Anda di halaman 1dari 10

Nama : Novita Wulandari

Nim : 1830302075

Kelas : Afi 3

Filosofi Ajaran Animisme, Dinamisme, dan Aliran Kepercayaan di Nusantara

A. Pengertian Dinamisme dan Animisme

Sebelum masuk pada pembahasan konsep ketuhanan Dinamisme dan Animisme,


terlebih dahulu seseorang perlu mengetahui pengertian dari Dinamisme dan Animisme untuk
mempermudah pemahaman dan menghindari kesalah pahaman dengan menyelaraskan
pemahaman dari pengertian yang mungkin saja sebelumnya berbeda. Dan eksisnya suatu hal
sebenarnya tidak jauh dari definisinya sendiri sebagai kata universal yang mewakilinya
dengan memasukkan cakupan dan pembersihan dari hal-hal luar yang tidak berhubungan
dalam mempertegas kategori dan ruang lingkupnya. Oleh karena itu, makalah ini pun dimulai
dari penjelasan sebuah definisi.

1. Dinamisme

Secara etimologis, dinamisme berasal dari kata Yunani dynamis atau dynaomos yang
artinya kekuatan atau tenaga. Dari sini dapatdiambil kata kunci dari dinamisme yaitu
kekuatan atau tenaga. Jika dikembangkan dalam sebuah pengertian tentang aliran akan
didapatkan sebagai kepercayaan (anggapan) akan adanya kekuatan atau gaib yang terdapat
pada berbagai barang, baik yang hidup atau mati di mana kuatan gaib ini memancarkan
pengaruhnya secara gaib pula pada apa yang ada di sekitarnya.

Dalam Kamus Ilmiah Populer yang disusun Tim Pustaka Agung Harapan, dinamisme
diartikan sebagai kepercayaan primitif di mana semua benda mempunyai kekuatan yang
bersifat gaib. Orang primitif dengan pengetahuannya yang minim mempercayai hal ini sebagi
jawaban dari ketidakmampuannya dalam mengungkap dan memahaminya lebih dalam.
Sementara hal-hal tersebut dengan berbagai kegunaannya tidak pernah llepas dari kehidupan.
Dan kepercayaan akan kekuatan gaib di dalamnya mungkin menjadi satu-satunya cara
mereka menjelaskan dan memahami berbagai kejadian dalam menghapus rasa penasaran
yang selalu memburunya.

1
2. Animisme

Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di sini
menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau dikembangkan, animisme
dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan terhadap adanya makhluk halus atau roh-roh
yang ada pada setiap benda baik benda hidup atau benda mati sekalipun. Tidak hanya
percaya, mereka bahkan memuliakan roh-roh tersebut. Penghormatan ini dilakukan agar tidak
mendapat gangguan mereka tetapi justru mendapat keberuntungan dari mereka dengan
adanya penghormatan. Karena roh-roh ini dapat memberi banyak manfaat (dalam keyakinan
mereka) dan dapat dimintai pertolongan.

Sedangkan pengertian roh dalam masyarakat primitif tidak sama dengan pengertian
roh pada masyarakat modern. Masyarakat primitif belum bisa membayangkan roh yang
bersifat immateri. Karenanya, roh terdiri atas materi yang sangat halus sekali. Sifat dari roh
ini adalah memiliki bentuk, umur, dan mampu makan. Hal ini dapat diketahui dari sesajen
yang diberikan masyarakat primitif sebagai bentuk hadiah pada roh-roh tersebut.

Teori animisme ini, pertama kali dikemukakan oleh taylor, seorang sarjana aliran
evolusionisme bangsa Inggris yang mengatakan bahwa segala seuatu yang ada di dunia ini
semuanya bernyawa (memiliki roh). Dan roh-roh ini ada yang melekat pada diri manusia
yang disebut jiwa, ada juga yang tidak melekat pada diri manusia atau terpisah dari badan,
seperti lelembut atau hantu, genderuwo dan lainnya. Kepercayaan animisme ini merupakan
asas kepercayaan agama manusia primitif.

