Pembelajaran bukanlah suatu konsep atau praktik yang sederhana, melainkan bersifat kompleks dan menjadi tugas, serta tangggung jawab guru dalam membelajarkan peserta didiknya. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan dan prinsip-prinsip pembelajaran. Namun, dalam praktiknya permasalahan sering terjadi dalam pembelajaran, apakah itu bersumber dari kemampuan guru dalam mengajar atau input siswa bahkan dari unsur-unsur pendukung lainnya. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran sangat kompleks. Secara praktis, guru adalah ujung tombak dalam pembelajaran. Strategi dan manajemen guru untuk mengatasi masalah pembelajaran sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Sementara itu, setiap mata pelajaran dan peserta didik mempunyai karakteristik yang unique, terutama anak berkebutuhan khusus, yakni anak tunarungu. Keunikan tersebut menjadi sebuah daya tarik untuk dijadikan fokus dalam penelitian ini Model pembelajaran personal beranjak dari pandangan kedirian atau selfhood dari individu (Soekamto, 1984). Dengan demikian, konsep ini diusahakan untuk memungkinkan siswa atau peserta didik dapat memahami keberadaan dirinya sendiri secara baik, bertanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Jadi, model personal lebih menekanan pada kesadaran pribadi dalam proses pembelajaran. Menurut Rogers (1986) ada lima fase dalam model pembelajaran personal, yaitu : 1. Mengartikan situasi yang sudah ada, yaitu guru memberikan motivasi agar siswa bebas berekpresi 2. Mengembangkan wawasan, siswa mendiskusikan masalah dan guru memotivasi dan membantu penyelesaian masalah siswa 3. Mengeksplorasi Masalah, siswa dimotivasi untuk mendifinisikan masalah yang dihadapi. Guru menerima dan mengklarifikasi ide siswa 4. Merencanakan dan membuat keputusan, guru mengklarifikasi berbagai kemungkinan keputusan yang diambil siswa. Siswa merencanakan tindakan awal sesuai dengan keputusan yang diambil 5. Mengintegrasikan, siswa menambah pengetahuan yang lebih baik dan mengembangkan beberapa tindakan yang positif. Guru memberikan motivasi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian tindakan kelas. Adapun data hasil pengamatan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Namun, penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya memberikan gambaran nyata tentang variabel, gejala atau keadaan. Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah informasi yang aktual saat dilaksanakannya penelitian. Hal penting yang harus diketahui bahwa penerapan model personal, lebih menekankan kepada guru agar melakukan pendekatan secara individu kepada siswa. Strategi, pemilihan media atau alat peraga serta penggunaannya sangat membantu anak untuk berkomunikasi (non verbal). Hal ini merupakan langkah yang sangat efektif dan efesien untuk membangkitkan siswa dalam belajar. namun demikian, guru juga disarankan untuk memanajemen anak secara klasikal. Terdapat kelemahan dalam penerapan model pembelajaran personal, yakni pada tahap ketiga dalam hal lemahnya anak untuk berdiskusi. hal ini diasumsikan karena anak tunarungu memIliki keterbatasan dalam mendengar dan berbicara. Oleh karena itu, dapat disarankan kepada para peneliti atau guru untuk dapat mengembangkan model personal dalam penerapannya atau dapat mengaplikasikannya pada bidang studi dan/atau jurusan lainnya. 2. Rumpun model- model Pribadi/individual Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun model-model Personal/individual menekankan pada pengembangan pribadi. Model-model pembelajaran ini menekankan pada proses dalam “membangun/mengkonstruksi” dan mengorganisasi realita, yang memandang manusia sebagai pembuat makna. Model-model pembelajaran rumpun ini memberikan banyak perhatian pada kehidupan emosional. Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu dalam mengembangkan hubungan individu dengan lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri. Jenis-jenis model pembelajaran pribadi seperti tercantum pada tabel 3.2. Tabel 3.2. Model-Model Pembelajaran Personal (Pribadi)
Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4
