi sel darah merah atau Platelet.
Sedangkan sistem terapi yang sering digunakan adalah kombinasi

antara kemoterapi dan pemberian obat obatan yang berfokus pada


pemberhentian produksi sel darah putih yang tidak normal dalam bone
marrow (sumsum tulang). Selanjutnya adalah penanganan terhadap

15

beberapa gejala dan tanda tanda yang telah ditampakkan oleh tubuh
penderita dengan monitor yang komprehensive.
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis
obat yang diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri
dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi
(kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens
kemoterapeutik

untuk

menimbulkan

remisi.

Terapi

intensif

diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi untuk


mencegah keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain. Terapi
untuk mencegah penyakit SSP sangat penting untuk dilakukan. Terapi
rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk
memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia
anak-anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik),
asparaginase (menurunkan kadar asparagin, asam amino yang
diperlukan untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit),
merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan
leukemia granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat),
dan daunorubisin (menghambat pembelahan sel selama pengobatan
leukemia akut). (Betz, Cecily L. 2010. Hal : 380).
9. Komplikasi

16

Komplikasi yang dapat terjadi pada ALL, yaitu :


a.
b.
c.
d.
e.

Gagal sumsum tulang


Infeksi
Hepatomegali
Splenomegali
Limfadenopati

Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada ANLL, yaitu :


a. Gagal sumsum tulang
b. Infeksi
c. Koagulasi intravascular diseminata (DIC)
d. Splenomegali
e. Hepatomegali
B. Konsep Dasar Keperawatan
Menurut American Nursing Association (ANA) proses keperawatan
adalah suatu metode yang sistematis yang diberikan kepada individu,
keluarga dan masyarakat dengan berfokus pada respon unik dari individu,
keluarga, dan masyarakat terhadap masalah kesehatan yang potensial
maupun aktual. ( Marilynn E. Doengoes, 2000).
Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap
atau langkah-langkah proses keperawatan yaitu : pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses

keperawatan,

pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu


penentuan

status

kesehatan

dan

pola

pertahanan

klien,

17

mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan


diagnosa keperawatan.
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian asuhan keperawatan
anak adalah :
a. Biodata
1) Klien (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose medik)
2) Identitas orang tua (ayah dan ibu : nama, usia, pendidikan,
pekerajaan, agama, dan alamat)
3) Identitas saudara kandung (nama, usia, hubungan, status
kesehatan)
b. Keluhan Utama
Biasanya klien datang dengan keluhan pucat
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengalami kepucatan dan rasa lelah akibat anemia. Hal
tersebut disebabkan karena leukosit yang dihasilkan, imatur
atau abnormal dalam jumlah berlebihan dan leukosit- leukosit
tersebut melakukan invasi ke berbagai organ tubuh. Sel-sel
leukemik berinfiltrasi ke dalam sumsum tulang, mengganti
unsur-unsur sel yang normal. Akibatnya, timbul anemia dan
dihasilkan sel darah merah dalam jumlah yang tidak mencukupi.
Sehingga menyebabkan kepucatan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu , Untuk usia 0-5 tahun
a) Prenatal Care

NO

USIA KEHAMILAN

PEMERIKSAAN KEHAMILAN

18

.
1.
2.
3.

Trimester
Pertama
Triwulan pertama
Triwulan kedua

1 kali
1 kali
2 kali

Pemeriksaan umur kehamilan, meliputi berapa kali ibu


memeriksakan kehamilannya, tempat pemeriksaan selama
hamil, kenaikan berat badan selama hamil dan imunisasi TT.
b) Natal
Meliputi tempat melahirkan, proses persalinan dan penolong
persalinan.
c) Post Natal
Meliputi kondisi bayi saat lahir, berat badan lahir, panjang
badan lahir, dan warna kulit saat dilahirkan.
Untuk semua usia
Yang perlu dikaji adalah penyakit yang pernah dialami,
pengalaman perawatan atau pengobatan di Rumah Sakit,
kecelakaan yang pernah dialami, dan riwayat alergi.
3) Riwayat kesehatan anggota keluarga
Berkaitan erat dengan riwayat penyakit keturunan dan penyakit
menular dalam keluarga yang dapat digambarkan melalui
genogram.
d. Riwayat Imunisasi

