Anda di halaman 1dari 11

Nama : Yuliet Anggreani Kacaribu

Ting/Jur : 1-C/Teologi
Mata Kuliah : Ilmu Agama Hindhu, Budha dan Agama Suku
Dosen : Marhasil Hutasoit, MTh
Nim : 20.01.1925

TUHAN MENURUT KEPERCAYAAN PRIMITIF


I. Pendahuluan
Dalam sajian kali ini, kami akan memaparkan tentang agama primitif, apa
itu agama primitif dan hal-hal apa saja yang berhubungan dengan agama primitif.
Semoga dari sajian kami ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Tuhan
Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan.
Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada
berbagai konsep ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme dan lain-lain.
Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala
kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam
semesta, tetapi tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta. Menurut
pantaisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendikiawan
menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang
berbeda-beda. Yang paling umum, diantaranya adalah Mahatahu (mengetahui
segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada(hadir
dimanapun), Mahamulia(mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak
ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi. Penganut monotoisme
percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi),
memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan hal terbesar yang dapat
direnungkan.banyak filsuf abad pertengahan dan modern terkemuka yang
mengembangkan argument untuk mendukung dan membantah keberadaan Tuhan.
Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda melekat
pada gagasan kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang dimiliki-Nya.
Atenisme pada zaman Mesir Kuno, kemungkinan besar merupakan agama
monoteistis tertua yang pernah tercatat dalam sejarah yang mengajarkan Tuhan
sejati dan pencipta alam semesta, yang disebut Aten. Kalimat aku adalah aku
dalam kitab ibrani, dan tTetragrammaton YHVH digunakan sebagai nama Tuhan,
sedangkan Yahwe, dan Yehuwakadang kala digunakan dalam agama Kristen
sebagai hasil vokalisasi dari YHVH. Dalam Bahasa arab, nama Allah digunakan
dan karena predominansi Islam diantara para penutur Bahasa Arab, maka nama
Allah memiliki konotasi dengan kepercayaan dan kebudayaan Islam. Umat
muslim mengenal 99 nama suci bagi Allah, sedangkan umat Yahudi biasanya
menyebut Tuhan dengan gelar Elohim atau Adonai (nama yang kedua dipercaya
oleh sejumlah pakar berasal dari Bahasa Mesir Kuno, Aten). Dalam agama Hindu,
Brahman biasanya dianggap sebagai Tuhan monistis. Agama-agama lainnya
memiliki panggilan untuk Tuhan, diantaranya Baha dalam agama Baha,
Waheguru dalam Sikhisme, dan Ahura Mazda dalam
1
Zoroastrianisme. WEBSTER’S Ninth New Collegiate Dictionary memberikan
pengertian (God-Inggris) dengan beberapa pengertian. Dijelaskan bahwa God
adalah (1)”the being perfect in power, wisdom, and goodnesswhom men worship
as creator and ruler of the universe”. (2)”a being or object believed to have more
than natural attributes and powers and to require man’s worship”. (3)”a person or
thing of supreme value”. (4)”a powerful ruler”.2
II.2. Pengertian Primitif
Primitif adalah suatu kebudayaan masyarakat atau individu tertentu yang
belum mengenal dunia luar atau jauh dari keramaian teknologi. Primitif
mempunyai arti tidak mengenal teknologi modern. Kata primitif sering digunakan
untuk suatu kebudayaan atau masyarakat yang hidupnya masih tergantung alam
ataupun tidak mengenal dunia luar.3 Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia(KBBI), arti primitif adalah dalam keadaan sangat sederhana. Arti
lainnya dari primitif adalah belum maju(tentang peradaban).4
II.3. Pengertian Agama Primitif
Secara etimologi agama berasal dari bahasa sansekerta, yaitu “a” dan
gama “gama”, “a” artinya tidak dan “gama” artinya kacau balau. Maka dari dua
kata tersebut agama dapat diartikan sebagai suatu yang tidak kacau atau
kepercayaan, pikiran, pandangan dan aliran yang tidak memiliki kekacauan. 5 Jadi
agama merupakan tidak kacau, atau suatu peraturan yang ada untuk mencapai
keadaan yang tidak kacau seperti tidak ada masalah, tidak ada konflik, kekerasan,
dan lain-lain. Dalam bahasa Latin agama berasal dari kata religio dari religere
yaitu mengikat kembali hubungan manusia dengan Tuhan.6 Agama adalah satu
cara pandang dunia atau serangkaian kepercayaan, berkaitan dengan perwujudan
dan ungkapan sistem nilai dan jalan hidup dari kepercayaan-kepercayaan tersebut.
(John Kelsay dan Sunner B. Twiss). Dari sudut pandang psikologi agama
diartikan sebagai segala perasaan, tindakan dan pengalaman pribadi manusia
dalam kesendiriannya, sejauh mereka memahami diri mereka sendiri saat
berhadapan dengan apapun yang mereka anggap sebagai yang ilahi (William
James) dari dua pengertian diatas dapatlah disimpulkan, bahwa agama adalah
kepercayaan, keyakinan, pedoman hidup dan ajaran yang mengatur tata keimanan