Meskipun masih belum diakui sepenuhnya sebagai agama, menurut Tylor ada empat
tahap proses yang dilalui animisme untuk bisa diakui sebagai agama primitif. Tahap pertama,
masyarakat primitif mengkhayalkan adanya hantu jiwa (ghost-soul) orang mati yang
mengunjungi orang hidup. Hantu jiwa inilah yang mengganggu orang-orang yang masih
hidup. Tahap kedua, jiwa menampakkan diri. Tahap ketiga, timbul kepercayaan dalam
masyarakat tersebut bahwa segala sesuatu berjiwa. Tahap keempat, dari yang berjiwa itu ada
yang menonjol, seperti pohon besar atau batu yang aneh. Akhirnya, yang paling menonjol
dari kesemuanya itu disembah.

B. Asal Usul Animisme

Animisme merupakan sebuah bentuk kepercayaan yang berasal dari kehidupan pra
sejarah atau masyarakat primitife istilah primitif dicirikan pada manusia atau sekelompok

2
hidup pada kurun waktu lampau. Dengan ciri demikian dapat dikatakan bahwa sesuatu yang
primitif adalah sesuatu yang kuno dan tertinggal zaman. Bila diterapkan pada suatu proses
sejarah, berarti sesuatu yang terdapat dalam stadium atau tingkatan yang pertama.dan
menempatkan manusia primitif pada skala yang sangat rendah dari kebudayaan manusia
kontemporer.

Animisme dianut oleh orang-orang zaman dahulu sebelum agama masuk kedalam
kehidupan manusia dan mewarnai dunia, mereka menyembah roh-roh nenek moyang dan
menganggap bahwa roh-roh nenek moyang mempunyai kekuatan untuk membantu maupun
menciptakan bencana. Sistem kepercayaan masyarakat prasejarah diperkirakan mulai tumbuh
pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa
bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolithikum.Kepercayaan terhadap roh
terus berkembang pada zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk-bentuk
upacara penghormatan, penguburan dan pemberian sesajen. Kepercayaan terhadap roh.

Asal mula sistem kepercayaan animisme adalah dengan adanya masyarakat yang cara
berfikirnya masih sederhana (masyarakat primitip) yang meyakini bahwa diluar dirinya
memiliki kekuatan dan mampu memberikan perlindungan kepada penganutnya.

C. Asal usul dinamisme

Dinamisme lahir karena adanya naluri beragama yang tertanam dalam jiwa manusia
primitif dan sebagai wujud kebergantungan manusia terhadap daya dan kekuatan lain yang
berada di luar diri mereka. Setiap manusia memiliki rasa butuh dan harap kepada Dzat lain
yang dianggapnya mampu memberikan pertolongan dengan kekuatan yang dimilikinya.

Manusia primitif menyadari bahwa manusia dan benda memiliki ketertarikan


pragmatic. Mereka mulai berpikir dan menganalisis setiap peristwa yang terjadi di sekitar.
Setiap materi memiliki kesamaan dengan manusia. Misalnya; api memiliki kekuatan untuk
melenyapkan apapun dengan kekuatan panasnya, sebagaimana manusia mampu membunuh
binatang dengan kekuatan tangannya.

D. Perbedaan Antara Animisme dan Dinamisme

1. Animisme

Animisme (pemujaan terhadap roh atau jiwa) merupakan paham kepercayaan yang
meyakini bahwa jiwa atau roh terdapat pada benda-benda tertentu, tidak hanya pada makhluk

3
hidup. Kata Animisme sendiri berasal dari kata anima yang artinya soul atau jiwa. Arwah
leluhur yang telah meninggal diyakini masih mempunyai kekuatan spiritual dan dapat
mempengaruhi kehidupan keturunannya.

