Anda di halaman 1dari 6

KONTRIBUSI BESAR SELF-ACTUALIZING MASLOW’S

ESSAY
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori-teori Konseling yang
diampu oleh :
Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd
Dr. Ilfiandra, M.Pd.

Disusun oleh:

Dini Anggraeni 1805234


Ikrar Fadhilah Muharam 1807534
Yuni Nur Rohman 1800400
Kelompok 1
PPB-A 2018

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
Kontribusi Besar Self-Actualizing Maslow’s

PENDAHULUAN
Kepribadian efektif merupakan keadaan individu yang mengarah kepada
perkembangan yang adekuat dan kemampuan mental yang memiliki kesesuaian
fungsi, sehingga individu mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan
mentalnya secara lebih baik. Salah satu yang bisa digunakan adalah dengan
mengaktualisasikan diri. Arti dari aktualisasi sendiri yaitu proses menjadi diri
sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik.
Aktualisasi diri memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan
ketika individu makin bertambah besar, maka “diri” sudah mulai berkembang. Pada
saat itu juga tekanan aktualisasi diri beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis.
Seperti yang kita ketahui, bahwa aktualisasi diri itu terdapat dalam model
self-actualizing maslow. Self-actualizing maslow merupakan salah satu model yang
turut serta dalam membangun model kepribadian yang efektif. Bahkan, dalam
kontribusinya membentuk model kepribadian yang efektif, self-actualizing maslow
memegang peranan yang sangat besar atau berkontribusi paling besar dalam
membentuk kepribadian yang efektif.

