Anda di halaman 1dari 19

REVISI

KECERDASAN MAJEMUK (MULTIPLE INTELLIGENCES)

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan Biologi
Dosen Pengampu Dr. Siti Sriyati, M.Pd

Oleh:

LUTFIA NUR HADIYANTI


Kelas A
1201429

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences /MI)

A. Latar belakang kecerdasan majemuk


Terdapat beberapa perbedaan pendekatan dalam memahami istilah
kecerdasan. Pandangan psikometrik merupakan pandangan yang paling
tradisional. Menurut pandangan ini, terdapat hanya satu kecedasan yang sering
disebut dengan kecerdasan umum (general intelligences). Setiap individu
dilahirkan dengan suatu kecerdasan tertentu yang paling menonjol dan sulit
diubah. Para psikolog dapat mengukur intelegensi (IQ) seseorang melalui tes
jawaban pendek, atau dengan mengukur waktu yang dibutuhkan seseorang untuk
bereaksi terhadap kilatan cahaya atau keberadaan pola gelombang otak tertentu
(Gardner dalam Hernández, 2010). Akan tetapi ternyata hasil tes IQ tersebut tidak
memuaskan sehingga para peneliti mengembangkan beberapa alternatif teori yang
kesemuanya menyatakan bahwa kecerdasan merupakan hasil dari sejumlah
kemampuan yang berkontribusi terhadap kinerja manusia.
Pada tahun 1983, seorang peneliti dan profesor di Universitas Harvard,
Howard Gardner mengajukan sebuah sudut pandang baru mengenai kecerdasan.
Dalam bukunya “Frames of Mind” Gardner menemukakan teorinya yang disebut
dengan multiple intelligences (MI) atau kecerdasan majemuk. Gardner dalam teori
kecerdasan majemuknya, mengemukakan bahwa kecerdasan manusia mempunyai
banyak dimensi yang harus diakui dan dikembangkan dalam pendidikan. Ia
menganggap bahwa tes IQ hanya mengukur kemampuan logika dan bahasa, tanpa
tipe kecerdasan lainnya yang juga penting. Gardner mendefinisikan kecerdasan
sebagai sebuah potensi biopsikologis. Kecerdasan tidak dapat dilihat atau
dihitung. Kecerdasan merupakan proses informasi yang dapat diaktifkan dalam
sebuah latar kultural tertentu untuk menyelesaikan masalah atau membuat produk
yang bernilai dalam masyarakat tersebut. Aktivasi potensial ini bergantung pada
nilai suatu budaya, dan kesempatan berkembang dalam budaya tersebut. Teori MI
tidak hanya bermanfaat bagi perkembangan peserta didik. Guru yang mengetahui
kecerdasannya sendiri yang menonjol akan lebih dapat mengajar dengan lebih
efektif karena menemukan gaya mengajar yang paling sesuai. Sebaliknya kadang-
kadang peserta didik dapat membantu guru dengan kecerdasan yang dimilikinya
yang tidak dimiliki oleh guru.

Multiple Intelligences—Lutfia Nur Hadiyanti 1


B. Kriteria untuk mengidentifikasi kecerdasan
Berdasarkan pengembangan MI dan pengkarakteran kecerdasan yang luas,
Gardner tidak berfokus pada pembuatan dan interpretasi instrumen. Akan tetapi ia
menyimpulkan penemuan penelitiannya dari biologi evolusi, neurosains,
antropologi, serta penelitian psikometrik. Melalui sintesis penelitian yang relevan
dengan penelitiannya, Gardner dalam Amstrong (2009) menetapkan beberapa
kriteria untuk mengidentifikasi kecerdasan yang unik. Kriteria kecerdasan tersebut
yaitu.
1. Isolasi potensial oleh kerusakan otak. Meskipun seseorang mengalami
kesulitan berbicara, membaca dan menulis karena kerusakan otak yang
bertanggungjawab terhadap kecerdasan linguistik, ia tetap masih dapat
menyanyi, berhitung, menari dan sebagainya. Kecerdasan yang diajukan oleh
Gardner merupakan sistem yang otonom.
2. Adanya savant (individu yang menunjukkan kemampuan yang lebih sedangkan
satu atau beberapa kecerdasan lainnya berada pada tingkat yang rendah),
prodigy*, dan individu yang memiliki kemampuan yang luar biasa lainnya.
3. Setiap kecerdasan memiliki waktu kemunculan dan perkembangan.
4. Sejarah evolusioner dan evolusi yang masuk akal. Setiap kecerdasan memiliki
bukti historis, seperti spasial dapat ditemukan pada gambar dalam gua kuno,
irama terbang serangga ketika mencari bunga, musikal melalui instrumen
musik kono, dan sebagainya
5. Dukungan dari temuan psikometri.
6. Dukungan eksperimen psikologi.
7. Inti operasi atau rangkaian operasi yang teridentifikasi seperti halnya sebuah
program komputer yang membutuhkan serangkaian cara kerja dasar agar dapat
berfungsi menggerakkan kegiatan yang khas pada setiap kecerdasan. Misalnya
kinestetik yang memiliki cara kerja dasar mampu menirukan gerakan fisik,
mampu menguasai gerak rutin motorik halus dalam menyusun bangunan.
8. Kemudahan pengkodean dalam sistem simbol. Masing-masing kecerdasan
memiliki simbol masing-masing yang unik. Contohnya untuk kecerdasan
linguistik terdapat sejumlah bahasa lisan dan tulisan seperti Inggris, Prancis
dan Spanyol.