19

Jenis vaksin

Pemberian

Selang waktu

Umur

imunisasi

pemberian

pemberian

1 kali
3 kali
4 kali
1 kali
3 kali

4 minggu
4 minggu
4 minggu

0-11 bulan
2-11 bulan
0-11 bulan
9-11 bulan
0-11 bulan

BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B

(Sumber : petunjuk pelaksanaan program imusisasi di Indonesia,


Depkes 2000).
e. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Pertumbuhan fisik
a) Berat badan lahir (BBL) : 2500 4000 gram.
- 1 tahun
: 3 x berat badan lahir
- 2,5 tahun
: 4 x berat badan lahir
- 3 tahun
: 8 + 2n kg, n = jumlah umur dalam tahun
- 6 tahun
: 2 x berat badan umur satu tahun
b) Tinggi badan
- 1 tahun
: 1,5 x panjang lahir
- 3 tahun
: 80 + 5n cm, n = jumlah umur dalam tahun
- 4 tahun
: 2 x panjang lahir
- 6 tahun
: 1,5 x panjang umur 1 tahun
- 13 tahun
: 3 x panjang lahir
- Dewasa
: 2 x panjang umur 2 tahun
c) Waktu tumbuh gigi

Jenis gigi

Rahang atas

Rahang bawah

Insisi sentral
Insisi lateral
Kaninus
Molar pertama
Molar kedua

8 12 bulan
9 13 bulan
16 - 22 bulan
13 19 bulan
29 bulan

6 10 bulan
10 16 bulan
17 23 bulan
14 18 bulan
27 bulan

(Sumber : Donna L. Wong, 2004)


d) Waktu tanggal gigi

20

Jenis Gigi

Rahang Atas

Rahang Bawah

Insisi sentral
Insisi lateral
Kaninus
Premolar pertama
Premolar kedua
Molar pertama
Molar kedua
Molar ketiga

7 8 tahun
8 - 9 tahun
11 - 12 tahun
10 12 tahun
10 12 tahun
6 7 tahun
12 13 tahun
17 21 tahun

6 7 tahun
7 8 tahun
9 10 tahun
10 12 tahun
11 12 tahun
6 7 tahun
11 13 tahun
17 21 tahun

(Sumber : Donna L. Wong, 2004)


f. Perkembangan Tiap Tahap
1) Berguling
: 3 6 bulan
2) Duduk
: 6 9 bulan
3) Merangkak
: 9 10 bulan
4) Berdiri
: 9 12 bulan
5) Senyum kepada orang lain pertama kali : 2 3 bulan
6) Bicara pertama kali
: 2 3 bulan
7) Berpakaian tanpa bantuan : 3 4 tahun
g. Riwayat Nutrisi

NO.

NUTRISI

WAKTU

1.

ASI

Sejak lahir sampai umur 2

2.

Susu formula

tahun
Diberikan apabila

3.

Makanan pendamping ASI

kebutuhan ASI tidak

jenis bubur susu

terpenuhi
Diberikan sejak usia 6 bulan

h. Riwayat Psikososial
Meliputi satatus tempat tinggal, hubungan antara anggota keluarga
dan pengasuh anak.
i. Riwayat Spiritual

21

Meliputi agama dan kepercayaan klien dan keluarga serta ritual


yang biasa dijalankan oleh klien dan keluarga.
j. Riwayat Hospitalisasi
1) Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap yaitu alasan
orang tua membawa anaknya ke rumah sakit serta bagaimana
perasaan dan harapan orang tua tentang penyakit anaknya.
2) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap yaitu
bagaimana perasaan anak setelah dirawat di rumah sakit.
a) Cemas karena perpisahan
Sebagian besar stress yang dapat terjadi pada bayi di usia
pertengahan

sampai

anak

pada

periode

prasekolah,

khususnya anak yang berumur 6 30 bulan adalah cemas


karena perpisahan.
b) Kehilangan kendali
Balita akan sekuat

tenaga

untuk

mempertahankan

otonominya. Hal ini terlihat jelas dalam perilaku mereka


dalam

hal

kemampuan

motorik,

bermain,

melakukan

hubungan interpersonal, melakukan aktivitas sehari-hari dan


berkomunikasi. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit anak
akan kehilangan kebebasan, pandangan egois untuk
mengembangkan otonominya. Hal ini akan menimbulkan
regresi.
c) Takut terhadap prosedur yang dapat menimbulkan luka dan
rasa sakit pada tubuh.
Berdasarkan hasil pengamatan bila dilakukan pemeriksaan
telinga, mulut, atau suhu akan membuat anak menjadi

22

sangat cemas. Anak akan bereaksi terhadap rasa nyeri


dengan menangis, mengatup gigi, menggigit bibir, membuka
mata dengan lebar, atau melakukan tindakan agresif seperti
menggigit, menendang, memukul, atau berlari keluar.
k. Aktivitas Sehari-hari
1) Nutrisi
Mengidentifikasi bagaimana selera makan klien, porsi makan,
menu makan dalam 24 jam, frekuensi makan, makanan yang
disukai, makanan pantangan, pembatasan makan, cara makan,
dan ritual saat makan.

