Anda di halaman 1dari 112

TRITUNGGAL

ALLAH YANG ESA


SEKALIGUS TIGA
T
E I
S G
A A
INTRODUKSI
TERMINOLOGI

TRITUNGGAL TRINITAS
lebih lengkap karena menunjuk kpd 3 tanpa
indikasi kpd kesatuan
menyebut 3 dan
satu/tunggal/kesatuan
ada satu Allah yg benar
dan satu2nya tetapi di
dlm keesaan itu ada 3
WARFILD pribadi yg sama kekal,
sama hakekat dan
sepadan.

di dlm Tritunggal itu tak


ada yg lebih besar atau
AW Tozer lebih kecil tetapi ketiganya
setara, sama kekal.
Kesulitan doktrin AT
• Kesulitan teologis:
+ Alkitab menyatakan dgn jelas ttg essensi, sifat2, atribut dan karyaNya.
Ttg esensi dikatakan bhw Allah itu esa dan ada tiga pribadi yg
memiliki kualitas yg sama. Maka teologi hrs menyusun dasar2
teologis yg seimbang. Bagaimana membuatnya?

+ Kebenaran Tritunggal adlh kebenaran yg bersft dn berdasarkan wahyu


Allah yg khusus; bukan satu spekulasi tetapi adlh anugerah Allah yg
tk dpt dimengerti tetapi jg tak dpt ditolak. Kebenaran ini berasal dari
Sang Pencipta yg diterima oleh kta ciptaan. Dptkah ciptaan itu
memahami Sang Pencipta? Ada perbedaan kualitatif: kita ciptaan
besft jamak, terbatas; sedang Pencipta itu kekal dan tak terbatas.
Kebenaran itu mengenai Allah yang maha esa, Allah yg satu2nya dn
tak ada yg lain yg seperti Dia.
• Kesulitan filosofis: AT adlh satu misteri besar dan satu
teka/i intelektual yg sulit dipecahkan. Bagaimana
mungkin sesuatu itu sekaligus satu dan tiga. 1 + 1 = 1 ?
Karna itu ada pemikir Islam yg menyatakan agama xten
itu agama yg mempunyai konsep Allah yg monoteistis yg
kontra rasional.
John Locke membagi pengetahuan itu atas 3 :
I. Yg masuk akal (rasional): kebenaran yg dpt diuji dan
ditelusuri pikiran dn dpt diketahui lewat deduksi ilmiah
II. Yg tak masuk akal (kontra rasional): yg tk dpt
dipadukan dgn pikiran maupun dgn ide2 yg jelas dn
nyata
III. Yg supra-rasional: kebenaran yg tk dpt diperoleh dari
prinsip2 yg ada utk penget. rasional.
• Kesulitan empiris: di dlm pengalaman
manusia tak ada sesuatupun yg sebanding dgn
ketritunggalan dan keesaan dan keesaan
dalam ketritunggalan. Dlm pengalaman
manusia, tak ada 3 org yg secara struktur
adalah satu manusia. Tiap org itu unik dgn
kebebasan pribadinya. Tak ada satu yg dpt
dipakai sbg analogi.
SIKAP YANG DIBUTUHKAN
* Penghargaan yang tinggi * Sikap iman yg
thdp kemisterian dan mendahului * Sikap hormat bakti
keunikan Allah. Allah itu pengertian: kpdNya: Kebenaran
misterius dan unik. Ada sisi dlm pengenalan akan Allah yg melampaui akal
diriNya yang tdk dpt dijangkau Allah hanya terjadi man hrs menuntun man
pikiran man. K. Barth: Allah itu bila Allah kpd puji2an kpdNya. St.
bukan Allah seandainya Dia menyatakannya kpd Anselmus: bimbinglah
bukanlah Ia yg sama sekali lain, kita. Dlm keadaan yg aku mencari Engkau di
yg asing, dan tak terpahami. terbatas, man tk dpt dlm kerinduan, dan
Luther: Deus revelatu, Deus memahami yg tak merindukan Engkau di
abconditur (yg diwahyukan, yg terbatas. St. dlm mencari. Dogma AT
disembunyikan). De Milinos: Anselmus dlm fides itu tdk mrmrcahkan
man dpt menjunjung Allah lebih quarens intellectum rahasia hakekat Allah, tp
tinggi bila ia mengetahui bhw berkata: aku percaya mau mengajak man utk
Allah itu tdk dpt dimengerti dan spy aku mengerti, turut serta memuliakan
ada di luar jangkauan bukan aku mengerti Allah dgn lagu pujian.
pengertiannya. spy aku percaya.
Bab 1. Allah Tritunggal
menurut pewartaan Kitab Suci
1.1. KS Perjanjian Lama
a. Tahap awal. Sulit mendapatkan informasi yg lengkap karena buku PL berasal
dari berbagai tradisi dan lapisan historis, dan telah diolah serta dikoreksi
menurut pandangan yg berkembang, pd zaman yg jauh kemudian. Tp ada
fragmen2 tertentu yg berasal dari zaman tua itu. Menurut fragmen ini: para
bapa bgs hdp sbg pengembara dan menghormati dewa suku ( mengandaikan
ada banyak dewa namun menghormati satu dewa sbg pelindung suku; dn pd
saat lain menghormati juga dewa lain). Namun secara emosional terikat pd
dewa suku, pelindung khususnya: El, raja para dewa, bapa segala dewa dn
man, Pencipta dunia, yg berkuasa bersama isterinya Ashera. Dewa inilah yg
menjamin suku dan melindungi suku dan memberikan kesuburan, keturunan,
dll. kpd suku. Sbg El Shaddai, yg mahakuasa/dahsyat Ia menjamin kekuatan suku
dlm melawan bgs lain. Para bapa bgs tdk mengenal pesta menurut kalender,
tapi pd peristiwa2 penting dlm hdp (ms.kelahiran), mereka membawa korban
kpd dewa pelindung mereka ini. Man harus menjamin para dewa agar hdp
enak, shg seluruh kosmos teratur.
b. Asal usul Agama Yahwe. ‘Yahwe’  nama dari Allah pelindung,
yg pd milenium 2 BC dihormati di wilayah padang gurun dan
pegunungan antara laut mati dn laut merah, yg juga disebut Allah
dari Sinai. Para penyembah Yahwe mengenal Allahnya lewat
bencana alam yg dahsyat (gempa dst), yg dipercaya sbg allah yg
menggoncangkan hdp. Ia tdk terikat pd tempat tertentu karena
selalu menyertai umatNya yg mengembara. Ada pengembara yg
menghormati Yhw yg menetap di tanah yg subur, dan disitu mereka
berkenalan dgn para penyembah El, shg Yhw dihormati bersama El,
yang lama kelamaan mulai diidentikkan. Hal ini bisa dilihta dari
nama2 yg dipakai: ada unsur El (Daniel, Israel, Mikael, Gabriel, dll...)
dan ada unsur Yhw sprt Yoshua, Yosef, Yesus, dll...; ada juga
campuran keduanya: Elyah, Yoel. Ada ahli yang mengatakan bhw
pertemuan El dn Yhw ini terjadi sebelum exodus (hipotese). Pd
suatu wkt yg tdk diketahui, para penyembah Yhw masuk ke Mesir,
dimana mereka dipaksa utk kerja.
• Sekitar 1200 BC sekelompok kecil dari mereka melarikan
diri dan luput dari kejaran tentara Mesir. Perjuangan
mereka ditafsir sbg kerja Allah, shg Allah dilihat sbg
pembebas, pemberi hdp, dn memihak  kuasanya
melebihi dewa2 Mesir. Tahun 1100 BC, turunan dari
kelompok ini masuk ke Kanaan (yg feodal dgn rakyat yg
tertindas). Rakyat yg tertindas itu bersatu dgn para
penyembah Yhw lalu melawan penguasa feodal  shg
terjadi pengidentifikasian El dan Yhw dimana tempat
kudus Betel menjadi tempat utama utk kultus Yhw (Yhw
dihormati di Betel – pesta petani El jadi pesta Yhw jga. Dlm
konteks ini bisa dimengerti penetapan peraturan sosial dlm
dekalog dan kritik sosial para nabi abad 8 BC. Pd semua
tahap ini jelas belum ada monoteisme dlm agama Israel
meskip ada satu dewa yg dihormati sbg yg lebih tinggi dari
yg lain2.
c. Perkembangan
MONOTHEISME