No. Nama Model Pembelajaran Tokoh Misi/tujuan/manfaat 1 Pengajaran Non Direktif Carl Rogers Penekanan pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri. Model ini menekankan pada hubungan guru-peserta didik. 2. Latihan Kesadaran Fritz Perls William Schutz Pembentukan kemampuan menjajagi dan menyadari pemahaman diri sendiri. 3 Sinektik William Gordon Pengembangan individu dalam hal kreativitas dan pemecahan masalah kreatif. 4 Sistem Konseptual David Hunt Didisain untuk meningkatkan kompleksitas pribadi dan fleksibilitas. 5 Pertemuan kelas William Glasser Pengembangan pemahaman diri dan tanggungjawab pada diri sendiri dan kelompok sosial lainnya. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran yang biasanya disusun berdasarkan prinsip dan teori ilmu pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelarajan berdasarkan prinsip- prinsip pendidikan, teori - teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisissistem atau teori-teori lain ( Joyce dan Weil 1980 ). Ahli model pembelajaran Joyce dan Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk memebentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain (Joyce dan Weil, 1980 : 1 ). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan dalam proses pengajarannya Ciri-ciri Model Pembelajaran Model pembelajaran memiliki beberapa ciri-ciri yaitu: 1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar adari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori Jhon Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi kelompok secara demokratis. 2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berfikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif. 3. Dapat dijadikan untuk pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas. Misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreatifitas dalam pelajaran mengarang. 4. Memiliki bagian -bagian model yang dinamakan : ( 1 ). Urutan langkah - langkah pemebelajaran ( syntax ), ( 2 ) adanya prinsip - rinsip reaksi, ( 3 ) sistem sosial, ( 4 ) sistem pendukung. Keempat bagaian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu pembelajaran. 5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: ( 1 )Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur , ( 2 )Dampak pengiring, yaitu dampak belajar jangka panjang . 6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya. Pengertian Model Pembelajaran Personal Permasalahan dalam dunia pendidikan begitu kompleks, mulai dari masalah penerimaan, penyampaian, media, kemampuan siswa, dan lain-lain. Secara praktis, guru adalah ujung tombak dalam sebuah pembelajaan. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut perlu adanya strategi dan managemen dalam mengatasi masalah pembelajaran tersebut. Selain itu setiap mata pelajaran menuntut kebutuhan khusus yang berbeda pada peserta didik, terutama anak berkebutuhan khusus seperti tunarungu. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan perhatian khusus, yang berbeda dengan anak normal. Salah satu srategi dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengunakan model pembelajaran personal. Model pembelajaran personal adalah model pembelajaran yang menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri. Model pembelajaran memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingungannya. Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Dengan demikian, model ini diusahakan untuk memungkinkan siswa atau peserta didik dapat memahami keberadaan dirinya sendiri secara baik, bertanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Fase Penerapan Model Pembelajaran Personal Kepada Peserta didik Dalam penerapan model pembelajaran personal kepada peserta didik memiliki beberapa fasa atau tahapan. MenurutR o g e r s (1986) ada lima fase dalam model pembelajaran personal, yaitu : 1. Mengartikan situasi yang sudah ada, yaitu guru memberikan motivasi agar siswa bebas berekpresi 2. Mengembangkan wawasan, siswa mendiskusikan masalah dan guru memotivasi dan membantu penyelesaian masalah siswa 3. Mengeksplorasi Masalah, siswa dimotivasi untuk mendifinisikan masalah yang dihadapi. Guru menerima dan mengklarifikasi ide siswa 4. Merencanakan dan membuat keputusan, guru mengklarifikasi berbagai kemungkinan keputusan yang diambil siswa. Siswa merencanakan tindakan awal sesuai dengan keputusan yang diambil 5. Mengintegrasikan, siswa menambah pengetahuan yang lebih baik dan mengembangkan beberapa tindakan yang positif. Guru memberikan motivasi. 6. Jadi, model personal lebih menekanan pada kesadaran pribadi dalam proses pembelajaran. Kelompok Model Personal Kelompok model personal memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakan kemandirian yang produktif, sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya. termasuk dalam kelompok model pembelajaran ini adalah sebagai berikut: 1. Pengajaran tanpa arahan (Non Directive Teaching) 2. Sinektiks (synectis model)