Multiple Intelligences—Lutfia Nur Hadiyanti 2


*dijelaskan pada matriks keterbakatan
C. Teori MI
Gardner mengemukakan sebuah kerangka analitis acuan keterbakatan yang
merupakan acuan pandangannya akan kecerdasan dan nilai kemampuan manusia.
Tabel 1. Matriks keterbakatan Gardner* (Gale, 2012)
Istilah Lingkungan Fokus usia Domain/status Isu relevan
pengaruh bidang
Intelligences Biopsikologi Semua usia - -
Giftedness Biopsikologi Pemuda Predomain Kristalisasi pengalaman
Prodigiousness Biopsikologi Pemuda Domain saat ini Pencarian dan
pemanfaatan pemikiran
yang luas
Expertise Domain saat ini Postadolescence Domain Pengetahuan/
menerima keterampilan kumulatif
Creativity Domain masa depan Postadolescence Bertentangan Asinkroni yang sukses
dengan domain
Genius Domain yang luas Manusia Universal Berkaitan dengan masa
dewasa kecil
*diadaptasi dari Gardner dalam buku Multiple Intelligences
Gardner mendefinisikan istilah dalam tabel sebagai berikut (a) seseorang
yang berbakat (gifted) adalah orang yang menunjukkan kecerdasan tertentu,
(b)prodigy dipahami sebagai seseorang yang menunjukkan kualitas kematangan di
atas usia normalnya, (c) An expert (ahli) adalah pencapai tingkat tinggi (a high-
level achiever) yang sangat kompeten dalam suatu domain, dan (d) Creativity
ditunjukkan oleh seseorang yang dapat memecahkan masalah atau menciptakan
produk dalam sebuh domain yang sesuai. Sedangkan istilah genius bukan
diajukan oleh Gardner sendiri.
Gardner dalam Amstrong (2009) mengelompokkan kecerdasan yang dimiliki
manusia ke dalam delapan kategori yang meliputi.
1) Kecerdasan linguistik, merupakan kemampuan untuk menggunakan kata-kata
secara efektif baik secara oral maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup
kemampuan untuk memanipulasi sintaks atau struktur bahasa, fonologi,
semantik (arti kata) dan penggunaan bahasa. Termasuk juga retorik
(penggunaan bahasa untuk meyakinkan orang lain melakukan sesuatu),
mnemonic (penggunaan bahasa untuk mengingat informasi), penjelasan
(menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi), dan metalanguage
(penggunaan bahasa untuk membicarakan bahasa itu sendiri).
2) Logika-matematika, merupakan kemampuan untuk mengolah angka secara
efektif dan menalar dengan baik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pola

Multiple Intelligences—Lutfia Nur Hadiyanti 3


logika dan hubungan, pernyataan dan proposisi, fungsi dan abstraksi lainnya.
Proses yang digunakan yaitu pengkategorian, klasifikasi, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, menghitung dan menguji hipotesis.
3) Spasial, adalah kemampuan menerjemahkan dunia visual-spasial secara
akurat. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap warna, garis, bangun,
bentuk, ruang dan hubungan yang ada di antara elemen.
4) Kinestetik, ahli dalam menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan
ide dan perasaan. Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik yang spesifik
seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas, dan
kecepatan.
5) Musikal, merupakan kemampuan untuk merasakan, membedakan, mengubah,
dan mengekspresikan musik. Kecerdasan ini mencakup sensitivitas terhadap
ritme, melodi, dan warna nada sebuah karya musik.
6) Interpersonal, yaitu kemampuan untuk merasakan dan membedakan suasana
hati, perhatian, motivasi dan perasaan orang lain. Kecerdasan ini mencakup
sensitivitas terhadap ekspresi wajah, suara, dan bahasa tubuh orang lain.
7) Intrapersonal, adalah pemahaman terhadap diri sendiri dan kemampuan
untuk bertindak berdasarkan pengetahuan seseorang. Kecerdasan ini
mencakup kesadaran akan kekuatan dan kelemahan diri, kesadaran akan
suasana hati, motivasi, temperamen dan keinginannya.
8) Naturalistik, memiliki keahlian dalam pengenalan dan pengklasifikasian
spesies di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap
fenomena alam dan membedakan objek tak hidup.

