Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN MATERI

Nama Mahasiswa : Khalidatussabila Hanifa


Puji Wulandari
Aulia Khabibatu Robbi
NIM : 22862061028
22862061030
22862061084
Tugas ke- : 4
Topik Materi : Aspek-Aspek Hasil Belajar Yang Harus Diukur
Ringkasan Materi :

A. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui aspek-aspek hasil belajar yang harus diukur yakni aspek belajar
afektif dan aspek belajar psikomotorik.

B. Aspek Belajar Afektif


Ranah afektif merupakan suatu proses pembelajaran yang mencakup tingkah laku dan
tindakan individu dalam lingkungan sosialnya. Penilaian emosional ini mungkin juga
mencakup perasaan pribadi, emosi, perasaan, motivasi, juga berkaitan dengan sikap dan
nilai. Menurut Popham (Djemari Mardapi, 1995), ranah afektif menentukan keberhasilan
belajar seseorang. Orang yang tidak tertarik pada mata pelajaran tertentu akan kesulitan
mencapai keberhasilan akademik yang optimal. Seseorang yang tertarik pada suatu mata
pelajaran diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang optimal (Rasyid dan Mansur, 2007).
Sasaran sukses atau keberhasilan dalam bidang afektif ini antara lain sikap serius dan hati-
hati terhadap segala hal serta kemampuan memecahkan masalah secara logis dan sistematis.
Muhibbin Syah (2004) mengatakan, “Pertunjukan afektif meliputi sapaan, apresiasi (sikap
menghargai), internalisasi (pemahaman), dan sikap partisipasi aktif terhadap sesuatu yang
dianggap baik”. Ciri-ciri keberhasilan belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam
berbagai tinggkah laku. Ranah afektif ini selanjutnya diklasifikasikan menjadi lima
tingkatan oleh Krathwohl dan kawan-kawan (1974), yaitu: menerima, menanggapi,
mengevaluasi, mengorganisasikan dan menggambarkan, berikut 5 indikator dan kata kerja
aspek afektif :

1
1. Recaiving (menerima) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya baik dalam bentuk masalah, situasi,
gejala dan lain-lain.
a. Menghadiri : Hadir sebelum kelas/pembelajaran dimulai.
b. Melihat : memperhatikan guru ketika menerangkan materi.
c. Mendengarkan : Mendengarkan guru ketika mendiskusikan materi.
d. Melihat : Perhatikan guru pada saat menjelaskan materi.
2. Responding (menanggapi) mengandung makna bahwa adanya partisipasi aktif dari
peserta didik. Memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan
kepada peserta didik dan kemampuan menanggapi oleh seseorang untuk ikutserta
secara aktif dalam diskusi di dalam kelas.
a. Berdiskusi : terlibat berdiskusi dalam materi pembelajaran.
b. Menjawab : menjawab pertanyaan dari guru tentang materi pembelajaran.
c. Bertanya : bertanya kepada guru tentang materi.
d. Berpartisipasi : berpartisipasi aktif dalam diskusi/ kegiatan/ percobaan.
3. To value (menghargai/appreciate), menilai atau mengapresiasi artinya memberi nilai
pada suatu kegiatan atau benda. Apresiasi adalah aktivitas emosional yang lebih tinggi
dalam menerima dan merespons. Dalam proses belajar mengajar, siswa tidak hanya
mau menyerap nilai-nilai yang diajarkan tetapi juga mempunyai kemampuan menilai
baik buruknya konsep dan fenomena.
a. Menentukan : menentukan pilihan jawaban dalam diskusi/kegitan/percobaan.
b. Berpendapat : siswa dapat memberikan pendapat dalam kegiatan pembelajaran atau
diskusi.
c. Menjelaskan : peserta didik dapat memberikan penjelasan secara sigkat tentang
pilihannya dengan dasar materi yang diajarkan oleh guru.
d. Menunjukkan : siswa menunjukkan sikap keyakinan benar terhadap pilihan yang
dibuat.
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan
nilai sehingga terbentuk nilai baru yang membawa kepada perbaikan. Mengatur atau
mengorganisasikan merupakan perkembangan dari nilai sebagai bentuk
pemantapan.menerapkan dan mempraktikan nilai, norma, etika, dan estetika dalam
perilaku sehari-hari.
a. Mengatur : memberi perioritas jawaban paling benar yang muncul dalam
kegiatan/diskusi/percobaan.
2
b. Menggabungkan : menggabungkan lebih dari satu pendapat dalam kegiatan
diskusi/percobaan.
c. Membandingkan : membandingkan lebih dari satu pendapat yang terbaik dalam
diskusi/ percobaan.
d. Melengkapi : melengkapi pendapat yang belum sempurna.
5. Internalisasi (karakterisasi) yakni keterpaduan semua nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola keperibadian dan tingkah lakunya. Proses
internalisasi nilai yang telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai.
Internalisasi merupakan tingkatan afektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik
telah benar-benar bijaksana. Jika banyak siswa mencapai nilai kognitif rendah, dapat
pula dilihat dari segi minat dan sikap para siswa yang dapat berupa tanggung jawab,
kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain,
dan kemampuan mengendalikan diri. Dari segi emosional, masih banyak siswa yang
mempunyai sikap (perilaku) yang tidak sopan, kurang sopan santun dalam berkata dan
bertindak, serta masih banyak siswa yang mempunyai sikap berbohong.
a. Mengubah : memperbaiki jika terdapat perbedaan dalam diskusi/percobaan.
b. Mengungkap : mengungkap ide-ide baru dalam diskusi/perkuliahan.
c. Menampilkan : memberikan suatu gagasan/jawaban dalam diskusi/percobaan.
d. Menggunakan : menggunakan alat yang disediakan dalam kegiatan pembelajaran/
diskusi/percobaan.