1
http://id.m.wikiedia.org/wiki/Tuhan diakses pada tanggal 10 November 2020 jam 14:00
2
Slamet Wiyono, Menejemen Pontensi Diri, (Jakarta: Grasindo, 2015), 1.
3
http://id.m.wikiedia.org/wiki/primitif diakses pada tanggal 10 November jam 13:15
4
http://id.m.kbbi.web.id/primitif diakses pada tanggal 9 November jam 16:00
5
Rudolf Pasaribu, Agama Suku dan B atakoogi, (Medan : Pieter, 1988), 1.
6
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agam, (Jakarta: GEMA INSANI, 2005), 5
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia serta lingkungan.7
Agama Primitif ataupun orang yang belum maju peradabannya ialah
manusia yang paling rendah. Masyarakat primitif adalah bangsa alam karena lebih
erat perhubungan mereka dengan alam. Di dalam dunia ini ada dua aliran dan
sering aliran yang satu meninggikan aliran yang satu meninggikan aliran yang
lain atau merendahkannya. Menurut orang primitif orang yang memakai
kebudayaan itulah kebudayaan yang asli dan itulah yang baik.8 Manusia primitif
melihat dunia bukan sebagai objek, sebagai bahan perbuatannya, melainkan ia
memandang dirinya sendiri sebagai salah satu dari subjek-subjek yang jumlahnya
banyak, dari mana dunia terdiri. primitif tidak membedakan lapangan hidup
duniawi. Bagi manusia primitif keagamaan bukan suatu lapangan yang terpisah
dari dalam hidupnya, tetapi sebaliknya kesadaran keagamannya tidak begitu
mendalam. Jadi, agama primitif adalah agama manusia pada stadium pertama,
yang selanjutnya mengalami kemajuan-kemajuan melaui polhiteisme kepada
monotheisme.9

II.4. Ciri-ciri Kepercayaan Agama Primitif


II.4.1. Pandangan tentang Alam Semesta
Masyarakat primitif menganggap bahwa alam adalah sebagai subjek,
dalam artianbahwa alam seakan-akan mempunyai jiwa, makhluk yang
berpribadi dan menempatkan alam sebagai subjek atau personal.
Berbeda dengan masyarakat modern yang menggap alam sebagai
objek, dalam artian disini bahwa manusia menempatkan alam bukan
suatu yang memiliki jiwa dan manusia modern pun meyakini memang
manusia sendiri dengan alam adanya symbiosis mutualisme. Akan
tetapi mereka tidak memandang bahwa alam itu makhluk yang
berpribadi, memiliki jiwa dan lain-lain. Jika ditarik contoh, ketika
gunung Meletus masyarakat primitif beranggapn bahwa penguasa
gunung sedang murka terhadap mereka dan antisipasi terhadap
peristiwa itu, mereka akan memberikan sembah-sembahan,
mengadakan ritual-ritual yang motifnya agar penguasa gunung tidak
murka lagi kepada mereka. Berbeda dengan masyarakat modern,
ketika dihadapkan drngan peristiwa seperti di atas, masyarakat modern
meneliti kejadian tersebut, kenapa itu bisa terjadi. Secara esensial
masyarakat modern tidak menempatkan gunung sebagai subjek, tetapi
objek. Maksudnya kejadian alam tersebut dikaji dan dicari antisipasi
jika terjadi kembali kejadian alam tersebut.

