Pertemuan ke 4
1. Intelegensi
Ada banyak pengertian intelegensi dari para ahli. Berikut ini diantaranya:
• Lewis Madison Terman (1916) mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan
seseorang dalam berpikir secara abstrak
• H.H. Goddard (1946) mendefinisikan intelegensi sebagai tingkat kemampuan
pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung
dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang
• Menurut Baldwin (1901) intelegensi adalah daya atau kemampuan untuk memahami
• Menurut Edward Lee Thorndike (1913) intelegensi adalah kemampuan dalam
memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta
• David Wechsler mendefinisikan intelegensi sebagai kumpulan atau totalitas
kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara
nasional, serta menghadapi lingkuangannya dengan efektif
• Walters dan Gardner (1986) mendefinisikan intelegensi sebagai suatu kemampuan
atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu
memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya
tertentu
• Intelegensi menurut Neisser (dalam Kim, Cramond, & VanTassel-Baska, 2010)
adalah kemampuan untuk memahami gagasan-gagasan kompleks, untuk beradaptasi
dengan lingkungan, untuk belajar dari pengalaman dan untuk menggunakan
pemikiran untuk mengatasi hambatan. Intelegensi merefleksikan kapasitas individu
yang dibentuk oleh pengalaman dan pembelajaran dan seringkali didefinisikan secara
operasional oleh sekolah sebagai kemampuan kognitif yang diukur menggunakan tes
IQ. Maka dari itu IQ merupakan pengukuran intelegensi dan merupakan semaam
perwakilan intelegensi meskipun IQ tidak sama dengan intelegensi. Salah satu
perbedaannya adalah IQ terbatas hanya pada apa yang diukur saja, sementara
intelegensi dalam bentuknya yang murni merupakan suatu hal yang kompleks dan
multidimensi.
George D Stoddard (1941) memandang intelegensi sebagai bentuk kemampuan
untuk memahami masalah-masalah dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mengandung kesukaran,
b. Kompleks, yang berarti mengandung bermacam jenis tugas yang harus dapat diatasi
dengan baik dalam arti bahwa individu yang intelegen mampu menyerap kemampuan
baru dan memadukannya dengan kemampuan yang sudah dimiliki untuk kemudian
digunakan dalam menghadapi masalah,
c. Abstrak, yakni mengandung simbol-simbol yg memerlukan analisis dan interpretasi
d. Ekonomis, yaitu dapat diselesaikan dengan proses mental yang efisien dari segi
penggunaan waktu
e. Diarahkan pada suatu tujuan, dalam arti bukan dilakukan tanpa maksud melainkan
mengikuti arahan atau target yang jelas
f. Mempunyai nilai sosial, yaitu cara dan hasil pemecahan masalah dapat diterima oleh
nilai dan norma sosial,
g. Berasal dari sumbernya, yaitu pola pikir yang membangkitkan kreativitas untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan lain.
Gardner (dalam Davis, Christodolou, Seider, & Gardner, 2011) mengajukan teori
multiple intelligence. Menurutnya, individu memiliki delapan atau lebih intelegensi yang
relatif otonom. Individu kemudian akan menggunakan intelegensi ini untuk membuat
suatu produk dan memecahkan masalah yang relevan dengan masyarakat dimana mereka
tinggal. Namun hanya dua intelegensi, yakni linguistic dan logical-mathematical yang
bernilai dan diuji di sekolah-sekolah.
Dibawah ini merupakan delapan intelegensi menurut Gardner:
a. Linguistic
Kemampuan untuk menganalisa informasi dan membuat produk yang melibatkan
bahasa oral maupun tertulis seperti pidato, menulis buku, dan memo
b. Logical-Mathematical
Kemampuan untuk membangun persamaan dan bukti, membuat kalkulasi,
perhitungan dan memecahkan masalah abstrak
c. Spatial
Kemampuan untuk mengenali dan memanipulasi gambaran spasial skala besar
maupun objek-objek yang memiliki perbedaan kecil
d. Musical
Kemampuan untuk memproduksi, mengingat, dan memaknai pola-pola suara yang
berbeda
e. Naturalist
Kemampuan untuk mengidentifikasi dan membedakan diantara berbagai macam jenis
tanaman, hewan dan pembentukan cuaca yang ada di alam
f. Bodily-Kinesthetic
Kemampuan untuk menggunakan tubuhnya sendiri untuk membuat produk dan
memecahkan masalah
g. Interpersonal
Kemampuan utnuk mengenali dan memahami mood, keinginan, motivasi, dan intensi
orang lain
h. Intrapersonal
Kemampuan untuk mengenali dan memahami mood, keinginan, motivasi, dan intensi
diri sendiri
3. Metakognisi
Banyak penelitian mengenai metakognisi merujuk pada hasil kerja Flavell yang
memperkenalkan metakognisi sebagai pengetahuan dan kognisi mengenai fenomena
kognitif. Metakognisi juga dipahami sebagai “thinking about thinking” dan “higher order
cognition of cognition”. Kognisi dan metakognisi merupakan dua hal yang berbeda
dimana, keterampilan kognitif merupakan hal yang penting untuk melakukan suatu tugas,
sementara metakognisi penting untuk memahami bagaimana tugas itu akan dijalankan.
Flavell (dalam Jausovec, 2008) berpendapat bahwa metakognisi merupakan
interaksi dari dua faktor, yaitu:
a. Metacognitive knowledge
Metacognitive knowledge merupakan bagian dari pengetahuan individu yang
merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan kognisi. Dengan kata lain,
metacognitive knowledge merujuk pada bagaimana kita memperoleh pengetahuan
tentang proses kognitif. Komponen ini terdiri atas
• Pengetahuan mengenai variabel orang (person knowledge): pengetahuan mengenai
diri individu
• Variabel tugas (task knowledge): merujuk pada pengetahuan mengenai bagaimana
informasi spesifik yang ditemui oleh individu mempengaruhi dan membatasi
mereka untuk mengatasi suatu masalah. Informasi ini bisa saja informasi yang baru
saja ditemui atau mungkin merupakan pengetahuan yang telah didapatkan
sebelumnya
• Variabel strategi (strategy knowledge): pengetahuan mengenai strategi atau
prosedur kognitif untuk mencapai tujuan
b. Metacognitive experiences
Metacognitive experience terdiri atas pengalaman yang disadari yang bisa saja
merupakan pengalaman kognitif atau afektif dan berkaitan dengan usaha atau situasi
kognitif yang sedang berlangsung.