Anda di halaman 1dari 103

PAHAM/KONSEP TUHAN

1. Bagaimana muncul paham Tuhan


secara historis?
2. Paham Tuhan itu bisa diklasifikasi:
monoteis, politeis, panteis, monistis.
3. Dalam budaya kita, paham Tuhan
seperti apa yang berkembang?

1
konsep ketuhanan
a) Kepercayaan pada “yang adikodrati”
merupakan gambaran khas semua
agama
b) Namun ada pluralitas pemahaman dan
penghayatan: monoteisme, henotisme,
monolatri, dll.

2
sajarah monoteisme
1. Secara historis : monoteisme eksplisit (Tuhan
esa dan mengecualikan yang lain) merupakan
pengakuan tahap terakhir.
2. Contoh: wujud monoteisme eksplisit yang
pertama secara historis, pemujaan matahari:
penguasa tunggal oleh raja Mesir Ikhnaton
(Pertengahan abad ke 14 SM): Atena, Dewa
Matahari.
3. Kepercayan ini lenyap dengan kematian raja itu

3
monoteisme israel
a) Di Israel: monotesime yang tegas dan eksplisit
diimani dalam konteks lingkungan politeisme.
b) Yahwe mewahyukan diri secara langsung
sebagai Tuhan yang tidak dapat
diperbandingkan. Kel 15:11
c) Di Israel: monoteisme afektif-dihayati sebagai
yang berdiri di pusat , disembah, dan menjadi
arah tujuan satu-satunya, bukan sekedar
monoteisme rasional dan filosofis.
4
monoteisme di iran
a) Zoroastrianisme:dualisme Prinsip Kebaikan
(Ahura Mazda) dan Prinsip Kejahatan
(Ahriman).
b) Dalam konteks politeis, Iran tradisional,
Zoroaster: Satu Tuhan, Ahura Mazda (Tuhan
yang bijaksana)
c) Islam: monoteisme tegas dalam konteks pra
Islam yang politeis. Dalam kesempat-an biasa
orang pada jaman itu lebih ke dewa-dewa lain,
lalu dalam kesempatan istimewa berdoa pada
Allah. (Tauhid: Tidak ada Tuhan selain Allah)
5
DALAM TRADISI HINDU
1) Hinduisme: ide Tuhan yang personal
berkembang perlahan-lahan: politeisme,
henotisme-kathenoteisme, teisme:
2) Bhagavadgita: puncak teisme India. Tuhan:
1) Pencipta
2) Penyangga
3) Perusak
4) Awal, tengah dan akhir
5) Transenden sebagai Pribadi Tertinggi dan imanen
tinggal di hati manusia
6) Vishnu: tertinggi, bhakti, rahmat 6
di china kuno
a) Tuhan yang mahatinggi: T’ien atau Shang Ti:
b) Tuhan yang Mulia, independen dan yang
mahatinggi di antara semua dewa.

7
tuhan dalam masa pratulisan
DI AFRIKA:
1. Tuhan mrpk misteri, Tuhan melampaui segala syukur,
tidak dapat dijelaskan, satu-satunya yang tidak
terbatas.
2. Kekuatan Tuhan tampak di langit: pencipta dan
sekaligus dalam badai dan semua musim; kuasa
terbesar
3. Nama Tuhan: pembentuk tubuh manusia dan
pemberi nafas hidup: Bapa, Ibu.
4. Tuhan: pemberi aturan moral dan hakim atas
tindakan-tindakan manusia: yang menyelesaikan
persoalan-persoalan manusia.
5. Tuhan sebagai bulan dan matahari.
8
di AMERIKA utara
1) Tuhan sebagai pencipta: roh penyelamat.
2) Tuhan sebagai Pahlawan
3) Roh-roh binatang: serigala, burung elang,
salmon, beruang = makhluk-makhluk
adikodrati utama bagi suku-suku pemburu.
4) Indian dataran: roh-roh Penjaga = roh-roh
binatang individual yang diperoleh dalam
suatu penglihatan. Tuhan semacam totem.

9
 Polynesia: gambaran yang adikodrati ber-beda,
makhluk-makhluk rohani diklasifikasikan dalam 3
kelompok:
1. Makhluk gaib otonom: dewa-dewa dan pahlawan
budaya: di antara dewa-dewa ada yang berciri
pencipta dan pengatur yang bertanggungjawab
terhadap seluruh atau sebagian tatanan kosmik; yang
lain sebagi pengatur saja.
2. Roh-roh otonon yang tidak mempunyai fungsi
pencipta maupun pengatur: penipu, iblis dn roh jahat
yang timbulkan cidera dan gangguan
3. Mereka yang mati (roh-roh orang mati) dan roh-roh
yang belum mati.
 Australia: Mahkluk langit atau Tuhan yang Mulia,
lebih dihormati daripada dipuja., ada reinkarnasi 10
DUALISME DALAM KONSEP KETUHANAN
Dalam mitos kita jumpai dikotomi konsep
ketuhanan:
- Siang & malam - Tinggi & rendah
- Kekacauan & penciptaan
- Musim dingin & panas
- Yang sejati & yang tampak
- Sifat laki-laki & perempuan
Dikotomi itu tampak dalam pembaruan alam dan
manusia yang berulang-ulang.
11
Adanya hubungan antara Tuhan dan setan sangat
luas tersebar dalam mitos kosmogonis.
(Penciptaan – setan – lumpur, ada yang
saudara sedarah, kerjasama)
Arti religius:ada implikasi tempat setan dalam
penciptaaan: asal kejahatan dan Tuhan
sepertinya perlu teman, bahkan penasihat.

12
Hindu:
• Dewa dan Asura mitologi Hindu: dualisme:
anak cucu Prajapati
• Agama Vedis: ada pertempuran antara Indra
melawan Vrtra (pemimpin para Asura).
Akhirnya Indra menang, artinya:
1. pengangkatan Indra sbg Dewa tertinggi kaum
Arya
2. Kilat – badai, matahari yang menang
3. Tanda pembaharuan kosmik yang dahsyat
Ular lambang umum untuk setan.
13
• Aditya (positif) lawan Danaya (negatif).
• Kitab Ramayana dan Mahabharata
mengisah-kan pertempuran yang baik dan jang
jahat.
• Ada kodrat ganda abadi dan aktif yang
diwujudkan dalam sakti isteri Dewa.

Selain itu ada sikap maskulin dan feminim


sekaligus (androgini).
Bapa-Bunda.

14
POLITEISME
Kepercayaan kepada berbagai dewa per-sonal,
bisa jadi karena:
a. Kehidupan sehari sebagai bagian keaguangan
Tuhan: arah Pol-Henotisme
b. Alam = manifestasi kekuatan Ilahi, beragam.
c. Ada wilayah utama pewahyuan ilahi, surga dan
bumi, daratan dan lautan, api etc.
d. Muncul dari refleksi pribadi berbeda terhadap
misteri ilahi.