Langkah pembuatan tes afektif termasuk sikap dan minat :


1. Ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat
2. Mentukan indikator minat misalnya kehadiran di kelas, banyak bertanya, tepat waktu
mengumpulkan tugas, catatan rapi.
3. Pilih tipe skala yang digunakan, misalnya sangat berminat-berminat-sama saja-kurang
berminat-tdak berminat.
4. Telaah instrument tes sejawat
5. Perbaiki instrument tes, kuesioner atau laporan
6. Analisis hasil skala minat dan skala sikap

C. Aspek Belajar Psikomotorik


Aspek psikomotor merupakan aspek atau keterampilan yang berhubungan dengan
gerak, seperti gerak berlari, berjalan, menggambar, berbicara, membongkar atau memasang
3
peralatan, dan lain-lain. Harun Rasyid dan Mansur (2007) menyatakan “Gerakan dasar
adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan yang lebih kompleks. Siswa yang
memperoleh kompetensi dasar pada aspek ini dapat melaksanakan tugas berupa
keterampilan sesuai dengan standar atau kriteria” (Rasyid & Mansur, 2007). Aspek
psikomotorik merupakan keterampilan yang meliputi perilaku gerakan serta koordinasi
jasmani, keterampilan gerak dan kemampuan fisik seseorang. Keterampilan akan
berkembang jika dipraktikkan secara terus menerus. Aspek psikomotorik dapat diukur
berdasarkan jarak, kecepatan, ketepatan, teknik dan cara pelaksanaan.
Dalam aspek psikomotorik terdapat tujuh kategori, yaitu :
1. Peniruan.
Pada tahap ini terjadi ketika anak bisa mengartikan rangsangan atau sensor menjadi suatu
gerakan motorik. Anak dapat mengamati suatu gerakan kemudian melakukan respons
dengan yang diamati berupa gerakan meniru, tetapi bentuk peniruan belum spesifik dan
tidak sempurna.
2. Kesiapan.
Kesiapan anak dalam bergerak meliputi aspek mental, fisik, dan emosional. Pada tahapan
ini, anak menampilkan sesuatu menurut petunjuk yang diberikan dan tidak hanya meniru.
Anak juga menampilkan gerakan pilihan yang dikuasainya berdasarkan proses latihan
serta menentukan responsnya terhadap situasi tertentu.
3. Tahap awal proses pembelajaran gerakan.
Pada tahap ini terdapat gerakan kompleks meliputi imitasi, juga proses gerakan
percobaan.
4. Mekanisme.
Tahap menengah dalam mempelajari suatu kemampuan yang kompleks. Melalui tahap
ini respon yang telah dipelajari menjadi suatu kebiasaan dan gerakan bisa dilakukan
dengan keyakinan serta ketepatan tertentu
5. Respon tampak kompleks.
Tahap gerakan motor yang terampil yang melibatkan pola gerakan kompleks. Kecakapan
gerakan diindikasikan dari penampilan yang akurat dan terkoordinasi tetapi dengan
tenaga yang minimal. Penilaian termasuk gerakan yang mantap tanpa keraguan dan
otomatis.

4
6. Adaptasi.
Pada tahap ini, penguasaan motorik sudah memasuki bagian di mana anak bisa
memodifikasi dan menyesuaikan keterampilannya hingga dapat berkembang dalam
situasi berbeda.
7. Penciptaan.
Yaitu menciptakan berbagai modifikasi dan pola gerakan baru untuk menyesuaikan
dengan tuntutan situasi. Proses belajar menghasilkan hal atau gerakan baru dengan
menekankan kreativitas berdasarkan kemampuan yang telah berkembang pesat.

Upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk memfasilitasi dan mengembangkan fungsi
fisik motorik, antara lain:
1. Sekolah merancang kursus keterampilan yang berguna bagi siswa perkembangan atau
kehidupan anak seperti mengetik, menjahit, merupa, atau kerajinan lainnya.
2. Sekolah membuka kelas pendidikan jasmani dan olah raga bagi siswa yang serupa sesuai
usia.
3. Sekolah harus merekrut (menunjuk) guru yang berkualitas keahlian di bidang-bidang
nya.
4. Sekolah menyediakan fasilitas untuk melanjutkan pelaksanaan pelajaran tersebut

Aspek keterampilan Psikomotorik ada 2, yaitu keterampilan psikomotorik kasar dan


psikomotorik halus. Keterampilan motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang penting
dalam keseimbangan dan koordinasi antar bagian tubuh dengan menggunakan otot-otot
besar pada bagian atau seluruh bagian tubuh tempat terjadinya gerakan tersebut.
Dipengaruhi oleh usia, berat badan dan perkembangan fisik anak. Gerakan yang
menggunakan keterampilan motorik kasar antara lain berlari, melompat dan menendang.
Sedangkan motorik halus berkaitan dengan kemampuan fisik, melibatkan otot-otot kecil dan
koordinasi tangan dan mata. Saraf motorik halus dapat dilatih dan dikembangkan melalui
aktivitas stimulasi yang teratur, seperti bermain puzzle, menyusun balok, memasukkan
benda ke dalam lubang tergantung pada bentuk, dll. Keterampilan motorik halus setiap anak
bervariasi, baik dalam kekuatan dan presisi. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh sifat dan
rangsangan yang diterima anak.
Saat ini terdapat kecenderungan peningkatan jumlah anak tidak aktif secara fisik.
Anak-anak saat ini lebih sibuk dibandingkan anak-anak lainnya dengan gawai mereka.
Disisi lain, pelajaran pendidikan jasmani di sekolah hanya berlangsung 2 jam per minggu.
5
Bahkan tidak Tidak bisa dipungkiri, menjelang ujian nasional (UN), di banyak sekolah ada
kebijakan yang bertujuan mengurangi atau bahkan menghilangkan jam pelajaran
Pendidikan jasmani harus diganti dengan mata pelajaran lain yang bertujuan untuk
peningkatan keberhasilan akademis siswa. Dasar dari pendidikan jasmani adalah gerak,
beberapa penelitian berpendapat bahwa olahraga memberikan dampak positif bagi tubuh,
baik secara fisik dan kemampuan intelektual, termasuk kemampuan kognitif dan emosional.
Ambardini (2009) menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak aktif secara fisik cenderung
tidak aktif saat dewasa, meningkatkan risiko obesitas, yang menyebabkan peningkatan
angka penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung. Penelitian Podulka (2006)
(dikutip oleh Ambardini, 2009) menunjukkan bahwa Program pendidikan jasmani yang
dirancang dengan baik dapat memotivasi anak aktivitas fisik dan berdampak positif pada
prestasi akademik, termasuk meningkatkan konsentrasi. Melalui pembelajaran motorik di
SD akan berpengaruh terhadap beberapa aspek kehidupan para siswa seperti:
1. Melalui pembelajaran motorik anak mendapatkan hiburan dan memperoleh kesenangan.
2. Melalui pembelajaran motorik anak dapat beranjak dari kondisi lemah menuju kondisi
independent.
3. Melalui pembelajaran motorik anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
4. Melalui pembelajaran motorik akan menunjang keterampilan anak dalam berbagai hal.
5. Melalui pembelajaran motorik akan mendorong anak bersikap mandiri, sehingga dapat
menyelesaikan segala persoalan yang dihadapinya (Decaprio, 2013, p.24, dikutip dari
Sukadiyanto, 2014).