H. VORGRIMLER
1. Ke arah monotheisme: perjuangan para
penyembah Yahwe untuk melawan allah Baal
 dimulai oleh nabi Elia (pem. Ahab – 874-
853) lalu dilanjutkan oleh elisa, yg menuntut
agar para peneyembah Baal dibinasakan –>
hanya Yahwe saja yg dihormati sbg Allah.
Gerakan ‘hanya Yahwe’ ini tak diketahui sebab
mengapa ia muncul dan mengapa berhasil.
2. Perjuangan nabi HOSEA – 740 BC: Orang Israel harus
menyembah/menghormati hanya Yahwe saja  semua allah lain
harus ditolak. Hubungan Yhw dgn Israel dilukiskan sbg hub. Suami –
isteri.

3. Pembaharuan ibadah oleh raja Hiskiya (728-699). Ular


tembaga di kebisah sejak zaman Musa – dibinasakan; di utara
perjuangan melawan kultus anak lembu. Pd masa ini, gerakan
hanya Yhwe telah juga smp ke lingkungan istana raja dan kenisah di
Yerusalem.

4. Ses thn 586 BC, dlm pembuangan di Babilon  monoteisme


menang dan menjadi pengakuan iman yg eksplisit (dlm sej.
Deuteronomis dan deutero-Yes) bhw Yhw adalah Allah satu2nya.
Peraturan sabbat, dekalog, dn UU bagi Israel Baru dirumuskan dgn
paham monoteisme sbg dasar.

5. Monoteisme berkembang kuat sejak pembuangan dst


d. Pengertian tentang Allah
• Kehendak etis absolut dan esa: nabi2 abad 8 BC (Amos,
Hos, Yes, Mikha) mengalami diri sbg pewarta kehendak
etis absolut yg berlaku dimana saja dan utk setiap org.
Dunia ini penuh dgn kesalahan dan rusak oleh keadaan
yg tdk berperikemanusiaan. Bila kehendak etis ini tdk
menang, maka dunia rusak. Kehendak etis ini adalah
Yahwe, dan dialami sbg Yang Esa. Pandangan ini
mengarah kpd anggapan bhw Yahwe itu Esa, yg berkuasa
atas manusia dimana saja (monoteisme). Maka Yahwe
yg menuntut ketaatan demi keselamatan man itu bukan
saja pelindung 1 kel man, bukan allah nasional/suku,
tetapi tuan atas bgs2.
• Allah yang tersembunyi: pengalaman pembuangan, derita dan
sengsara mendorong mereka utk refleksikan kembali ide allah
pelindung suku, andalan dlm kesulitan. Refleksi ini membawa
mereka kpd aspek baru yakni Allah tersembunyi, yg jauh, yg
sepertinya tidak mempedulikan nasib manusia (teolog2 yg
pikirannya dituangkan dlm kitab Ulangan, Deutero-yesaya,
pentateuch). Mereka tekankan Yhwe Allah satu2nya agar org tidak
beralih ke allah2 lain.

• Allah Pencipta: aspek baru yang dikembangkan kemudian


adlh Yhwe bukan hanya Allah yg Esa, tetapi juga Pencipta.
Semua yang lain adalah ciptaan (matahari, bulan, bintang yg
disembah sbg dewa). Penciptaan itu mencapai puncaknya
yakni penciptaan bgs Israel dn bgs2 lain yg dgnnya Yhwe
adakan perjanjian abadi utk menjamin kehidupan. Allah
tersembunyi, Pencipta  ini kemudian melahirkan ide Allah
yg transenden, atas alamiah.
• Allah itu bebas dan setia: pengalaman
pembuangan di Babel mengembangkan
teologi kontrak perjanjian dimana Allah tidak
bersikap menurut syarat2 sebuah kontrak
tetapi bebas dlm menanggapi sikaplaku jahat
manusia. Ia adalah Dia yang setia, kesetiaan
yang melampaui bayangan manusia. Ia
berbelaskasih secara bebas dan berdaulat.
Dan sejarah manusia yang ditandai dgn
kejahatan itu bukan kegiatan Allah.
e. Ciri-ciri Gambaran Allah PL

Setia,
Istimewa
berdaulat

Membebaskan,
memihak

Mencintai
Menghargai BAPA
man PENCIPTA
F. Gambaran P L tentang
TRITUNGGAL

a. Ada pernyataan2 yang mengarah ke


pribadi pertama dlm Tritunggal

Msl. Kej 1: 1: 1-2 : Allah menciptakan langit ....


Kej 19: 24 : Tuhan berfirman ..... mendaki
menghadap Tuhan
Ul 3: 24 : Allah manakah di langit .... Sprt
Engkau
Mzm 18: 32: siapakah Allah selain Tuhan
b. Ada pernyataan yang mengarah ke pribadi
kedua dlm Tritunggal.

Dlm PL, seringkali pribadi ini diungkapkan dlm rupa


malaikat, yang menampakkan diri kpd Hagar (Kej 16:7-
14: Aku akan membuat sgt banyak keturunanmu), kpd
Abraham (Kej 22:11-18: jangan bunuh anak itu sbb telah
Kuketahui sekarang bhw engkau takut akan Allah), kpd
Yakob (Kej 31:11-13: Akulah Allah yg di Betel itu), kpd
Musa (Kel 3: 2-5); kpd Israel (Kel 14:19), kpd Gideon (Hak
6: 11-12), kpd Elia ( 1Raj 19:5-7), kpd Daud ( 1Taw 21:15-
17). Malaikat ini bukanlah malaikat yg biasa krn ia
berfirman dgn otoritas dirinya sendiri, ia mau disembah
oleh orang, ia juga disebut Allah (Kej 16:13). Ini
mengarah ke pribadi kedua.
c. Ada pernyataan tentang pribadi
ketiga.

Pribadi ini sering disebut juga Roh Kudus atau


Roh Allah: Kej 1:1-2 – Roh Allah melayang-
layang; Kel 31: 1-3 – Kupenuhi dia dgn Roh
Allah; 1Sam 11:6 – berkuasalah Roh Allah atas
dia; Yes 63:10 – mendukakan Roh KudusNya
g. Kitab Suci PB

• Ajaran ttg Tritunggal tidak berasal dari sumber2


bukan kristiani, namun dlm mengembagkan ajaran
ini, Gereja menggunakan pola pemikiran tertentu yg
telah tersedia dlm lingkungan filosofis dan religius
tertentu agar dgn itu Gereja dapat memberi kejelasan
ttg imannya. Dlm PB tidak ditemukan ajaran tentang
Tritunggal, karena KS PB tidak bermaksud
memberikan ajaran ttg ini melainkan mau
memaklumkan ttg Allah. Namun akar2 ajaran ttg
Tritunggal ada dlm PB. Allah PB adalah Allah yang Esa.
a. Dlm PB kebenaran ini sangat jelas dan
sungguh ditekankan.
* Ada tiga pribadi yg sering disebut bersama.
Msl. Pembaptisan di Yordan (Mat 3:16-17);
atau pengutusan akhir (Mat 28: 19); 2 Kor
13:13 – kasih karunia Tuhan YK, kasih Allah,
persekutuan RK; 1 Kor 12:4-6 – ada rupa2
karunia tp 1 Roh; rupa2 pelayanan tp satu
Tuhan, ada pelbagai perbuatan ajaib tp satu
Allah; 1 Ptr 1: 2.3.- sesuai rencana Allah Bapa,
dikuduskan oleh roh, spy taat kpd YK; Why
1:4-5
• Ada tiga pribadi yg dinyatakan sbg Allah dan memiliki
kualitas ilahi yg sama.

b. Yesus Kristus dan gambaranNya ttg Allah.


• Allah dialami sbg Dia yg menantang manusia secara
tegas dan menuntut keputusan radikal (pengaruh Yoh
pembaptis), yg akan menentukan keberhasilan atau
kegagalan.
• Namun berbeda dgn Yoh Pemb. Yesus lebih menampilkan
Allah sbg cinta yang menerima dan merangkul (terutama
ketika Yesus berada di tengah masyarakat Galilea yg
miskin, dan menderita). Pertemuan dgn Allah itu sprt
sebuah perjamuan nikah/syukur karena telah
menemukan anak atau sesuatu yg hilang.
• Allah adalah Bapa yang baik (bukan hakim yg
mengganjar perbuatan manusia sbgmn gambaran masy.
Yhd umumnya). Bertumpu pd trad.Kebij para lawan Ys
menggambarkan Allah sbg pengganjar yg setimpal (hub
antara perbuatan dgn nasib), kesel. ditentukan oleh
perbuatan man. Berbeda dgn mereka ini Ys lebih
menekankan Allah sbg Bapa yg baik (perump. Ttg pekerja
di kebun anggur. Kebaikan Allah itu tdk terbatas, tanpa
syarat. Yg diminta dari man adalh kejujuran, keterbukaan,
asli, solider, dan saling menerima. Sejalan dgn trad PL Yss
juga menyatakan Allah yg memihak kaum miskin atau yg
diperlakukan tdk adil. Sbg utusan Allah Ia membawa
khabar gembira kpd yg miskin, lapar, dst.. (Luk 4:16-21:
7:18-23). Sikap Allah seperti ini diwartakan Ys lewat
seluruh gaya hidup, perhatian dan perbuatanNya, serta
Bab 2. Perkembangan
pandangan tentang AT, tinjauan
historis

Istilah Tritunggal dlm bhs Yun ‘Trias’ dipakai


pertama oleh Teofilus dari Antiokhia, sedangkan
dlm bhs Latin dipakai Trinitas, substantia,
persona  oleh Tertulianus.
2.1. Abad 1
(lingkungan Yahudi)

