c) Evaluasi Akhir
d) Tindak Lanjut
Berkenaan dengan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni
pengetahuan atau ingatan,pemahaman,aplikasi,analisis,sintesis dan evaluasi.Kedua
aspek pertama disebut kognitif rendah dan keempat aspek berikut termasuk kognitif
tingkat tinggi..tujuan kognitif adalah lebih banyak berkenaan dengan perilaku dalam
aspek berpikir/intelektual
Ranah Afektif
Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang
dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu
proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
b. Strategi Pembelajaran
Evaluasi dilaksanakan terhadap proses dan produk untuk melihat keefektifan model
pembelajaran yang digunakan.model pembelajaran dilaksanakan pada kelas kontrol
menggunakan metode pembelajaran ceramah bermakna dan dilaksanakan dengan
tahap- tahap berikut ini :
1. Guru mengecek pengetahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan pada
pokok bahasan kimia koloid.
2. Guru menerangkan dan menyampaikan materi pelajaran di depan kelas dengan
metode ceramah, di sini siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru dan
mencatat hal-hal yang penting di buku tulis.
3. Guru memberikan contoh soal dan mengadakan tanya jawab pada siswa tentang
materi.
4. Guru memberikan latihan soal atau memberi pekerjaan rumah.
5. Guru dan siswa secara bersama- sama membahas hasil pekerjaan siswa dan
mengambil kesimpulan.
6. Guru mengadakan evaluasi.
d. Karakteristik (Kognitif, Afektif, Keterampilan)
1) Berpangkal pada kognitif.
2) Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian.
Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari pembelajar
dapat berkembang secara optimal dengan meniadakan hukuman dan hadiah
karena semua usaha yang dilakukan pembelajar dihargai. Kesalahan sebagai
manusiawi.
3) Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan
mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan
lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Oleh karena itu,
baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus
diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang seimbang agar
pembelajaran berhasil baik.
4) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam
proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi-interaksi bermutu
dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran yang dapat
mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi
cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar.
5) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks
pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh,
lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis. Sedangkan isi
pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang fleksibel,
keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.
6) Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi
material.
7) Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar. Ini
mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak dianggapnya suatu kegagalan
atau akhir dari segalanya. Dalam proses pembelajarannya dikembangkan nilai
dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak diperlukan karena setiap usaha
harus diakui dan dihargai.
KELEBIHAN:
Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum
meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.
Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris,
hewan-istis, dan atau nativistis.
Pembelajaran kuantum lebih konstruktivis(tis),bukan positivistis-
empiris,behavioristis.
Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan
bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran
dengan taraf keberhasilan tinggi.
Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan
proses pembelajaran.
Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran.
Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan
akademis, ketrampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material.
Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting
proses pembelajaran.
Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan
keseragaman dan ketertiban.
Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses
pembelajaran.
KELEMAHAN :
Membutuhkan pengalaman yang nyata
Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar
Kesulitan mengidentifikasi ketrampilan siswa
Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling
asah, asih, asuh ( saling mencerdaskan ). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan
saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar
( learning community ). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan
sesama siswa juga.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di
masyarakat.
b. Strategi Pembelajaran
c. Evaluasi Pembelajaran
1. Ciri-Ciri
Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental siswa kelas I dan II, pembelajaran
pada tahap ini haruslah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, diantaranya:
o Berpusat pada anak
o Memberikan pengalamana langsung
o Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
o Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran
o Bersifat fleksibel
o Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuiai dengan minat , dan kebutuhan
anak
2. Kekuatan
o Pembelajaran Tematik mempunyai kekuatan sebagai berikut, diantaranya:
o Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak
o Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak
o Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna
o Mengembangkan keterampilan berpikir siswa sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi dan
o Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerjasama, toleransi,
komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
3. Manfaat
o Dengan menggunakan tema, kegiatan pembelajaran akanmendorong
beberapa hal bermanfaat sebagai berikut, diantaranya:
o Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu
o Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama
o Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
o Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak
o Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas
o Anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam
situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis
surat, dan sebagainya untuk mengembanglcan keterampilan berbahasa,
sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain
o Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali
pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.
c. Evaluasi Pembelajaran
evaluasi pembelajaran tematik lebih menekankan pada aspek proses dan usaha
pembentukan efek iringan (nurturant effect) seperti kemampuan bekerja sama,
tenggang rasa dan sebagainya. Menurut Pusat Kurikulum (2002),
1. Dilihat dari aspek guru, pembelajaran tematik menuntut tersedianya peran guru
yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreatifitas tinggi,ketrampilan
metodologik yang handal, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani
untuk mengemas dan mengembangkan materi. Tanpa adanya kemampuan diatas,
pelaksanaan pembelajaran tematik sulit diwujudkan.