15
PANTEISME – PANENTEISME
Panteisme: kekuatan yang bagai udara merasuki
segala sesuatu adalah Satu, cenderung
identikkan Tuhan dengan segala sesuatu.
Kesadaran kosmik, anima, prana, pneuma.
Panenteisme: ada kemiripan antara pencipta dan
ciptaan, tetapi masih ada perbedaan antara
keduanya bagaikan anak dengan Bapaknya.

16
MONISME
Manakala kekuatan suci dan ilahi menjadi daya
universal.
Tao, rta, asha.ma’at, dike, mana.

17
BERBAGAI Fenomena Agama-Tuhan
1. Upacara atau ritus keagamaannya utk
mengungkapkan Tuhan dlm doa, bermeditasi.
2. Kisah-kisah awali tentang terjadinya dunia
dalam kosmogoni-kosmogoni ataupun mitos-
mitos yang menghubungkan dg Tuhan.
3. Keyakinan inti adanya yang ilahi.
4. Menyebut Dia yang tertinggi dengan berbagai
macam sebutan.
5. Mengungkapkan keyakinan dalam konsep-
konsep keagamaan yang sangat beragam
dalam paguyuban + pimpinan.
BERBAGAI KAJIAN AGAMA DAN TUHAN

1. Pendekatan ilmiah apa saja yang bisa


digunakan untuk menelaah agama dan
Tuhan?
2. Apa kekhasan masing-masing pendekatan
seperti teologi metafisik, fenomenologi,
filsafat, teologi, antropologi, dll terhadap
Agama dan Tuhaan?
TEOLOGI METAFISIK
a. Teologi Metafisik, atau Filsafat Ketuhanan
berbicara tentang Allah dari sudut pende-
katan Filsafat.
b. Keberadaan Allah dipertanggung-
jawabkan seturut akal budi, secara
rasional, mema-kai metode ilmiah
filosofis.
c. Berarti dalam cabang Filsafat ini kita
membicarakan keberadaan Allah, secara
umum, terlepas dari agama-agama
tertentu.
FILSAFAT AGAMA

1. FILSAFAT DAN AGAMA


Pengalaman-pengalaman religius dan agama-
agama ditemukan tersebar dalam berbagai ma-
cam kebudayaan yang terdapat di dunia ini.
Filsof menemukan hal-hal tersebut sudah sebagai
sesuatu yang dihayati oleh orang-orang tertentu.
Ia berjumpa dengan orang-orang beragama, bah-
kan mungkin dirinya sendiri, dengan segala sikap
dan cara dalam mengungkapkan keyakinannya.
• Filsafat sebagai ilmu yang menyelidiki segala
yang ada seperti adanya tidak luput dari
persoalan perilaku dan konsep keagamaan.
• Hidup beragama bagi banyak orang merupa-
kan persoalan eksistensial dan hakiki. Bahkan
orang rela berkorban demi kepercayaan
keagamaannya.
• Ini membuktikan bahwa hal beragama meru-
pakan sesuatu yang sangat penting bagi
mereka.
Maka filsafat mau tidak mau harus mempela-
jari gejala dan kenyataan hidup beragama
sebagai persoalan eksistensial dan esensial
bagi umat manusia.
Para filsuf tidak menciptakan ide-ide keaga-
maan.
Mereka menemukannya sudah demikian da-
lam budaya yang beragam.

(Catatan: hubungan iman dan agama serta


perbedaannya)
a) Dalam sejarah kehidupan bangsa manusia ada
pelbagai macam pengartian agama. Bahkan juga ada
pelbagai konsep tentang filsafat.
b) Maka dapat diharapkan bahwa pendekatan filosofis
terhadap agama juga bervariasi.
c) Di samping ada pendekatan filosofis terhadap agama
ada banyak ilmu yang mempelajari gejala-gejala
keagamaan dan ungkapan-ungkapannya.
d) Kita perlu untuk mengetahui kekhasan pendekat-an
masing-masing disiplin ilmu agar, dalam rang-ka
kuliah ini, tahu apa yang menjadi bidang, we-
wenang, tujuan dan batas fenomenologi agama dan
filsafat ketuhanan yang menjadikan agama objek
penyelidikannya.
e) Oleh sebab itu baiklah kita mempelajari secara
singkat kekhasan masing-masing disiplin ilmu itu.
0.1. BERBAGAI ILMU YANG MEMPELAJARI GEJALA
KEAGAMAAN DAN UNGKAPANNYA
0.1.1. Sosiologi Agama
 J.Wach merumuskan secara luas sosiologi agama
sebagai suatu studi tentang “inter-relasi dari
agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk
interaksi yang terjadi antar mereka”.
 Para sosiolog menyelidiki tentang bagaimana tata
cara masyarakat, kebudayaan dan pribadi-pribadi
mempengaruhi agama sebagaimana agama itu
sendiri mempengaruhi mereka.
 Interaksi antara sistem-sistem religius dan
masyarakat menjadi bidang penyelidikan para
sosiolog agama.
0.1.2. Antropologi (Budaya)
 Menurut E.Evan-Pritchard antropologi adalah “salah
satu cabang dari penyelidikan sosiologi, yang
mengkhususkan diri terhadap masyarakat primitif”.
 Ilmu ini mempelajari upacara, kepercayaan, tindakan,
kebiasaan yang tetap dalam masyarakat sebelum
mengenal tulisan, yang menunjuk apa yang dianggap
suci dan adikodrati.
 Tetapi perkembangan antropologi meluas juga untuk
menyelidiki bukan hanya kebudayaan primitif namun
juga kebudayaan yang lebih maju.
 Ilmu itu menyelidiki bidang kultural dari gejala keaga-
maan: peran agama dengan tekanan pada kebiasaan,
peribadatan dan kepercayaan dalam hubungan-
hubungan sosial.
 Kekhasan fen agama kita: refleksi transendental-integral
0.1.3. Psikologi Agama
 Psikologi agama menyelidiki aspek psikologis dari
agama: dibahas aspek individu-psikologis dan
aspek sosio-psikologis dari agama.
 Psikologi mempelajari reaksi-reaksi dari psike
manusia, tanggapan-tanggapan yang diberikannya
yang bersifat kolektif atau individual, terhadap
kenyataan yang menjadi sumber dari semua
pengalaman agama maupun kepuasan akhir yang
dirindukan oleh jiwa manusia.
 Maka psikologi agama merupakan cabang psikologi
yang menyelidiki sebab-sebab dan ciri-ciri
psikologis dari sikap-sikap religius atau
pengalaman religius dan berbagai fenomena dalam
individu yang muncul atau sikap dan pengalaman
tersebut.
0.1.3. Teologi
 Teologi adalah ilmu yang melakukan refleksi
sistematis atas iman berdasarkan wahyu dan
tradisi (Gereja).
 Teologi ini juga kadang-kadang disebut sebagai
teologi suci yang dikontraskan dengan teologi
natural.
 Teologi sebagai ilmu normatif menilai validitas
hasil sejarah agama dalam cahaya iman.
 Ada lagi yang disebut Teologi agama, suatu bidang
studi baru yang mulai dirintis oleh para pemikir
Kristen yang ingin mengadakan dialog dengan
agama-agama lain.
 Studi ini diharapkan bermanfaat dan menyum-
bang sesuatu pemahaman yang lebih baik me-
ngenai dunia agama.
 Bagaimana dunia agama lain dihubungkan dengan
Kristianitas? Apakah agama Kristen masih dipan-
dang sebagai agama unik, jika yang lain juga me-
nawarkan diri sebagai sarana keselamatan akhir?
 Tentang teologi natural atau teologi kodrati kita
lihat pada filsafat ketuhanan.
0.1.4. Fenomenologi Agama
 Fenomenologi Agama mempelajari fenomena ke-
agamaan secara empiris dan tidak normatif.
 Dalam memperbandingkan berbagai macam agama
ilmu itu tidak mencoba memperlihatkan agama mana
yang lebih unggul dari yang lain.
 Itu membandingkan fenomena-fenomena religius dari
berbagai agama, sama sekali bukan dengan tujuan ke
arah eksklusivisme ataupun sinkretisme.
 Tidak menilai agama mana yang unggul, pun pula tidak
melihatnya dari kaca mata iman atau wahyu.
 Dalam fenomenologi historis agama kesamaan sama
pentingnya dengan perbedaan masing-masing agama.
 Fenomenologi memperbandingkan agama-agama
untuk memperdalam pengertian dan makna gejala-
gejala religius keagamaan bagi mansia.
• Fenomenologi historis agama sangat membantu
dalam refleksi filosofis dan teologis.
• Fen agama: penyelidikan sis-tematis dari sejarah
agama. F.Agama: mengklasifikasikan dan
mengelompokkan data2 ttg agama2.
• Kita dibantu utk menemukan pandangan yang
menyeluruh dari isi agama-agama tersebut dan
makna religius yang terkandung.
• Fenomenologi agama kadang-kadang disebut
juga sejarah agama, fenomenologi agama,
perbandingan agama, atau ilmu perbandingan
agama, tergantung dari sudut tekanan.
TIPOLOGI, STRUKTUR, MORFOLOGI
Fenomenologi Historis Agama:
- Tidak bermaksud membandingkan agama-
agama sebagai kesatuan besar,
- Ttp hanya mengambil fakta dan fenomena yang
serupa dalam sejarah berbagai agama
- Lalu mengumpulkan mereka dalam kelompok-
kelompok.
- Mencoba memahami makna religius yang
mendasari pengelompokan itu.
1. Tipologi
- Ilmu mengenai tipe; suatu tipe adalah sifat
suatu individu, kelompok atau budaya yang
membedakan dari yang lain.
2. Struktur
- Hubungna yang kurang lebih tetap dan men-
dasar antara unsur-unsur, bagian-bagian
atau pola dalam suatu keseluruhan yang
terorganisasi dan menyatu.
3. Morfologi
- Studi tentang bentuk, pola, struktur atau
susunan, suatu keseluruhan yang utuh.
TUJUAN FENOMENOLOGI HISTORIS AGAMA
1. Mengkoornidir data religius untuk menentu-
kan hubungan dan mengelompokkan fakta
menurut hubungan tersebut.
2. Data religius tersebut berada dalam sejarah
atau lingkungan tertentu yang juga berkait-
an dengan data non religius. Data tersebut
dipilah-pilah strukturnya sehingga ditemu-
kan makna fenomena religius terlepas dari
posisi ruang dan waktu, tergantung pada
kemajuan riset sejarah.
METODE FENOMENOLOGI
HISTORIS AGAMA
Metode ilmiah yang mempelajari fenomena
religius.
Bidang studi: meliputi:
Fakta religius yang bersifat subjektif spt pikiran,
perasaan dan maksud dari seseorang yang
diungkapkan dalam tindakan-tindakan.
Faktanya subjektif (merupakan keadaan
mental dari manusia religius), namun
sungguh-sungguh objektif
Objektivitas RISET= membiarkan fakta berbicara
untuk dirinya sendiri, prinsip epoche dan eidetik.
1. Prinsip Epoche: penangguhan keputusan:
penilaian ditunda sampai fenomena itu sendiri
bicara untuk dirinya. Caranya adalah dengan
mempertanyakan hakikat yang sebenarnya, tanpa
harus terlibat untuk merumuskan baik-buruknya
hal religius atau moral dari kasus itu.
2. Visi Eidetik: Hakikat dari sesuatu; mencarinya
dibalik ungkapan-ungkapan religius dengan
menangkap pikiran religius orang lain dan hanya
memikirkan serta mengalaminya kemba-li dengan
empati atau wawasan imagainatif, kita memasuki
pikiran mereka.
METODE FENOMENOLOGI
1. Gunakan perbandingan sebagai sarana
interpretasi yang utama untuk memahami
arti ekspresi religius: kurban, ritus, dewa-i
dll.
2. Mencoba selidiki karakteristik yang dominan
dari agama dalam konteks historis-kultural.
3. Maka metode ini mencoba menangkap dan
menginterpretasikan setiap jenis perjumpa-
an dengan yang suci.
• Pemahaman fenomena religius meliputi:
Empati terhadap pengalaman, pikiran, emosi,
ide dari orang lain.
• Mengalami dengan cara imitatif atau repro-
duktif bukan merupakan syarat .
• Namun perlu mengalami kesedihan dahulu
untuk sungguh-sungguh memahami kesedih-
an orang lain. Perlu dahulu punya
pengalaman religius untuk dapat terbuka dan
memahami pengalaman religius orang lain.
• Pemahaman lewat analogi, tentang keperca-
yaan orang lain tidak langsung.
METODE HISTORIS
• Memahami ungkapan-ungkapan religius
dengan cara menghubungkan dengan konteks
sejarahnya dan memahami seluruh konteks
dengan cara berpindah dari satu ungkapan ke
ungkapan yang lain.
• Ada berbagai tipe sejara(h)wan
• Mencari keberaturan, tendensi, tipe
rangkaian, struktur etc.
• Bagaimana terjadi? (catatan kaki 16)
• Generalisasi.
METODE KOMPARATIF
• Menganalisis faktor-faktor yang sama dan
berbeda dari pola-pola khas.
• Meliputi metode historis dan metode budaya
silang.
• Menempatkan fenomena religius yang analog,
mis: bentuk-bentuk ide ttg Allah berdamping-
an; & mencoba mendefinisikan strukturnya dng
jalan perbandingan: pohon kosmis: imago mun-
di, axis mundi, paku buwono, mangku negara.
• Kesamaan dan perbedaan sama pentingnya
tanpa memihak.
4. Satu fenomen religius bisa jadi mempunyai
banyak arti bagi partisan yang berbeda, ti-
dak selalu satu arti: misalnya api, dewa agni.
5. Maka Metode fenomenologis:
a. Tidak hanya menghasilkan suatu deskripsi
b. Tidak menerangkan hakikat filosofis (normatif)
c. Namun meberikan arti yang lebih dalam dari
suatu fenomen religius, sebagaimana dihayati
dan dialami: hakikat empiris dari fenomena
religius dengan menggunakan hasil dari ilmu
empiris: psikologi r, sosiologi r, antropologi r.
Lebih dekat pada filsafat agama.
PROBLEM KETUHANAN
1. Soal Pemahaman (ordo essendi: essensi dan
hakikat Tuhan): kajian fisafat Ketuhanan.
2. Soal Penghayatan ( ordo agendi: tingkat-tingkat
penghayatan): kajian Ketuhanan dalam praksis
kehidupan masyarakat (kearifan lokal)
- Pengalaman doa/ritual
- Pengalaman religius
- Pengalaman sosial
- Pengalaman semesta (mengkosmos)
ESSENSI DAN EKSISTENSI TUHAN
1) Keduanya merupakan kajian ilmiah (kritis-
reflektif-metodologis) tentang Tuhan.
2) Tuhan filsuf adalah Tuhan sejauh dipikirkan
manusia. Titik tolaknya penalaran. Tuhan
teolog adalah Tuhan sejauh diimani (tidak
hanya dipikirkan, melainkan diyakini dan
berpengaruh terhadap hidup sehari-hari).
3) Ada istilah teologi kodrati atau teologi filosofis.
Yang dimaksud dengan teologi kodrati adalah
refleksi semantik atau hermeneutik tentang
makna Tuhan bagi orang beriman.

CB.Mulyatno
ESSENSI & EKSISTENSI TUHAN
1) Essensi menunjuk pada hakikat atau what-ness
dari kenyataan. Contoh, salah satu essensi
manusia adalah makhluk hidup berakal budi.
2) Eksistensi menunjuk pada wujud atau that-ness
dari kenyataan. Contoh eksistensi manusia itu
berciri badani, hidup, bersosial, berjalan tegak
ke depan dan bertindak berdasarkan perasaan
serrta pikirannya.
3) Untuk Allah? Essensinya adalah rohani murni,
transenden, dan abadi. Bagaimana
menjelaskan eksistensi Allah?
Essensi=Eksistensi.
EKSISTENSI ALLAH
1. Eksistensi Allah tersembunya dan tidak bisa
ditangkap oleh indera manusia.
2. Tentang eksistensi Allah, sering ditampilkan
artumentasi dan pembuktian logis.
3. Dalam sejarah filsafat, ada banyak tokoh memberi
argumen atau bukti tentang eksistensi Allah yang
tersembunyai: Plato, Aristoteles, Agustinus,
Anselmus, Aquinas, Ockham, Leibniz, Newman,
dll.
4. Ada bukti ontologis, antropoligis, kosmologis,
psikologis, dsb.
AGUSTINUS
1. Manusia dan dunia mana yang lebih besar? Manusia
mengatasi dunia dan untuk mengenalnya perlu
masuk dalam diri.
2. Merenungkan kebenaran membuat manusia
berhadapan dengan misteri. Kebenaran lebih besar
dari manusia. Manusia ingin menjangkaunya tapi
selalu lepas dari jangkauannya. Manusia hanya puas
berpartisipasi pada kebenaran sempurna dan tidak
menjadi penentu kebenaran.
3. Dalam Agustinus belum dibedakan antara kebenaran
ontologis, dan tingkat-tingkat kebenaran empiris.
FILSAFAT KETUHANAN DI ERA IPTEK
1. Perkembangan dan kecanggihan IPTEK
membangkitkan antusiasme kehidupan. Banyak
orang melihat agama dan Tuhan justru menjadi
penghambat perkembangan manusia.
2. Efek negatif dari ITPEK yang dengan cepat
tersebar dan mengancam kelangsungan hidup
membuat orang bertanya kembali dasar tindakan
moral: kebaikan pada sesama dan alam.
3. Perkembangan ilmu-ilmu tidak pernah
menghapus kegelisahan manusia tentang asal dan
tujuan hidupnya. Filsafat Ketuhanan dipanggil
kembali untuk memberi jawab.
KEBANGKITAN FILSAFAT KETUHANAN
1. Banyak tokoh filsafat Modern meninggalkan tema
Tuhan dalam kajian filsafatnya. Mereka beranggapan
bahwa pembicaraan tentang Tuhan justru
mengasingkan manusia dari diri & dunianya.
2. Dua dawawarsa terakhir, banyak pemikir Barat
membicarakan kembali Tuhan dalam refleksi filsafat.
Refleksi tentang Tuhan muncul bersamaan dengan
refleksi tentang makna hidup manusia.
3. Ternyata menjauhkan diri dari refleksi tentang Tuhan
justru membuat manusia liar, saling membunuh dan
merusak semesta sebagai rumah kehidupannya.
Contohnya????
TITIK TOLAK FILSAFAT KETUHANAN
1. Masalah ketuhanan hanya mungkin ditelaah dari sudut
pandang manusia dengan segala pengalaman hidupnya.
2. Refleksi tentang manusia menghantar pada kesadaran
eksistensial akan: faktisitas, transendensi dan kebutuhan
untuk mengerti.
- Faktisitas: manusia sadar bahwa dirinya ada dan
memaknai adanya. Apakah ada Substansi yang ada dari
dirinya sendiri?
- Kemampuan transendental: manusia ada di sini namun
pikiran dan mimpinya mengatasi ruang dan waktu
kekinian.
- Manusia sll bertanya dan ingin mengerti. Adakah suatu
titik di mana manusia menemukan jawaban segalanya?
MASALAH KETUHANAN
1. Allah diketemukan oleh penganut agama-
agama. Masalah asal-usul alam dalam kaitan
dengan Tuhan sebagai jawaban merupakan
masalah genetis (asal-usul).
2. Apakah ide tengan Allah mempunyai makna
objektif-nyata bagi hidup manusia? Ataukan
gagasan tentang Allah itu sekedar khayalan
manusia belaka? Pertanyaan kedua ini berkaitan
dengan masalah kritis-fenomenologis.
3. Mengingat hidup manusia terus bergerak dan
berkembang dalam sejarah, penelitian yang
berciri kritis-fenomenologis lebih bermakna,
selalu aktual dan memberi kontribusi nyata.
EKSISTENSI ALLAH DI ERA IPTEK
1. Mengingat perkembangan IPTEk telah menjawab
berbagai persoalan manusia, apakah dengan
demikian IPTEK menggantikan eksistensi Allah? Ada
sekelompok orang yang berpikir demikian. Ada
kelompok lain yang secara konservatif berpegang
pada ajaran agama dan anti ilmu krn segala masalah
bisa ditemukan jawaban dalam KS.
2. Efek perkembangan IPTEK:
- antrposentrisme-aristokratik
- Indiferentisme
- Optimisme-scientis
DIALOG KEILMUAN SCR UTUH
1. Budaya dan penegakan martabat manusia
mempertemukan ilmu dan agama
2. Persoalan konkrit hidup manusia membutuhkan
jawaban lintas ilmu dan lintas pendekatan
3. Keterbukaan untuk menemukan kreasi serta inovasi
yang bermakna bagi perkembangan kualitas hidup
manusia membuka kemungkinan kerjasama luas
4. Tanggungjawab untuk mengembangkan kualitas
hidup manusia secara utuh membutuhkan dialog
dan kerjasama lintas ilmu dan pendekatan
5. Sebutkan contoh-contoh konkrit kerjasama ilmu dan
agama dalam pengembangan hidup manusia!!!
MODALITAS BAHASA
1. Karena Tuhan berkaitan dengan pengalaman
hidup secara utuh, manusia memiliki
kekayaan keragaman modalitas bahasa.
2. Bahasa dogma, hukum, gambar, dongeng,
kisah, animasi, musik, patung, lukisan, kidung,
doa, simbol,arsitektur, dsb.
3. Bahasa ditempatkan dalam konteks dan
waktu (in tempore).
BAHASA DI ERA MODERNITAS
1) Zaman modern ditandai oleh kritik keras
terhadap metafisika, agama dan berbagai
pemikiran yang berkaitan dengan yang absolut.
2) Mementingkan kehidupan manusia zaman ini.
Memisahkan hidup di tengah masyarakat
(politik) dengan hidup beragama (privat).
3) Kebenaran diukur dari perspektif (cara pandang)
empiris-historis. Hal-hal duniawi (sekular) dan
hidup praktis menjadi prioritas
SEKULARISASI
1. Saeculum berarti waktu sekarang atau di dunia ini.
2. Sekularisasi adalah cara pandang yang positif
terhadap dunia. Sekularisasi berarti pengakuan
terhadap otonomi dunia secara wajar. Artinya,
dunia ini baik tetapi sekaligus terbatas.
3. Orang mengakui otonomi dunia, melihat dunia
secara positif. Dunia adalah tempat hidup manusia
yang harus dipelihara dan dilestarikan.
4. Dunia diciptakan oleh Tuhan. Kalau Tuhan itu baik,
maka segala ciptaannya juga baik. Dunia bukan
sumber kejahatan.
5. Mengakui dunia secara wajar berarti menghargai
dunia (dengan segala isinya) dan menghormati
pencipta-Nya. Masa depan dunia tidak ditentukan
oleh penghuni dunia saja, melainkan juga
pencipta-Nya.
SEKULARISME
(i) Sekularisme: ajaran atau ideologi yang
memutlakkan perkara duniawi. Pusat hidup
manusia adalah hal duniawi. Akibat dari
pemutlakan yang duniawi:
a) Hidup manusia dilihat semata-mata proses
kebaradaan di dunia ini.
b) Berbicara tentang masa depan di luar dunia
sekarang dianggap sia-sia karena tidak ada bukti
empiris.
c) Tuhan, sorga, neraka dan apapun yang di luar
dunia ini dianggap sebagai hal-hal yang tidak
relevan (tidak bersangkutpaut dengan hidup
manusia sekarang). Maka, muncul sikap
agnostik dan indiferen terhadap Tuhan.
Segala sesuatu diukur dari
1
PRAGMATISM
kegunaannya pada saat ini

1. Hidup enak dengan fasilitas yang melimpah


dijadikan simbol kemajuan hidup masa kini
2. Relasi dengan sesama dan alam (Tuhan)
dilihat sejauh menguntungkan/berguna
Orang
3. Mementingkan menghibur daripada mendidik
4. Mentalitas: mementingkan yang
enak/mudah/instant dari pada yang baik
DIPICU OLEH SPESIALISASI
2 ILMU-ILMU DENGAN
PARTIALISME
KEBENARAN YANG
DIHASILKAN

1. MEMENTINGKAN DATA-DATA MATERIAL-


EKSPERIMENTAL
2. MENGABAIKAN PANDANGAN KE ATAS
(KEBENARAN ILAHI)
3. KETERPECAHAN HIDUP-CARA PANDANG
SEMPIT
3 KEYAKINAN bahwa
Agnotisme manusia tidak akan mempu
menjangkau Tuhan
1. TUHAN DI LUAR JANGKAUAN
PENGETAHUAN MANUSIA: TIDAK
PERLU REPOT BERPIKIR TENTANG
TUHAN
2. TIDAK MENGAMBIL POSISI ATAU
KEYAKINAN TERTENTU TENTANG
TUHAN: MASA BODO
4 KEBENARAN ITU SUBYEKTIF,
RELATIVISME TIDAK ADA KEBENARAN
UNIVERSAL

1. Tidak ada ukuran tertingi tentang


kebenaran
2. Kebenaran itu tergantung siapa
yang berbicara
3. Semua kebenaran sama saja
5
SKEPTISME Tidak ada kebenaran mutlak

1. Kalau kebenaran mutlak tidak ada, maka harus


dikatakan bahwa tidak ada orang yang bisa
dikatakan bisa keliru secara mutlak.
2. tindakan (moral) hanya berlaku benar untuk
orang tertentu dan tidak mesti berlaku bagi
orang lain.
3. Ukuran aturan atau hukum bukan menyangkut
benar dan salahnya suatu hukum melainkan
cocok atau tidaknya hukum itu.
TUHAN AGAMA DAN PENGALAMAN
1. Tuhan itu dinamai Mahakuasa, Mahapencipta,
Mahabaik, Mahatahu, Maha.... Dalam pengalaman
hidup, ada bencana, penyakit, derita, kejahatan......
2. Kalau Allah ada, bagaimana mungkin dunia ini
buruk rupa? Bagaimana mungkin, dunia ini diatur
oleh kejahatan belaka? Percaya bahwa Allah
Mahabaik namun hidup dalam derita, bagi banyak
orang adalah hal yang tidak masuk akal.
3. Bagi Thomas Deman, kejahatan menjadikan atau
membuat banyak filosof dan teolog. Mereka adalah
orang-orang yang membenarkan Allah di tengah
derita manusia.
PARADOKS
1. Kalau Allah itu Mahapencipta dan
Mahasempurna, mengapa ia tidak menciptakan
yang sempurna saja?
2. Kalau Allah itu Mahabaik, mengapa ia
membiarkan kejahatan dan derita?
3. Jawaban pertama: kejahatan itu tidak ada,
khayal, maya, dan ilusi belaka (Hinduisme).
Jawaban kedua, Allah (kebaikan) dan allah
kejahatan adalah ada bersama-sama secara
abadi (Manikeisme). Ada yang menjawab: Allah
dan kejahatan adalah sama-sama ada yang
bersifat misteri (banyak agamawan dan teolog)
MENAMAI KEJAHATAN
1. Kejahatan adalah pengalaman. Selagi ada
manusia, kejahatan mulai ada.
2. Pertanyaan tentang kejahatan melekat
bersama dengan usaha mewujudkan
kebaikan.
3. Problem kejahatan dan kebaikan sulit
dijawab dari perspektif ordo essendi Allah.
Maka, langkah yang lebih riil adalah
memaknai ordo agendi Allah dalam
pengalaman manusia.
JENIS KEJAHATAN LEIBNIZ
1. Bagi Leibniz, ada tiga jenis kejahatan.
- Dari sisi moral, kejahatan disebabkan oleh
manusia dan disebut dosa, MENGANDAIKAN
adanya kebebasan.
- Kejahatan yang disebabkan oleh kekuatan di
luar manusia disebut bencana, penyakit
(kejahatan fisis).
- Kejahatan yang terkait dengan pengalaman
ketidaksempurnaan manusia (ciptaan) disebut
kejahatan metafisik.
MEMAKNAI KEJAHATAN: LEIBNIZ
1. Kejahatan dan kebaikan bukan entita realia (kenyataan),
melainkan entita rationis (kenyataan yang ada dalam
pemikiran, persepsi dan penapsiran manusia). Contoh,
ada orang yang disiksa atau tersiksa namun tetap bahagia.
Ada orang yang secara fisik tidak terluka, namun merasa
menderita (sakit).
2. Kebebasan MUTLAK juga hanyalah suatu perasaan belaka.
Manusia merupakan bagian dari alam. Kehendak manusia
juga dipengaruhi oleh alam. Kemungkinan untuk memilih
secara otonom tanpa terpengaruh tidak pernah ada.
3. Dunia kita ini adalah dunia yang paling mungkin ada.
Tidak ada kemungkinan yang lebih baik daripada dunia
nyata ini (dunia harus di bawah kualitas Allah,
Mahasempurnya).
MENAPSIRKAN KEJAHATAN
1. Schelling menanyakan bagaimana ada kejahatan di
samping Allah Mahasempurnya? Ia mengklasifikasikan 4
jawaban:
- Berdasarkan teori imanensi: segala yang ada tinggal dalam
Tuhan sehingga atau Tuhan mencipta kejahatan atau
kejahatan tidak ada.
- Teori konkursus (berjalan bersama): manusia selalu
ditolong Allah. Maka, Allah berrtanggungjawab atas
kejahatan.
- Teori dualisme religius (Allah dan kejahatan ada bersama)
- Teori emanasi: semua ciptaan berasal dari Allah.

Schelling hanya menegaskan bahwa 4 teori itu ada


kelemahannya dan tidak ada yang mampu memberi
jawaban paripurna.
PERSPEKTIF KRISTEN
1. AGUSTINUS: tentang kejahatan
(kekuarangan, kegelapan)
2. Ireneus: Teodice tidak akan mampu
mengungkap kejahatan dan juga Allah secara
mendalam. Kejahatan merupakan bagian dari
misteri kehidupan.
KARAKTER PANTEISME
1. Seluruh alam berciri ilahi.
2. Berciri religius, mengakui segala ikhwal
kehidupan ini bersangkut paut dengan Allah.
3. Tidak ada pembedaan jelas antara ciptaan
dan Sang Pencipta.
4. Seperti halnya dalam fil Yunani bahwa theos
bukan menunjuk pada pribadi melainkan
pada sifat ilahi. Theos berarti “yang ilahi”.
5. Apakah panteisme itu politheisme
PANTEISME ITU POLITEISME?
1. Seluruh alam ini ilahi, padahal alam itu plural.
Itu berarti matahari adalah ilahi, bumi ini ilahi,
manusia itu ilahi, binatang itu ilahi, dan setiap
ciptaan di alam ini ilahi.
2. Politeisme lebih menekankan kesatuan-
keutuhan semesta, bukan masing-masing
unsur semesta. Panteisme bukan politeisme.
3. Dalam perkembangannya, panteisme
menyembah satu Allah (yang menyatu dengan
alam) dengan nama berbeda-beda antara satu
bangsa dengan bangsa lain.
4. Panteisme sering disebut sebagai tahap akhir
dari politeisme.
PANTHEON
1. Dalam politeisme, sorga merupakan
pantheon, tempat para dewa.
2. Dalam panteisme, alam semesta
dimengerti sebagai pantheon. Sorga dan
dunia kehilangan hakikatnya masing-
masing dan melebur menjadi satu.
3. Panteisme tidak membedakan antara
Pencipta dan ciptaan. Kedua kata itu
kehilangan identitas masing-masing.
PANTEISME: KEYAKINAN DAN FILOSOFI
1. Panteisme merupakan sebuah keyakinan yang
dihidupi banyak kelompok masyarakat di Barat
dan Timur.
2. Umumnya, mereka lebih menghayati sebuah
tendensi panteistik dan bukan sebuah
sistematisasi teologi atau filosofi panteistik yang
jelas.
3. Ada banyak tokoh filsafat yang mengembangkan
sebuah sistem pemikiran bertendensi panteistik:
Plotinos, Scotus Eriegena, Giardino Bruno,
Spinoza, Hegel, A. Whitehead, dll.
MENGENAL BENTUK PRIMITIF/ASALI
AGAMA-AGAMA
1 Pilar agama: umat, ajaran tentang nilai-
spiritualitas, lembaga, kultis, tindakan sosial.
2 Apakah ada embrio agama sebelum ada
agama modern?
3. Seperti apa bentuk agama-agama tersebut?
BENTUK-BENTUK PRIMITIF
AGAMA
1. Istilah primitif menunjuk pada praksis
keagamaan yang belum mengenal baca-tulis
dan tidak berarti “rendah atau terbelakang”
dalam segala aspek. Primitif dalam
fenomenologi menunjuk pada gejala
kuantititatif dan bukan kualitatif.
2. Yang digolongkan bentuk agama primitif
diantaranya: animisme, animatisme,
totemisme, urmonoteisme, dan pemujaan
terhadap leluhur.
AGAMA ANIMISME MENURUT E.B. TAYLOR
1. Edward Burnett Taylor (1932-1917) menjelaskan
asal-usul agama dengan teori animisme.
2. Ia dikenal sebagai seorang antropolog
sosial/budaya (Research into the Early History of
Mandkind and the Development of Civilization,
Primitive Culture, 1871)
3. Taylor memperkenalkan kajian etnografi dan
etnologi.
4. Etnografi: deskripsi ilmiah atas masyarakat, budaya
dalam segala aspeknya (antropologi)
5. Etnologi: analisa ilmiah atas masyarakat, budaya
dalam segala aspeknya.
KETERTARIKAN E.B. TAYLOR
1. Taylor tertarik untuk mengeksplorasi segala
aktivitas, ide dan tradisi masyarakat yang
membentuk pengetahuan, kepercayaan, seni,
moralitas, bahasa, bahasa, hukum, adat,
legenda, mitas dan segala komponens sebagai
satu sistem yang kompleks.
2. Ia melihat kemiripan budaya-budaya di berbagai
tempat dalam hal kompleksitas dan kesatuan
sistem.
3. Di dalam setiap budaya termuat sejarah dan
kisah/sejarah kemajuan manusia..
INTI AGAMA MENURUT E.B. TAYLOR
1. Mempelajari mitos sangat penting untuk mengenali
asal-usul agama.
2. Mitos memuat ide-ide kehidupan masyarakat yang
bersifat evolutif. Masyarakat membahasakan ide-ide
dan pengalaman mereka dalam mitos.
3. Menganalisa mitos sangat membantu untuk
memahami asal-usul agama. Sepeti mitos, inti agama
adalah jiwa (anima), keyakinan adanya kekuatan di
balik kenyataan empiris.
4. Agama merupakan keyakinan terhadap sesuatu yang
spiritual. Roh dari agama adalah animisme (keyakinan
pada anima, roh). Ada keyakin bahwa di dalam diri
manusia dan benda-benda terdapat jiwa.
1. Animisme mrpk segala bentuk kepercayaan dlm
makhluk-makhluk berjiwa. Jiwa itu berciri
adikodrati – mengatasi alam kodrat yg
dipersonifikasi . Agama= respon dan upaya
manusia membahasakan pengalaman
supranatural.
2. Ide itu berasal dari pengalaman:
a. Keadaan lahir dan batin
b. Tidur – terjaga
c. Sakit-sehat
d. Hidup dan mati
e. Mimpi – penglihatan
Jiwa bisa meninggalkan badan, terpisah, dan pada
titik tertentu hanya ada Jiwa saja.
Animisme adalah kepercayaan pada Roh yg
Mahatinggi s/d roh halus, roh leluhur dan roh
dalam benda alami
1) Roh (manusiawi) yg berhubungan dengan
manusia (daya vitalnya, roh leluhur, roh jahat
dr yg meninggal tidak wajar)
2) Roh objek-objek alamiah, air terjun, batu,
pohon, dll.
3) Roh dlm kekuatan alam (angin etc)
4) Roh kelompok2 sosial, Dewa-i, malaikat,
setan
FENOMENA ANIMISME
1. Manusia berkomunikasi dng ROH-ROH itu supaya
terjamin hidupnya & terhindar dari marabahaya.
2. Agama yg lebih tinggi tdk percaya akan adanya
jiwa pada benda2 mati.
3. Sangat umum adanya kepercayaan thd benda2
suci: dahan atau akar yg diikat, ukiran dan benda2
lain yag mempunyai kekuatan shg sangat
dihormati, jimat (fetishes).
4. Benda-benda itu dipandang sebagai tempat
tinggal dewa atau roh/anima supranatural. Jadi
bukan semata objeknya yg disembah melainkan
kekuatan di dalamnya.
 Bagaimana gejala itu dijelaskan?

Ada paham bahwa jiwa ssd kematian:


1. Jiwa masih melayang-layang di atas bumi,
masih punya kepentingan, kadang-kadang
masih mengunjungi
2. Adanya metapsikosis (jiwa manusia masuk ke
yang lain) yang memasuki alam berbeda
(juga hewan dan benda)
3. Adanya kediaman istimewa, yakni surga
(alam sesudah kematian).
Pra-animisme atau Animatisme
1. Animatisme dipahami sebagai:
- Kepercayaan atau
- Teori untuk menjelaskan asal-usul historis
agama yg evolutif
2. Adanya suatu daya atau kekuatan supranatural
dalam hal tertentu, bersifat non pribadi (bukan
jiwa, roh atau setan): mana, (Polynesia)
wakenda, orenda, manitu (Indian), kami (Jepang)
Indian Amerika/Kanada:melalui penglihatan2
(vision)
Totemisme
1. Totem, Tatam, Dodaim: kata Ojibwa suku
Algokin USA.
2. Mrpk fenomena yg menunjuk kpd hubungan
organisasional khusus antara suatu suku
bangsa atau klan dan suatu spesies tertentu
dalam wilayah binatang atau tetumbuhan Sbg
pelindung, pemersatu.
3. E.Durkheim: lambang kesatuan suku: totem
menjadi suci hanya karena melambangkan
kesatuan sosial. Agama dari totemisme.
4. Carilah bentuk atau wujud totem!!!!
• Betulkah demikian?
• Tdk semua agama berasal dari totemisme.
• Kurang universal dibandingkan fenomena
agama
• Makna utama dari totemisme adalah adanya
kedekatan manusia dengan alam sekitarnya,
dengan lingkungannya, partisipasi dengan
totalitas kosmis.
Urmonoteisme
• Wilhelm Schmidt: percaya pada “yang sama
sekali lain/berbeda”: mula-mula ada
kepercayaan thd Yg Mahatinggi, mundur ke
jiwa-jiwa/binatang:
– ada monoteisme awal (Urmonoteisme) di suku-suku
Fuegi. Negrillo, Ruanda, ada “Superior Being”
– Ada perwahyuan primordial (uroffenbarung)

• Andrew Lang: suku sederhana spt di Afrika


Barat: ada high God, All Father, sebelum ada
pengaruh semit/barat
 Dalam semua agama hampir selalu ada
kepercayaan pada Yang Mahatinggi.
 Maka meski pendapat Schmidt dan Lang tidak
sepenuhnya benar, namun ada nilai positifnya.
 Dibedakan antara:
◦ Monoteisme eksplisit
◦ Monoteisme implisit

 Bahkan perlu dibedakan antara:


 Monoteisme praktis
 Monoteisme teoritis
Pemujaan terhadap Leluhur
Dibedakan kepercayaan pd roh leluhur antara:
1. Pemujaan thd roh leluhur yang didewakan
dalam suatu komunitas
2. Penghormatan thd roh leluhur yg tidak dide-
wakan, ttp punya kuasa dan kebutuhannya yg
masih harus dipenuhi.
Keduanya mengandaiakan bahwa roh leluhur
masih dapat campur tangan dlm kehidupan
manusia: perlu ditenangkan
• Paul Radin: pemujaan leluhur, langsung atau tdk
diasosiasikan dengan pemujaan roh dan dewa.
• Cina: paling kuno dan peran sangat penting untuk
bangsa/keluarga
• Jepang: lewat kematian manusia menjadi kami,
transenden ttp aktif: kami baik dan kami jahat.
• Pendek kata masuk pada komunitas mitis dng
ritus dan otoritasnya.
MAGI DALAM PANDANGAN J.G FRAZER

1. Definisi untuk menyamakan persepsi


2. Kesamaan dan perbedaan Magi dengan
agam
3. Berbagai pandangan tentang magi
4. Tipe Magi
5. Magi, ramalan, sihir, tenung
MAGI
Magi = upacara dan rumusan verbal yang mem-
proyeksikan hasrat manusia ke dunia luar atas dasar
keyakinan akan daya manusia untuk mengontrol
alam.
Keyakinan yang mendasari magi:
 Secara langsung , manusia dapat mempengaruhi
kekuatan alam dan antar mereka sendiri, entah untuk
tujuan baik atau buruk,
 Dengan usaha mereka sendiri, manusia mampu
memanipulasi daya-daya yang lebih tinggi.
 Manusia menguasai dan mengontrol daya-daya yang
tak kelihatan untuk kepentingan manusia.
Magi primitif dibagi dua: tiruan dan sentuhan.
1. Tiruan: didasarkan pada prinsip kesamaan dalam
bentuk ataupun proses. Contohnya, boneka
manusia, warna tertentu yang menyerupai
manusia.
2. Sentuhan: berdasar pada sentuhan fisik ataupun
penularan dan pengaruh magis mempunyai
dasarnya pada kontak fisik.
Seturut maksud ada magi putih dan magi hitam.
Umum bawa dunia terbagi dalam kekuatan-kekuatan
kawan dan lawan. Contoh magi putuh, kekuatan
untuk menolong kawan atau sesama. Contoh magi
hitam, kekuatan digunakan untuk mencederai
lawan.
1) TEORI FRAZER MENGENAI MAGI
 Magi tidak berkaitan dengan agama. Orientasi
magi ke arah roh, dewa atau hal lain yang
melampaui susunan alam atau komos fisik ini.
 Ahli magi tidak memohon, ttp menguasai alam
meski ada batasnya.
 Mereka lebih erat dengan ilmuwan daripada
agamawan. Bedanya, kosep magi ttg alam
keliru, supernaturalisme yang dipertentangkan
dengan hukum alam ilmiah.
Malinowski
 setuju: magi primitif sebagai pseudo ilmu.
Proses berdasarkan kepercayaan akan daya
impersonal: mana.
 Tidak setuju kalau magi dikatakan sebagai
pendahulu agama.
 Karena menurut Frazer agama apapun selalu
didahului magi: suatu pengenalan parsial yang
keliru terhadap dunia; daya kekuatan yang
melampaui manusia.
2) TEORI MAGI MALINOSWKI
Setuju dengan membedaan Frazer ttg magi dan
agama, ttp dengan perbandingan sbb:
a. Magi bersifat individual, sedangkan agama
lebih bersifat sosial;
 karena magi biasanya untuk memenuhi
maksud pribadi tertentu (penyihir)
 Agama biasanya diungkapkan dalam mitos
dan ritual yang mempunyai makna sosial dan
seluruh suku ambil bagian.
b. Magi bertujuan mencapai hubungna dengan daya
alam, manipulatif, mengontrol demi kepentingan
pribadi; sedangkan agama untuk menjalin
hubungan komunal dengan makhluk-makhluk
rohani, yang lebih daripada daya impersonal;
mohon pertolongan.
c. Magi berkenaan dengan dimensi instrumental
dalam hidup, sedangkan agama menekankan
dimensi ekspresif.
Margaret Murray menegaskan bahwamagi dan sihir
merupakan bagian integral dari kehidupan
budaya. Hal itu hanya dapat dipahami dalam
konteks sosial: ke-percayaan akan daya magis yang
membuat orang lebih berani dan produktif.
3) MAGI PRA-ANIMISME
Preuss: semua ungkapan religius primitif sebagai
emanasi asli mengenai magi; cirinya berusaha
untuk memperoleh tujuan melalui tindakan
langsung (dan gagal). Kepercayaan kepada daya
impersonal mendahului keperca-yaan pada dewa-i
yang dipersonifikasikan.
 Magi “memaksa” kuasa supranatural demi
kepentingan manusia
 Agama memohon kepada Tuhan yg
hadir/pemurah.
Bentuk-bentuk agama awal tidak selalu bersama
dengan magi. Imam religius tdk sama dengan
Shaman.
4) HUBUNGAN ANTARA MAGI DAN AGAMA
Harus dipertimbangkan bahwa pembedaan antara
magi dan agama bukan dalam arti semata-mata
atau garis tegas; krn agama juga dapat bersifat
individualis dan magi pun bisa bersifat sosial.
Pembedaan agama dan magi bisa dilihat dari
beberapa hal (Carl Gustav Diehl):
1. Sikap manusia (indivudualis atau sosial)
2. Hubungan dengan masyarakat (tertutup atau
terbuka)
3. Sarana (sarana manusiawi atau bertentangan
dengan nilai manusiawi)
4. Tujuan (kebaikan dan keluhuran martabat
manusia atau memerosotkan martabat manusia)
5) TIPE MAGI
Ada tiga tipe magi (Raymond Firth):
a. Magi produktif: kekuatan manusiawi itu untuk
menghasilkan sesuatu yang positif bagi hidup
manusia dan alam. Contohnya, menolong
sesama, menyembuhkan, menyeimbangkan
alam, dll.
b. Magi protektif: kekuatan manusiawi untuk
melindungi diri, sesama dan alam sekitar
c. Magi destruktif: Kekuatan manusiawi untuk
mengacaukan dan menghancurkan sesama dan
alam
Beberapa ciri khusus:
a. Ada suatu tujuan praktis yang pasti untuk
diperoleh
b. Ada pelaku manusia
Orang harus dalam kondisi dan pantang khusus
ketika mengerjakan magi yang terdiri dari 3
unsur:
- Ada alat atau obat-obatan
- Ada upacara
- Ada mantra
Afrika: daya magi ada pada alat/obat, beragam
dan unsur verbal sangat penting.
6. MENGAPA MAGI DIGUNAKAN?
Mengapa mereka praktikkan magi dan tidak
melihat kesalahan (Edward Taylor):
a) Sebagian efek magi memang terjadi (mungkin
karena kesungguhan dan obat)
b) Dalam kasus tertentu tipu muslihat dipakai
(meski umumnya percaya sungguh)
c) Kasus positif leboh berarti daripada yang
negatif
d) Ada kepercayaan akan magi balasan.
FUNGSI MAGI
Magi merupakan salah satu bentuk jawaban
terhadap kehidupan. Ada tiga jawaban, selain
magi:
a) Iman pada Tuhan yang murah hati
b) Ilmu, teori probabilitas
c) Atau fatalisme sederhana yang menolak ilmu
atau Tuhan.
Magi dalam agama secara hakiki bersifat sosial.
7. RAMALAN
Ramalan: usaha manusia untuk memperoleh
informasi mendatang dengan minta nasihat
kepada informan yang bukan manusia.
Metode:
 Cara ramalan mekanis (“kebetulan”)
 Lewat nujum dengan memakai kondisi yang
diasipakan (tingkah laku atau aspek tertentu
dari binatang)
 Tunjuk daya spiritual yang sifatnya setengah
manusia, perantara roh etc
8. SIHIR
Sihir dan teori penyakit. Konspirasi penyihir
dengan roh jahat yang :
- merusak peradaban manusia dan
- menyerang kesehatan orang-orang

8. TENUNG
Coba sakiti manusia, tidak mengubah spt penyihir,
tidak karena perjanjian dengan setan.
Dilakukan dengna sadar untuk melawan manusia
lain: malam hari paling berdaya.

Anda mungkin juga menyukai