7
Rudi Tindage, Gereja dan Penekanan HAM, (Yogyakarta : Kanisius, 2008), 192.
8
E. P. Ginting, Agama Suku: Agama Primitif & Agama Batak Kuno, (Bandung: Jurnal Info Media, 2009), 20.

9
http://id.m.wikiedia.org/wiki/parmalim diakses pada tanggal 10 November 2020 jam 15:00
II.4.2. Mudah mensakralkan objek tertentu

Masyarakat primitif mempunyai ciri yakni mudah mensakralkan objek


tertentu, dalam artian memandang sacral pada suatu yang menurut
mereka mengandung manfaat, kebaikan, bencana. Contohnya jika
seseorang menempati rumah baru, dan tidak lama setelah itu penghuni
Amembuat mereka sakit adah jin yang menghuni rumah mereka. Maka
mereka berinisiatif agar mereka terhindar dari jin tersebut, mereka
akan membuat ritual-ritual atau memberikan sesaji untuk mengusir jin
tersebut.
II.4.3. Sikap Hidup yang Serba Magis
Ciri-ciri masyarakat primitif yakni dalam kehidupannya itu selalu
dihubungkan sengan hal-hal gaib. Ada hal-hal tertentu terjadi
masyarakat primitif langsung menghubungkannya dengan sesuatu hal
yang magis.
II.4.4. Hidup Penuh Dengan Upacara Keagamaan
Contoh dari ciri ini adalah ketika tiba musim panen dalam pertanian
masyarakat primitif tidak menggap sepele hal tersebut. Mereka
beranggapan bahwa ada yang disebut dengan dewi sri atau dewi padi.
Tatkala musim panen tiba mereka menyediakan sesaji-sesaji yang
diperuntukkan dewi sri tersebut sebagai tanda terima kasih kepada
dewi sri atas keberhasilan panennya
II.5. Sistem kepercayaan
 Roh nenek moyang
Kepercayaan terhadap nenek moyang ini diduga muncul pada saat masyarakat
zaman pra-aksara masih mengandalkan kehidupan berburu, mengumpulkan
,serta meramu makanan. Kepercayaan ini muncul ketika fenomena mimpi saat
manusia tidur . pada saat itu, manusia melihat dirinya berada di tempat yang
berbeda jauh dari tubuh jasmaninya. Mereka percaya bahwa bahwa tubuh yang
berada di tempat lain itu adalah jiwa.
 Animisme
Animisme berasal dari bahasa latin anima yang artinya nyawa, roh atau sukma
dan animea yang artinya nafas atau jiwa. Jadi, animisme adalah kepercayaan
bahwa setiap benda itu mempunyai roh baik pada benda hidup atau benda mati,
kadang-kadang juga disebut orang dengan serba sukma.10 E.B. Tylor berpendapat
bahwa ada empat tahap proses yang harus dilalui oleh Animisme untuk bisa diakui
sebagai agama primitif, yaitu:
1. Masyarakat primitif mengkhayalkan adanya hantu-jiwa orang mati yang dapat
mengunjungi orang-orang hidup.
10
Abu Ahmadi, Perbandingan Agama (Surakarta : Ab Siti Syamsiyah, 1983), 72.
2. Jiwa menampakkan diri.
3. Timbul keepercayaan dalam masyarakat tersevut bahwa segala sesuatu
berjiwa.
4. Dari yang berjiwa itu ada yang menonjol, seperti pohon besar atau batu yang
aneh. akhirnya, yang paling menonjol dari semuanya itu disembah.
Animisme tampaknya bersifat universal, terdapat dalam semua agama,
bukan pada orang-orang primitif saja, meskipun penggunaan popular dari
istilah itu sering dikaitkan dengan agama-agama primitif atau masyarakat
kesukuan. Animisme dapat didefinisikan sebagai kepercayaan pada makhluk-
makhluk adikodrati yang dipersonalisasikan. Kepercayaan pada roh biasanya
termasuk suatu rasa kebutuhan akan suatu bentuk komunikasi dengan mereka
untuk menangkal kejahatan, menghilangkan musibah, atau menjamin
kesejahteraan. Manifestasinya adalah dari roh yang Mahatinggi hingga pada
roh halus yang tak terhitung banyaknya, roh leluhur, roh dalam objek-objek
alam. Dari antaranya, termasuk berbagai macam roh:
5. Roh yang berhubungan dengan manusia, yakni jiwa-jiwa manusia sebagai
daya vital, roh leluhur, roh jahat dari orang-orang yang meninggal dalam
kondisi-kondisi tak wajar.
6. Roh yang berhubungan dengan objek-objek alamiah bukan manusiawi, seperti
air terjun, batu yang menonjol ke permukaan bumi, pohon-pohon berbentuk
aneh, roh dari tempat-tempat yang berbahaya, roh binatang, roh dari benda-
benda angkasa.
7. Roh yang berhubungan dengan kekuatan alam, seperti angin, kilat, banjir.
8. Roh yang berhubungan dengan kelompok-kelompok sosial, dewa-dewa, setan-
setan, dan para malaikat.11