2. Dilihat dari aspek siswa, pembelajaran tematik termasuk memiliki peluang untuk
mengembangkan kreatifitas akademik yang menuntut kemampuan belajar siswa yang
relative baik baik dalam aspek intelegensi maupun kreatifitasnya. Hal tersebut
karena model pembelajaran tematik menekankan pada pengembangan kemampuan
analitik(memjiwai), kemampuan asosiatif(menghubung-hubungkan) dan kamampuan
eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi diatas tidak
dimiliki siswa, maka maka pelaksanaan model tersebut sulit diterapkan
BAB II
RUMPUN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
A. Model Pembelajaran
Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari
Prinsip prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia
menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, menyusun
konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Beberapa model
pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan pebelajar (peserta didik)
untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar menekankan pada
berpikir produktif. Sedangkan beberapa model pembelajaran lainnya berhubungan dengan
kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan pada konsep dan
informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis.
Model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan
pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru dan siswa,
sumber belajar yang digunakan di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan
yang memungkinkan siswa mampu belajar. Di dalam model pembelajaran terdapat
karakteristik urutan tahapan kegiata guru dan siswa dalam peristiwa pembelajaran yang
dikenal dengan sintaks. Di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat rasional yang
merujuk pada suatu teori belajar tertentu. Rasional tersebut merupakan karakteristik yang
membedakan satu model dengan model lainnya (Indrawati, 2000). Dengan demikian suatu
model memiliki empat karakteristik yaitu:
- Landasan teori
- Tujuan yang harus dikuasai siswa
- Sintak atau urutan langkah kegiatan guru-siswa
- Kondisi belajar atau sistem lingkungan pembelajaran
Dirancang untuk membantu siswa break set dalam kegiatan pemecahan masalah dan menulis
untuk memperoleh pandangan baru terhadap suatu opic berdasarkan banyak hal dari lapangan
Rumpun Model-model Pembelajaran Individual
Model-model pembelajaran pada rumpun individual ini memfokuskan pada pengembangan
pribadi. Model ini menekankan pada proses mengkonstruk dan mengorganisasi realita yang
memandang manusia sebagai pembuat makna.
Beberapa model yan Modelg termasuk rumpun pembelajaran individual ini antara lain:
Tabel. 2
Model-model Pembelajaran Individual
Tabel. 3
Model-Model Pembelajaran Perilaku
No. Jenis Mode Karakteristik Model
1 Mastery learning, Bahan-bahan yang akan dipelajari siswa dipecah e dalam unit-
Direct Instruction, dan unit yang sederhana hingga yang kompleks. Bahan yang
Social learning dipelajari siswa umumnya dipelajari secara individual melalui
Theory berbagai media
2 Self Control Model pembelajaran ini mengandalkan pada bagaimana siswa
harus berprilaku dan siswa belajar dari dampak perilaku
tersebut, serta mengendalikan lingkungannya sehingga
perilaku tersebut dapat produktif.
3 Learning from Dalam situasi tertentu, individu akan memodifikasi
simulation perilakunya sesuai dengan masukan yang diterima dari
lingkungan. Mereka akan menata lingkunagnnya dan pola-
pola responnya dengan masukan-masukan dari lingkungan
4 The condition of Model ini menekankan pada hasil belajar : apa yang
learning diharapkan dari tugas/fungsi instruksional guru.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari berbagai definisi tentang pengertian model pembelajaran dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran merupakan kerangka, pola, atau rencana pembelajaran yang akan
dilaksanakan oleh seorang guru dengan sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam
menghadapi era pendidikan yang semakin maju para guru dituntut untuk mempunyai
kerangka pembelajaran yang paling efisien untuk digunakan dengan menerapkan rumpun
model pembelajaran yang telah disediakan, menyesuaikan dengan kebutuhan yang dihadapi.
Keempat rumpun tersebut mempunyai bebagai model pembelajaran yang sesuai dengan
situasi dan kondisi peserta didik.
2. Saran
Setelah mengetahui pengertian dan rumpun model pembelajaran, pembaca sebagai
calon guru atau bahkan yang sudah menjadi guru dapat menerapkan hal-hal yang telah
dijelaskan di atas dengan tepat. Hal ini bertujuan agar tercapainya tujuan pendidikan yang
telah direncanakan dalam recana pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abbatt. 1998. Pengajaran yang Efektif. Jakarta: IKAPI.
Wayan, I. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . Jakarta: BP. Cipta Jaya.
5. Model Pembelajaran Sosial
f. Konsep
g. Strategi Pembelajaran
h. Evaluasi Pembelajaran
i. Karakteristik (Kognitif, Afektif, Keterampilan)
j. Kelebihan dan Kelemahan
6. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi
a. Konsep
b. Strategi Pembelajaran
c. Evaluasi Pembelajaran
d. Karakteristik (Kognitif, Afektif, Keterampilan)
e. Kelebihan dan Kelemahan
7. Model Pembelajaran Personal
a. Konsep
b. Strategi Pembelajaran
c. Evaluasi Pembelajaran
d. Karakteristik (Kognitif, Afektif, Keterampilan)
e. Kelebihan dan Kelemahan
8. Model Pembelajaran Sistem Perilaku
a. Konsep
b. Strategi Pembelajaran
c. Evaluasi Pembelajaran
d. Karakteristik (Kognitif, Afektif, Keterampilan)
e. Kelebihan dan Kelemahan