ISI
Individu yang memiliki kepribadian efektif mempunyai karakteristik
seperti: konsistensi, komitmen, kontrol, kompetensi, dan kreativitas. Pertama,
Konsistensi, Orang yang efektif cukup konsisten dalam perilakunya baik didalam
peran sosial melalui waktu dan diseluruh peran sosial. Elemen konsistensi ini
didasarkan pada rasa identitas pribadi yang terintegrasi dengan baik yang
memberikan arahan dan kesatuan pada perilaku. Kedua, komitmen, orang yang
efektif mampu berkomitmen pada tujuan dan makna. Dia mampu mengambil risiko
yang masuk akal, risiko psikologis, ekonomi, dan fisik untuk bergerak ke arah
tujuan yang diinginkan. Kadang-kadang, ia dapat berkomitmen pada nilai-nilai
yang melampaui diri sendiri yang memberi makna dan tujuan bagi kehidupannya
dan dengan demikian melindunginya dari "keputusasaan eksistensial" atau
ketakutan obsesif akan kematian. Ketiga, kontrol, orang yang efektif mampu
mengendalikan impuls dan respons emosionalnya. Ia mampu menerima hal-hal
yang tidak dapat diubah dan tak terhindarkan tanpa respons emosional yang secara
alami tidak sesuai intensitasnya. Dia mampu mengatasi ambiguitas frustrasi, dan
permusuhan tanpa respons emosional semacam itu.
Keempat, kompetensi, orang yang efektif mempunyai berbagai perilaku
mengatasi. Dia adalah pemecah masalah yang efektif. Dia memiliki
perbendaharaan pemahaman antarpribadi yang efektif untuk berurusan dengan
lingkungannya baik dalam peran kejuruan maupun pekerjaan. Dia mampu
menguasai lingkungan dalam batas-batas kemungkinan yang tersedia baginya. Dan
yang kelima yaitu kreativitas, orang yang efektif mampu berpikir dengan cara yang
orisinal dan berbeda. Dia tidak membungkam ide dan impuls yang tidak
konvensional atau baru. Secara persepsi, ia peka terhadap hubungan dan perbedaan
yang tersembunyi dari banyak orang karena mereka mungkin tidak sesuai dengan
harapan tetap. Proses pemikirannya lancar dan dia sangat berhubungan dengan
perasaannya sendiri.
Dan seperti yang telah dikatakan diatas, model kepribadian efektif itu tentu
tidak tiba-tiba hadir dengan sendirinya, melainkan model kepribadian tersebut
terbentuk dan hadir dari teori-teori atau model kepribadian yang lain, seperti: self-
actualizing person (orang yang mengaktualisasikan diri)-Maslow, measure
personality (kepribadian yang matang)- Allport, fully functioning person (orang
yang berfungsi penuh)- Rogers, normal personality (kepribadian normal)- Shoben,
sound personality (kepribadian sehat)- barron, dan reasonable adventurer
(petualang yang masuk akal)- Heath. Diantara keenam model tersebut, model self-
actualizing maslow’s merupakan model yang berkontribusi paling besar dalam
membentuk kepribadian yang efektif dibandingkan dengan lima model yang
lainnya.
Menurut maslow, aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan
mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan
dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa
anak-anak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup
seseorang. Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling
tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi diri
memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu
makin bertambah besar, maka “diri” mulai berkembang. Pada saat itu juga tekanan
aktualisasi diri beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan
fungsinya telah mencapai tingkat perkemangan dewasa, sehingga perkembangan
selanjutnya berupusat pada kepribadian.
Maslow mempostulatkan atau mendalilkan kondisi untuk pengembangan
optimal atau aktualisasi diri itu dalam “Hierarki Kebutuhan”. Dalam hierarki ini,
manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir.
Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai
tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu
sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya. Dan aktualisasi diri itu merupakan
kebutuhan tertinggi dalam hierarki kebutuhan tersebut. Hierarki kebutuhan tersebut
terdiri dari: Kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan, kebutuhan cinta,
kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut Maslow pada tahun 1970 (Kozier dan Erb, 1998), ada beberapa
karakteristik yang menunjukkan sseorang mencapai aktualisasi diri. Karakteristik
tersebut antara lain sebagai berikut: pertama, mampu melihat realitas secara lebih
efisien, karakteristik ini akan membuat seseorang untuk mampu mengenali
kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu
menganalisis secara kritis, logis, dan mendalam terhadap segala fenomena alam dan
kehidupan. Kedua, penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya,
maksudnya orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain
seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat
ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap orang lain serta
kesabaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri dan orang lain. Ketiga,
spontanitas, kesederhaan dan kewajaran, maksudnya orang yang
mengaktualisasikan diri dengan benar ditandai dengan segala tindakan, perilaku,
dan gagasannya dilakukan secara spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat. Keempat,
terpusat pada persoalan, maksudnya orang yang mengaktualisasikan diri seluruh
pikiran, perilaku, dan gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan dirinya saja,
namun didasarkan atas apa kebaikan dan kepentingan yang dibutuhkan oleh umat
manusia.
Kelima, membutuhkan kesendirian, pada umumnya orang yang sudah
mencapai aktualisasi diri cenderung memisahkan diri. Ia tidak bergantung pada
pada pikiran orang lain. Keenam, otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan
lingkungan), orang yang sudah mencapai aktualisasi diri, tidak menggantungkan
diri pada lingkungannya. Ia dapat melakukan apa saja dan dimana saja tanpa
dipengaruhi oleh lingkungan (situasi dan kondisi) yang mengelilinginya. Ketujuh,
kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan, ini merupakan manifestasi dari rasa
syukur atas segala potensi yang dimiliki pada orang yang mampu
mengakualisasikan dirinya. Kedelapan, kesadaran sosial, orang yang mampu
mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh perasaan empati, iba, kasih sayang,
dan ingin membantu orang lain.
Kesembilan, hubungan interpersonal, orang yang mampu
mengaktualisasikan diri mempunyai kecenderungan untuk menjalin hubungan yang
baik dengan orang lain. Ia dapat menjalin hubungan yang akrab dengan penuh rasa
cinta dan kasih sayang. Kesepuluh, demokratis, orang yang mampu
mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis yang tidak membedakan orang
lain berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai
dan lain-lain. Kesebelas, rasa humor yang bermakna dan etis. Rasa humor orang
yang mengaktualisasikan diri, humornya benar-benar menggambarkan hakikat
manusiawi yang menghormati dan menjunjumg tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Kedua belas, kreativitas, sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki
oleh orang yang mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini diwujudkan dalam
kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh
lingkungan maupun orang lain.
Ketiga belas, Independensi, maksudnya ia mampu mempertahankan
pendirian dan keputusan-keputusan yang ia ambil. Keempat belas, pengalaman
puncak (peak experiance), orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan
memiliki perasaan yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batas atau sekat
antara dirinya dengan alam semesta. Artinya, orang yang mampu
mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-sekat berupa suku, bahasa, agama,
ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya. Oleh karena itu, ia akan memiliki sifat
yang jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati , dan terbuka.

PENUTUP
Terlihat dari 5 karakteristik kepribadian yang efektif, yaitu konsistensi,
komitmen, kontrol, kompetensi, dan kreativitas. Kemudian 14 karakteristik
seseorang yang mencapai aktualisasi diri menurut Maslow, yaitu mampu melihat
realitas secara lebih efisien, penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa
adanya, spontanitas, kesederhaan dan kewajaran, terpusat pada persoalan,
membutuhkan kesendirian, otonomi, kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan,
kesadaran sosial, hubungan interpersonal, demokratis, rasa humor yang bermakna
dan etis, kreativitas, independensi, dan pengalaman puncak. Jelas bahwa model
self-actualizing maslow’s merupakan model yang berkontribusi paling besar dalam
membentuk kepribadian yang efektif dibandingkan dengan lima model lainnya.
Karena kita melihat bahwa karakteristik yang ada dalam kepribadian yang efektif,
sebagian besar sama dengan karakteristik yang ada pada self-actualizing maslow.
Selain itupun, karakteristik yang ada dalam self-actualizing maslow itu mendekati
karakteristik yang ada didalam karakteristik kepribadian efektif.

REFERENSI

Fajriansyah, M. I. (2016). Piskologi Humanistik. 4-7.


H.Blocher, D. (1966). Developmental Counseling. Minnepolis: John Wiley &
Sons.

Anda mungkin juga menyukai