Anda di halaman 1dari 10

FILOSOFI ANIMISME DAN DINAMISME DALAM KEYAKINAN

MASYARAKAT DI NUSANTARA

1. ASAL USUL ANIMISME

Animisme sudah ada sejak masa prasejarah atau masyarakat primitif. Sistem
kepercayaan pada masa itu, muncul sejak adanya masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut atau masa zaman Mesolithikum. Hal ini, bisa dilihat dari
semakin kompleknya upacara penghormatan, penguburan dan pemberian sesajen
terhadap roh-roh tersebut.
Menurut Hangstin dalam Imron, animisme pertama kali dikemukakan oleh
E.B.Tylor bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini semuanya bernyawa (memiliki
roh). Roh-roh tersebut melekat pada manusia yang disebut jiwa, dan ada pula roh yang
tidak melekat pada diri manusia atau terpisah dari badan seperti, lelembut atau hantu,
genderuwo dan lainnya.

Menurut Tylor dalam Imron, animisme merupakan tahap pertama terbentuknya


sebuah agama. Menurutnya, peradaban dimulai dengan adanya pemikiran animisme,
kemudian berkembang menajdi agama. Maka, dapat dikatakan animisme merupakan
cikal bakal agama. Sebab, dasar agama merupakan iman atau percaya dan karakteristik
dari sebuah agama merupakan kepercayaan kepada suatu roh yang berpikir, bertindak
dan merasa seperti diri manusia.

Animisme adalah agama orang-orang primitif, Orang primitif mempunyai


kepercayaan bahwa semua hal yang kita lihat ini seperti manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan dan benda-benda lainnya mempunyai roh. Oleh karena itu roh-roh tersebut
mempunyi kekuatan yang dasyat dan mempunyai kehendak, sehingga kalau marah bisa
membahayakan manusia dan kalu gembira bisa menguntungkan manusia.

Menurut E.B Taylor dalam bukunya primitif kultur mengajukan sebuah teori
(teori serba jiwa), bahwa bentuk kepercayaan asal manusia adalah animisme.

Teori ini timbul atas 2 hal:


1. Adanya dua hal yang tampak, yakni hidup dan mati.
2. Adanya peristiwa mimpi, sesuatu yang hidup dan berada ditempat lain pada
waktu tidur, yakni jiwanya sendiri. Jiwa bersifat bebas berbuat sekehendaknya.

Manusia primitif dapat membedakan antara roh dan badan berupa materi. Badan
dianggap hidup jika roh ada bersamanya, namun ketika roh berpisah dari badan maka
rohlah yang menjadi sumber kehidupan dan aktivitas manusia. Keyakinan ini berlanjut
menjadi takhayul

2. PENGERTIAN ANIMISME

Animisme berasal dari kata anima, anime; dari bahasa latin animus dan bahasa
Yunani avepos dan dalam bahasa sang sanksekerta disebut prana dalam bahasa brani
disebut ruh yang artinya napas atau jiwa. Ia adalah ajaran doktrin tentang realitas jiwa.
Dalam biogis atau psikologis animisme adalah pandangan bahwa pikiran atau jiwa
adalah salah satu elemen immaterial yang bekerja sama dalam tubuh memulai otak dan
sistem saraf.

Dalam filsafat, animisme adalah doktrin yang menepatkan asal mula kehidupan
mental dan fisik dalam suatu energi yang lepas atau sekurang-kurangnya berbeda
dengan jasadnya. Atau, animisnme adalah teori bahwa segala objek-objek alami ini
bernyawa atau berjiwa, mempunyai spirit dan bahwa kehidupan mental dan fisik
bersumber pada nyawa, jiwa atau spirit tadi.

Sedangkan, menurut Nasution dalam Jirhanuddin, Animisme adalah agama yang


mengajarkan bahwa tiap-tiap benda baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa
mempunyai roh. Menurut Sukardji, animisme adalah suatu faham atau ajaran yang
menguraikan tentang adanya roh (nyawa) pada setiap benda. Menurut Kuncoroningrat
animisme adalah kepercayaan yang menganggap bahwa  semua yang bergerak dianggap
hidup dan mempunyai kekuatan ghaib atau memiliki roh yang berwatak baik maupun
buruk.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa animisme adalah sebuah
kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang terutama kepada orang yang telah
meninggal pada setiap benda.
3. ASAL USUL DINAMISME

Dinamisme lahir karena adanya naluri beragama yang tertanam dalam jiwa
manusia primitif dan sebagai wujud kebergantungan manusia terhadap daya dan
kekuatan lain yang berada di luar diri mereka. Setiap manusia memiliki rasa butuh dan
harap kepada Dzat lain yang dianggapnya mampu memberikan pertolongan dengan
kekuatan yang dimilikinya.

Manusia primitif menyadari bahwa manusia dan benda memiliki ketertarikan


pragmatic. Mereka mulai berpikir dan menganalisis setiap peristwa yang terjadi di
sekitar. Setiap materi memiliki kesamaan dengan manusia. Misalnya; api memiliki
kekuatan untuk melenyapkan apapun dengan kekuatan panasnya, sebagaimana manusia
mampu membunuh binatang dengan kekuatan tangannya.

Orang primitif mempercayai bahwa setiap benda memiliki kekuatan, sebagai


jawaban dari ketidakmampuan mereka dalam mengungkap dan memahaminya secara
lebih dalam. Bisa jadi, kepercayaan terhadap kekuatan gaib tersebut menjadi satu-
satunya cara mereka menjelaskan dan memahami berbagai kejadian dalam menghapus
rasa penasaran yang selalu memburu mereka.

Selain itu, orang primitif menamakan benda-benda tersebut benda yang bertuah.
Ada 3 kategori yang dimiliki oleh benda bertuah yakni: 1) Benda bertuah karena hasil
pengisian atau sering disebut benda afirmasi. Biasanya berupa batu permata, keris, jimat
dan sebagainya. 2) Benda bertuah hasil penarikan alam gaib. Benda ini merupakan
benda yang diambil dari alam gaib melalui cara bertapa, semadi dan lainnya. 3) Benda
alam yang tercipta dengan sendirinya dan memiliki kekuatan murni dari alam.

4. PENGERTIAN DINAMISME

Dinamisme berasal dari kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu dunamos
dan di Inggris menjadi dynamic yang umumnya diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
dengan arti: kekuatan, kekuasaan atau khasiat dan dapat juga diterjemahkan dengan
daya.
Sedangkan, secara terminologi Dinamisme adalah kepercayaan kepada sesuatu
daya-kekuatan atau kekuasaan yang keramat dan tidak berpribadi, yang dianggap halus
maupun berjasad, semacam fluidum, yang dapat dimiliki maupun tidak dapat dimiliki
oleh benda, binatang dan manusia. Menurut Nasution dalam Jirhanuddin, Dinamisme
adalah suatu paham bahwa ada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan gaib
dan berpengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari. Menurut Sukardji Dinamisme
adalah suatu ajaran dan perasaan keagamaan tentang adanya daya-daya kesaktian pada
setiap benda untuk jenis-jenis bangsa yang banyak persamaannya. Adapun Honig
berpendapat bahwa dinamisme bahwa sejenis paham dan persamaan keagamaan yang
terjadi diberbagai bagian dunia, pada berjenis-jenis bangsa dan menunjukkan banyak
persamaan-persamaan.

T.S.G Mulia menerangkan dinamisme adalah sebagaisuatu kepercayaan bahwa


pada berbagai benda terdapat suatu kekuatan atau kesaktian, misalnya dalam api, batu,
tumbuh-tumbuhan pada beberapa hewan dan juga manusia. kekuatan in tidak
dibayangkan sebagai suatu tokohatau orang halus. N. Soderblom memandang
dinamisme adalah sebagai salah satu macam bentuk struktur dari agama primitif karena
ia mengemukaan tiga macam struktur yang terdapat dalam agama primitive itu yaitu:
animisme, dinamisme dan kepercayaan kepada dewa tertinggi.

Dalam enslikopedia umum dinamisme adalah kepercayaan keagamaan primitive


pada zaman sebelum kedatangan agama Hindu ke Indonesia, kemudian beliau
menyatakan bahwa dasarnya kepercaya adanya kekuatan yang maha ada yang berada
dimana-mana. Dinamisme disebut juga pre animismeyang mengajarkan bahwa tiap-tiap
benda atau makhluk mempunyai mana.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Dinamisme adalah suatu


kepercayaan terhadap suatu benda, binatang maupun manusia yang dianggap
mempunyai suatu kekuatan yang keramat.

5. KONSEP KETUHANAN DAN PERIBADATAN

Selain adanya hal yang dipyakini dan yang meyakini, salah satu syarat agama
adalah adanya konsep kepercayaan atau ketuhanan yang membedakannya dari yang
lain. Begitu pula dalam animisme dan dinamisme sebagai sebuah kepercayaan.
Berangkat dari berbagai pengertian di atas, dapat dimunculkan beberapa konsep
sebagaimana berikut:

1) Animisme

Dalam pandangan sejarah agama, istilah roh/nyawa digunakan dan ditetapkan


dalam suatu pengertian yang lebih luas untuk menunjukkan kepercayaan terhadap
adanya makhluk-makhluk spiritual yang erat skali hubungannya dengan tubuh atau
jasad. Makhluk spiritual ini merupakan suatu unsur yang kemudian membentuk jiwa
dan kepribadian yang tidak lagi dengan suatu jasad yang membatasinya.

Sedangkan pengertian roh dalam masyarakat primitif tidak sama dengan


pengertian roh pada masyarakat moden. Masyarakat primitif belumisa
membayangkan yang bersifat immaterial. Karenanya, roh terdiri atas materi yang
sangat halus sekali. Sifat dari roh ini adalah memiliki bentuk, umur, dan mampu
makan. Hal ini dapt diketahui dari sesajaen yang diberikan msyarakat primitif
sebagai bentuk hadiah pada roh-roh tersebut. Roh/nyawa bagi masyarakat primitif
adalah kekuatan hidup, yang dapat tinggal di dalam diri manusia, di dalan binatang,
di dalam tumbuh-tumbuhan dan pada umumnya didalam segala sesuatu yang ada.

Membicarakan teori Animisme tidak dapat dilepaskan dari adanya dua


keyakinan kepercayan pada orang-orang primitif yaitu keyakinan kepercayaan akan
adanya jiwa pada setiap makhluk yang dapat terus berada sekalipun makhluk tadi
sudah meninggal, atau tubuhnya sudah hancur dan keyakinan akan adanya banyak
roh yang berpangkal-pangkal dari yang terendah sampai yang tertinggi.

Meskipun masih belum diakui sepenuhnya sebagai agama, menurut Tylor ada
empat tahap proses yang dilalui animisme untuk bisa diakui sebagai agama primitif.
Tahap pertama, masyarakat primitif menghayalkan adanya hantu jiwa (Ghost-soul)
orang mati pasti mengunjungi orang hidup. Hantu jiwa inilah yang yang
mengganggu orang-orang yang masih hidup. Tahap kedua, jiwa menampakkan diri.
Tahap ketiga, timbulkepercayaan dalam masyarakat tersebut bahwa segala sesuatu
berjiwa. Tahap keempat, dari yang berjiwa ini ada yang menonjol, seperti pohon
besar atau batu aneh. Akhirnya, yang paling menonjol dari kesemuanya disembah.

Dalam kepercayaan animisme ini, terdapat banyak ragam kepercayaan.


Kepercayaan-kepercayaan tersebut dikelompokkan menjadi empat.

a) Kepercayaan dan penyembahan kepada alam (Naturewonship). Seperti


penyembahan pada api, matahari, bintang dan lainnya.
b) Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda (folishworship).
Dalam anggapan mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan
benda-benda tersebut akan terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan
hidup. Seperti kepercayaan pada batu akik, besi buat jimat, air buat obat,
api untuk membakar mayat dan lainnya
c) Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang
(animalworship). Binatang-binatang ini dipuja karena dianggap
memberikan keselamatan dan kemanfaatan. Seperti sapi di Bali, Lembu
di Mesir, ular di india, buaya dan lainnya.
d) Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor-
worship). Dalam kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang
sudah mati masih hidup dan dapat diminta pertolongannya. Maka tidak
jarang lagi orang yang mengadakan peringatan bagi si mati selama tiga
atau tujuh hari, seratus hari dan seterusnya. Ditambah dengan pemberian
sesajen kepada roh-roh btersebut. Bahkan roh-roh ini dapat dipanggil
oleh orang-orang tertentu untuk dimintai doa restu dan lainnya.

2) Dinamisme

Sebagai kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, dalam


dinamisme dilakukan klasifikasi benda-benda yang memancarkan kekuatan gaib 
menjadi tiga bagian.
a) Benda-benda keramat

Yang dimaksud benda-benda keramat bagi orang primitif ialah benda


yang memiliki kekuatan luar biasa dan jarang ditemukan bandingnya
sehingga bagi mereka terkesan gaib, seperti logam mas, perak, besi dan
lainnya. Dan untuk menyatakan kekeramatannya, ada berbagai kriteria
dengan masing-masing bagian mempunyai kesaktiannya (makna) sendiri-
sendiri. Misalnya ada kebiasaan di Goa untuk menimbang sepotong rantai
dari emas pada tiap-tiap tahun. Kalau beratnya bertambah ada harapan baik
bagi kerajaan. Sebaliknya jika berkurang maka berarti malapetaka.

b) Binatang-binatang keramat

Pada kepercayaan bangsa primitif, terdapat suatu anggapan terhadap


beberapa jenis binatang yang keramat. Binatang-binatang ini dilarang diburu
kecuali pada waktu suci. Bahkan ada binatang yang dianggap dapat
menurunkan manusia. Pada umumnya binatang keramat ini dimiliki tiap-tiap
klan dan sangat dihormati. Selain itu, binatang ini dilarang dianiaya, diburu
sewenang-wenang dan dimakan dagingnya dengan sembarangan. Dan hanya
dengan upacara-upacara resmi saja diadakan penyembelihan hewan-hewan
ini. Seperti buaya, harimau, perkutut dan lainnya.

c) Orang-orang keramat

Dalam masyarakat primitif ada kepercayaan bahwa beberapa manusia


ada yang dianggap suci, bertuah, keramat dan sebagainya. Mereka dihormati
lebih dari yang lainnya, baik karena keturunannya maupun karena ilmunya.
Menurut mereka, orang-orang tersebut memiliki kekuatan gaib. Misalnya
dalam pewayangan. Kresna dan Rama dianggap penjelmaan Wisnu.
Sehingga mereka diyakini sakti, berhak memerintak kerajaan dan mendapat
kedudukan tinggi dalam masyarakat. Selain itu, dalam zaman sekarang ada
kiai dalam masyarkat pedesaan yang selalu didewakan seakan tidak pernah
salah. Hal ini merupakan sisa-sisa dinamisme.
6. KEPERCAYAAN ANIMISME DAN DINAMISME DI NUSANTARA

Paham animisme memiliki keyakinan setelah manusia meninggal dunia, jiwa


atau roh akan meninggalkan jasmaninya kemudian dapat berpindah menempati makhluk
hidup atau benda material. Oleh sebab itu, diperlukan pemujaan kepada arwah leluhur
atau benda yang memiliki kekuatan gaib tersebut agar tidak mengganggu. Paham
animisme berkeyakinan bahwa arwah leluhur juga memiliki struktur sosial seperti pada
masyarakat manusia. Para arwah leluhur memiliki kedudukan terstruktur mulai dari
yang paling rendah sampai paling tinggi.

Arwah leluhur yang menempati struktur sosial tinggi memepunyai pengaruh


yang paling menentukan terhadap kehidupan manusia, sehingga pemujaan kepadanya
juga dilakukan lebih serius dibandingkan yang lainnya. Arwah yang menempati struktur
teratas mereka menyebutnya sebagai dewa. Contoh paham animisme ini misalnya
Memberi sesaji kepada pohon besar,goa dan juga seperti laut selatan karena
menganggap disana harus ada roh yang di hormati.

Dinamisme (pemujaan terhadap benda) adalah paham kepercayaan yang


meyakini adanya kekuatan gaib atau mistis yang terdapat pada benda-benda tertentu.
Indonesia dikenal dengan keberagaman suku dan budaya yang unik. Salah satu
keunikan yang dimiliki di Indonesia adalah kepercayaan dinamisme. Dinamisme
merupakan kepercayaan yang meyakini bahwa setiap benda mati atau hidup mempunyai
kekuatan bersifat gaib atau magis. Beberapa suku di Indonesia di bawah ini ternyata
masih percaya dinamisme sampai sekarang.

Contoh kepercayaan dinamisme seperti pada suku lore Jika datang ke Sulawesi
Tengah, kamu akan menemukan banyak peninggalan prasejarah, seperti pembuatan
patung (arca), seni lukis, alat pembuat perunggu, dan seni tari yang dikaitkan dengan
acara ritual pemujaan arwah. Salah satu suku yang masih menganut dinamisme adalah
suku Lore yang ada di Lore Utara. Di daerah ini, kamu akan menemukan lukisan kepala
manusia, buaya, dan lain-lain yang menunjukkan kepercayaan mereka terhadap benda.
Selain itu, kamu akan menemukan patung-patung nenek moyang yang sengaja dibangun
untuk pemujaan.
Ada juga dari Suku Sumba ini berada di Wilayah Kabupaten Sumba Barat dan
Sumba Timur. Salah satu kepercayaan yang dimiliki mereka adalah Marapu.
Kepercayaan ini menganggap bahwa adanya setengah leluhur dan setengah dewa yang
masih hidup pada masyarakat Sumba asli. Kepercayaan Marapu ini menganggap kuda
adalah hewan yang sakral. Bahkan setelah perang, semua orang akan lebih memilih
mendoakan kuda daripada orang yang menungganginya. Mereka menganggap kalau
sang penunggang boleh saja meninggal, namun kuda harus tetap hidup karena hal ini
sebagai penanda dan simbol suku tersebut. Tak hanya dijadikan alat transportasi, kuda
dijadikan sebagai persembahan untuk mengantarkan roh dalam upacara kematian serta
dijadikan mahar perkawinan. 

Pada suku jawa, Kejawen adalah sebuah kepercayaan sejak dulu yang dipercaya
suku Jawa dan bangsa lainnya. Sampai saat ini, masih banyak masyarakatnya yang
menjalankan tradisi. Adapun Kejawen memiliki beberapa ritual seperti nyadran, mitoni,
tedhak siten, dan wetonan.

salah satu kepercayaan dinamisme yang masih dilakukan oleh suku Jawa adalah
yaitu wetonan yang mirip seperti ulang tahun. Biasanya wetonan ini dilakukan sesuai
dengan penanggalan kalender Jawa. Percaya atau tidak, menurut suku Jawa jika
melakukan sebuah acara yang tidak sesuai dengan penanggalan tersebut maka hal buruk
bisa terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu.1991. Perbandingan Agama. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

https://id.wikipedia.org/wiki/Animisme
https://id.wikipedia.org/wiki/Dinamisme

Jamil, Abdul.2000. Islam dan Kebudayaan Jawa.Yogyakarta: Gama Media.

Anda mungkin juga menyukai