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru penjas SD terkait dengan


pembelajaran motorik sebagai berikut:
1. Kurangnya pengalaman dan kreativitas guru penjas dalam menyusun model
pembelajaran motorik yang variatif dan menarik, sehingga berpengaruh terhadap proses
pembelajaran yang masih bersifat konvensional.
2. Kurangnya sarana prasarana yang tersedia di SD serta minimnya kreativitas guru penjas
SD dalam menyiapkan atau memodifikasi peralatan olahraga yang digunakan dalam
pembelajaran motorik.
3. Terbatasnya jumlah jam pelajaran pendidikan jasmani untuk SD serta masih kurangnya
kemampuan guru dalam mengelola kelas pada pembelajaran motorik (Sukadiyanto,
2014).

6
Bentuk kegiatan di sekolah yang berkaitan dengan bidang psikomotorik:
1. Guru banyak menggunakan metode/model yang berbeda-beda dalam pembelajaran di
kelas, guru memberikan contoh langsung, guru melakukan kegiatan menari,
menggambar dan membuat model, guru memadukan dalam kegiatan praktikum, diskusi
kelompok, dan membuat atau menghasilkan produk tertentu, guru melakukan kegiatan
gerak fisik seperti ice breaker, berbaris, mendemonstrasikan, menyanyi, mengamati, dan
guru melakukan aktivitas kreatif.
2. Bentuk penguatan terhadap siswa yang dilakukan oleh guru sekolah dasar antara lain:
memuji siswa, memberikan demonstrasi/contoh dalam praktikum, memberikan
pekerjaan rumah dan tugas, mengembangkan rasa percaya diri, melakukan aktivitas di
luar kelas, menikmati berpartisipasi dalam aktivitas aktivitas fisik dan mendorong siswa
untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Tes untuk mengukur ranah psikomotor adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja/keterampilan yang telah dikuasai peserta didik. Tes yang bisa digunakan seperti, tes
identifikasi, tes simulasi, tes unjuk kerja.

D. Kesimpulan
Aspek afektif yaitu sikap siswa. Fungsi guru bukan hanya sebagai pentransfer ilmu
pengetahuan, tetapi fungsi guru adalah sebagai pendidik, motivator, pembimbing kearah
yang lebih baik, terutama dalam pembentukan akhlak (sikap) siswa. Pendidikan yang
diharapkan siswa yang cerdas, memiliki akhlak baik, dan menerapkan kecerdasannya
dengan memperbuat atau menunjukkan tingkah laku yang baik. Prestasi belajar aspek
psikomotorik berakaitan erat perbuatan yang diperoleh dengan cara bagaimana siswa dalam
mempraktekkan materi mata pelajaran dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, di
sekolah mapun di lingkungan masyarakat. Aspek kognitif diukur dengan tes, aspek afektif
dengan angket, kuisioner, atau wawancara, dan aspek psikomotorik dengan observasi.
Tujuan atau hasil belajar afektif yaitu berhubungan dengan usaha mengubah minat, setiap
nilai dan alasan. Tujuan atau hasil belajar psikomotorik dengan tujuan yang berkaitan
dengan keterampilan terbuat atau menggunakan telinga, tangan, mata, alat indra dan
sebagainya.

7
E. DAFTAR PUSTAKA
Pohan, N. (2017). Pelaksanaan Proses Belajar Melalui Bimbingan Aspek Afektif, Kognitif
Dan Psikomotorik Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Amal Shaleh Medan.
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 141.
http://repository.uinsu.ac.id/3457/1/TESIS NURBIAH POHAN.pdf
Prodi, D. I., Guru, D. P., Universitas, K., & Yogyakarta, N. (2005). Artikel ini disarikan
dari Penelitian yang merupakan kegiatan teaching grand yang dibiayai oleh
DIP UNY dengan nomor Kontrak: 3/Skr.LPIU/Ktr. TG/2004 dengan judul
Pengembangan Evaluasi Afektif Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
(Mpk) Pada D-Ii Pgsd Guru Kelas Universitas Negeri Yogyakarta 1. 1–19.
Qadar, R., Rustaman, N. Y., & Suhandi, A. (2015). Mengakses Aspek Afektif Dan Kognitif
Pada Pembelajaran Optika Dengan Pendekatan Demonstrasi Interaktif. Jurnal
Inovasi Dan Pembelajaran Fisika, 2(1), 4–5.
http://repository.unmul.ac.id/handle/123456789/1812
Syafi’i, A., Marfiyanto, T., & Rodiyah, S. K. (2018). Studi Tentang Prestasi Belajar Siswa
Dalam Berbagai Aspek Dan Faktor Yang Mempengaruhi. Jurnal Komunikasi
Pendidikan, 2(2), 115. https://doi.org/10.32585/jkp.v2i2.114
Winingsih. L. H., dkk. (2020). Penguatan Ranah Psikomotorik bagi Siswa Sekolah Dasar.
Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan
Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai