Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Intelegensi atau kecerdasan intelektual adalah salah satu
kemampuan mental, pikiran atau intelektual dan merupakan bagian dari
proses –proes kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi. merupakan salah
satu konsep yang dipelajari dalam psikologi . Pada hakekatnya semua
orang sudah merasa memahami makna intelegensi. Intelegensi adalah
kemampuan untuk bertindak secara terarah , berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Ada anak yang mempunyai
intelegensi tinggi, sedang dan rendah.
Perkembangan paling mencengangkan dalam bidang psikologi
kognitif bukanlah teori tertentu atau penemuan eksprimental, namun
sebuah tren umum .Kognisi adalah kegiatan atau proses memperoleh
pengetahuan termasuk kesadaran , perasaan dsb atau usaha menggali
sesuatu melalui pengalaman sendiri. Proses pengenalan , dan penafsiran
lingkungan oleh seseorang hasil pemerolehan pengetahuan.
Metakognisi merupakan pengetahuan dan kesadaran seseorang
tentang kognisinya sendiri,kesadaran tentang apapun yang berhubungan
dengan diri mereka sendiri .seseorang memilki kesadaran metakognitif
biasanya dapat memulai pemikirannya dengan merancang, memantau dan
menilai apa yang dipelajari,jika tidak terpenuhi maka dapat berdampak
pada pemikiran yang kurang sistematis atau kurang runtut pada
mahasiswa. serta mempunyai tiga macam fungsi esensial yaiu
merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi proses kognisi agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi intelegensi,kognisi dan metakognisi
2. Teori tentang intelegensi
3. Ciri- ciri dari setiap jenis intelegensi
4. Fungsi Kognisi
5. Hubungan kognisi dengan bidan lain
6. Macam Metakognisi
7. Peran metakognisi dalam proses belajar

C. TUJUAN
1. Mengetahui Definisi intelegensi, kognisi dan metakognisi
2. Memahami Teori tentang intelegensi
3. Mengetahui Ciri- ciri dari setiap jenis intelegensi
4. Mengetahui Fungsi Kognisi
5. Mengetahui Hubungan kognisi dengan bidan lain
6. Mengetahui Macam Metakognisi
7. Mengetahui Peran metakognisi dalam proses belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Intelengensi

Pendekatan psikometri disebut juga teori psikometri karena basisnya terletak


pada studi mengenal perbedaan – perbedaan individu atau diferensiasi dari
kemampuan- kemampuan individual yang tersembunyi. keberadaaan kemampuan
yang tersembunyi tersebut hanya dapat diidentifikasi melalui tekhnik matematis
yang disebut analisis faktor. Penerapan teori ini dalam tes- tes intelegensi dimulai
dengan sebuah matriks interkorelasi atas analisis kovarian.

Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi sumber- sumber “ laten “ yaitu


variasi yang tersembunyi dalam skor- skor yang dicapai .pada gilirannya variasi
tersembunyi ini di rumuskan dalam teori ,agar dapat diamati dan diukur dalam
skor tes. Sumber- sumber laten berbeda pada masing- masing individu, dan
disebut faktor- faktor . Jadi perbedaan – perbedaan kinerja antara satu individu
dan individu lainnya yang terjadi ketika individu- individu menempuh tes- tes
intelegensi , dapat di ubah menjadi faktor- faktor, dan masing- masing faktor
tersebut mencerminkan kemampuan individu masing- masing ( Sukadji, 1998 )

Pemahaman tentang intelegensi yang dapat diukur melalui faktor- faktor


sebagai kemampuan yang tersembunyi, terus mengalami, terus mengalami
perkembangan . Perkembangan itu berawal dari pandangan terman bahwa
intelegensi itu bersifat tunggal atau hanya terdiri dari satu faktor saja. Yaitu
kecerdasan umum. Selanjutnya Charles Sparman mengemukakan adanya dua
faktor utama dalam intelegensi yaitu faktor G ( general ) dan faktor S ( Spesific ) .
Faktor G menunjuk pada performansi semua tugas tertentu. Menurut Spearman
faktor G lebih bersifat genetis dan faktor S lebih banyak diperoleh melalui latihan
dan pendidikan.

3
Pandangan yang lebih representatif yang menggambarkan perbedaan-
perbedaan individual adalah pandangan Thurstone ( 1938 dalam Stenberg, 1985 )
menurut dia intelegensi terdiri dari faktor jamak ( multiple factors ) yang
mencakup tujuh kemampuan mental utama ( primary mental abilities ), yaitu :

1. Pemahaman verbal ( verbal comprehension ). Kemampuan ini biasanya


diukur melalui tes- tes kosa kata, termasuk sinonim dan lawan kata dan
tes- tes kemampuan menyimak bacaan.
2. Kecepatan verbal ( verbal fluency ). Kemampuan ini biasanya diukur
melalui tes- tes yang menuntut kecepatan dan ketepatan menghasilkan
kata- kata , misalnya dalam waktu yang singkat mampu menghasilkan
sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan huruf d.
3. Bilangan ( number ) . Kemampuan ini biasanya diukur melalui
pemecahan masalah – masalah aritmatika . dalam tes ini sangat
ditekankan tidak hanya masalah – masalah perhitungan dan pemikiran ,
tetapi juga penguasaan atas pengetahuan yang sudah dasebelumnya.
4. Visualisasi spasial ( spatial visualization ). Kemampuan ini biasanya di
ukur dengan tes- tes yang menuntut manipulasi mental atas simbol-
simbol atau bangun- bangun geometris.
5. Ingatan ( memory ).Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes
mengingat kembali kata- kata atau kalimat yang di hafal dari gambar-
gambar yang disertai keterangan gambar ( kata- kata )
6. Pemikiran ( reasoning ). Kemampuan ini biasanya melalui tes- tes
analogi-analogi ( misalnya : pengacara, klien, Dokter, ......dan lain- lain),
atau rangkaian huruf atau angaka untuk diselesaikan ( 2, 4, 7,
11, ..., ....., ....,)
7. Kecepatan persepsi ( perceptual speed) . Kemampuan ini biasanya di
ukur melalui tes- tes yang menuntut pengenalan simbol- simbol secara
cepat , misalnya kecepatan menyilang atau memberi tanda pada huruf f
yang terdapat dalam deretan huruf- huruf ( stenberg, 1985 )

4
Pakar lain yang mengembangkan konsep tentang intelegensi adalah
Guilford ( 1971 dalam Khatena ,1992 ), yang terkenal teorinya dengan
istilah Struktur Intelek ( Structure of Intelect/ SOI ). Teori ini tampaknya
merupakan perluasan komprehensif atas teori faktor jamak ( multiple
factors theory) Thurstone .
Teori SOI Guilford mengemukakan bahwa intelegensi memiliki 180
kemampuan ( semula 150 kemampuan ). Teori ini sering juga disebut
tiga dimensi , yaitu ; operasi, produk dan isi.
1. Dimensi operasi , mencakup lima aspek yang terlibat dalam
pemrosesan informasi , yaitu (1) kognisi , yang berfungsi
menyimpan, dan mengeluarkan informasi dari otak, (2) operasi
produk konvergen yang bersifat tunggal dan konvensional, (3)
operasi produk divergen yang mencakup berbagai alternatif dan
variasi ide yang tidak biasa ,(4) memori yang berfungsi untuk
menyimpan dan memprduksikan kembali (mengingat ) informasi ,
(5) evaluasi, yang melakukan perbandingan dan penilaian kriteria
tertentu
2. Dimensi produk, memiliki enam bentuk organisasional produk
dalam informasi yang di proses individu, meliputi : (1) unit yaitu
item tunggal informasi, (2) kelas yaitu kelompok item informasi
yang memiliki sifat- sifat sama ,(3) relasi yaitu keterkaitan antara
item informasi yang memiliki kesamaan, (4) sistem yaitu koleksi
item informasi merupakan suatu kompleksitas yang saling
berhubungan, (5) transformasi yaitu perubahan atau modifikasi
informasi, ( 6 ) implikasi yaitu penerapan informasi
3. Dimensi isi atau konten, semula terdiri dari lima aspek yatu ; (1)
visual ( penglihatan ) ,(2) pendengaran (audiotori), (3) simbolik yaitu
informasi dalam bentuk simbol atau lambang misalnya kata- kata
angka, not musik, ( 4 ) semantik, yang memberikan makna tertentu
pada suatu informasi , (5) perilaku , yang mengarahkan dalam
bentuk perilaku. Kemudian perkembangan selanjutnya funsi figural (

5
gambar- gambar ) dilepaskan dari fungsi audiotoris. Jadi aspek
keenam dalam isi atau konten adalah figural ( Khatena , 1992 dalam
Semiawan , 1997 )
Dengan demikian seluruh aspek struktur intelek dari Guildford
meliputi 6x 5x6 = 180 aspek
Pakar lain yaitu Raymond B, Cattell ( 1963 dalam Azwar, 1996 )
menyatakan bahwa kemampuan mental dapat diklasifikasikan
menjadi dua macam, yaitu : intelegensi crystallized ( gc ) yang
merefleksikan adanya pengaruh pengalaman, pendidikan dan
kebudayaan dalam diri seseorang . Selanjutnya dijelaskan bahwa
intelegensi critalized akan meningkatkan kadarnya dalam diri
seseorang seiring bertambahnya pengalaman, sedangkan
intelengensi fluid lebihmerupakan kemampuan bawaan yang
diperoleh sejak kelahiran dan lepas dari pengaru pendidikan,dan
pengalaman. Intelegensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia
14 tahun / 15 tahun, sedangkan intelegensi frestalized masih dapat
berkembang sampai usia 30- 40 tahun bahkan lebih (aswar. 1996)
(Garnier 1893,1993) mengajukan teori intelegensi yang bersifat
jamak. Yang membahas kemampuan otak manusia dan sensivitasnya
terhadap beragam budaya manusia. Gender mengelompokkan
intelegensi ke dalam tujuh kelompok :
1. Intelegensi liquistik yaitu kemampuan menggunakan bahasa
dalam memahami bacaan
2. Intelegensi logika matematika yaitu kemampuan memahami dan
menggunakan logika matematika dan ilmu pengetahuan
3. Intelegensi spasial yaitu kemampuan membentuk suatu model
mental dan masalah spesial meliputi menggerakkan dan
mengopersaionalkan nya sesuai dengan model tersebut.
4. Intelegensi musik yaitu kemampuan menggunakan bahasa musik

6
5. Intelegensi kinestik tubuh yaitu kemampuan memecahkan atau
melihat masalah dengan cara menggunakan bagian- bagian
badan atau seuruh badan.
6. Intelegensi interpersional yaitu kemampuan memahami orang
lain dan memotivasi mereka dan kemampuan mengetahui
bagaimana bekerja sendiri atau bekerjasama dengan orang lain.
7. Intelegensi intepersonal yaitu kemapuan yang berkaitan dengan
cara melihat kedalam diri dan kapsitas untu membentuk model
yang akurat dan jujur mengenai diri sendiri yang dapat
digunakan menjalani hidup secara efektif.
Selanjutnya gender menambah dua jenis intelegensi yaitu
1. Intelegensi natural yaitu mengenal flora, fauna dan mencintai
alam seperti biologi dan fisika
2. Intelegensi spiritual yaitu kemampuan menghayati suatu
agama, kepercayaan, menghayati adanya Tuhan yang maha
Esa.
Sejalan dengan berkembangnya teori tentang intelegensi
berkembang pula definisi tentang intelegensi. Menurut
Stenberg ( 1997 dalam SoetarlinaSukardji 1998 ) berdasarkan
survei yang diadakan 1921 , pada umumnya intelegensi
berkaitan dengan :
1. Kemampuan tingkat tinggi ( seperti penalaran abstrak,
representasi mental, pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan )
2. Kemampuan belajar
3. Adaptasi untuk memenuhi tuntutan lingkungan.

Dua Unsur penting dalam definisi tersebut adalah

Kapasitas untuk belajar dari pengalaman dan kapasitas


untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bahwa dengan
kemapuan belajar dan beradaptasi merupkan kapasitas yang

7
menentukan dalam intelegensi terlihat jelas dalam kasus
retardasi mental ( Sukardji 1998 ) survei tahun 1986
menyimpulkan bahwa unsur yang penting dalam devinisi
intelegensi menyempit dengan menekankan unsur adaptasi
tetapi dalam realitasnya manusia tidak hanya beradaptasi
dengan lingkungan, tetapi memilih juga lingkungan , dan
kadang- kadang membetuk lingkungan,.

Dengan demikian devinisi intelegensi mengarah


pada kemampuan adaptasi dengan tuntutan lingkungan atau
kreatif atau inofatif., mengubah dan menemukan konteks
baru selanjutnya Stenberg menyarankan devinisi sebagai
berikut : intelegesi kemampuan mental yang dibutuhkan
untuk adpatasi maupun membentuk dan memilih konteks
lingkungan ( Stenberg 1997 dalam Sotarlina Sukarji 1998 )

B. KOGNISI
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam pembahasan tentang
intelegensi terdapat dua pendekatan yaitu psikometri dan kognisi atau
pemrosesan informasi, demikian pula pembahasan proses mental terdapat
beberapa pendekatan diantaranya pendekatan perilaku yang dikemukakan
kaum Bhaviorismen dan pendekatan kognisi atau pemrosesan informasi
Kognisi adalah kemampuan untuk memperoleh pengetahuan ,mencari
pemahaman terhadap cara manusia berpikir.
Pendekatan kognisi menurut Darlene V Howard (1983)
mengemukakan pandangan dari pendekatan kognisi dapat dikemukakan
sebagai :
1. Pendekatan kognisi lebih menekankan cara mengetahui (Knowin)
dan bukan cara memberikan respon ( responding ) pendekatan ini
memiliki kecenderungan untuk menemukan cara ilmiah dalam
upaya memperoleh penguasaan ( Askuiston ) dan pengaplikasian
(aplication) pengetahuan ini berarti penekanan pendekatan ,

8
kognitif bukan terletak pada hubungan stimulus respons tetapi pada
yang terjadi dalam proses mental tersebut .atau dengan kata lain
lebih banyak mempergunakan pikiran (Min) dan bukan dengan
tindakan garis miring perbuatan( BHaviord ). Dscertes mengatakan
: CoG ito Ergo Sum ( Saya berpikir karena itu saya ada ) dan bukan
saya berbuat / bertindak maka saya ada.
2. Pendekatan kognisi lebih menekankan pada struktur mental /
pengaturan / pengorganisasian . Penekanan tentang fungsi
pengaturan ini dijelaskan oleh J-an Piaget yang telah memberikan
kontribusinya dalam pengertian perkembangan manusia khususnya
perkembangan kognisi, Piaget mengatakan bahwa semua makhluk
hidup dilahirkan dengan keahlian yang berbeda yaitu keahlian
untuk mengatur pengalaman dan keahlian ini merupakan faktor
pendorong ( Inpetus ) dalam perkembangan kognisi.
3. Pendekatan kognisi mempersepsikan individu sebagai makhluk
yang aktif konstruktif berencana dan bukan makhluk yang passif.
Menerima stimulus dari lingkungan para ahli teori kognisi
memandang indvidu sebagai pelaku aktif dalam proses
pemerolehan dan aplikasi pengetahuan. lebih Lanjut mereka
berpendapat bahwa manusia harus melakukan analisis tentang
srategi yang digunakan dalam berpikir mengingat memahami dan
juga dalam menghasilkan bahasa ( Producing Langduage)
4. Selanjutnya menurut Hoard (1983) selain bahwa kognisi memiliki
3 ciri sebagian telah diuraikan diatas teori kognisi yang dapat juga
disebut sebagai teori pemrosesan informasi memiliki 3 asumsi
sebagai berikut:
 Asumsi yang menyatakan bahwa antara stimulus dan
respon terdapat rangkaian tahapan pemrosesan yang tiap
tahapnya melakukan jumlah waktu yang pasti.
 Asumsi yang menyatakan bahwa jika stimulus diproses
melalui tahapan tersebut maka bentuk dan isi stimulus

9
diasumsikan telah melalui sejumlah tahapan perubahan atau
transformasi.
 Asumsi yang nyatakan bahwa setiap tahapan dari sistem
pemrosesan memiliki kapasitas terbatas dalam arti adanya
batasan jumlah pemrosesan yang dilakukan secara
berkesinambungan. Menurut pendekatan pemrosesan
informasi ini penentuan rangkaian terhadap yang
membentuk suatu kognisi dan penentuan sifat dari
perubahan atau transformasi yang terjadi pada tahap
tersebut sangat penting untuk dapat memahami sifat kognisi
manusia.

Hubungan kognisi dengan bidang lain

Kombinasi bidan kajian disebut ilmu kognisi di tandai dengan adanya


komunitas jurnal dan beberapa jurusan di universitas . ilmu kognisi merupakan
kajian mengenai intelegensi manusia , program komputer dan teori abstrak dengan
penekanan pada perilaku cerdas seperti perhitungan .Ada juga keinginan untuk
menggabungkan pemikiran- pemikiran yang dibangun oleh kajian mengeni
psikologi, linguistik, antropologi, filsafat, kecerdasan buatan, dan neurosains.

C. METAKOGNISI
1. Pengertian metakognisi ( metakomponen )
Metakognisi jelas berhubungan dengan kognisi istilah meta berasal
dari bahasa Yunani artinya lebih tinggi “( bandingkan dengan
metafisik, metaemptiris, metafora, metaetika, dan lain- lain )
metakognisi secara etimologis artinya sesuatu yang lebih tinggi dari
atau dari diatas kognisi termasuk pengetahuan tentang kognisi itu
sendiri.pantas kalu Baker dan Brown ( 1984 ) dalam (Hamilton dan
Ghatala 1994) merukjuk pada adanya dua macam tipe metakognisi
yaitu :
a. Pengetahuan tentang kognisi

10
b. Pengaturan kognisi

Pengetahuan tentang kognisi meliputi pengetahuan sesorang


tentang sumber daya kognisinya sendiri dan kesesuaian antara karakter
pribadi seseorang pembelajar dengan situasi belajar. Bake dan Brown
berpendapat bahwa pengetahuan tentang kognisi bersifat stabil
sepanjang waktu. Pengetahuan tentang kognisi merupakan suatu
bentuk pengetahuan deklaratif Baker dan Brown berpendapat bahwa
pengetahuan kognisi seseorang berkembang terlambat di bandingkan
dengan usianya. Dan menjadi lebih sempurna pda usia yang lebh tua.

Sedangkan pengaturan kognisi merupakan mekanisme


pengaturan diri yang digunakan oleh siswa yanga ktif selama
memecahkan masalah. Pengaturan kognisi meliputi aktivitas
mengecek hasil dari settiap usaha memecahkan masalah
merencanakan aktivitas berikutnya. Memonitor efektifitas dari
setiap usaha. Dengan melakukan pengetesan ,melakukan perbaikan
dan evaluasi dari strategi belajar siswa pengaturan kognisi bersifat
tidak stabil karena siswa menggunakannya dalam beberapa dalam
kesempatan tetapi tidak dalam kesempatan lain. Pengaturan
koginisi merupakan bentuk pengetahuan prosedural walaupun
pengaturan kognisis lebih sering digunakan oleh anak yang lebih
tua atau orang dewasa. Tetapi anak muda dapat megatur
aktifitasnya sendiri. Pada masalah yang sederhana.