 Dinamisme
 Dinamisme berasal dari bahasa Yunani Dynamis, artinya: kekuasaan, kekuatan,
kasiat.12 Tujuan manusia dalam kepercayaan yang mempunyai paham dinamisme
adalah memperoleh mana sebanyak mungkin. Mana berarti kekuatan yang
tersembunyi dan siapa yang dianggap mampu menguasainya, tentu mendapat

11
Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama (Yogyakarta: KANISIUS, 1995), 67.
12
A.G. Honig, Ilmu Agama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 33.
kedudukan terhormat dalam masyarakat. Semakin bertambah mana seseorang,
semakin bertambah terjamin keselamatannya. Sebaliknya semakin berkurang
mananya semakin mudah dia dapat bahaya.13 Dinamisme juga disebut agama
yang mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius. Dalam
paham ini ada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan gaib dan
berpengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari.14 Kekuatan gaib itu ada pula
yang bersifat baik dan ada pula yang bersifat jahat. Dalam dinamisme belum ada
kepercayaan pada roh orang meninggal yang masih menjalin persahabatan
dengan keluarga yang masih hidup. 15
 sHenotheisme dan Monotheisme
Henotheisme adalah kepercayaan yang tidak menyangkal adanya banyak
Tuhan, tetapi hanya mengakui satu Tuhan tunggal sebagai Tuhan yang disembah.
Monotheisme adalah kepercayaan dimana Tuhan-Tuhan asing yang disangka
musuh itu tidak diakui lagi dan hanya tinggal satu Tuhan untuk seluruh alam. 16
Agama monoteisme ialah adanya pengakuan yang hakiki bahwa Tuhan satu,
Tuhan yang Maha Esa, pencipta alam semesta dan seluruh isi kehidupan ini baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak 17
I.1.1. Monisme
Monisme mencari yang satu di dalam yang banyak, atau juga memikirkan
yang satu, yang sama sekali tidak mempunyai batas-batas atau definisi. Itulah
yang ada dan dunia fenomena yang disangkal realitasnya karena hanya
penampakan ilusi. Macam yang lain tampaknya telah memilih satu dari banyak
dewa politeisme dan mengangkatnya dalam tingkat yang Mahatinggi, memujanya
sebagai Tuhan yang sau-satunya. Ia diagungkan di atas seluruh dunia. Secara
hakiki baik dan benar, karena itu murah hati dan berbelas kasih, bebas dari
kejahatan moral.18
 Politeisme adalah kepercayaan yang mengandung kepercayaan kepada dewa-
dewa, roh yang tertinggi, baik yang berasal dari benda maupun nenek moyang
meningkat menjadi dewa dan Tuhan. Perbedaan roh dan dewa adalah perbedaan
derajat kekuasaan dan kedudukan, sedangkan fungsinya sama. Dalam politeisme
fungsi dan sifat dari dewa itu lebih jelas. Politeisme kendati memuliakan satu
dewa atau tiga dewa, bukan berarti dewa-dewa yang lain tidak diakui lagi. Dewa-
13
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 60.
14
Hasjmy A, sejarah kebudayaan islam, (Jakarta: PT. Karya Unu Press, 1995), 21-22
15
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 58
16
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama, 72-73.
17
Hasjmy A, sejarah kebudayaan islam, (Jakarta: PT. Karya Unu Press, 1995), 21-22
18
Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama (Yogyakarta: KANISIUS, 1995), 142
dewa itu tetap diakui, tetapi tidak semulia dan setinggi dewa yang utama. Dalam
politeisme terdapat pertentangan tugas antar satu dewa dengan dewa yang lain.
Dewa-dewa yang demikian tidak selamanya mengadakan kerja sama. Tuhan,
dalam paham politeisme bisa bertambah dan berkurang. Dalam masyarakat
politeisme sesuatu yang bersifat misterius segera didewakan. Roh yang tertinggi,
baik yang berasal dari benda maupun nenek moyang meningkat menjadi dewa
dan tuhan. perbedaan roh dan dewa adalah perbedaan derajat,kekuasaan, dan
kedudukan. sedangkan fungsinya sama. dewa lebih berkuasa, lebih tinggi, dan
mulia. roh dianggap tidak sekuasa dan semulia dewa dan dalam penyembahan
nya pun terbatas pada satu atau beberapa keluarga.19
 Panteisme
Panteisme terdiri dari tiga kata, yaitu pan, berarti seluruh, theo, berarti
Tuhan, dan ism (isme), berarti paham. Jadi panteism atau panteisme adalah paham
bahwa seluruhnya Tuhan. Panteisme berpendapat bahwa seluruh ala mini adalah
Tuhan dan Tuhan adalah seluruh alam 20Kekuatan yang bagaikan udara merasuki
segala sesuatu adalah Satu kesadaran yang tajam mengenai hal ini cendrung
mengindentikkan Tuhan dengan segala sesuatu, karena kehadirannya yang
langsung dan aktif di dunia ini. Di samping itu, dalam sistem-sistem pewahyuan
besar, objek pewahyuan bisa meluas meliputi segala realitas. Tidak setiap objek
dapat menjadi objek pewahyuan, tetapi dapat menjadi demikian kalau ilahi tinggal
padanya. Jadi panteisme merupakan konsep pewahyuan sebagaimana terjadi
dalam beberapa ibadah misteri. Pengalaman mistik, cendrung ditafsirkan dalam
pengertian panteisme, karena hidup mistik merupakan pengalaman kesatuan
dengan ilahi. Adapun panteisme Timur atau dalam hinduisme mengatakan bahwa
segala sesuatu adalah Tuhan, tetapi segala sesuatu ada dalam Tuhan.21
II.6. Tuhan Menurut Kepercayaan Primitif seperti di dalam suku Batak Karo,
Toba, Simalungun.
II.6.1. Batak Karo
Agama parbegu atau pemenah adalah kepercayaan mula-mula (primitif)
yang dianut oleh suku karo sebelum agama Kristen datang. Agama perbegu atau
pemenah dipengaruhui oleh kebudayaan agama hindu, tetapi kemudian diambil
alih oleh masyarakat karo sendiri22. Orang karo sejak awal prahistoris percaya
adanya “Dibata” (Tuhan, Dewata) yaitu Dibata Kaci kaci yang menciptakan
19

20
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama, 93
21
Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama (Yogyakarta: KANISIUS, 1995), 141.
22
Harun Hadiwijoyo, Religi Suku Murba Di Indonesia (Jakarta: BPK-GM, 1985)70-71.
segala pengada di bumi dan jagat raya. Kepercayaan kepada dewata yang disebut
“Dibata kaci kaci” bersifat transenden dan immanent. Ada sebutan “ Dibata la
idah” (Allah yang tidak tampak) dan ada pula “dibata ni idah” (Allah yang
nampak). Dibata la idah biasanya disebut Dibata kaci-kaci (kaci adalah dewi
wanita, dan lagi maha pengasih) dan seterusnya dalam kosmologi batak ( orang
ynag mempercayai debata) mempunyai nama lain untuk tiga wilayah
kekuasaannya (dunia atas, tengah dan bawah). Di setiap wilayah kekuasaan
Dibata kaci-kaci diperintahkan oleh Dibata sebagai wakil Dibata Kaci-kaci, dan
ketiga Dibata tersebut merupakan satu kesatuan yang dalam bahasa karo disebut
Dibata Sitelu yaitu Guru Butara, Tuhan Paduka ni Aji dan Tuhan Banua koling. 23
Di samping Dibata sitelu masih terdapat dua unsur kekuatan lain yaitu:
sinar mata niari dan Siberu dayang. Sinar mata niari berarti terang
matahari yang memberi penerangan, tempatnya di mata hari terbit dan terbenam.
Ia mengikuti perjalanan matahari dan menjadi penghubung antara guru butara dan
Tuhan Paduka ni aji dan Tuhan Banua Koling. Sinar mata niari berfungsi
membuat keseimbangan Dibata sitelu agar tertib kosmis yang diciptakan Dibata
Kaci kaci tetap langgeng.
Siberu Dayang adalah roh seorang wanita yang bertempat tinggal di bulan.
Ada perasaan mendalam pada setiap orang karo dahulu kala bahwa bulan itu ada
gambar atau lukisan siberu dayang. Nama siberu dayang disosialisasikan orang
karo khususnya para ibu-ibu kepada anak-anaknya dimana menanamkan suatu
kerinduan yang mendalam, rasa cinta yang diharapkan, kesatu paduan dengan
seorang putri yang memenuhi segala-galanya dan hal ini merupakan awal fungsi
trasendental dalam diri setiap anak sehingga kelak menjadi tumbuh spritualitas.24

II.6.2. Batak Toba


Dalam suku batak mereka mengatakan mengenai Allah tinggi sering
dianggap bahwa ia bersifat kekal dan sejatinya pencipta benua tengah, manusia dan
dewa-dewi. Gelarnya adalah pemula, ompung, raja, hakim. Allah Tinggi asli Batak

23
E. P. Ginting, Religi Karo (Kabanjahe: abdi kraya, 1999) 1-3
24
E. P. Ginting, Religi Karo, 1-6.
adalah Ompu Tuhan Mulajadi. Allah Tinggi dianggap sebagai pencipta alam
semesta.25
Dalam kehidupan keagamaan suku batak bahwa mereka percaya adanya 5 Dewata,
yang disebut Mulajadi Na Bolon (Asal mula dari yang ada) dan Debatasiasih. Kedua
Dewa ini merupakan Dewa asli batak, sedangkan ketiga Dewa yang mungkin berasal
dari pengaruh Trimutri Hindu yaitu yang disebut Batara Guru, Soripada dan
Mangala Bulan (Debata na Tolu). Selain kelima Dewata tersebut orang batak percaya
terhadap kekuasaan alam yang disebut Boraspati ni Tano yaitu satu Dewa yang
berbentuk seekor kadal besar yang berdiam di bawah tanah sebagai pemelihara
kesuburan dan yang disebut Boru Saniang Naga yang berbentuk seekor ular, yaitu
Dewi penguasa semua perairan. kemudin di alam sekitar menurut orang batak
terdapat pula berbagai macam roh yang disebut begu. mereka yang percaya kepada
roh itu menyebut dirinya Sipelebegu. Roh-roh itu ialah Sumangot ni ompu (roh-roh
leluhur) yang dihormati dengan pemujaan dan upacara agar tidak marah, begitu pula
ada begun a jahat (roh-roh yang jahat) yang harus diberi sesajian.26
II.6.3. Batak Simalungun
II.6.4. Suku Simalungun
Masyarakat simalungun percaya akan adanya kuasa tertinggi yang
menciptakan langit dan bumi. Pencipta itu mereka sebut Naibata. Sedangkan
masyarakat umum memuja simagode (roh leluhur atau kelompok marga), ras
tonduy jabu (roh nenek moyang atau satu keluarga) dan sinumbah (roh sakti yang
dipercaya menghuni suatu lokasi hingga disebut tempat keramat). Orang
simalungun tidak pernah menyembah begu-begu. Kalau pun mereka melakukan
ritual begu-begu (roh-roh) orang meninggal yang jahat pada masa hidupnya) itu
hanya ritual anti bala. Oleh karena itu, nama kepercayaan atau agama asli orang
simalungun adalah kepercayaan roh-roh atau agama suku. Roh menjadi pujaan
orang simalungun. Selain Naibata, adalah Sinumbah dan simaingot. Sinumbah
adalah roh yang diyakini mendiami suatu tempat yang keramat seperti kayu besar,
batu sungai yang disebut parsinembaan yang disucikan masyarakat setempat.

25
Anicetus B. Sinaga, Allah Tinggi Batak Toba (Yogyakarta: Kanisius, 2014) 46-51.
26
H. Hilmen Hadikusuma, Antropologi agama (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), 40-41.
Kekuatan gaib yang memiliki Sinumbah ini dinamakan Simangot yang disembah
pada waktu tertentu. Simangot juga disebut orang mati.27
Dalam mitos penciptaan manusia orang simalungun mengenal tiga
penguasa tertinggi yakni, yang pertama tuan sahinei- hinei yang dipercayai
sebagai illah tertinggi karena dialah pemberi Hosah hanguluhan yang
memungkinkan terciptanya alam semesta dan manusia. Yang kedua, tuan tobal
dunia, yang berkuasa atas alam semesta dan hidup manusia di bumi. Yang ketiga,
tuan naga padokah ni aji, yang berkuasa di alam kematian (bawah tanah).28
III. Refleksi Teologis
Dalam Alkitab Perjanjian Baru terjemahan Bahasa Indonesia versi LAI ( Lembaga
Alkitab Indonesia) kata Tuhan memang secara eksklusif hanya digunakan untuk tiga
pribadi. Dalam kepercayaan primitif mereka memiliki sebutan dan arti untuk Tuhan
sendiri, tetapi firman Tuhan dalam dalam Yesaya 43:10 “Kamu inilah saksi-saki-
Ku”, demikianlah firman Tuhan, “dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu
tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa aku tetap Dia. Sebelum aku tidak
ada lagi Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak aka nada lagi. Ayat lain juga
menyebut seperti di dalam dalam 1 Timotius 3:16 Dan sesungguhnya agunglah
rahasia ibadah kita:”Dia yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia,
dibenarkan dalam Roh;yang menampakkan diri-Nya kepada malikat-malaikat,
diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di
dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.” Jadi ayat-ayat ini mengatakan kepada kita
bahwa Tuhan itu adalah Allah dan Allah itu madalah roh kudus. Jadi kita sebagai
orang percaya harus meyakini keberadaan Allah Tritunggal yang telah
menyelamtakan kita dari dosa.
IV. kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa primitif atau sering
disebut juga dengan agama suku memiliki kepercayaan yang masih trasidisional dan
tergantung dengan alam. bentuk konsepsi Tuhan yang terdapat dalam masyarakat
primitif ialah dinamisme, animisme, monotoisme, panteisme, dan politeisme. Agama
primitif juga mempercayai adanya Tuhan yang mampu menciptakan dari yang tidak
ada menjadi ada. Agama primitif masih meyakini bahwa roh-roh manusia yang telah
meninggal masih ada hubungannya dengan manusia yang masih hidup dan mereka
meyakini bahwa roh manusia yang sudah meninggal dapat memberikan berkat atau
memiliki kekuasaan. Selain itu, bangsa primitif juga bisa menentukan siapa dewanya,

27
Jan J. Damanik, Dari Ilah menuju Allah (Yogyakarta: ANDI, 2012), 59
28
Jan J. Damanik, Dari Ilah menuju Allah, 60-62.
apabila ia tidak merasa puas terhadap suatu dewa, maka ia bisa mengganti dewanya
sesuia yang dia inginkan, contohnya adalah batu atau pohon yang memiliki bentuk
tak lazim atau juga hewan yang memiliki ukuran atau bentuk yang aneh. agama
primitif berbeda dengan agama samawi atau agama langitan, yang mana tuhan
diciptakan menurut kebutuhan mereka masing masing, sehingga mereka tidak
mempunyai kitab suci ataupun tata ibadah yang tepat sehingga tuhan itu tidak ada
kejelasan disana, tetapi pemerintah tetapp melestarikan dan mempertahankan
kebudayaan mereka sebagai kekayaan sebuah bangsa sehingga hanya 6 agama yang
diakui di Indonesia tapi walaupun begitu kepercayaan mereka harus bisa kita hargai
sebagai sesama umat beragama.

V. Daftar Pustaka
Damanik, Jan J., Dari Ilah menuju Allah, Yogyakarta: ANDI, 2012.
Dhavamony, Mariasusai, Fenomologi Agama, Yogyakarta: KANISIUS, 1995.
Ginting, E.P., Agama Suku Agama Primitif & Agama Batak Kuno, Bandung: Jual Info
Media, 2009.
Hadikusuma, H. Hilmen, Antropologi agama, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993.
Hadiwijoyo, Harun, Religi Suku Murba Di Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 1985.
Honig, A.G., Ilmu Agama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Hutasoit, Marhasil. Catatan Rekaman Akademik, (Medan: Stt Abdi Sabda, 2018).
Pasribu, Rudolf, Agama Suku dan Batakologi, Medan: Pieter, 1988.

Anda mungkin juga menyukai