Jenis Nutrisi
Karbohidrat
Protein
Lemak
Vitamin

Kebutuhan
1720 kkal/hari
32 gram/ hari
15 20% dari energy/hari
395/hari

2) Cairan
Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 1982 cc - 2368 cc
a) IWL (Insensible water loss) : pada anak
30 x Usia
(tahun)/kg BB/hari
BB usia 3 tahun : 14 kg
IWL
: 30 x 3 x 14
: 1260 cc
b) SWL (Sensible water loss)
Urin anak
: 2-3 cc/kg BB/jam
SWL urin minimum
: 2 x 14 x 24 : 672 cc
SWL urin maksimum : 3 x 14 x 24 : 1008 cc
Feses
: 50-100/1x BAB
Feses minimum
: 50 x 1 : 50 cc
Feses maksimum
: 100 x 1 : 100 cc
Total minimum
: 1260 + 672 + 50 : 1982 cc

23

Total maksimum
: 1260 + 1008 + 100 : 2368 cc
3) Eliminasi
Meliputi data tempat pembuangan eliminasi, frekuensi, warna,
konsistensi, kesulitan, dan cara menanganinya.
4) Istirahat tidur
Mengidentifikasi data klien mengenai jam tidur (siang dan
malam), biasanya usia 3 tahun memilki jam tidur siang 2 jam
dan tidur malam 9 jam.
5) Personal hygiene
Untuk klien dengan umur 3 tahun belum bisa mandi sendiri dan
kebutuhan yang lain masih dibantu oleh orang tuanya.
6) Rekreasi
Untuk klien dengan umur 3 tahun pola rekreasi yang diberikan
yaitu program bermain yang dapat menstimulus penglihatan
dan ingatannya.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Biasanya pada penderita leukemia keadaan umumnya lemah.
2) Tanda-tanda vital
Mengidentifikasi data klien meliputi tekanan darah, nadi, suhu,
serta pernapasan.
3) Antropometri
Mengidentifikasi tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar perut.
4) Sistem pernapasan
Dapat terjadi kesulitan bernafas (dyspnea) pada klien dengan
leukemia. Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan
bernafas dan nyeri dada, apabila hal ini terjadi, maka harus
segera mendapatkan pertolongan medis.
5) Sistem kardiovaskuler

24

Pada

leukemia

dapat

terjadi

syock

hipovolemik

akibat

metabolisme tubuh yang menurun sehingga terjadi starvasi sel.


6) Sistem pencernaan
Selaput bibir dan mulut kering, klien biasanya anoreksia,
muntah, penurunan BB, disfagia, dapat terjadi pembesaran
abdomen, dan dapat terjadi pembesaran hepar dan limpa.
7) Sistem indra
Mengidentifikasi data klien meliputi pemeriksaan pada :
a) Mata (kelopak mata, mata, alis, visus, lapang pandang, dan
lain-lain)
b) Hidung (penciuman,

trauma,

sekret,

sesuatu

yang

menghalangi penciuman)
c) Telinga (keadaan daun telinga, kanal auditorius, membran
tympani,

dan

fungsi

pendengaran),

pada

umumnya

pendengaran klien baik dan tidak ada gangguan.


7) Sistem syaraf
a) Fungsi cerebral
(1) Kesadaran : compos mentis dengan GCS : 15 ( E4M6V5),
bila terjadi syock kesadaran bisa menurun .
(2) Status mental : orientasi, memori, berhitung, bahasa.
b) Fungsi cranial
(1) Nervus I (Olfactorius)
Sensorik : mampu membedakan bau parfum dan minyak
kayu putih dengan menutup salah satu lubang hidung.
(2) Nerus II (Opticus)
Sensorik : pergerakan pandang normal, visus baik.
(3) Nervus III (Oculomotorius)
Motorik : pergerakan bola mata dapat mengikuti cahaya
terang melalui 6 posisi pandang utama dengan pupil
isokor.
(4) Nervus IV (Troclearis)

25

Motorik : menggerakkan bola mata mengikuti arah


obyek, untuk menilai adanya deviasi bola mata, diplopia,
dan nistagmus.
(5) Nervus V (Trigeminus)
Sensorik : mampu merasakan pilinan kapas pada
kelopak mata atas dan bawah, dekati dari samping,
sentuh bagian mata yang berwarna dengan lembut
dengan sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip
dan refleks kornea.
Motorik : lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika
anak merapatkan giginya dengan kuat, kaji kesimetrisan
dan kekuatannya.
(6) Nervus VI (Abducens)
Motorik : mampu melihat ke arah kiri dan kanan tanpa
menengok.
(7) Nervus VII (Facialis)
Sensorik : mampu membedakan rasa manis dan pahit,
mampu mengeluarkan air mata.
Motorik : mampu tersenyum, mengembungkan pipi, atau
memperlihatkan gigi.
(8) Nervus VIII (Acusticus)
Sensorik : mampu mendengar suara.
(9) Nervus IX (Glosofaringeus)
Sensorik : dapat membedakan rasa manis dan pahit.
(10)Nervus X (Vagus)
Motorik : refleks menelan dan ovula baik, terangkat saat
mengucapkan kata ah.
(11) Nervus XI (Accessorius)

26

Motorik : minta anak untuk memutar kepala ke samping


dengan

melawan

tahanan.

Minta

anak

untuk

mengangkat bahu ketika bahunya ditekan ke bawah


(12)Nervus XII (Hypoglosus)
Pergerakan lidah baik
c) Sensorik : klien mampu membedakan rasa sakit, panas,
dingin, getaran dan rabaan.
d) Motorik : massa otot normal, kekuatan otot menurun, tanus
otot baik.

27

2. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM


Proliferasi sel kanker
Sel kanker bersaing dengan sel normal
Untuk mendapatkan nutrisi
Sel normal digantikan dengan sel kanker

Infiltrasi ekstra
Medular

Infiltrasi SSP

Pembesaran
limfe, liver, nodus
limfe, tulang

Meningitis
Leukemia

Nyeri
tulang dan
persendian

Tulang
mengecil
dan lemah

Gangguan
Rasa
Nyaman

Fraktur
patologis

Depresi sumsum
tulang

Metabolisme

Sel
Eritrosit
Faktor
kekurangan
menurun
pembekuan makanan
Leukosit menurun
menurun
Starvasi
Anemia
Sel
Perdarahan
Sel-sel otak
2
Suplai O
mati
menurun
Resiko
Peningkatan
Infeksi
tekanan
ATP
jaringan
Trombositopenia
Kelemahan

28

otot
Gangguan Citra
Tubuh

Syock
Hipovolemik
Intoleransi
Aktivitas

Gambar patofisiologi :
Sumber

: Ashwill and Droske. (1997). Nursing care of child and practice.


Philadelphia : W.B Saunders Company, sudah dimodifikasi
(Suriadi & Rita Yuliani, 2010. Hal : 161)

3. Dignosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) adalah suatu penilaian klinis tentang
respon

individu,

keluarga,

atau

komunitas

terhadap

masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa


keperawatan

memberikan

dasar

untuk

pemilihan

intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan dimana perawat bertanggung


gugat . (Wong,D.L, 2004. Hal : 331)
Menurut Wong, D.L (2004 :596 610), diagnosa pada anak
dengan leukemia adalah :
a. Resiko

infeksi

berhubungan

dengan

menurunnya

sistem

pertahanan tubuh.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat
anemia.

29

c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan


penurunan jumlah trombosit.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual dan muntah.
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan
dengan efek samping agen kemoterapi.
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan stomatitis.
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia.
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan

dengan

alopesia

atau

perubahan cepat pada penampilan.


j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai
anak yang menderita leukemia.
k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial
kehilangan anak.
4. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau
intervensi untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada, maka dapat disusun rencana
keperawatan sebagai berikut : (Wong,D.L, 2004 )