Perlu ditekankan bahwa MI bukanlah mata pelajaran dan bukan pula


kurikulum. Kesalahpahaman banyak terjadi ketika kecerdasan matematis-logis
disamakan dengan bidang studi matematika, linguistik disamakan dengan bahasa
Indonesia dan seterusnya. MI sebenarnya merupakan teori kecerdasan dalam
ranah psikologi yang ketika ditarik ke dalam dunia pendidikan menjadi strategi
pembelajaran yang berupa rangkaian aktivitas belajar dan merujuk pada indikator
hasil belajar yang telah ditentukan dalam silabus (Chatib, 2012)

Multiple Intelligences—Lutfia Nur Hadiyanti 4


Selain deskripsi masing-masing intelegensi dan teori dasarnya, terdapat
beberapa poin yang penting untuk diingat dalam pembahasan MI. Poin-poin
tersebut meliputi.
1) Setiap orang memiliki kedelapan intelegensi. Teori MI bukanlah untuk
menentukan salah satu intelegensi yang paling cocok. Teori ini merupakan
sebuah teori fungsi kognitif dan menganggap bahwa masing-masing individu
mempunyai kapasitas pada semua jenis intelegensi yang berfungsi bersama
dalam sebuah cara yang unik.
2) Kebanyakan orang dapat mengembangkan masing-masing intelegensi hingga
tingkat kompetensi tertentu. Perkembangan dapat terjadi dengan dukungan,
pengayaan, dan instruksi yang tepat.
3) Intelegensi berfungsi bersama dalam sebuah mekanisme yang kompleks.
Intelegensi selalu berinteraksi satu sama lain. Misalkan ketika seseorang
melakukan pengamatan terhadap tumbuhan pada tingkat divisi tertentu
dibutuhkan kecerdasan linguistik (membaca dan memahami teori),
kecerdasan naturalistik (membedakan satu spesies dengan spesies lain), dan
kecerdasan spasial (menggambar morfologi)
4) Terdapat berbagai cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori. Tidak ada
serangkaian atribut standar yang harus dimiliki seseorang untuk memiliki
kecerdasan tertentu. Misalnya seseorang mungkin tidak bisa membaca,
namun ia memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi karena dapat
menceritakan sesuatu yang menarik atau memiliki banyak kosa kata lisan.

D. Aktivasi dan deaktivasi perkembangan kecerdasan


Intelegensi seseorang yang lemah dapat berubah menjadi intelegensi yang
paling kuat karena adanya kesempatan untuk mengembangkannya dengan cara
yang tepat. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi yaitu 1) aspek biologis yang mencakup faktor genetik dan keturunan
serta kerusakan otak, 2) sejarah individu termasuk pengalaman dengan orang-
orang sekitar yang dapat meningkatkan atau menekan kecerdasan, 3) latar
belakang budaya dan sejarah yang mencakup tempat lahir dan tumbuhnya
seseorang serta status budaya dan perkembangan sejarah. Jadi, meskipun

Multiple Intelligences—Lutfia Nur Hadiyanti 5


seseorang tidak memiliki faktor genetik yang menujukkan suatu kecerdasan, suatu
saat kecerdasan tersebut dapat muncul karena program pelatihan tertentu.
Kristalisasi pengalaman (crystallizing experiences) dan kelumpuhan
pengalaman (paralyzing experiences) merupakan dua proses utama dalam
perkembangan kecerdasan. Kristalisasi pengalaman merupakan konsep yang
diberikan oleh David Feldman yang berarti titik balik (turning point) dalam
perkembangan talenta dan kemampuan seseorang. Kelumpuhan pengalaman
mengacu pada pengalaman yang “mematikan” kecerdasan. Beberapa faktor
lingkungan dapat mempengaruhi pengembangan atau penekanan kecerdasan
1)akses terhadap sumber atau mentor, 2) faktor sejarah budaya, 3) faktor
geografis, 4) faktor keluarga, dan 5) faktor situasi.
Seiring dengan perkembangan zaman, IT juga semakin berkembang.
Kecerdasan MI juga dapat diaktivasi dengan penggunaan perangkat lunak IT.
Sebagai contoh kecerdasan lingusitik dapat diaktivasi melalui penggunaan
Microsoft Word, Wikipedia, bahkan permainan sekelas Tetris. Kecerdasan logika-
matematika dapat diaktivasi melalui program Microsoft Access. Kecerdasan
spasial dapat diaktivasi melalui Google Earth atau Google Maps dan TurboCAD.
Kecerdasan musikal diaktivasi melalui Finale Songwriter dan Pizzicato.
Kecerdasan interpersonal dapat diaktivasi melalui program Outlook Express,
MySpace, dan permainan SimCity. Kecerdasan intrapersonal dapat diaktivasi
melalui Cambridge Career Counseling System dan kecerdasan naturalistik dapat
diaktivasi melalui National Geographic.

E. Evaluasi dan assesmen dalam MI


Penilaian dalam MI bukan merupakan output utama. MI tidak bergantung
pada tes standar atau tes yang didasarkan pada nilai formal. Teori ini lebih banyak
mendasarkan pada penilaian autentik yang memiliki titik acuan spesifik dan
ipsative (tes yang membandingkan prestasi peserta didik saat ini dengan
prestasinya yang lalu). Pergeseran paradigma penilaian tradisional dengan
penilaian autentik terangkum dalam Tabel 1.
Meskipun terdapat mekanisme penilaian yang sama, namun konsep dasar
penilaian tes dalam MI agak sedikit berbeda. Soal tes yang digunakan sebagai

Multiple Intelligences—Lutfia Nur Hadiyanti 6


evaluasi adalah soal yang menantang, bukan soal dengan kriteria sulit. Soal yang
sulit dianggap akan merusak mental siswa untuk maju. Cara tepat untuk membuat
soal yang berkualitas dan menantang adalah model open book. Dengan model ini,
seorang guru tidak akan mungkin membuat soal seperti “Sebutkan urut-urutan
proses pencernaan makanan?”. Guru akan tertantang membuat soal dengan
taksonomi Bloom tingkat tinggi seperti “Apa yang akan terjadi dalam proses
pencernaan makanan apabila seseorang memiliki kebiasaan memakan makanan
tanpa mengunyah?”. Dengan demikian, meskipun open book, daya kritis dan
analisis peserta didik akan sangat berperan dalam mencari jawabannya. Konsep
lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes yang baik adalah ability test
dan discovering ability. Ability test adalah tes kemampuan yang bertujuan
mengetahui kemampuan peserta didik, bukan ketidakmampuannya (disability
test). Tes ketidakmampuan memiliki ciri-ciri 1) soal yang diberikan asing dan
tidak akrab dengan pengetahuan peserta didik, 2) tidak mempunyai batasan yang
disepakati. Discovering ability adalah aktivitas guru untuk menjelajah
kemampuan peserta didik pada saat hasil tes yang diperoleh berada di bawah
standar ketuntasan. Peserta didik dapat diminta menjawab soal yang sama dengan
cara yang lain, jika tidak berhasil barulah dilakukan remedial test (Chatib, 2012)

Tabel 1. Pergeseran paradigma penilaian tradisional dan autentik yang digunakan


MI (Chatib, 2012)
No Paradigma penilaian tradisional Paradigma penilaian autentik
1 Penilaian menekankan pada peringkat Penilaian menekankan pada kompetensi
dan mengklasifikasikan peserta didik yang diajarkan
2 Mengesampingkan peserta didik yang Membantu peserta didik yang lemah untuk
tidak mampu (lemah) berkembang
3 Peringkat dan klasifikasi cenderung Penilaian kompetensi cenderung
mendorong kompetisi yang berlebihan membangun semangat kerja sama
4 Penilaian hanya menitikberatkan pada Penilaian menitikberatkan pada tiga ranah,
aspek kognitif (pengetahuan) yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif
5 Pengumpulan informasi nilai hanya Pengumpulan informasi nilai dengan TES
dengan TES dan NON-TES

MI tidak dapat diukur dengan tes pensil dan kertas seperti biasa. Gardner
menyebut pengukuran MI sebagai spektrum proyek (Project Spectrum). Spektrum
proyek merupakan sistem pengukuran untuk anak-anak dalam kelas dengan
berbagai materi yang berbeda. Pendekatan ini akan memberikan informasi
berdasarkan aktivitas yang berarti yang menunjukkan kekuatan beberapa
kecerdasan. Meskipun validitas tes pada usia pra sekolah tidak dapat dilihat,

Multiple Intelligences—Lutfia Nur Hadiyanti 7


tugas-tugas spektrum dapat menunjukkan reliabilitasnya. Sejumlah tes juga dapat
dilakukan untuk mengukur kecerdasan yang spesifik. Tabel 2 menunjukkan
sebagian jenis tes yang mungkin berhubungan dengan masing-masing jenis
kecerdasan (Amstrong, 2009; Gardner dalam Davis et al, 2011)

Tabel 2. Jenis tes untuk mengukur kecerdasan yang spesifik


Kecerdasan Jenis tes
Linguistik Tes membaca, tes bahasa, dan tes pencapaian
Logika-matematika Asesmen plagetian, tes pencapaian matematika, tes penalaran kecerdasan
Spasial Tes ingatan visual dan visual-motor, tes bakat seni, tes kinerja kecerdasan
Kinestetik Tes ketangkasan, tes fisik
Interpersonal Skala kematangan sosial, sosiogram, tes proyeksi interpersonal
Intrapersonal Asesmen konsep diri, tes proyektif, tes EQ
Naturalistik Tes yang mencakup pertanyaan tentang hewan, tumbuhan atau alam
sekitar

Spektrum proyek dipandang lebih baik dibandingkan dengan asesmen


tradisional seperti tes IQ karena (1) menunjukkan komponen pemikiran yang tidak
mempertimbangkan tingkat kepintaran, (2) asesmen didasarkan pada aktivitas
“hands on” yang melibakan dan berarti bagi anak usia pra sekolah dari suatu latar
belakang sosial, (3) mendokumentasikan pembelajaran dan distribusi kekuatan
dan kelemahan berbagai kecerdasan (profil spektrum /spectrum profile).

Tabel 3. Perbedaan asesmen MI dan asesmen tradisional (diadaptasi dari Chen &
Gardner dalam Davis et al, 2011)
Asesmen tradisional Asesmen MI
Kepercayaan yang lebih pada logika dan Sampel keseluruhan kecerdasan dan domain
linguistik , kemampuan matematis dan
pengukuran
Kurang fokus Mengidentifikasi kekuatan relatif dan absolut
Nilai intrinsik suatu aktivitas atau tugas sangat Segera memberikan umpan balik kepada
kecil peserta didik, sangat berarti dan materi yang
diberikan familiar
Kinerja ditunjukkan dengan skor tunggal Skor berada pada suatu jangkauan tugas,
menjelaskan beberapa domain untuk masing-
masing kecerdasan
Terpisahkan dari konteks Validitas ekologis, permasalahan terkini
digunakan untuk kegiatan pemecahan masalah

F. MI dalam pembelajaran
MI dianggap dapat menyelesaikan permasalahan pendidikan di Indonesia.
Akan tetapi penerapan dan pengintegrasian MI dalam pembelajaran tidak
semudah yang dibayangkan. Chatib (2012) menganalisis beberapa tantangan yang
harus dihadapi dalam pengaplikasian MI di dunia pendidikan Indonesia.

Multiple Intelligences—Lutfia Nur Hadiyanti 8


1) Beberapa elemen sistem pendidikan Indonesia masih kurang sejalan dengan
sistem pendidikan yang “proporsional”.
2) Pemahaman yang salah tentang makna sekolah unggulan.
3) Desain kurikulum yang masih sentralistis.
4) Penerapan kurikulum yang tidak sejalan dengan evaluasi hasil akhir
pendidikan.
5) Masih rendahnya kreativitas dan kualitas guru.
6) Proses penilaian hanya dilakukan secara parsial pada kemampuan kognitif
yang terbesar, dan belum menggunakan penilaian autentik secara
komprehensif.
Amstrong (2009) meneliti pengaplikasian MI pada peserta didik yang semula
menyandang disability learning. Setelah beberapa bulan belajar dengan strategi
MI ternyata mereka adalah anak-anak yang kreatif dan cerdas. Amstrong
menemukan bahwa para guru sebelumnya mengalami distechia (salah mengajar)
yang mengandung virus T yaitu teacher talking time, task analysis, dan tracking.
Teacher talking time menganggap peserta didik belajar saat guru mengajar dengan
ceramah. Task analysis artinya setiap penyampaian materi pelajaran yang
diberikan pada siswa langsung masuk ke materi tanpa menjelaskan kegunaan
materi untuk diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari. Tracking yaitu
pengelompokan peserta didik ke dalam beberapa kelas berdasarkan kemampuan
kognitifnya, padahal perkembangan psikologi siswa pandai yang masuk dalam
kelas khusus anak pandai mempunyai resiko kemunduran tingkat kecerdasan
(Chatib, 2012)
Jalan terbaik untuk mengembangkan kurikulum yang menggunakan MI
adalah dengan memikirkan bagaimana cara seseorang dapat menerjemahkan
materi yang akan diajarkan dari suatu kecerdasan ke dalam kecerdasan lainnya.
Berikut tujuh langkah untuk menyusun rencana pembelajaran (lesson plan / RPP)
ataupun kurikulum MI.
1) Fokus pada tujuan atau topik yang spesifik.
2) Mengajukan pertanyaan kunci sesuai teori MI. Gambar 1 menunjukkan jenis
pertanyaan yang sesuai dengan tujuan atau topik yang objektif
3) Mempertimbangkan kemungkinan.

Multiple Intelligences—Lutfia Nur Hadiyanti 9


4) Brainstorm
5) Menyeleksi aktivitas yang sesuai
6) Merancang serangkaian rencana
7) Mengimplementasikan rencana.
Penerapan MI dalam pembelajaran memberikan beberapa keuntungan yaitu
1) baik guru maupun siswa akan menyadari bahwa terdapat berbagai macam cara
untuk menjadi “pintar”, 2) semua tipe kecerdasan memiliki nama yang sama,
3)dengan produk belajar peserta didik yang ditunjukkan ke orang tua dan anggota
lainnya, sekolah dapat lebih melibatkan orang tua dan komunitasnya,
4)peningkatan harga diri dapat dilihat seiring dengan peningkatan kekuatan dan
tugas yang sesuai dengan keahlian tertentu yang dimiliki, dan 5) peserta didik
dapat mengembangkan keterampilan memecahkan masalah yang dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.

Logika matematika
Bagaimana bisa saya membawanya Spasial
Linguistik dalam bentuk angka, perhitungan, Bagaimana bisa saya
Bagaimana bisa saya klasifikasi atau ketrampilan menggunakan bantuan viaual,
menggunakan bahasa berpikir kritis? visualisasi, warna atau
lisan atau tulisan? metafora?

Naturalis Musikal
Bagaimana bisa saya Bagaimana bisa saya membawanya
melibatkan benda hidup, Tujuan dalam musik atau suara lingkungan
fenomena alam alau kesadaran atau serangkaian poin kunci dalam
lingkungan? sebuah ritme atau kerangka melodi?

Intrapersonal
Bagaimana bisa saya Kinestetik
melibatkan siswa pada peer Interpersonal Bagaimana bisa saya melibatkan
membangkitkan perasaan atau Bagaimana bisa saya
seluruh tubuh atau menggunakan
kenangan pribadi atau memberi melibatkan perserta didik pada
pengalaman langsung?
pilihan kepada peserta didik? peer sharing atau simulasi
kelompok yang besar?

Gambar 1. Kerangka pertanyaan MI

Konsep MI dalam pembelajaran menyatakan bahwa perbedaan individual


peserta didik dapat diterima dan dilayani dengan suatu keyakinan yang berpijak
pada pernyataan Gardner yaitu “kita semua begitu berbeda karena pada
hakikatnya kita memiliki kombinasi intelegensi yang berbeda. Jika kita sadari hal

Multiple Intelligences—Lutfia Nur Hadiyanti 10


ini, setidaknya kita lebih berpeluang untuk mampu mengatasi secara tepat
berbagai masalah yang kita hadapi dalam kehidupan di dunia”. Aplikasi MI
dalam pendidikan akan membuat pendidik lebih arif dan mampu menghargai serta
memfasilitasi perkembangan peserta didik.

G. Kritik terhadap MI dan responnya


Di samping kelebihan yang telah dijelaskan sebelumnya, kritik terhadap teori
MI juga muncul dan menimbulkan miskonsepsi. Kesalahpahaman terhadap teori
MI yang berupa kritik diluruskan dengan berbagai respon dari pihak yang
bersangkutan dan para pendukungnya. Amstrong (2009) mengemukakan beberapa
kritik dan respon terhadap MI sebagai berikut.
1) Teori MI kurang akan dukungan empiris. Terdapat faktor g Spearman atau
sering disebut hanya dengan faktor g (the g factor) yang meragukan
eksistensi delapan kecerdasan majemuk. Faktor g ini ditemukan dalam
fenomena seseorang yang memiliki skor bagus pada satu tes mental akan
cenderung memiliki skor yang bagus untuk tes lainnya dan berlaku untuk
individu pada setiap usia, ras, jenis kelamin, dan kebangsaan subyek yang
diteliti. Meskipun teori MI mengakui keberadaan faktor g, komunitas
psikometrik tetap mengakui kecerdasan majemuk yang diajukan oleh Gardner
dengan dukungan data empiris pada berbagai penelitian yang dilakukan
Gardner yang ditulis dalam Frames of Mind.
2) Tidak adanya dukungan penelitian yang kuat akan penerapan MI di dalam
kelas. Terdapat berbagai permasalahan dalam penggunaan metode yang tepat
untuk memvalidasi keberhasilan MI dalam pembelajaran. Hal ini karena MI
tidak menunjukkan adanya program spesifik, contohnya Direct Instruction
yang dilatihkan pada pengajar sebelum penelitian. Sebaliknya MI
menunjukkan gambaran teknik, program, sikap, peralatan strategi dan metode
yang luas yang memberikan kesempatan kepada masing-masing pengajar
mendorong perkembangan pendekatan mereka sendiri yang unik untuk
diterapkan. Tidak adanya signifikansi hasil penelitian juga disebabkan karena
sulitnya menentukan kelas kontrol dan kelas mana yang benar-benar
menerapkan MI sebagai kelas eksperimen. Keberhasilan penerapan MI

Multiple Intelligences—Lutfia Nur Hadiyanti 11


banyak ditunjukkan oleh proyek penelitian yang dilakukan oleh Harvard
Project Zero termasuk peelitian Proyek Spektrum oleh Gardner.
3) Teori MI menurunkan tingkat kurikulum untuk membuat semua peserta didik
merasa pintar. Kritik ini banyak ditujukan pada praktisi yang tidak benar-
benar mengaplikasikan MI dalam pembelajarannya. Teori MI dianggap telah
mengajarkan peserta didik untuk merasa nyaman dalam situasi di mana ia
dianggap cerdas. Memfokuskan anggapan terhadap peserta didik dibanding
kegiatan yang bermakna yang menunjukkan keterampilan hanya akan
memberikan kekecewaan yang sepintas. Hal tersebut disangkal oleh Gardner
karena pemahaman dalam pembelajaran MI tidak cukup hanya disampaikan
melalui buku teks, pemebelajaran dan tes standar. Peserta didik harus
melakukan sesuatu yang lebih dan menuntut penggunaan salah satu
kecerdasan yang mereka miliki.

Multiple Intelligences—Lutfia Nur Hadiyanti 12


REFERENSI

Amstrong, T. 2009. Multiple Intelligences in the Classroom 3rd Edition. USA:


Association for Supervision and Curriculum Development.

Chatib, M. 2012. Sekolahnya Manusia. Bandung: Penerbit Kaifa

Gale, L.T.Y., (2012). An Examination of Gardner’s Multiple Intelligences of


Leadership in Organization (Disertasi). Capella University.

Hernández, J.G.V.(2010). Multiple Intelligences as a New Paradigm in the


Education of Mexico. International Journal of Education, 2 (1), pg. 1-18

Davis.K., Joanna A. C., & Howard G. 2011. The Theory of Multiple Intelligences.
diakses 20 April 2013 dari sws.bu.edu/.../MI%20Chapter%20for%20
Cambridge%20Handbook% 20Most%20Update
Lampiran 1

Tes Indikator Kecerdasan Majemuk Rogers*

Petunjuk: Berilah tanda check (V) pada skor yang sesuai dengan diri anda.

No Pertanyaan Jarang Adakala Kadang Selalu Hampir


1 nya 3 4 Selalu
2 5
1 Saya berhati-hati dalam mengungkapkan
makna tersirat dan tersurat dari kata-kata
yang saya gunakan dalam percakapan dan
tulisan
2 Saya menghargai berbagai macam musik
3 Teman –teman meminta bantuan saya untuk
memecahkan soal matematika atau
perhitungan
4 Saya dapat memvisualisasikan gambar
dengan jelas, tepat dan tajam
5 Saya memiliki keseimbangan tubuh yang
terkoordinasi dengan baik
6 Saya memahami mengapa apa yang saya
percayai dan lakukan
7 Saya memahami suasana hati, watak, nilai,
dan niat orang lain, meskipun mereka
menyembunyikannya
8 Saya tertarik dengan sistem
pengklasifikasian dinosaurus, tanaman,
burung, ikan, badai atau serangga.
9 Saya yakin dalam mengekspresikan diri
dalam perkataan atau tulisan, secara pribadi
ataupun publik.
10 Saya memahami pengetahuan dasar musik
seperti ritme, harmoni, akord dan kunci.
11 Ketika memunyai masalah, saya
menggunakan logika, analisis, proses
langkah demi langkah untuk mendapatkan
pemecahannya.
12 Saya memiliki perasaan yang baik untuk
menentukan arah utara, selatan dan
sebagainya
13 Saya memiliki keterampilan dalam
menggunakan sesuatu seperti gunting, palu,
kuas cat, jarum rajut, pisau bedah, tang,
mainan dan sebagainya
14 Pemahaman diri saya membantu dalam
membuat keputusan yang bijak dalam hidup
15 Saya dapat mempengaruhi orang lain untuk
mempercayai, melakukan, atau menanggapi
sesuatu menurut kepercayaan saya
16 Saya dilahirkan sebagai naturalis, dan selalu
memiliki ketertarikan yang tinggi pada alam,
dimanapun dan kapanpun saya bisa.
17 Saya akurat secara gramatikal dan sensitif
18 Saya senang menggubah atau membuat
musik atau ritme
19 Saya teliti dan ragu-ragu dalam menerima
fakta, argumentasi, alasan dan prinsip
20 Saya handal dalam menyatuan puzzle dan
membaca instruksi, pola atau cetakan
21 Saya ahli dalam aktivitas fisik seperti
olahraga, menari, megorientasi, mengendarai
kuda, bermain, memanjat, dan lainnya.
22 Kemampuan saya untuk memahami emosi
diri membantu saya baik dalam memutuskan
atau bagaimana menghadapi berbagai situasi
23 Saya sangat ingin terlibat dalam profesi yang
sangat membantu seperti mengajar, therapis,
atau konseling atau untuk terlibat dalam
politik atau kepemimpinan keagamaan.
24 Saya sangat tertarik pada segala hal
mengenai peternakan, berkebun,
menangkapikan, dan berkebun
25 Saya dapat menggunakan kata-kata lisan dan
tulisan untuk mempengaruhi orang lain
secara efektif
26 Saya senang menampilkan musik seperti
menyanyi atau memainkan instrumen pada
khalayak
27 Saya membutuhkan penjelasan saintis dari
suatu realita fisik
28 Saya dapat menggunakan grafik dan peta
dengan mudah dan akurat
29 Saya terampil layaknya seorang ahli
elektronika, penjahit, mekanik, tukang kayu,
dan perakit
30 Saya sadar mengenai kompleksitas perasaan
saya sendiri, emosi, dan keyakinan pada
berbagai keadaan
31 Saya dapat berperan menjadi perantara
efektif dalam membantu penyelesaian
masalah orang lain
32 Saya tertarik pada pelajaran yang berkaitan
dengan oseanografi, botani, entomologi,
herpetologi, ornitologi, dan zoologi
33 Saya sensitif terhadap suara, ritme,
perubahan nada, dan rima, khususnya yang
ditemukan dalam puisi
34 Saya memiliki rasa yang kuat terhadap ritme
musik
35 Saya sangat ingin menjadi ahli kimia,
engineer, ahli fisika, astronom atau ahli
matematika
36 Saya dapat menghasilkan gambaran visual
yang jelas dalam gambar, lukisan, pahatan,
sketsa, atau peta.
37 Saya mengurangi stres atau mencari hiburan
dengan aktivitas fisik seperti hiking, bermin
kano, berjalan santai, berolahraga, atau
bersepeda
38 Jiwa saya dalah sumber utama kekuatan,
perbaikan dan motivasi.
39 Saya memahami apa yang memotivasi orang
lain bahkan ketika mereka mencoba
menyembunyikan motivasinya
40 Sebagai seorang anak, saya kagum pada
serangga, tanaman, burung, daun, cicak,
kumbang, siput dan sebagianya di alam
sekitar
41 Saya senang membaca dimanapun dan
kapanpun
42 Saya memiliki rasa yang kuat terhadap nada
musikal
43 Saya menemukan kepuasan personal
terhadap sesuatu yang berhubungan dengan
angka
44 Saya dapat melihat pola dan hubungan
dengan pikiran. Saya dapat mengingat,
membayangkan dan menemukan bagaimana
sesuatu terlihat atau kemungkinannya pada
kenyataan
45 Saya memiliki reflek fisik yang cepat dan
akurat serta merespon dengan hiburan,
permainan, tarian dan sebagainya.
46 Saya percaya terhadap pendapar sendiri dan
tidak dapat dengan mudah terpengaruh oleh
orang lain
47 Saya nyaman dan yakin bergaul dengan
kelompok orang dalam berbagai keadaan
48 Saya memiliki keahlian dalam berkebun dan
sering menjadi narasumber bagi orang lain
yang peduli terhadap lingkungan
49 Bahasa tubuh saya merupakan metode yang
penting dalam berkomunikasi
50 Saya terpengaruh secara emosional dan
intelektual oleh berbegai jenis musik pada
waktu yang berbeda
51 Saya lebih menyukai pertanyaan dengan
jawaban “benar” dan “salah” yang pasti
52 Saya dapat memperkirakan jarak dan ukuran
secara akurat
53 Saya dapat membidik dengan tepat ketika
melempar bola, memanah, menembak, golf,
bola voli, tenis dan sebagainya
54 Perasaan, keyakinan, sikap, dan emosi saya
dalah tanggung jawab saya
55 Saya memiliki lingkaran besar hubungan
dekat
56 Saya telah atau ingin menjadi ahli dalam
mengenali dan mengklasifikasikan flora
serta fauna

*diadaptasi dari dari The Rogers Indicator of Multiple Intelligences (RIMI) Test
PEDOMAN PENSKORAN PENENTUAN KRITERIA KECERDASAN

Petunjuk: Jumlah charta di bawah ini sama dengan jumlah pernyataan pada
angket survey sebelumnya. Setelah penilaian pada angket, letakkan nomor yang
berhubungan dengan skala penilaian (1-5, jarang – hampir selalu) pada kolom
yang tersedia. Lengkapilah kolom dan hitung total skor untuk menentukan skor
masing-masing kategori kecerdasan.

Linguistik Musikal Logika- Spasial Kinestetik Intrapersonal Interpersonal Naturalistik


Matematika
1_____ 2 _____ 3_____ 4_____ 5_____ 6_____ 7_____ 8 _____
9_____ 10_____ 11_____ 12_____ 13_____ 14_____ 15_____ 16_____
17_____ 18_____ 19_____ 20_____ 21_____ 22_____ 23_____ 24_____
25_____ 26_____ 27_____ 28_____ 29_____ 30_____ 31_____ 32_____
33_____ 34_____ 35_____ 36_____ 37_____ 38_____ 39_____ 40_____
41_____ 42_____ 43_____ 44_____ 45_____ 46_____ 47_____ 48_____
49_____ 50_____ 51_____ 52_____ 53_____ 54_____ 55_____ 56_____
Total
_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____

Skor ≤ 15 - Kecerdasan ini bukan merupakan kecerdasan yang menonjol. Anda


mungkin akan menghindari kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan
kecerdasan ini. Diperlukan usaha yan lebih untuk menjadi ahli pada kecerdasan
ini.
15 < Skor < 27 – Anda nyaman dan mudah menggunakan kecerdasan ini. Anda
dapat mengaplikasikan atau bahkan tidak menggunakannya. Ketika anda
menerimanya, anda tidak dapat begitu menguasainya. Kegiatan yang
menggunakan kecerdasan ini mungkin akan memberikan hasil yang memuaskan.
Akan tetapi, anda juga masih membutuhkan banyak upaya.
Skor > 27 – Kecerdasan tersebut merupakan kecerdasan yang paling menonjol
yang dapat dengan mudah anda gunakan. Anda lebih dihargai dan bermanfaat
dengan menjadi ahli dalam kecerdasan ini. Keahlian akan membutuhkan sedikit
usaha saja.

© 2011 oleh J. Keith Roger, PhD, P.O. Box 127 Albion, ID 83311

Anda mungkin juga menyukai