Menurut Flafel 1999 dan Millr 2002 metakognisi dikatakan


sebagai Kognisi tentang kognisi atau mengetahui tentang
mengetahui apabila kita hanya mendasarkan kata- kata sebagai
yang tertulis tersebut akan sulit dipahami maknanya tetapi apabil
kita memelajari uraiyang tentang metakognisi baru kita dapat
memahaminya menurut Flafel dkk 2002. Metakognisi mencakup 2
aspek yaitu pengetahuan metakognitif dan aktifitas metakognitif .

11
pengetahuan metakognitif melibatkan usaha meotoring dan refleksi
pikiran seseorang. Ini termasuk pengetahuan faktual seperti
pengetahuan tentang tugas tujuan ataudiri sendiri. Dan
pengetahuan tentang bagaimana dan kapan akan menggunakan
prosedur khusus untuk memecahkan suatu masalah sedangkan
aktifitas metakognitif yaitu terjadi pada saat siswa secara sadar
mengelola strategi pemikiran pada saat memecahkan masalah
untuk mencapai tujuan .

Ini berarti kognisi kata pertama dari “ kognisi tentang


kognisi “ mempunyai makna kemampuan berpikir atau kognisi.
Sedang kognisi kata kedua dari “kognisi” tentang kognisi
Mempunyai makna aktivitas metakognitif atau dengan istilah lain
disebut self regulated dalam konteks belajar disebut disebut self
regulated dalam konteks belajar disebut pula dengan “ mengetahui
tentang mengetahui”. Mengetahui kata pertama mempunyai makna
kognisi , mengetahui kata kedua mempunyai makna self regulated
learning.
Pressly ( dalam Mc cornick & Pressly 1997 , Pressly 1983 )
menyatakan bahwa kunci keberhasilan pembelajaran adalah
membantu siswa mempelajari serangkaian strategi yang dapat
menghasilkan pemecahan masalah . Pemikir yang baik
menggunakan strategi secara rutin untuk memecahkan masalah.
Pemikir yang baik juga mengetahui juga kapan dan dimana
seharusnya menggunakan strategi tersebut ( strategi metakognisi
atau self regulated learning ). Memahami kapan dan dimana
seharusnya menggunakan strategi metakognisi kerap muncul pada
saat siswa melakukan aktivitas monitoring terhadap pelaksanaan
tugas- tugas akademisnya.
Donald Michenbaum dan koleganya menguraikan
metakognisi sebagai “ kesadaran seseorang tentang proses kognisi

12
mereka sendiri dan bagaimana proses itu bekerja . Secara Harfiah
metakognisi berarti kognisi tentang kognisi atau pengetahuan
tentang pengetahuan . pengetahuan tersebut digunakan untuk
memonitor dan mengatur proses kognisi yaitu penalaran,
pemahaman, pemecahan masalah, pembelajararn dan lain
sebagainya.
Metakognisi meliputi tiga macam pengetahuan, yaitu :
a. Pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan yang dapat
dinyatakan ,biasanya secara verbal ,melalui ceramah , buku,
tulisan, pertukaran kata- kata , braille, bahasa sandi , notasi
matematika dan sebagainya.
b. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan “ mengenal
cara melakukan sesuatu, seperti membagi pecahan atau
memberihkan karburator , pengetahuan prosedural harus
didemonstrasikan
c. Pengetahuan kondisional adalah pengetahuan mengenai
mengapa dan kapan melakukan pengetahuan deklaratif
ataupun prosedural.
Pengetahuan mtakognisi untuk mengatur kegiatan berpikir
dan belajar
Terdapat tiga macam keterampilan yang esensial dalam
metakognisi yaitu :
a. Perencanaan menentukan beberapa banyak waktu yang
disediakan untuk menyelesaikan suatu tugas, strtegi
mana yang digunakan bagaimana memulai suatu tugas,
sumber daya apay yang dilibatkan, instruksi yang mana
harus diikuti , apa yang digunakan unutk menyeleksi
dan hal apa yang harus di berikan secara penuh ( intens,
dan lain sebagainya )
b. Monitor adalah kesadaran on line tentang mengapa saya
melakukan monitoring memerlukan pertanyaan apakah

13
ini masuk akal apakah saya mencoba melakukan terlalu
cepat, apakah saya telah cukup belajar
c. Evaluasi meliputi membuat penilaian tentang proses
dan hasil berpikir dan belajar. Apakah saya akan
mengubah strategi, apakah saya memerlukan bantuan,
apakah tugas- tugas akademik,(makalah, gambar,
model, syair atau puisi ,perencanaan dan lain
sebagainya ) sudah selesai dikerjakan.
Temuan yang nyaris senada diberikan melalui hasil
studi .Studi ini menemukan bahwa efikasi diri dan
metakognisi berperan dalam memengaruhi permance
belajar yang ditampilan oleh individu .hal yang menarik
adalah bahwa peran metakognisi dalam
memaksimalkan hasil belajar lebih besar dari efikasi
diri. Hal ini berarti yakin untuk bisa sukses dan
mendapatkan hasil yang lebih maksimal saja. Tidak
cukup jika tidak diimbangi oleh metakognisi dalam
proses belajar sementara itu metakognisi sendiri
berpengaruh terhadap efikasi diri akademis semakin
bagus kemampuan metakognisi yang dimiliki maka
akan semakin tinggi efikasi diri akademis yang dimliki
individu. Hal ini tentu juga sangat membantu individu
mendapatkan persentase akademis yang maksimal .
2. Peran metakognisi dalam proses belajar
Metakognisi dipengaruhi oleh usia , mental individu di
dalam usia perkembangannya anak membutuhkan komunikasi
yang baik dan lancar dalam menerjemahkan semua keinginan dan
kebutuhannya terhadap orang lain. Di sisi lain komunikasi ini juga
membantu anak mendapatkan umpan balik dari orang lain. Yang
berguna memantaunya memahami kemampuan kognisinya ini
sendiri. Menurut studi Cmokofa 2014 anak bisa mendapatkan

14
bantuan dari orang lain untuk meningkatkan metakognisinya
bahkan sedari dini
Metakognisi memainkan peranan yang penting bagi
individu khususnya siswa mudah mendapatkan pemahaman yang
maksimal dalam belajar dan mendapatkan hasil belajar yang juga
maksimal. Secara teori telah disebutkan bahwa metakognisi
membantu individu dalam mengawasi apakah dirinya berproses di
jalur yang benar atau tidak. Hal ini sangat membantu siswa dalam
mendapatkan umpan balik secara pribadi mengenai progres
belajarnya. Studi Mirsay dkk 2012 menyebutkan hal senada bahwa
usaha pencapaian target belajar akan lebih kuat dalam membantu
mahasiswa mendapatkan IPK yang tinggi. Namun metakognisi
memberikan dorongan lebih besar untuk mendapatkan nilai IPK
yang lebih maksimal.
Studi menarik yang dilakukan oleh Pishghadam dan Khjafi
2013 menemukan besarnya peran metakognisi dalam penguasaan
bahasa asing. Studi mereka ini menjelaskan bahwa meskipun
intelegensi memiliki perananan yang besar bagi individu dalam
menguasai bahasa asing namun peran metakognisi lebih kuat
artinya proses memonitoring sebagai bagian dari metakognisi yang
dilakukan individu dalam penguasaan bahasa asing.menjadi lebih
berperan dibandingkan intelegensi itu sendiri. Yang pasif
menerima stimulus dari lingkungan. Para ahli teori kognisi
memandang individu sebagai pelaku aktif dalam proses
memperoleh dan aplikasi pengetahuan lebih lanjut mereka
berpendapat bahwa manusia harus melakkan analisis tentang
strategi yang digunakan dalam berpikir, mengingat, memahami,
dan juga dalam menghasilkan bahasa .
Selanjutnya menurut Hoard 1983 selain bahwa kognisi
memiliki 3 ciri sebagai telah diuraikan di atas teori kognisi juga
disebut sebagai teori pemrosesan informasi memiliki 3 asumsi sbb:

15
Pertama

asumsi yang menyatakan bahwa antara stimulus dan


respon terdapat rangakian tahapan pemrosesan yang
tiap tahapnya memerlukan jumlah waktu yang pasti.

Kedua

asusmsi yang menyatakan bahwa jika stimulus di proses


melalui tahapan tersebut maka bentuk dan isi
diasumsikan telah melalui sejumlah tahapan perubahan
atau transformasi.
Ketiga ,
Asumsi yang menyatakan bahwa setiap tahapan dari sistem
pemrosesan memiliki kapasitas terbatas dalam arti adanya batasan
dalam jumlah pemrosesan yang dilakukan secara
berkesinambungan menurut pendekatan pemrosesan informasi ini
penentuan rangkaan tahapan yang menbentuk suatu kognisi dan
penentuan sifat dari perubahan atau transformasi yang terjadi pada
tahap tersebut sangat penting untuk dapat memahami sifat kognisi
manusia.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dengan pembelajaran berbasis kecerdasan seseorang meliputi

unsur- unsur kecerdasan matematika logika ,kecerdasan bahasa

musikal, visual spasial, kinestik, interpersonal, dan naturalis.

2. Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang di

dapatkan dari proses berpikir seseorang atau sesuatu.proses

yang dilakukan adalah pengetahuan dan memanipulasi

penegetahuan melalui ktifitas mengingat, menganalisis,

memahami, menilai, menalar dan berbahasa. Tidak dapat diukur

secara langsung, namun melalui perilaku yang nampak dapat di

amati.

3. Metakognisi memainkan peranan yang penting bagi individu khususnya

siswa mudah mendapatkan pemahaman yang maksimal dalam belajar

dan mendapatkan hasil belajar yang juga maksimal.

B. Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri maupun


pembaca dalam dunia pendidikan. Dan penulis berharap makalah ini
akan bertambah baik di masa mendatang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aryanti dan Wahyuni .2003 .Multiple intelligences dan application.Salatiga:

Gernard ,howard .2011 .Frames of Mind :The Theory of Multiples


Intelligence. New York. Basic Book.

Sanjaja ,Stefanus .2006 Teori Multiples Intelligencedan Aplikasinya di


Pendidikan anak usia Dini .Semarang

18
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
( INTELEGENSI, KOGNISI DAN METAKOGNISI )

KELOMPOK VIII

FATMAWATI 19.1302.125

PERTIWI 19.1302.154

PRODI DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Psikologi
Pendidikan yang berjudul “ INTELEGENSI, KOGNISI DAN
METAKOGNISI ini dengan baik tanpa hambatan.

Dengan selesainya makalah ini disusun, kami mengucapkan terima


kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang Terhormat Dosen Pengajar
serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini. Walaupun makalah ini telah selesai, namun karena
keterbatasan kemampuan dan literatur yang kami miliki, sehingga
makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga besar harapan kami
untuk menerima saran dan kritik yang bersifat konstruktif.

Kami mengucapkan selamat membaca semoga makalah ini ada


manfaatnya bagi pembaca pada umumnya kesehatan dan ilmu
pengetahuan khususnya.

Terimakasih

Makassar, 11 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................2

C. Tujuan ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Intelegensi.....................................................................................3

B. Kognisi...........................................................................................8

C. Metakognitis..................................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................17

B. Saran ............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii

Anda mungkin juga menyukai