30

a. Resiko

infeksi

berhubungan

dengan

menurunnya

sistem

pertahanan tubuh.
1) Tujuan
: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
2) Intervensi
:
a) Pantau suhu dengan teliti
Rasional : Untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
b) Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : Untuk meminimalkan terpaparnya anak dari
sumber infeksi
c) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk
menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : Untuk meminimalkan pajanan pada organisme
infektif
d) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur
invasif
Rasional : Untuk mencegah

kontaminasi

silang

atau

menurunkan resiko infeksi


e) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya
infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa,
dan masalah gigi
Rasional : Untuk intervensi dini penanganan infeksi
f) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan
baik
Rasional : Rongga mulut adalah medium yang baik untuk
pertumbuhan organisme
g) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : Menambah energi untuk penyembuhan dan
regenerasi seluler
h) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : Untuk mendukung pertahanan alami tubuh
i) Berikan antibiotik sesuai ketentuan

31

Rasional : Diberikan sebagai profilaktik atau mengobati


infeksi khusus
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat
anemia
1) Tujuan
: Terjadi peningkatan toleransi aktifitas
2) Intervensi
:
a) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan
untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
Rasional : Menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b) Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa
gangguan
Rasional : Menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi
seluler atau penyambungan jaringan
c) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang
diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : Mengidentifikasi

kebutuhan

individual

dan

membantu pemilihan intervensi


d) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : Memaksimalkan sediaan energi untuk tugas
perawatan diri
c. Resiko terhadap cedera atau perdarahan yang berhubungan
dengan penurunan jumlah trombosit
1) Tujuan
: Klien tidak menunjukkan tanda-tanda perdarahan
2) Intervensi
:
a) Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan
khususnya pada daerah ekimosis
Rasional : Karena perdarahan memperberat kondisi anak
dengan adanya anemia
b) Cegah ulserasi oral dan rektal
Rasional : Karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
c) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : Untuk mencegah perdarahan

32

d) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut


Rasional : Untuk mencegah perdarahan
e) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah
menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)
Rasional : Untuk memberikan intervensi

dini

dalam

mengatasi perdarahan
f) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : Karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
g) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar untuk
mengontrol perdarahan hidung
Rasional : Untuk mencegah perdarahan
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual dan muntah
1) Tujuan
:
- Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah
2) Intervensi
:
a) Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : Untuk mencegah mual dan muntah
b) Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program
kemoterapi
Rasional : Untuk mencegah episode berulang
c) Kaji respon anak terhadap antiemetik
Rasional : Karena tidak ada obat antiemetik yang secara
umum berhasil
d) Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : Bau yang menyengat dapat menimbulkan mual
dan muntah
e) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : Karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan
baik
f) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : Untuk mempertahankan hidrasi

33

e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan


dengan efek samping agen kemoterapi
1) Tujuan
: Pasien tidak mengalami mukositis oral
2) Intervensi
:
a) Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : Untuk mendapatkan tindakan yang segera
b) Hindari mengukur suhu oral
Rasional : Untuk mencegah trauma
c) Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas,
atau jari yang dibalut kasa
Rasional : Untuk menghindari trauma
d) Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin
normal atau tanpa larutan bikarbonat
Rasional : Untuk meningkatkan penyembuhan
e) Gunakan pelembab bibir
Rasional : Untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan
mencegah pecah-pecah (fisura)
f) Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : Karena bila digunakan pada faring, dapat
menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko
aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
g) Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : Agar makanan yang masuk dapat ditoleransi
anak
h) Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : Untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
i) Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : Untuk membantu melewati area nyeri
j) Hindari penggunaan swab gliserin, hidrogen peroksida dan
susu magnesia
Rasional : Dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat
membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan
memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa

34

k) Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan


Rasional : Untuk mencegah atau mengatasi mukositis
l) Berikan analgetik
Rasional : Untuk mengendalikan nyeri
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis
1) Tujuan
: Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
2) Intervensi
:
a) Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : Jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah
akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
b) Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat
ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi
pada saat selera makan anak meningkat
Rasional : Untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
c) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti
susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : Untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
d) Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan
makanan
Rasional : Untuk mendorong agar anak mau makan
e) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : Karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi
dengan baik
f) Dorong anak untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : Dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
g) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi
protein

kalori,

khususnya

bila

antropometri kurang dari normal

BB

dan

pengukuran

35

g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia


1) Tujuan
: Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri
menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
2) Intervensi
:
a) Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 10
Rasional : informasi memberikan data dasar

untuk

mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi


b) Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur, misalnya
pemantauan suhu non invasif, alat akses vena
Rasional : Untuk meminimalkan rasa tidak aman
c) Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan

derajat

kesadaran dan sedasi


Rasional : Untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis
dan waktu pemberian obat
d) Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang
tepat
Rasional : Sebagai analgetik tambahan
e) Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : Untuk mencegah kambuhnya nyeri
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilitas
1) Tujuan
: Pasien mempertahankan integritas kulit
2) Intervensi
:
a) Berikan perawatan kulit, terutama di dalam mulut dan
daerah perianal
Rasional : Karena area ini cenderung mengalami ulserasi
b) Ubah posisi dengan sering
Rasional : Untuk merangsang sirkulasi dan mencegah
tekanan pada kulit
c) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi
kulit
d) Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker

36

Rasional : Efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus,


ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa
agen kemoterapi
e) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit
yang kering
Rasional : Membantu mencegah friksi atau trauma kulit
f) Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : Untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang
negatif
g) Pilih pakaian yang longgar dan lembut di atas area yang
teradiasi
Rasional : Untuk meminimalkan iritasi tambahan
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia

atau

perubahan cepat pada penampilan


1) Tujuan
: Pasien atau keluarga menunjukkan perilaku
koping positif
2) Intervensi
:
a) Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang
serupa gaya dan warna rambut anak sebelum rambut mulai
rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian
rambut terhadap kerontokan rambut
b) Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan
pada sinar matahari, angin atau dingin
Rasional : Karena hilangnya perlindungan rambut
c) Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap
bersih, pendek dan halus
Rasional : Untuk menyamarkan kebotakan parsial
d) Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6
bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda

37

Rasional : Untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap


perubahan penampilan rambut baru
e) Dorong hygiene dan gunakan alat-alat yang sesuai dengan
jenis kelamin , misalnya wig, skraf, topi, tata rias, dan
pakaian yang menarik
Rasional : Untuk meningkatkan penampilan
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai
anak yang menderita leukemia
1) Tujuan
: Pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan
tentang prosedur diagnostik atau terapi
2) Intervensi
:
a) Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada
keluarga anak
Rasional : Untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak
perlu
b) Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa
gangguan dari staff
Rasional : Untuk mendorong komunikasi dan ekspresi
perasaan
c) Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya
dalam membantu anak menjalani kehidupan yang normal
Rasional : Untuk meningkatkan perkembangan anak yang
optimal
d) Dorong keluarga untuk mengekspresikan perasaannya
mengenai kehidupan anak sebelum diagnosa dan prospek
anak untuk bertahan hidup
Rasional : Memberikan kesempatan pada keluarga untuk
menghadapi rasa takut secara realistis

38

e) Diskusikan

bersama

keluarga

bagaimana

mereka

memberitahu anak tentang hasil tindakan dan kebutuhan


terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional
: Untuk mempertahankan komunikasi yang
terbuka dan jujur
f) Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada
Rasional : Untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran
keluarga
k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial
kehilangan anak
1) Tujuan
: Pasien atau keluarga dapat menerima dan
mengatasi kemungkinan kematian anak
2) Intervensi
:
a) Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional :
Pengetahuan
tentang
proses

berduka

memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa


yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga
lebih efektif menghadapi kondisinya
b) Berikan kontak yang konsisten pada keluarga
Rasional : Untuk menetapkan hubungan saling percaya
yang mendorong komunikasi
c) Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama
pada tahap terminal
Rasional : Untuk meyakinkan bahwa harapan mereka
diimplementasikan
d) Fasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya melalui
bermain

39

Rasional : Memperkuat normalitas perasaan atau reaksi


terhadap apa yang dialami
5. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif.
Dalam

pelaksanaan

implementasi

keperawatan,

penguasaan

keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat


sehingga pelayanan yang diberikan, baik mutunya. Dengan demikian
tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai.
(Wong.D.L.2004:hal.331).
6. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut
Wong.D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien
dengan leukemia adalah :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari

sesuai

tingkat

kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.


c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual
dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya
rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat

40

g. Anak

beristirahat

dengan

tenang,

tidak

melaporkan

dan

menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan


perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan
rambut, anak membantu menentukan metode untuk mengurangi
efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak
tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur,
keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan
tindakannya.

Keluarga

mengekspresikan

perasaan

serta

kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.


k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan,
keluarga dan anak mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran,
kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan
keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

Anda mungkin juga menyukai