Pembelajaran yang difasilitasi adalah proses belajar dimana peserta didik diberi
dorongan untuk lebih mengontrol proses belajar mereka. Peran instruktur hanyalah
menjadi fasilitator dan organisator untuk menyediakan sumber-sumber dan dukungan
bagi para peserta didik. Sebaliknya, para peserta belajar dengan dan dari satu sama lain
saat mereka mengidentifikasi dan mengimplementasi solusi-solusi terhadap tantangan,
masalah dan masalah-masalah yang berkembang lainnya. Mereka dapat juga
menetapkan sasaran mereka sendiri dan bertanggung jawab terhadap penilaian proses
belajar.
Keuntungan dan kelemahan pembelajaran yang difasilitasi :
Keuntungannya adalah :
a. Para peserta didik menggunakan keahlian seperti sintesis (menyatukan) dan analisis
b. Peserta tersebut terlibat secara aktif
c. Peserta berinteraksi dengan dan belajar dari satu sama lain
d. Tidak diperlukan bahan-bahan belajar dalam jumlah banyak
e. Para peserta dapat bekerja dalam suatu lingkungan yang sama dengan dunia nyata
f. Beberapa metode pembelajaran dapat digunakan
27. Berbagai teknik asesmen di tingkat kelas (classroom-based assessment) sesuai dengan
tujuan pembelajaran
Classroom-based assessment (CBA) adalah cara untuk mengukur kemajuan dan pencapaian
siswa di tingkat kelas, yang dapat membantu guru mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
siswa serta mengadaptasi pengajaran sesuai dengan kebutuhan mereka. Berikut adalah
berbagai teknik asesmen yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dapat digunakan dalam
CBA:
1) Tes Tertulis: Tes tertulis dapat mencakup berbagai jenis soal, seperti pilihan ganda, esai,
benar/salah, atau pertanyaan singkat. Tes ini cocok untuk mengukur pemahaman konsep,
fakta, atau kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan tertulis.
2) Ujian Lisan: Ujian lisan melibatkan siswa dalam percakapan dengan guru. Ini dapat
digunakan untuk mengukur pemahaman lisan, kemampuan berbicara, dan penjelasan
siswa.
3) Tugas Proyek: Tugas proyek memungkinkan siswa untuk mendemonstrasikan
pemahaman mereka melalui penciptaan proyek atau karya seni yang relevan dengan
tujuan pembelajaran.
4) Portofolio: Portofolio adalah koleksi karya siswa yang mencerminkan perkembangan
mereka sepanjang waktu. Ini dapat mencakup catatan lapangan, esai, presentasi, atau
tugas lain yang relevan.
5) Kuis Pendek: Kuis pendek digunakan untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi
baru yang diajarkan. Ini bisa digunakan sebagai alat formatif untuk memantau
perkembangan siswa.
6) Peer Assessment (Asesmen oleh Teman Sejawat): Siswa dapat menilai pekerjaan teman
sekelas mereka, memberikan umpan balik, dan menilai kualitasnya.
7) Observasi Guru: Guru dapat mengamati siswa selama pembelajaran kelas untuk
memahami kemajuan mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran, partisipasi kelas, atau
keterampilan sosial.
8) Tugas Jurnal: Tugas jurnal memungkinkan siswa untuk merefleksikan pembelajaran
mereka dan mengungkapkan pemahaman mereka melalui tulisan.
9) Diskusi Kelas: Diskusi kelas memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif, berbicara,
dan berdebat tentang topik yang terkait dengan pembelajaran.
10) Simulasi dan Permainan Edukatif: Penggunaan permainan atau simulasi dapat membantu
siswa memahami konsep dengan cara yang berinteraksi dan menyenangkan.
11) Pemecahan Masalah atau Tugas Proyek: Memberikan tugas yang meminta siswa untuk
memecahkan masalah atau menyelesaikan proyek praktis yang relevan dengan tujuan
pembelajaran.
12) Peer Review (Ulasan oleh Teman Sejawat): Siswa dapat memberikan umpan balik dan
evaluasi terhadap pekerjaan teman sekelas mereka.