Paham animisme memiliki keyakinan setelah manusia meninggal dunia, jiwa atau roh
akan meninggalkan jasmaninya kemudian dapat berpindah menempati makhluk hidup atau
benda material. Oleh sebab itu, diperlukan pemujaan kepada arwah leluhur atau benda yang
memiliki kekuatan gaib tersebut agar tidak mengganggu.

Paham animisme berkeyakinan bahwa arwah leluhur juga memiliki struktur sosial
seperti pada masyarakat manusia. Para arwah leluhur memiliki kedudukan terstruktur mulai
dari yang paling rendah sampai paling tinggi.

Arwah leluhur yang menempati struktur sosial tinggi memepunyai pengaruh yang
paling menentukan terhadap kehidupan manusia, sehingga pemujaan kepadanya juga
dilakukan lebih serius dibandingkan yang lainnya. Arwah yang menempati struktur teratas
mereka menyebutnya sebagai dewa.

Contoh paham animisme ini misalnya dalam upacara syukuran panen yang
memanggil roh dewa pertanian, upacara kematian dan ritual pemakaman untuk
mempersiapkan dan mengatur arwah orang yang baru saja meninggal menuju alam nenek
moyang.

1. Dinamisme

Dinamisme (pemujaan terhadap benda) adalah paham kepercayaan yang meyakini


adanya kekuatan gaib atau mistis yang terdapat pada benda-benda tertentu. Kata Dinamisme
berasal dari bahasa Yunani, dunamos yang artinya daya, kekuatan atau kekuasaan.

Contoh paham dinamisme seperti pemujaan terhadap batu besar, jimat, senjata, api
atau pohon. Contoh lain adalah masyarakat Jepang yang menyembah matahari, mereka
percaya bahwa mataharilah yang layak disembah karena kekuatan sinarnya dapat memancar
ke seluruh dunia.

E. Konsep Ketuhanan dan Peribadatan

Selain adanya hal yang dipyakini dan yang meyakini, salah satu syarat agama adalah
adanya konsep kepercayaan atau ketuhanan yang membedakannya dari yang lain. Begitu pula

4
dalam dinamisme dan animisme sebagai sebuah kepercayaan. Berangkat dari berbagai
pengertian di atas, dapat dimunculkan beberapa konsep sebagaimana berikut:

1. Dinamisme

Sebagai kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, dalam dinamisme
dilakukan klasifikasi benda-benda yang memancarkan kekuatan gaib menjadi tiga bagian.

a) Benda-benda keramat

Yang dimaksud benda-benda keramat bagi orang primitif ialah benda yang memiliki
kekuatan luar biasa dan jarang ditemukan bandingnya sehingga bagi mereka terkesan gaib,
seperti logam mas, perak, besi dan lainnya. Dan untuk menyatakan kekeramatannya, ada
berbagai kriteriadengan masing-masing bagian mempunyai kesaktiannya (makna) sendiri-
sendiri. Misalnya ada kebiasaan di Goa untuk menimbang sepotong rantai dari emas pada
tiap-tiap tahun. Kalau beratnya bertambah ada harapan baik bagi kerajaan. Sebaliknya jika
berkurang maka berarti malapetaka.

a) Binatang-binatang keramat

Pada kepercayaan bangsa primitif, terdapat suatu anggapan terhadap beberapa jenis
binatang yang keramat. Binatang-binatang ini dilarang diburu kecuali pada waktu suci.
Bahkan ada binatang yang dianggap dapat menurunkan manusia. Pada umumnya binatang
keramat ini dimiliki tiap-tiap klan dan sangat dihormati. Selain itu, binatang ini dilarang
dianiaya, diburu sewenang-wenang dan dimakan dagingnya dengan sembarangan. Dan hanya
dengan upacara-upacara resmi saja diadakan penyembelihan hewan-hewan ini. Seperti buaya,
harimau, perkutut dan lainnya.

a) Orang-orang keramat

Dalam masyarakat primitif ada kepercayaan bahwa beberapa manusia ada yang
dianggap suci, bertuah, keramat dan sebagainya. Mereka dihormati lebih dari yang lainnya,
baik karena keturunannya maupun karena ilmunya. Menurut mereka, orang-orang tersebut
memiliki kekuatan gaib. Misalnya dalam pewayangan. Kresna dan Rama dianggap
penjelmaan Wisnu. Sehingga mereka diyakini sakti, berhak memerintak kerajaan dan
mendapat kedudukan tinggi dalam masyarakat. Selain itu, dalam zaman sekarang ada kiai
dalam masyarkat pedesaan yang selalu didewakan seakan tidak pernah salah. Hal ini
merupakan sisa-sisa dinamisme

5
2. Animisme

E.B Tylor berpendapat bahwa agama primitif timbul dari animisme. Maka dapat
dikatakan bahwa animisme adalah cikal bakal agama. Karena sesuai dasar pertama dalam
agama yakni iman atau percaya, maka hal ini dirasa benar adanya. Lebih lanjut Tylor
menjelaskan karakteristik yang dimiliki semua agama, baik besar maupun kecil, kuno atau
modern adalah kepercayaan pada roh yang berpikir, bertindak, dan merasa seperti pribadi
manusia. Inilah yang menjadi titik persamaannya dengan animisme, yakni percaya pada roh.

Apabila ditinjau dari bentuknya, animisme memiliki beberapa sifat yang menyerupai
sifat agama, misalnya dalam animisme orang mempercayai barang yang gaib dan barang-
barang ruhaniah, memuja kekuatan dan kekuasaan yang maha tinggi untuk mendapatkan
limpahan kasih saying dan kebahagiaan hidupnya, insyaf akan kelemahan manusia sehingga
mereka dengan rela dan patuh menyandarkan diri pada kekuatan gaib.

Dalam kepercayaan animisme ini, terdapat banyak ragam kepercayaan. Kepercayaan-


kepercayaan tersebut dikelompokkan menjadi empat yaitu sebagai berikut :

a) Kepercayaan dan penyembahan kepada alam (Naturewonship). Seperti penyembahan


pada api, matahari, bintang dan lainnya.
b) Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda (folishworship). Dalam
anggapan mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan benda-benda tersebut
akan terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan hidup. Seperti kepercayaan pada
batu akik, besi buat jimat, air buat obat, api untuk membakar mayat dan lainnya
c) Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang (animalworship). Binatang-
binatang ini dipuja karena dianggap memberikan keselamatan dan kemanfaatan.
Seperti sapi di Bali, Lembu di Mesir, ular di india, buaya dan lainnya.
d) Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor-worship). Dalam
kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang sudah mati masih hidup dan dapat
diminta pertolongannya. Maka tidak jarang lagi orang yang mengadakan peringatan
bagi si mati selama tiga atau tujuh hari, seratus hari dan seterusnya. Ditambah dengan
pemberian sesajen kepada roh-roh btersebut. Bahkan roh-roh ini dapat dipanggil oleh
orang-orang tertentu untuk dimintai doa restu dan lainnya.

F. Dinamisme dan Animisme dalam Dunia Moderen

6
Ketika berbicara tentang dunia moderen, terbayang dalam benak seseorang berbagai
alat canggih, obat-obatan teruji dan lainnya. Hal ini hanya memandang kulit luarnya saja
tanpa menyatu dengan kehidupan yang sebenarnya. Dalam masyarakat yang katanya
moderen, ternyata masih banyak ditemukan praktik-praktik pembuatan dan penggunaan
azimat, meminta tolong orang pintar agar tidak turun hujan ketika hajatan, kekuatan keris dan
lainnya.

Fenomena di atas terjadi di pedesaan maupun di kota besar seperti Surabaya. Hal
tersebut sudah menjadi kebiasaan dan banyak ditemukan penulis di desanya juga di sebuah
pondok yang ditempati sekarang di Surabaya. Yang diketahui penulis, sesepuh pondok
membuat azimat dengan tulisan tangan lalu di-scan dan tinggal memperbanyak (biasanya
santri yang melakukan). Selebihnya tentang yang lain-lain terkait dengan petunjuk atau
himabuan tidak diketahui. Karena hal tersebut berhubungan dengan sesepuh dan tamunya. Di
akhir makalah ini penulis melampirkan contoh azimat yang pernah dia print.

Bertolak belakang dengan fenomena di atas, sebagian orang (peneliti) mengatakan


bahwa agama lahir untuk menjawab ketidakmampuan atau keterbatasan manusia. Sehingga
ketika melihat sejarah manusia yang tidak sanggup menjelaskan alam, mereka menuhankan
alam. Hal ini terus berkembang dari sekian banyak kekuatan yang dipercaya samapai pada
satu kekuatan tertinggi (monoteisme) seiring dengan perkembangan manusia. Dan menurut
mereka (peneliti) agama ini akan hilang setelah manusia semakin maju dan sanggup
menjelaskan segalanya.

Apa yang dikatakan di atas tidak sepenuhnya benar. Apa lagi melihat fenomena yang
ada di mana Dinamisme dan Animisme sebagai kepercayaan yang sering dikaitkan dengan
masyarakat primitif, ternyata masih banyak ditemukan prakteknya di dunia moderen sekarang
ini. Bahkan bisa dikatakan berkembang dengan semakin banyaknya penemuan hal-hal baru.

Eksisnya Dinamisme dan Animisme dalam dunia moderen, khususnya di pedesaan


memberikan sinyal bahwa kepercayaan ini seakan menyatu dengan manusia dan tidak bisa
ditinggalkan, tetapi hanya perlu diluruskan. Karena dipercayai atau tidak, mereka yang
merasakan efeknya (kekuatan) tidak mungkin menolaknya. Dan terkait hal-hal gaib yang
tidak tampak oleh mata, di sini bukan wilayah pengetahuan yang mudah diterangkan dan
pembuktiannya dirasakan banyak orang. Tetapi harus mempunyai pengalaman sendiri dalam
membuktikan objektivitasnya.

7
Dalam kitab-kitab kuno karya ulama salaf sendiri, banyak ditemukan beberapa ajaran
atau tulisan yang mengandung unsur Animisme dan Dinamisme. Selain azimat dan
keutamaan-keutamaan, ada juga ayat atau bacaan-bacaan tertentu yang memiliki formula
dengan ketentuannya. Kitab yang terkenal dalam bahasannya akan hal yang mengandung
Animisme dan Dinamisme ini seperti Abu Ma’syar dan Syamsul Ma’arif yang biasa dipegang
dan menjadi rujukan para kiai. Contoh yang dapat diambil dalam Islam sendiri misalnya
keutamaan hari tertentu, ayat-ayat yang memiliki nilai lebih ketika dibaca sesuai prosedur
yang ditentukan, keutamaan nama-nama tertentu dan lainnya.

G. Aliran-Aliran Kepercayaan di Nusantara

Saat ini di Indonesia terdapat enam agama yang diakui pemerintah yaitu Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Selain enam agama tersebut, pemerintah
menetapkannya sebagai aliran kepercayaan atau animisme. kepercayaan lokal yang ada di
negara Indonesia seperti Sunda Wiwitan, Kejawen, dan Kaharingan. Ajaran ini sudah ada
sejak dahulu kala, bahkan sebelum masuknya agama besar seperti Islam dan Kristen.
Kepercayaan lokal ini telah menyatu dengan penduduk dan susah dilepaskan.

1. Sunda Wiwitan

Sunda Wiwitan adalah kepercayaan yang telah dianut oleh sekelompok masyarakat Sunda
sejak ratusan tahun yang lalu. Bahkan sebelum Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia,
ajaran Sunda Wiwitan sudah ada dan berkembang dalam masyarakat. Pada era modern
seperti sekarang, masyarakat Sunda Wiwitan bisa ditemukan di kawasan Kanekes, Banten;
Kampung Naga, Cirebon, dan Cigugur, Kuningan. Sunda Wiwitan memuja roh nenek
moyang sebagai sosok yang disakralkan. Selain memuja nenek moyang, Sunda Wiwitan juga
memiliki satu Tuhan yang kerap disebut dengan Sang Hyang Kersa. Dalam ajaran Sunda
Wiwitan, Tuhan tetaplah satu, seperti ajaran umat Islam. Dalam perkembangannya, beberapa
tradisi dari Sunda Wiwitan juga terpengaruh oleh unsur Hindu dan Islam.

2. Kejawen

Kejawen adalah sebuah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jawa sejak lama.
Masyarakat Jawa tetap menjalankan agama utama yang dianut, menjalankan perintah dan
larangannya, namun tetap melaksanakan adat dan perilaku sebagai seorang pribumi Jawa
yang taat dengan leluhur. Penganut Kejawen selalu mengatakan bahwa kepercayaan mereka
bukanlah agama, meski memiliki beberapa tradisi yang menjadi ciri khas sebuah agama.

8
Kepercayaan kejawen memiliki beberapa misi dalam ajarannya. Mereka harus melaksanakan
empat hal wajib saat hidup yaitu:

a) seorang manusia Jawa harus bisa menjadi rahmat bagi dirinya sendirinya;
b) Mereka juga harus bisa menjadi rahmat bagi keluarga;
c) Manusia sebagai rahmat bagi sesama dan;
d) Manusia sebagai rahmat bagi alam semesta.

3. Kaharingan

Kaharingan adalah salah satu kepercayaan asli Indonesia yang berasal dari
Kalimantan yang banyak dianut oleh warga Suku Dayak, bahkan sebelum agama-agama
besar diakui oleh pemerintah. Kaharingan percaya pada adanya entitas yang sering disebut
dengan Ranying. Entitas itu bisa disamakan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Meski masuk
dalam cakupan agama Hindu, Kaharingan masih memiliki tradisi asli yang tidak bisa
disamakan dengan agama lainnya seperti tempat ibadah tersendiri yang dinamakan Balai
Basarah.Balai Basarah di Kalimantan Barat, tempat ibadah Suku Dayak.

4. Marapu (Pulau Sumba)

Para pemeluk Marapu juga mengenal konsep surga seperti Islam dan Kristen,
namanya Prai Marapu. Mereka percaya orang yang meninggal akan pergi ke Prai Marapu.
Dijabarkan sebagai tempat yang sangat indah. Tempat berkumpulnya para arwah nenek
moyang yang mereka puja tinggal.

5. Kaharingan (Kalimantan)

Suku Dayak merupakan penduduk terbanyak yang menganut kepercayaan ini. Sejak
tahun 1980, Kaharingan dilebur dengan ajaran agama Hindu karena dinilai serupa.Meski
begitu, ada beberapa tradisi Kaharingan yang berbeda termasuk tempat ibadahnya. Namanya
Balai Basarah, beda dengan Hindu yang beribadah di Pura.

6. Aluk Todolo (Tana Toraja)

Ini merupakan agama leluhur suku Toraja, yang juga dilebur ke dalam sekte Hindu
Bali sejak tahun 1970. Penganutnya percaya pada aliran Animisme yang yakin jika manusia,
hewan, tumbuhan, dan unsur dasar alam berasal dari langit. Diturunkan oleh nenek moyang
manusia, Datu’ Laukku.

7. Buhun (Jawa Barat)

9
Berbeda dengan kebanyakan aliran kepercayaan lain yang sudah tercampur dengan
agama Hindu, Budha, maupun Islam, Buhun merupakan kepercayaan yang masih murni.
Kepercayaan ini biasa diturunkan dari satu generasi ke generasi lain. Itulah beberapa
kepercayaan lokal yang ada di Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai