Anda di halaman 1dari 6

Model Belajar Mengajar Kreatif

Pertemuan ke 5

1. Taksonomi Belajar Bloom Sasaran Kognitif


Taksonomi Bloom memiliki sasaran pembelajaran pada domain kognitif.
Taksonomi ini diciptakan untuk mengklasifikasi tingkat perilaku yang dianggap penting
dalam pembelajaran. Dalam taksonomi ini, pembelajaran disusun dalam susunan
hierarkial, mulai dari pengetahuan, kemudian berlanjut ke tahap pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan yang terakhir adalah evaluasi.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi, yakni, analisis, sintesis, dan evaluasi)
merupakan bagian dari kemampuan kognitif yang harus dikembangkan pada semua
siswa. Taksonomi ini memang membantu memberikan kerangka untuk memberikan
kurikulum di uar mengingat dan memproduksi yang bermanfaat bagi anak berbakat,
namun ini juga tidak terbatas pada anak berbakat saja. Anak berbakat mungkin punya
lebih banyak waktu untuk mengerjakan tugas untuk mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi namun anak-anak lainnya juga tidak ditinggalkan begitu saja.
Mungkin proporsi waktunya yang dibedakan sesuai dengan kapasitas siswa.
a. Pengetahuan (knowledge)
Dapat mengenal, mengingat dan mereproduksi atau menyatakan kembali
bahan pengetahuan/pelajaran yang pernah diberikan.
b. Pemahaman (comprehension)
Memahami materi yang iberikan dan mampu menggunakannya tanpa perlu
menghubungkannya dengan materi lain / melihat implikasinya
c. Penerapan (application)
Menggunakan hal-hal abstrak dalam situasi khusus dan konkret.
d. Analisis (analysis)
Menguraikan materi menjadi bagian-bagian sehingga kedudukan / hubungan
menjadi jelas
e. Sintesis (synthesis)
Menyusun bagian-bagian sehingga membentuk keseluruhan; proses belajar
dengan bahan-bahan dan menyusunnya menjadi pola tertentu
f. Evaluasi (evaluation)
Memberi pertimbangan mengenai nilai dari bahan dan metode untuk tujuan
tertentu
Tabel 1
Taksonomi Kognitif Bloom
Tingkat Keterampilan Contoh
Pengetahuan Menghafal Apakah lambang kimia untuk air?
Mengingat

Pemahaman Menerjemahkan Ceritakan kembali cerita Putri Salju!


Menghubungkan Mampu menjelaskan definisi istilah
Menafsirkan keilmuan dengan kata-kata sendiri, namun
intinya masih sama dengan arti sebenarnya

Penerapan Menerapkan Jika John punya empat duku dan Ani dua
Menggunakan informasi duku, berapa jumlah duku mereka bersama-
dalam situasi baru sama?

Analisis Mengkategorikan Butir-butir mana dari daftar di bawah ini


Mengklasifikasi yang merupakan satu kelompok?

Sintesis Mengembangkan Membuat suatu barang dengan fungsi baru


Merancang dari gabungan beberapa barang yang sudah
Mencipta ada sebelumnya

Evaluasi Mempertimbangkan Bagaimana kita dapat meningkatkan fungsi


Memutuskan dari barang yang kita buat?
Menyarankan

2. Taksonomi Belajar Krathwol Sasaran Afektif


Taksonomi belajar dari Krathwol ini berbeda dengan taksonomi belajar milik
Bloom, meskipun sebenarnya taksonomi ini juga diajukan oleh Bloom bersama dengan
Krathwol. Sasaran taksonomi Bloom memiliki sasaran pada domain kognitif sementara
taksonomi belajar Krathwol memiliki sasaran afektif.
Taksonomi ini merujuk pada bagaimana kita berhadapan dengan berbagai macam
hal secara emosional, seperti misalnya perasaan, nilai-nilai, bagaimana kita
menghargai/mengapresiasi sesuatu, antusiasme, motivasi dan sikap terhadap berbagai
hal. Taksonomi afektif Krathwol menyatakan bahwa semua pembelajaran diawali
dengan domain afektif; tahap paling awal dari pembelajaran adalah kesediaan untuk
menerima informasi/pengetahuan dimana informasi/pengetahuan ini sebenarnya
merupakan pondasi dari taksonomi kognitif (coba dilihat lagi, tahap awal dari taksonomi
kognitif Bloom adalah pengetahuan). Kemudian setelah bersedia melakukan sesuatu,
muncullah kemauan untuk melakukan sesuatu – yang merupakan essence dari motivasi
– dan ini kemudian mengarah ke tingkat yang lebih kompleks, yang pada akhirnya
berkembang menjadi internalisasi sistem nilai-nilai yang mengarahkan perilaku.
Pembelajaran afektif ditunjukkan dengan perilaku yang mengindikasikan
kesadaran, ketertarikan, perhatian, kepedulian dan tanggung jawab, kemampuan untuk
mendengarkan dan merespons dalam berinteraksi dengan orang lain dan kemampuan
untuk menunjukkan karakteristik atau nilai-nilai diatas di kehidupan yang sebenarnya.
Taksonomi sasaran afektif ini meliputi
a. Menerima (receiving)
Menerima merujuk pada kemampuan untuk merasakan emosi dan dapat
menunjukkannya kesadaran, kesediaan untuk menerima, dan perhatian yang
dikendalikan atau dipilih. Jadi awalnya, tentu saja siswa harus berada dalam
kondisi kesadaran, kemudian ia harus bersedia menerima stimulus (eg. Informasi,
pengetahuan) dari luar kemudian setelah itu ia akan memilih/mengendalikan
perhatiannya ke stimulus tersebut
Menerima juga merujuk pada kesediaan siswa untuk memperhatikan
stimulus
b. Merespons (responding)
Merespons merujuk pada individu yang sadar akan lingkungannya dan
kemudian berminat untuk meresponsnya. Dengan kata lain, individu secara aktif
berpartisipasi ke dalam pembelajaran, misalnya mau menurut ketika diminta
membaca buku, atau mau menjawab pertanyaan
c. Menghargai (valuing)
Menghargai berarti siswa mampu menemukan makna dalam suatu objek,
fenomena, atau perilaku. Pada tahap ini, siswa diharapkan mampu menerima suatu
nilai, memiliki preferensi terhadap nilai dan mampu mengikatkan diri
(berkomitmen) terhadap nilai
d. Menyusun sistem nilai (organizing a value system)
Tahap ini berhubungan dengan menggabungkan nilai-nilai yang berbeda,
menemukan jalan keluar jika ada konflik antar nilai, dan mulai membangun sistem
nilai yang konsisten. Jadi siswa diharapkan bisa memprioritaskan nilai-nilai yang
telah mereka internalisasi dan mengakomodasikan satu sama lain sehingga ada
keajegan dalam perilaku berdasarkan sistem nilai
e. Perwatakan (characterization)
Nilai diwujudkan dalam perilaku dan sistem nilai yang telah dikembangkan
tadi akan menentukan bagaimana mereka bertindak. Siswa juga diharapkan mampu
memadukan nilai-nilai menjadi pandangan hidup.

Tabel 2
Contoh perilaku pada Taksonomi Afektif Krathwol
Tingkat Contoh
Merespons • Mendengarkan diskusi mengenai masalah yang
kontroversial dengan pikiran terbuka
• Menghormati orang lain

Merespons • Menyelesaikan tugas rumah


• Berpartisipasi dalam aktivitas memecahkan masalah
• Menanyakan konsep baru agar lebih paham

Mneghargai • Menunjukkan kemampuan untuk memecahkan


masalah
• Mau menjadi penanggung jawab agar kelompok bisa
lebih berkembang

Menyusun • Mengenali kemampuan, keterbatasan, nilai-nilai yang


sistem nilai dimiliki diri sendiri dan kemudian membangun aspirasi
yang realistis
• Memahami bahwa tiap orang memiliki tanggung jawab
untuk meningkatkan relasi

Perwatakan • Mampu bergantung pada diri sendiri ketika bekerja


mandiri

3. Model Belajar Treffinger


Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif menggambarkan susunan tiga
tingkat yang mulai dari unsur-unsur dasar dan menanjak ke fungsi berpikir kreatif yang
lebih majemuk. Jadi dalam model ini, individu membangun keterampilan pada dua
tingkat pertama kemudian di tingkat tertinggi diharapkan mampu menangani masalah di
dunia nyata.
Dalam model ini, Treffinger menunjukkan hubungan dan keterkaitan antara
kognitif dan afektif dalam mendorong belajar kreatif.
Berikut ini langkah-langkah pada model belajar Treffinger:
a. Tingkat I: Basic tools
Teknik-teknik kreativitas pada tahap ini meliputi keterampilan berpikir
divergen dan teknik-teknik kreatif. Keterampilan yang dikembangkan dalam
tingkat ini adalah kelancaran dan kelenturan dalam berpikir serta kemauan untuk
mengungkapkan pemikiran kreatif yang dimiliki kepada orang lain.
b. Tingkat II: Practice with process
Pada tingkat ini indivdu diberi kesempatan untuk menerapkan keterampilan
yang telah dipelajari di tingkat I dalam situasi praktis, tapi belum penerapan dalam
situasi yang sebenarnya. Beberapa strategi yang dapat digunakan diantaranya
adalah simulasi, studi kasus, dan bermain peran untuk melakukan fungsi-fungsi
seperti analisis, evaluasi, imajinasi, dan fantasi
c. Tingkat III: Working with real problems
Pada tingkat ini, individu dapat menerapkan keterampilan yang telah
dipelajari di dua tingkat sebelumnya terhadap dunia nyata. Kemampuan ini
diharapkan dapat digunakan dengan cara-cara yang bermakna untuk kehidupannya.
Kognitif Afektif
• Pengajuan pertanyaan • Internalisasi nilai
secara mandiri • Pengikatan diri terhadap
• Pengarahan diri hidup produktif
• Pengelolaan sumber • Menuju perwujudan diri
• Pengembangan produk

Tingkat III

Kognitif Afektif
• Penerapan • Keterbukaan terhadap
• Analisis perasaan majemuk
• Sintesis • Meditasi dan kesantaian
• Evaluasi • Pengembangan nilai
• Keterampilan • Keselamatan psikologis
metodologis dan dan berkreasi
penelitian
Tingkat II • Penggunaan khayalan
• Transformasi
• Metafor dan analogi

Afektif
Kognitif • Rasa ingin tahu
• Kelancaran • Kesediaan untuk
• Kelenturan menjawab
• Originalitas • Keterbukaan terhadap
• Pemerincian pengalaman
• Pengenalan dan ingatan • Keberanian mengambil
Tingkat I resiko
• Kepekaan terhadap
masalah
• Percaya diri

Gambar 1
Model untuk Mendorong Belajar Kreatif menurut Treffinger

Anda mungkin juga menyukai