13) Pemilihan teknik asesmen harus didasarkan pada tujuan pembelajaran, materi yang
diajarkan, dan cara siswa belajar. Kombinasi beberapa teknik asesmen yang berbeda
dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang kemajuan siswa. Selain
itu, penting untuk memberikan umpan balik yang konstruktif dan membantu siswa
memahami cara meningkatkan pemahaman mereka.
28. Konsep dan prinsip assessment as learning dan assessment for learning
"Assessment as Learning" dan "Assessment for Learning" adalah dua pendekatan dalam
bidang asesmen pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Kedua
pendekatan ini menekankan peran penting asesmen dalam proses pembelajaran, tetapi
fokusnya berbeda. Berikut adalah penjelasan singkat tentang kedua konsep ini:
Assessment as Learning (Asesmen sebagai Pembelajaran):
- Konsep "Assessment as Learning" menekankan bahwa asesmen adalah bagian integral
dari proses pembelajaran itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa tidak hanya
dipandang sebagai objek yang diuji, tetapi juga sebagai subjek yang aktif dalam proses
asesmen.
- Siswa diajak untuk terlibat secara aktif dalam proses asesmen, merefleksikan
pemahaman mereka sendiri, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka, dan
menilai sejauh mana mereka telah mencapai tujuan pembelajaran.
- Dalam konteks ini, siswa menjadi "pemantau" dari pembelajaran mereka sendiri dan
menggunakan asesmen sebagai alat untuk memahami, mengukur, dan
mengembangkan pemahaman mereka.
- Tujuan utama dari "Assessment as Learning" adalah untuk memungkinkan siswa
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, refleksi, dan kendali diri dalam
pembelajaran mereka.
Assessment for Learning (Asesmen untuk Pembelajaran):
- "Assessment for Learning" adalah pendekatan di mana asesmen digunakan untuk
memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa selama proses pembelajaran.
Tujuannya adalah untuk membantu siswa memahami di mana mereka berada dalam
pembelajaran mereka dan bagaimana mereka dapat memperbaiki pemahaman mereka.
- Guru menggunakan hasil asesmen formatif (yang seringkali bersifat terus-menerus)
untuk menilai kemajuan siswa dan memberikan dukungan yang sesuai.
- Dalam konteks ini, asesmen digunakan sebagai alat untuk merancang pengajaran yang
relevan dan mendukung. Guru dapat mengidentifikasi siswa yang memerlukan
bantuan tambahan dan mengadaptasi metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan
mereka.
- Tujuan utama dari "Assessment for Learning" adalah meningkatkan pembelajaran
siswa dengan memberikan umpan balik yang informatif dan bermanfaat selama proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat lebih efektif mengatasi kesulitan mereka.
Kedua konsep ini menempatkan siswa dalam peran yang lebih aktif dalam pembelajaran
mereka, memungkinkan mereka untuk memahami dan mengontrol proses pembelajaran
mereka. Sementara "Assessment as Learning" menekankan pada pemahaman diri siswa,
"Assessment for Learning" fokus pada peran guru dalam memberikan dukungan dan umpan
balik yang sesuai untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Keduanya memiliki tujuan akhir
yang sama, yaitu peningkatan pembelajaran siswa.
29. Pemanfaatan hasil asesmen untuk perbaikan pembelajaran (feedback)
Pemanfaatan hasil asesmen untuk perbaikan pembelajaran, atau memberikan umpan balik
(feedback) kepada siswa, adalah langkah penting dalam proses pendidikan. Umpan balik
yang efektif dari hasil asesmen dapat membantu siswa memahami kemajuan mereka,
mengidentifikasi area di mana mereka perlu memperbaiki, dan memotivasi mereka untuk
belajar lebih baik. Berikut adalah beberapa cara dalam pemanfaatan hasil asesmen untuk
memberikan umpan balik yang efektif:
a) Umpan Balik Spesifik: Berikan umpan balik yang spesifik dan jelas kepada siswa tentang
prestasi mereka. Sebisa mungkin, berikan contoh konkret atau berikan penjelasan terkait
dengan jawaban atau kinerja mereka.
b) Positif dan Konstruktif: Selain memberikan umpan balik terhadap kesalahan atau
kekurangan, berikan juga umpan balik positif tentang prestasi mereka yang baik. Ini dapat
membantu meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri siswa.
c) Tujuan Perbaikan: Bantu siswa mengidentifikasi tujuan perbaikan yang dapat mereka
kerjakan. Fokuskan umpan balik pada langkah-langkah yang dapat mereka ambil untuk
meningkatkan prestasi mereka.
d) Diskusi Personalisasi: Diskusikan hasil asesmen dengan siswa secara individu atau dalam
kelompok kecil untuk memahami perspektif mereka dan membantu mereka
merencanakan perbaikan.
e) Dorongan Kemandirian: Dorong siswa untuk menjadi mandiri dalam proses perbaikan.
Bantu mereka merencanakan tindakan yang dapat mereka lakukan di luar kelas untuk
meningkatkan pemahaman mereka.
f) Penggunaan Hasil Asesmen Untuk Revisi Pengajaran: Selain memberikan umpan balik
kepada siswa, guru juga dapat menggunakan hasil asesmen untuk mengevaluasi dan
merevisi metode pengajaran. Jika sejumlah besar siswa mendapat masalah yang serupa,
guru dapat memikirkan strategi pembelajaran yang berbeda.
g) Keterlibatan Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam proses memberikan umpan balik
dapat membantu siswa mendapatkan dukungan tambahan di rumah dan memahami bahwa
hasil asesmen adalah masalah serius.
h) Monitoring dan Tindak Lanjut: Pantau kemajuan siswa setelah memberikan umpan balik
dan pastikan ada tindakan lanjut untuk melihat apakah perbaikan terjadi.
i) Umpan Balik Rutin: Berikan umpan balik secara rutin, bukan hanya setelah ujian besar.
Ini dapat membantu siswa melihat perkembangan mereka sepanjang waktu.
j) Keterbukaan Terhadap Pertanyaan dan Diskusi: Biarkan siswa bertanya atau berdiskusi
tentang hasil asesmen mereka. Ini dapat membantu mereka memahami dengan lebih baik
materi dan tujuan pembelajaran.
Umpan balik yang efektif dari hasil asesmen dapat menjadi alat yang kuat untuk
meningkatkan pembelajaran siswa. Hal ini juga membantu siswa merasa bahwa pendidikan
adalah proses yang adaptif dan dinamis, di mana mereka dapat terus memperbaiki diri.
A. Pengertian
Refleksi dalam pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar
dalam bentuk penilaian tertulis dan lisan oleh guru untuk peserta didik dan oleh peserta didik
untuk guru untuk mengekspresikan kesan konstruktif, pesan, harapan, dan kritik terhadap
proses pembelajaran. Dengan adanya refleksi, akan diperoleh informasi positif tentang
bagaimana guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, serta menjadi bahan sejauh mana
hasil belajar tercapai. Aktivitas refleksi ini dapat digunakan untuk peninjauan pada suatu
kelas, sehingga mendapatkan gambaran kondisi dari sebuah kelas. Hal ini membuat potensi
setiap individu dan sebuah grup dapat lebih terlihat. Refleksi merupakan kegiatan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kegiatan evaluasi yang berlanjut dan berjenjang. Sementara
untuk peserta didik, kegiatan refleksi bisa berguna untuk menyalurkan ungkapan dari proses
pembelajaran yang berlangsung dan dilakukan.
B. Tujuan Refleksi dalam Pembelajaran
Aktivitas refleksi ini tentunya dilakukan bukan tanpa tujuan. Refleksi merupakan kegiatan
yang memiliki tujuan esensial, diantaranya yaitu: 1. Untuk memahami respons peserta didik
dalam sebuah pembelajaran atau penyampaian sebuah materi. 2. Agar guru dapat memahami
apa saja kelemahan dan kekurangan dari sebuah pembelajaran yang telah dipresentasikan di
kelas. 3. Memahami akurasi sebuah model, pendekatan, strategi, taktik dan metode
pembelajaran yang telah diimplementasikan. 4. Memahami apa saja keperluan dan kemauan
dari peserta didik secara detail. Hal ini berfungsi agar guru bisa membuat pembelajaran yang
lebih efektif dalam kesempatan selanjutnya.
C. Prinsip Refleksi
Refleksi pembelajaran sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan beberapa prinsip berikut,
yakni: 1. Ada kesadaran bersama pendidik dan peserta didik untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. 2. Penilaian oleh peserta didik dilakukan dengan sangat kritis. 3. Penilaian
dilaksanakan sejak awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. 4. Hasil penilaian oleh
peserta didik dijadikan masukan oleh pendidik untuk perbaikan pembelajaran.
D. Manfaat Refleksi
Bagi Guru dan Peserta Didik Refleksi adalah kegiatan yang tentunya akan memberikan
manfaat, tidak hanya bagi guru tetapi juga untuk peserta didik Hal ini tentunya tidak lepas
dari kegiatan refleksi ini yang memang melibatkan kedua pihak tersebut. Manfaat refleksi
memang sangat berguna bagi sebuah aktivitas pembelajaran, baik manfaat tersebut untuk
peserta didik maupun guru. Berikut beberapa manfaat refleksi bagi guru dan peserta didik
yang perlu dipahami: 1. Manfaat refleksi bagi guru Manfaat refleksi bagi guru diantaranya
adalah aktivitas refleksi dapat berguna sebagai peninjauan pada sebuah kelompok atau kelas.
Hal ini nantinya berguna untuk menggambarkan situasi dan kondisi dari sebuah kelas,
sehingga potensi setiap individu dan sebuah grup bisa lebih terlihat. Hal ini juga bisa
dilakukan untuk meningkatkan kegiatan evaluasi yang berlanjut dan berjenjang. 2. Manfaat
refleksi bagi peserta didik Sementara untuk peserta didik, aktivitas refleksi dapat berguna
untuk menyalurkan ungkapan dari proses pembelajaran yang berlangsung dan telah
dilakukan. Peserta didik dapat mengungkapkan, apakah proses pembelajaran berlangsung
baik atau tidak.
E. Cara melakukan refleksi
Refleksi dapat diterapkan dengan beberapa langkah dan cara, antara lain: 1. Peserta didik
mengungkapkan segala bentuk rasa dan kesan setelah pembelajaran dipresentasikan. 2.
Peserta didik didorong untuk dapat mengungkapkan segalanya dengan jujur dan terbuka. 3.
Peserta didik mengungkapkan apa saja hal positif dan negatif dari aktivitas pembelajaran. 4.
Peserta didik memberikan apa saja yang diinginkan dan diharapkan pada aktivitas
pembelajaran selanjutnya. 5. Peserta didik bisa memberikan pesan yang pribadi kepada guru
apakah kritik dan saran yang mereka ungkapkan bisa dipublikasikan (diumumkan) atau tidak.
32. Procedural dan declarative knowledge
Procedural knowledge (pengetahuan prosedural) dan declarative knowledge (pengetahuan
deklaratif) adalah dua jenis pengetahuan yang terkait dengan cara seseorang memahami dan
menggunakan informasi.
2. Procedural Knowledge (Pengetahuan Prosedural):
- Pengetahuan prosedural merujuk pada pengetahuan tentang "bagaimana" melakukan
sesuatu, yaitu pengetahuan tentang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengeksekusi tugas atau keterampilan tertentu. Ini adalah jenis pengetahuan
yang digunakan untuk melaksanakan tindakan atau keterampilan, seperti mengendarai
sepeda, memasak makanan, atau bermain musik.
- Pengetahuan prosedural sering kali tidak diungkapkan dengan kata-kata, tetapi
diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan praktik. Orang seringkali melakukan tugas-
tugas prosedural dengan otomatis setelah melatihnya cukup lama.
3. Declarative Knowledge (Pengetahuan Deklaratif):
- Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang "apa" yang kita ketahui, yaitu
pengetahuan tentang fakta, informasi, konsep, atau teori. Ini adalah jenis pengetahuan
yang dapat dinyatakan dengan kata-kata dan diungkapkan dalam bentuk pernyataan
atau deskripsi.
- Pengetahuan deklaratif dapat mencakup fakta ilmiah, konsep matematika, sejarah, dan
informasi yang dapat diartikulasikan.
Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa pengetahuan prosedural berfokus pada
tindakan dan keterampilan, sementara pengetahuan deklaratif berfokus pada informasi dan
fakta. Namun, dalam banyak situasi, keduanya dapat saling melengkapi. Misalnya, ketika
seseorang belajar bermain gitar, mereka memerlukan pengetahuan prosedural untuk
memainkannya, tetapi juga memerlukan pengetahuan deklaratif tentang akord, not, dan teori
musik.
Dalam konteks pendidikan, pemahaman perbedaan antara pengetahuan prosedural dan
deklaratif penting untuk merancang strategi pengajaran yang efektif. Siswa perlu
mendapatkan pengetahuan deklaratif sebagai dasar, dan kemudian melatih pengetahuan
prosedural untuk menerapkannya dalam berbagai keterampilan dan tugas.
33. Working memory & long-term memory
Working memory dan long-term memory adalah dua konsep kognitif yang terkait dengan
penyimpanan, pemrosesan, dan pengambilan informasi dalam otak manusia.
a. Working Memory (Memori Kerja):
Working memory adalah sistem memori yang digunakan untuk menyimpan dan
memanipulasi informasi dalam waktu singkat, saat Anda sedang aktif berpikir atau
memecahkan masalah. Ini adalah komponen penting dari pemrosesan informasi dan
terlibat dalam tugas-tugas seperti menghitung, memecahkan masalah, mengingat nomor
telepon sementara, atau mengikuti instruksi yang kompleks. Working memory adalah
memori yang bersifat sementara dan memiliki kapasitas terbatas. Informasi dalam
working memory dapat bertahan hanya selama beberapa detik hingga beberapa menit,
kecuali jika diulang atau dipindahkan ke memori jangka panjang.
b. Long-Term Memory (Memori Jangka Panjang):
Long-term memory adalah sistem memori yang digunakan untuk menyimpan informasi
dalam jangka waktu yang lebih panjang, dari beberapa menit hingga seumur hidup. Ini
adalah tempat di mana pengetahuan, pengalaman, dan informasi yang lebih kompleks
disimpan. Long-term memory memiliki kapasitas yang sangat besar dan potensial untuk
menyimpan informasi dalam waktu yang lama. Terbagi menjadi dua jenis utama: memori
eksplisit (deklaratif) dan memori implisit (non-deklaratif). Memori eksplisit mencakup
pengetahuan yang dapat diungkapkan dalam kata-kata, seperti fakta dan peristiwa.
Memori implisit mencakup pengetahuan yang tidak selalu dapat diungkapkan dengan
kata-kata, seperti keterampilan motorik dan perasaan.
Working memory dan long-term memory bekerja bersama-sama dalam proses kognitif.
Working memory digunakan untuk memproses informasi yang baru diterima, memutuskan
apa yang perlu disimpan dalam long-term memory, dan menghubungkan informasi baru
dengan pengetahuan yang sudah ada dalam long-term memory. Jadi, mereka adalah dua
komponen penting dalam sistem memori manusia dan berperan dalam pengolahan informasi
sehari-hari dan pembelajaran.
34. Kode etik guru
Kode etik guru adalah norma atau asas yang harus dijalankan oleh guru di Indonesia
sebagai pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam melaksanakan tugas profesinya
sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara. Pedoman tersebut diharapkan
nantinya bisa membedakan perilaku baik atau buruk seorang guru, memilah-milah mana
saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama menjalankan tugas sebagai seorang
pendidik. Keberadaan kode etik ini bertujuan untuk menempatkan sosok guru sebagai
pribadi yang terhormat, mulia, dan bermartabat.
Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur hubungan guru
dengan teman sejawat, peserta didik, pemimpin, masyarakat, dan dengan misi tugasnya.
Jalinan hubungan tersebut dilakukan untuk kepentingan perkembangan siswa secara
optimal, secara jelas hubungan itu diatur oleh kode etik.
4. Etika hubungan guru dengan teman sejawat.
Dalam etika hubungan guru dengan teman sejawat menuntut perilaku yang
kooperatif, mempersamakan, dan saling mendukung. Hubungan antar teman sejawat
terutama terjadi dalam bentuk konsultasi dan raferal. Konsultasi merupakan
kebiasaan untuk mengundang teman sejawat agar ikut serta menganalisis kebutuhan
peserta didik dan kemungkinan perencanaan bantuannya. Raferal adalah proses
penerusan bantuan seorang peserta didik kepada teman sejawat yang profesional atau
penyandang profesi lain yang relavan untuk membantu pemecahan masalah dan
mengembangkan diri peserta didik sesuai dengan karakteristik permaslahan yang
dihadapi.
5. Etika hubungan guru dengan peserta didik
Dalam etika hubungan guru dan peserta didik menuntut terciptanya hubungan berupa
helping relationship (Brammer, 1979), yaitu hubungan yang bersifat membantu
dengan mengupayakan terjadinya iklim belajara yang kondusif bagi perkembangan
peserta didik. Hubungan ditandai oleh adanya perilaku empati, penerimaan dan
penghargaan, kehangatan dan perhatian, keterbukaan dan ketulusan, serta kejelasan
ekspresi seorang guru.
6. Etika hubungan guru dengan pimpinan
Dalam etika hubungan guru dengan pimpinan disekolah memntut adanya rasa saling
mempercayai satu sama lainnya. Guru percaya bahwa pimpinan sekolah memberi
tugas yang dapat dikerjakannya dan setiap pekerjaan yang dilakukan pasti ada
imbalannya. Sebaliknya pimpinan sekolah mempercayakan suatu tugas kepada guru
karena keyakinan bahwa guru tersebut akan mampu melaksanakan tugasnya dengan
sebaik mungkin. Dalam hubungan guru dengan pimpinan tersebut yang terpenting
adanya pengertian dari kedua belah pihak atas konsekuensi dari beban tersebut. Guru
dan pimpinan sekolah secara bersama-sama melaksanakan tugas pendidikan.
7. Etika Hubungan guru dengan masyarakat
Dalam etika hubungan guru dengan masyarakat, guru sangat perlu memelihara
hubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan,
misalnya mengadakan kerja sama dengan kalangan industri terdekat dan berorientasi
pada peningkatan mutu pendidikan. Guru menghayati apa saja yang menjadi
tugasnya. Guru selalu berupaya meningkatkan profesionalisme dan kinerjanya.
Peningkatan profesionalisme dapat dilakukan melalui pendalaman dan mengikuti
perkembangan terkini ilmu keguruan atau kependidikan, atau dengan cara
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, serta berpartisipasi dalam kegiatan
keprofesian yang relavan. Peningkatan kinerja dapat diawali dari mencintai profesi
pendidikan, sehingga profesi ini menjadi bagian dari hidupnya.
35. Interaksi guru-murid
Interaksi siswa bersama guru merupakan unsur utama dalam proses belajar mengajar
disekolah. Karena melalui proses belajar mengajar, anak didik tumbuh dan
berkembang menjadi dewasa, dan keadaan ini tentu saja banyak dipengaruhi oleh
guru dalam mengajar dan terutama menjalin hubungan baik dengan siswanya. Dalam
proses belajar mengajar perlu sekali adanya kondisi yang menyenangkan dan suasana
keakraban antara guru dan siswa. Sebaliknya siswa yang tidak senang dengan guru
akan cenderung menurun minat belajaranya.
Jenis-Jenis Interaksi Guru Dengan Murid:
a. Hubungan Guru dan Murid
Mengenal siswa adalah suatu langkah yang baik untuk memperlancar jalanya
proses belajar menuju kearah tercapainya tujuan, dan mempermudah dalam
menjalin hubungan baik dengan siswa. Masalah hubungan siswa guru memang
penting karena berhasil tidaknya pendidikan tergantung pada komunikasi yang
diupayakan gurunya .
b. Berdiskusi dengan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
Berdiskusi dengan siswa adalah suatu bentuk keakraban guru dengan sisiwa, yang
perlu ditumbuh kembangakan dalam proses belajar mengajar. guru hendaknya
juga menggunakan metode diskusi ini, dan tentu harus sesuai situasi, kondisi
siswa dan tingkat kemampuan siswa.
c. Memberikan Kesempatan Mencoba dan Bertanya.
Memberi kesempatan bertanya pada siswa dalam proses belajar mengajar dapat
menimbulkan rasa percaya siswa, bahwa guru menghargai dirinya. Bila demikian
halnya, maka siswa akan dengan mudah menjalin hubungan dengan guru, dan
proses belajar mengajar pun dapat berlangsung dengan baik.
d. Menciptakan situasi yang baik
Situasi seperti ini perlu ditumbuh kembangkan mengingat proses belajar mengajar
yang berlangsung dalam situasi yang baik dalam arti saling hormat menghormati,
saling terbuka akan mamudahkan jalannya proses belajar mengajar dan tercapai
siswa
e. Mengadakan Pengawasan dan pengecekan
Pengawasan yang dimaksudkan disini adalah bahwa dalam proses belajar
mengajar hendaknya guru tidak saja memperhatikan materi yang harus
disampaikan dalam waktu tertentu, tetapi juga harus memperhatikan dan
mengawasi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran serta mengadakan
pengecekan terhadap catatan pelajaran siswa. Semua itu dilakukan demi
tercapainya kedisiplinan siswa dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan guru,
dalam hal ini berdisiplin selain akan membuat seorang siswa memiliki kecakapan
mengenai cara belajar yang baik juga merupakan suatu proses kearah
pembentukan watak yang baik
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Murid dengan Guru
Faktor yang mempengaruhi interaksi siswa dengan guru dalam lingkungan sekolah
maupun secara umum yaitu :
a) Faktor pemahaman guru terhadap interaksi edukatif
b) Faktor Kepribadian guru
Keanekaragaman (diversity) dalam lingkungan sekolah merujuk pada adanya beragam siswa,
guru, staf, dan anggota komunitas sekolah yang memiliki berbagai latar belakang,
karakteristik, dan pengalaman. Keanekaragaman dalam lingkungan sekolah mencakup
beberapa aspek, termasuk:
- Keanekaragaman Sosial dan Etnis: Ini mencakup siswa dan staf dengan latar belakang
etnis yang berbeda, beragam bahasa, agama, dan budaya. Keanekaragaman etnis dapat
menciptakan lingkungan yang kaya dengan perspektif yang berbeda.
- Keanekaragaman Gender dan Identitas Gender: Sekolah yang inklusif harus mengakui
dan menghormati identitas gender yang beragam, termasuk siswa transgender, non-
binaries, dan beragam gender lainnya.
- Keanekaragaman Bahasa: Siswa dengan beragam bahasa ibu mungkin hadir di sekolah.
Mendukung beragam bahasa dan keterampilan berbahasa adalah bagian dari
keanekaragaman sekolah.
- Keanekaragaman Kepemilikan: Siswa dapat berasal dari berbagai latar belakang
ekonomi. Keanekaragaman ekonomi harus dipahami dan diperhatikan untuk memastikan
akses yang setara ke pendidikan.
- Keanekaragaman Kemampuan: Siswa dengan kebutuhan khusus juga merupakan bagian
dari keanekaragaman sekolah. Sekolah harus memastikan bahwa mereka memiliki akses
ke dukungan dan sumber daya yang mereka butuhkan.
- Keanekaragaman Intelektual dan Kepribadian: Setiap siswa memiliki keunikan dalam
cara mereka belajar dan berinteraksi. Keanekaragaman ini juga harus diperhatikan dalam
pendekatan pendidikan.
Mengelola keanekaragaman dalam lingkungan sekolah adalah penting karena dapat
menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung semua siswa. Hal ini juga dapat
mengajarkan siswa nilai-nilai toleransi, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan.
Pendidikan yang inklusif dan berorientasi pada keanekaragaman dapat membantu
menciptakan generasi yang lebih siap untuk hidup dalam masyarakat yang multikultural dan
global. Untuk mencapai tujuan ini, sekolah dapat mengadopsi kebijakan inklusif, program
pendidikan yang beragam, serta pelatihan untuk guru dan staf agar dapat mengelola
keanekaragaman dengan efektif.