• Allah PB adlh Allah yang esa, sebagaimana dianut oleh agama Yahudi 
monoteisme Yahudi dan Kristen.
• Selain percaya kepada Allah/Yahwe (Allah Abraham/Isak/Yakob) orang
kristen juga percaya kepada YK. Berkat peristiwa Yesus dalam sejarah
manusia, maka kita diperkenalkan dgn peristiwa AT. Pendorong utama
iman ini adalah kebangkitan Yesus. Hanya dlm rangka kepercayaan akan
allah, Bapa maka pengalaman iman akan YK memperoleh bobot (Ia yg
bakgit itu dikenal sbg Allah – Rom 1:4). Dlm Yesus itu logos ilahi yg pd
mulanya bersama Allah menjelma. Dan pemahaman umat purba akan
YK dimungkinkan oleh RK. Bagi Paulus, Kristus yg dimuliakan dn Roh yg
berkarya dlm jemaat, hampir sama sprt dua hal yg tertindih tepat. Roh
hanya didekati melalui Kristus, dan Kristus hanya dpt didekati melalui
Roh.
• Krn itu RK tidak bisa disamakan saja dgn Bapa
atau dgn Putera. Dialah kehadiran Allah di dlm
manusia dan dlm Gereja, yg meneruskan karya
penebusan YK. Karena itu beberapa hal
mendasar yang dibawa Gereja sejak awal
adalah:
Allah itu Esa; Allah yang esa itu mewahyukan
diri dengan cara triganda sbg Bapa – Putera –
Roh Kudus; Sang Bapa dan Sang Putera tidak
dpt disamakan satu sama lain sedemikian
rupa shg perbedaan keduanya hilang.
2.2 Abad 2 - 5
2.2.1. Inkulturasi ke dalam dunia Helenis.

Perpindahan dari lingkungan


Palestina ke lingkungan yunani
 yg memungkinkan
inkulturasi (agar dpt
dimengerti). Bagi Israel, kebenaran Allah
Inkulturasi itu berakibat bhw itu diwahyukan dlm sejarah
cara bicara Alkitabiah yg konkrit Bagi orang yunani, kebenaran
diganti dgn konsep2 metafisis yg itu didaarkan pd tatanan
berpusat pd masalah mengada ontologis (hal mengada).
2. Gnositisisme ( 100-160 AD)
2.2.2. Unsur-unsur awal teologi AT
Basilides: tdk lgsg berbicara ttg AT ttp lebih
kpd fils Ketuhanan: Tuhan, Bapa yg tertinggi,
memiliki 7 macam gaya ketuhanan: nous
1. Yustinus martir ( ... – 160 AD )
(roh), logos (kalam), phronesia (pikiran),
sophia (hikmat), dynamika (gaya), dikaiosyn
Mengaitkan konsep AT dgn ide ttg
(keadilan) dan eirene (perdamaian). 7 Gaya
malaikat  Sang putera, sblm jadi
ini berkembang menjadi malaikat2 dlm 365
man, Ia adlh Allah yg menyerupai
gol yang menguasai tiap lapisan langit. Di
malaikat. Bapa mempunyai seorang
antara para malaikat itu adaTuhan orang Yhd
anak yg menjadi Firman. Fisrman ini
(PL) yg berkledudukan rendah, yg hanya
dlm rupa malaikat menampakkan diri
menghukum dgn keadilan. Tuhan orang
kpd Musa dan nabi2. Urutan
Kristen adlh Allah yg lebih tinggi yg nyatakan
penyembahan menurut Yustinus
kasih lewat mengutus PuteraNya utk
adalah: Allah Bapa – YK – Malaikat - RK
membebaskn man. Ia tdk bedakan Bapa dn
Anak
Pada akhir abad 2 – 3, ajaran ttg AT mulai
lebih jelas berkat jasa dari
Irenneus , tertulianus dan Origenes.

Malkion mirip dgn Basilides: Tuhan orang Yhd yg


terancam oleh kedatang YK akhirnya membunuh Yesus
di kayu salib. Tetapi sbg akibat dari itu Ia harus serahkan
semua orang yg percaya kpd salib Kristus itu. Hub. Bapa
dgn Anak jga tdk dibahas lebih dlm oleh Malkion. Ia
hanya menyatakan bhw Tuhan YK tdk memiliki tubuh
jasmani, dan hanya punya tubuh penampakan.
3. Ireneus (150 – 202)
Uskup Lion, teolog dn penulis arti heresi ini, dekat dgn Polikarpus
penentang Marcion.
• Ia menekankan ke-Esa-an Allah dgn ungkapan yg berbau
modalistis, meskipun perbedaan ketigaan ditekankan juga.
“Menurut ada dn kuasaNya, Allah itu pd hakekatnya esa….
Akan tetapi menurut peristiwa dn pelaksanaan penebusan
terdpt Bapa dan Putera”.
• Logos itu Allah yg menjelma jadi man utk mengembalikan man
kpd kekekalan (akibat dosa).
• Tritunggal: Gereja beriman kpd satu Allah dan Bapa, Pencipta
surga dan dunia; dan kpd YK Allah dn Tuhan kita yg menjadi
man utk kesel. Kta; Putera lahir dari Bapa sbglm sgala abad;
4. Tertullianus (155 – 202)
Memakai rumus2 tepat yg mengungkapkan baik ke-esa-an
pun ketigaan. Inilah sumbangan besarnya utk teologi ini
(Trinitas, substantia, persona)
• Dlm hakekat Allah yg satu, trdpt 3 pribadi, tetapi adanya
tiga pribadi bukan berarti Allah lebih dari satu. Demi sej.
Kesel. Diperlukan tiga pribadi. Ketiga pribadi ini berbeda
bukan dlm kondisi melainkan dlm derajat, bukan dlm
hakekat tetapi dlm bentuk, bukan dlm kuasa tp dlm rupa.
Allah itu satu dlm substansi namun tiga dlm persona.
• Kekurangannya: anak disubordinasikan pd Bapa, dn
analogi pohon dgn akar, cabang dan buah.
5. Hippolatus (354 – 430 AD)

• Ia mengakui kebenaran Tritunggal


• “Allah adlh seorang diri oleh dirinya sendiri.
Dia yang keberadaannya seorang diri telah
berada pula dlm kemajemukan yg terdiri atas
Bapa – Abak – Roh Kudus”.
6. Origenes ( abad 3 )
Ajarannya juga memberikan sumbangan utk gereja, meskipun mengandung masalah.
• Menurutnya, Allah itu esa, meski dlm penjelasannya ia lebih menonjolkan
perbedaan tiga pribadi. Bahkan hanya Bapa itu Allah. Nama Allah bisa dipakai utk
Putera dan RK, namun keilahianNya bersifat sekunder (diturunkan dari keilahian
Bapa, dan dari keilahian Putera). Allah melahirkan Putera dlm keabadian. Untuk
menunjuk ketiga pribadi ia gunakan kata “hypostasis” (keberdikarian individual).
Tapi ketiga pribadi itu bersatu sejauh memiliki kesatuan dan keselarasan
kehendak. Untuk kesatuan ini dipakai istilah “homo-ousios” (sehakekat).
• Istilah2 ini kemudian dipakai dlm dogma konsili tahun2 sesudahnya. Dlm usaha
membedakan ketigaan itu ia bahkan sampai menyebut bhw logos dan hikmat itu
ciptaan Bapa sejak kekal, tapi sekaligus menekankan bhw Bapa dan Putera itu
sehakekat. Menurutnya sebelum Allah menciptakan dunia ini, Allah menciptakan
dunia rohani dgn makhluk2 rohani yg ko-eternal dgn Allah sendiri (jadi objek)
Dunia sejarah baru diciptakan setelah makhluk rohani itu jatuh. Karna makhluk2
ini disubordinasikan pd Allah maka diperlukan mediator (Putera). Gagasan
penciptaan abadi. Maju ke dlm tiriitas imanen
7. Monarkhianisme
• Monarkhianisme dinamis (Theodatus – Byzantim – 210)
Yesus hanya manusia biasa yg diberi kekuatan khusus oleh
Roh Kudus. Oleh Roh Kudus itu Yesus lambat laun menjadi
sekehendak dgn Allah

• Monarkhianisme Modalistis: Tritunggal hanya manifestasi


Allah yang Esa. Di Barat disebut Patri-passionisme (Bapa
menderita bersama Anak), di Timur disebut Sabellianisme
(Tritunggal hanya pernyataan dan bukan sifat; Allah Bapa
adlh Pencipta dn pemberi hukum; Anak itu Allah
berinkarnasi, Roh Kudus adlh Allah yang mengerjakan
pembaharuan).
8. Arius (256-336)
• Prinsip Arius: Allah tidak diciptakan dan tidak
dilahirkan. Sebutan Allah itu hanya
diperuntukkan bagi Bapa. Kelahiran itu mengarah
ke kategori fisik, yg membuat Allah itu majemuk.
Dan itu mebuat logos tdk sungguh2 Allah, dan
hanya ciptaan Allah yg utama. Allah baru menjadi
Bapa ketika Ia menciptakan (Putera), dan Putera
pernah tidak ada (sbglm ciptaan). Sang Putera itu
Allah tp dianugerahkan kpdNya. Hanya Bapa saja
yg tak berawal dan tak berakhir.
9. Athanasius (uskup Alexandria, 295 – 373)
Bereaksi thdp pandangan Arius, Athanasius
menekankan bhw:
* Putera memiliki sifat, hakekat dan kekekalan
sprt esensi Bapa. RK juga sehakekat dgn Bapa
dan Putera. Diakuinya bhw dlm Allah ada tiga
hypostasis. Keilahian Putera identik dgn
keilahian Bapa. Bapa dan Putera itu satu tetapi
bukan sprt satu benda dibagi dua karena Bapa
itu Bapa dan bukan Putera, jug sebaliknya.
Bapa-Putera-RK itu sehakekat.
10. Konsili Nicea (325)

Percaya kepada Bapa, pencipta segala sesuatu


yg kelihatan dan tak kelihatan. Percaya kepada
YK, lahir dari Bapa, dari hakekat Bapa, Allah
dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari
Allah benar, dilahirkan dan bukan dijadikan,
sehakekat dgn Bapa. Percaya kepada Roh
Kudus, Allah.
11. Tiga Pujangga Kappadokia: Basilius,
Gregdorius Nyssa dan Gregorius Naziance.

Basilius adlh pendiri kel. Beriman; Gregorius Naziance adlh ahli


pidato, dan Gregorius Nyssa adlh pemikir dlm teologi spekulatif dan
mistik. Mereka inilah yg mengembangkan terminologi yg tepat dan
membedakan hakekat Allah yg umum dn pribadi individual yg
khusus, dimana sebelumnya istilah ‘ousios’ dan ‘hypostasis’ dipakai
secara campur aduk. Mereka gunakan n’ousios’ hanya utk
‘hakekat/esensi’ ilahi yg dimiliki bersama; sedangkan ‘hypostasis’
hanya utk eksistensi pribadi yg dimiliki masing2 diri ilahi. Ousios jadi
istilah bagi ke-Tuhan-an, dan ‘hypostasis’ bagi diri/persona. Ousia
utk hakekat Allah, hypostasis utk bentuk2 khusus yg diterima oleh
hakekat ilahi itu: Bapa-Putera-RK.
• Basilius: mengenakan “kebapaan” kpd Bapa,
“keputeraan” kpd Putera, dan
“pengudus/pengudusan” kpd Roh Kudus.
Perbedaan ketiganya diungkapkan dgn kata2
Bapa tidak dilahirkan, Putera dilahirkan, Roh
Kudus berasal. Lalu hubungan tiga pribadi satu
sama lain dan ciri khasnya digambarkan dgn
mengacu pd pekerjaan Allah:
- Bapa merupakan asas dan asal
- Putera melaksanakan
- Roh Kudus mengakhir pekerjaan itu
• Ketiga pujangga ini juga mengulas ketiga pribadi dari
perspektif soteriologis dgn argumentasi utama bhw
man tdk mendpt bagian dlm persekutuan Allah yg
menguduskan, bila Putera dan RK itu tidak sehakekat
dgn Bapa.
• Menurut mereka: hakekat ilahi yg tak terbatas itu
tdk dpt dipahami. Tetapi hakekat yg esa itu
mengembangkan diri dlm ketigaan (Bp-Pt-RK).
Hakaket yg ada dlm ketigaan ini dpt dipahami.
Ketiganya memiliki sifat2 hypostatis yg khas:
- Hypostasis Bapa: tidak dilahirkan krn sumber tanpa
sumber, sumber aterakhir
- Hypostasis Putera adalah dilahirkan
• Ketiga hypostasis itu tdk boleh dipkirkan sbg
tiga manusia krn man itu meski punya hakekat
yg sama namun tiap orang memiliki ciri dan
sifat yg digabungkan dlm dan disatukan oleh
suatu kesadaran individual msg orang. Dalam
Allah, masing2 hypostasis atau pribadi, tidak
memiliki banyak ciri khas, melainkan hanya
satu ciri khas. Ciri khas yang satu ini tidak
memisahkan melainkan dlm membedakan itu
ciri yg satu justru menghubungkan mereka
satu sama lain.
• Dalam ketigaan Allah, masing2 hypostasis/pribadi
tidak memiliki banyak ciri khas melainkan hanya
satu ciri khas. Ciri khas yg satu ini tdk memisahkan
mereka melainkan dlm membedakan mereka, ciri yg
satu itu justru menghubungkan mereka satu sama
lain. Oleh karena itu kekhasan individual tidak
membentuk tiga subjek yg terpisah.
• Berkat pembedaan yg seksama seperti ini dan
berkat pembatasan istilah ‘ousia’ dan ‘hypostasis’,
ketiga pujangga Kappadokia ini memungkinkan
suatu teologi Tritunggal, yg mempertahankan baik
kesatuan pun perbedaan ilahi. Misteri yg samar2 di
dlm KS, kini dirumuskan dgn lebih jelas.
3.4. Ajaran AT dari konsili Konstantinopel
dan pasca konsili
(a). Konsili Konstantinopel (381) – menyelesaikan kontroversi yg
lahir setelah konsili Nicea. Konsili mengambil syahadat Nicea
sambil menambahkan ajaran ttg RK.
* Percaya akan satu Allah, Bapa maha kuasa, pencipta langit dn
bumi dan segala sesuatu yg kelihatan dan tak kelihatan. Dan
akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal, lahir
dari Bapa sblm sgl abad, terang dari terang …….. Dilahirkan
bukan dijadikan, sehakekat dgn Bapa….. Turun dari surga
untuk kita dan keselamatan kita, menjadi daging oleh Roh
Kudus dari perawan Maria dan menjadi man. Disalibkan pd
masa Pontius Pilatus……………. Dan akan RK, Ia Tuhan yang
menghidupkan dan dimuliakan. Ia bersabda dgn
pengantaraan para nabi………
(b). Teologi AT pasca Konstantinopel.
1. Agustinus (354-430). Refleksi bagus dlm ‘de Trinitate’
Ia sgt menekankan ke-esa-an Allah dn tdk setuju dgn bbrp penjelasan 3 pujangga
Kappadokia ttg ‘ousi’ dan ‘hypostasis’ yg kelihatan lebih tekankan perbedaan
ketigaan.
• Trinitas imanen: Trinitas itu satu Allah, dn bukan tiga. Allah yg esa ini tdk
berhenti menjadi tunggal karena Ia Tritunggal. Segala kesempurnaan yg
diakui ada padaNya (keagungan, kebaikan, keabadian, dll..) itu menyatu dgn
esensiNya sendiri; semua kesempurnaan itu melekat pdNya, bukan
ditambahkan. Allah itu agung oleh keagunganNya sendiri, sempurna secara
mutlak. Allah yg esa ini memiliki satu kodrat, satu keallahan, satu kemuliaan,
satu kehendak, satu kegiatan. Tidak ada kegiatan yg hanya melibatkan Bapa
saja atau Putera atau RK saja.
• Terhadap alam dunia, Allah (ketigaan) itu merupakan ‘unum principium’
(asas). Karya2 Allah tdk dpt dipisah-pisahkan sejauh menyangkut segi luar,
maksudnya ketiga pribadi selalu bekerja dlm harmoni.
• Ketiga Diri Allah: Agustinus tidak suka dgn kata
‘diri’/persona/prosopon. Ia lebih suka memakai
paham ‘relatio’ (karena ketigaan yg dsbt pribadi itu
bukan sesuatu yg berbeda dlm dirinya, melainkan
hanya berbeda dlm relasi satu sama lain dan thdp
dunia). Maka paham relasi baik utk menyatakan
kehidupan batin Allah (inter trinitas Bp-Pt-RK)
maupun dlm hub dgn alam ciptaan. Bila kita
menyatakan ‘Allah itu baik, sempurna, maha kuasa
 maka kata2 ini menunjuk kpd Allh dlm kesatuan/
keesaanNya (bukan menunjuk kpd Bp – atau Put –
atau RK). Sebutan2 Bapa-Putera-RK adlh sebutan
relatif, sbb bukan setiap mereka itu Bapa dlm dirinya
sendiri tapi dlm relasi dgn Putra.
• Pernyataan bhw Allh itu Bapa, dlm arti primer, hanya
dpt dikatakan ttg Bapa saja, bukan ttg Allah Tritunggal
dlm kesatuanNya  memang dlm arti sekunder bisa
saja disebut dlm hub dgn ciptaan = Allah Tritunggal
dpt disapa Bapa dlm hub dgn ciptaan. Tapi tdk mgkn
menyebut Putera utk ketiganya dlm kaitan dgn
ciptaan. RK adlh pemberian timbal balik antara Bapa
dan Putera, persekutuan tak terperikan.
• Agustinus juga menggunakan kata “substantia” utk
Allah: Allah merupakan substansi ilahi yang esa. Pd
Allah hanya ada sifat2 yg identik dgn hakekatNya.
Maka ketigaan dlm Allah tdk dpt dimengerti sbg
‘acidens’. Ketiganya itu relasi, realasi yg besft abadi,
bukan acidens (Aristoteles: ditambahkan pd hakekat).
• Dari kekal sampai kekal Allah itu bukan hanya Bapa saja, melainkan
Allah Tritunggal yg maha Esa, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Konsep
pribadi dpt menjurus ke triteistis. Dlm diriNya sendiri, Allah itu tak
terkatakan.

• Trinitas Ekonomis: titik tolaknya pd iman Gereja (KS dn tradisi / konsili).


Menurut iman: Bapa – Putera – Roh Kudus itu sehakekat dan sederajat
 keesaan ilahi, dn bukan tiga Allah. Bapa – Putera – Roh Kudus juga
adalah pribadi2 sendiri karena Bapa melahirkan, dan Roh Kudus itu roh
Bapa dan Putera. Iman Gereja sprt ini terwujud dlm sej. Kesel.  sbb
bukan Trintitas yg menjelma jadi man, tp hanya Putera; bukan Trinitas
yg turun dlm rupa burung merpati ketika pembaptisan, melainkan RK.
Dan bukan Trinitas yg wkt pembaptisan menegaskan: inilah PuteraKu,
kepadanya Aku berkenan. Bapa-Putera-RK bertindak tdk terpisahkan.

• Pandangan Agust ini sgt luas: hdp ilahi yg berlangsung dlm diri Allah
sendiri, diperluas masuk ke dlm dunia ciptaan, khususnya penciptaan
man, sej. penebusan, dan pengudusan org beriman dan dlm Gereja.
2. Anselmus dari Canterbury
Ia mengembangkan pandangan Agustinus.
• Sebelum segala sesuatu Allah sudah berpikir dan berbicara dalam diriNya
sendiri. Berpikir dan berbicara dlama diri sendiri ini tdk berbeda dgn
hakekat Allah melainkan identik dgn hakekatNya itu. Bila Allah berbicara,
Ia tidak menyampaikan banyak informasi melainkan hanya mengucapkan
satu Sabda, dlmnya substansi tertinggi itu mengungkapkan diri. Karena
itu Sabda yg satu itu dpt dipandang sbg Putera Tunggal dari substansi
tertinggi. Substansi tertingi dan Sabda itu saling mencintai. Cinta itu
berasal dari keduanya, dan cinta itu tidak lebih kecil dpd substansi
tertinggi itu. Karena cinta itu menghubungkan Bapa dan Putera, maka ia
tdk bisa dipikirkan sbg diperanak melainkan sbg berasal dari Bapa dan
Putera. Seturut hakekatnya, cinta itu sama dgn Bapa dan Putera, maka
cinta itu sama dgn Allah, Ia adlh Allah. Dlm why cinta ini disbt RK.
3. Ajaran Skolastik  AT

• Hakekat Allah itu ditentukan sbg ‘ens a se’


(hakekat Allah berada dlm dirinya sendiri dn
karena dirinya sendiri). Maka hakekat itu
bersifat absolut. Dgn demikian, hakekat Allah
secara fundamental berbeda dari segala
keberadaan lain, karena keberadaan semua yg
lain yg bukan Allah itu merupakan ‘ens ab alio’
(keberadaannya bergantung pd keberadaan yg
lain).
• Keberadaan Allah sbg keberadaan yg absolut,
jauh berbeda dari yg lain. Sbg ‘ens a se’, hakekat
Allah itu memiliki dasar keberadaanNya di dlm
diriNya sendiri; Ia merupakan ‘ipsum esse’
(keberadaan itu sendiri). Kaum skolastik
menyebut kesempurnaan absolut itu ‘actus
purus’  berdasarkan ajaran Aristoteles ttg
‘potentia’ dn ‘actus’, yg menyatakan bhw Allah
itu tak terbatas oleh potentia apapun. Dlm diri
Allah, segala sesuatu aktual, terlaksanaka
secara penuh. Karena kepenuhan dan
kesempurnaan itu tdk dpt digandakan maka
‘actus purus’ itu hanya satu.
Sifat Allah yg berkaitan dgn
keberadaanNya: Sifat-sifat yg menyangkut
• Absolut tak terbatas dn tindakan Allah:
sempurna
• Esa, dan secara absolut • Ttg pengertian:
sederhana/murni
mahatahu
• Absolut benar (jujur, setia)
• Absolut indah/mulia
• Kehendak: absolut
• Merupakan substansi
absolut bebas, mmahakuasa,
• Rohani
adil dan
berbelaskasihan.
• Tak berubah, abadi
• Hadir dimana-mana
3.5. Masa Reformasi
1. Martin Luther (1483-1546) 2. Yohanes Calvin (1509-
Menerima doktrin Tritunggal 1564). Ia juga berpegang
sesuai konsep ortodoks seraya teguh pd rumusan
menambahkan bhw hanya dgn ortodoks sambil
iman kita dpt memahami menekankan bhw
doktrin ini. persona adlh satu hal
berdiri sendiri di dlm
kelimpahan ilahi, yg satu
berbeda
3. Feustus Sosinus (1539-1604). Agak dgn Arianisme,
mirip dgn yg lain krnia
katakan: YK hanyalah man biasa. RKsifat2
hanyanya yg khas
kekuatan/pengaruh.
Hanya ada satu zat ilahi saja dan satu pribadi.
3.6. Pasca Reformasi
1. I. Kant (1724-1804) dan Hegel (1770-1831)
Keduanya menolak ajaran ortodoksi sprt dlm
Nicea dan Konstantinopel, dan lebih
cenderung ke Monarkhianisme dinamis.
Hegel: Allah Bapa adlh Allah dlm dirinya
sendiri, Allah Putera adlh Allah yg
mengobjektifkan diri, dan Allah Roh Kudus
adlh Allah yg kembali kpd diriNya sendiri.
2. Soren Kierkegaard (1813- 3. K. Barth (1892-
1855): 1971):
kekkristenan adlh
paradoks yg absolut. Tetapi
Allah Bapa adlh yang
paradoks itu hanya berlaku
mewahyukan, Allah
utk kita manusia krn kita
Putera adlh wahyu itu
berada dlm ruang dn
sendiri; dan Allah roh
waktu tanpa roh murni.
Kudus adlh yang
Bagi Allah tdk ada
terwahyukan. Jadi: Allah
kontradiksi dan paradoks.
mewahyukan diri
Yg ada hanyalah kebenaran
sendiri, Ia adlh whyu,
bhw Allah sungguh2
dan Ia juga adlh isi dari
menjadi daging di dlm YK.
wahyu itu.
5. J. Moltmannn (1926 - ….)

Allah adlh AT. Ia bukan Allah solo,


melainkan Bapa, Putera dn Roh
Kudus. Allah sbg Bapa adlh yg
4. Paul Tillich (1886- transenden; Allah sbg Putera
1965) adlh Allah yg imanen (dlm
dunia), dan Allah Roh Kudus
adlh Allah yg mendahului yg
Menolak konsep Tritunggal membuka masa depan. Allah
karena doktrin itu hasil Bapaadlh Dia yg ada di atas kita;
kerja manusia untuk Allah Putera adlh Allah di tengah
memenuhi kebutuhannya. kita; Allah RK adlh Allah yg
berada di depan kita. Allah adlh
Dia yg bukan Cuma satu tapi tiga
yang satu. Ia adalah Allah yg
sosial dan bukan otoriter.
Bab 4. Allah Tritunggal dlm Perspektif
Masa Kini
(Nico den Bok)

Dlm disertasinya “Communicating The Most


High” (Univ.Utrecht) ia bertanya: Apakah Allah
Tritunggal itu satu pribadi ataukah
persekutuan tiga pribadi? Atas pertanyaan ini
ia menggolongkan tiga kelompok teolog:
Trinitarianisme
Monopersonal
(Barth dan Rahner)

Posisi Tengah Trinitarianisme


Sosial
(Schoonenberg (Moltmann dan
dan Balthasar) Pannenberg)
1. Trinitarianisme Monopersonal
(K. Barth, Karl Rahner)
• Menurut keduanya ketiga pribadi dlm tradisi Gereja itu tdk sama
dgn tiga pribadi/diri dlm arti modern. Bila kita menyamakan
keduanya maka kita jatuh ke dlm triteisme.
• Barth: AT tdk dpt terdiri dari 3 pribadi/ kepribadian atau 3 subjek.
Allah hanya mempunyai satu “aku”, satu kehendak, satu wajah, satu
sabda, satu karya/aksi. Ia satu Tuhan. Menurut Barth kata ‘persona’
yg dipakai Gereja berbeda artinya dgn pribadi dlm arti modern. Kata
‘pribadi’  mnrtnya mengacu kpd Allah yg esa, yg merupakan zat
berpikir, berkehendak dan bertindak, yg kebebasannya tiada
taranya. Allah itu satu pribadi dlm tiga cara berada. Cara berada yg
rangkap tiga ini berkaitan dgn pewahyuan diriNya yg bercorak
trinitaris, sejauh Allah sendiri adlh pewahyu, diwahyukan, dan
keterwahyuan.
• Maksudnya: Allah yang merupakan sumber
pewahyuan yg personal (Bapa) juga merupakan
baik hasil obkjektif maupun hasil subjektif dari
pewahyuan itu; di dalam sejarah, Allah
mewahyukan diriNya kpd makhluk insani (sbg
Yesus Kristus), dan di dalam hati kaum beriman
Ia membuat mereka menerima kehadiranNya
(sbg Roh Kudus). Ketiga cara berada ini
dilatarbelakangi oleh keberadaanNya yang
batiniah. Dalam waktu, Ia menyatakan apa
hakekat Allah itu sejak kekal (Bapa-Putera-Roh
Kudus).
Rahner: seperti Barth, ia berpendapat bhw ketiga ‘persona’ tdk
dpt dipandang sbg tiga pribadi dlm arti modern. Di dlm Allah
tdk ada lebih dari satu subjektivitas, satu pusat kegiatan rohani,
satu kebebasan dan satu kehendak. Namun istilah ‘pribadi’ ada
juga referensinya dlm kenyataan ilahi; bhw pd hakekatnya Allah
yg satu itu terbuka kpd pribadi2 non-ilahi. Sebagai subjek yg
mutlak. AT memberikan diri kpd subjek yg terbatas yakitu man.
Apa yg tiga di dlm Allah disbtnya ‘cara bersubsistensi yg terpilah’,
cara Ia berkomunikasi dgn ciptaanNya. Cara bersubsistensi
rengkap tiga ini bukan baru terjadi dlm hub dg sejarah
keselamatan tetapi betul termasuk keberadaan Allah yg
imanen, karena secara imanen Allah itu komunikatif, maka
mungkin sekali utk pemberian diri. Tindakan Allah yg rangkap
tiga ii bersesuaian dgn hakekatNya yg triganda. Maka Trinitas
ekonomis adalah Trinitas imanen, juga sebaliknya.
2. Posisi Tengah
( P. Schoonenberg dan H.v.Balthasar)

Memakai paham “pribadi” dlm arti modern yaitu subjek yg mampu akan
tindakan, keputusan dan menyadari diri yg tak tergantikan

• Schoonenberg: pribadi ilahi yg satu itu menjadi antara pribadi dgn bergerak
menuju makhluk2 insani. ‘Pribadi’ bila dikenakan pada Allah, berlaku utk Allah
yg disbt ‘Bapa’; sedangkan sang Putera dan Roh Kudus, hanya secara ekonomis
saja menjadi pribadi, berkat pergerakan diri Allah menuju manusia. Walau
secara imanen tdpt satu pribadi dgn dua pancara (yakni Sabda dan Roh)
namun secara ekonomis (sejak inkarnasi) tdpt interpersonalitas yg sungguh2.
Dkl, pribadi Bapa mempribadikan SabdaNya menjadi Putera (dlm YK), dan
rohNya menjadi Roh Putera. Dgn demikian Bapa mempribadikan diriNya
sendiri. Proses pergerakan diri Allah ini bersifat abadi dan dikehendakiNya dgn
bebas. Proses ini berlangsung dlm hakekat Allah karena diri Allah sendirilah yg
dipribadikanNya dlm kontak dgn makhluk ciptaanNya.
Von Balthasar: seorang makhluk insani dpt menjadi seorang
‘pribadi’ (person) dgn memperoleh suatu derajat/martabat yg
melebihi individualitas dan subjektivitas mental yg
menghindarkannya dari jatuh ke dlm individualisme dan
kolektivisme, dlm animalisme, rasionalisme atau
voluntarisme.

Martabat ini dijelaskan dgn dua cara:


+ secara kristologis dan antropologis, orang menjadi pribadi
karena diutus seluruhnya 9oleh Bapa). Makhluk2 insani akan
menjadi pribadi sejauh mereka membiarkan diri diutus (dgn
menjadi sprt Kristus: kristiani)
+ dlm teologi Trinitas, ‘pribadi’ didefinisikan sbg diri yg secara
sempurna menyangkal diri terdiri dari kasih murni yg
memberikan segala sesuatu kpd orang lain.
3. Trinitarianisme Sosial
( J. Moltmann, W. Pannenberg)
• Maksud istilah: di dalam Allah terdapat persekutuan (communio,
communicatio) dari Bapa, Putera dan Roh Kudus sbg tiga pribadi atau
subjek dlm arti penuh yaitu sbg tiga pusat cintakasih, kehendak,
pengetahuan dan tindakan berencana yg terpilah-pilah sedemikian
rupa. Ketiga pribadi ilahi ini berhubung-hubungan satu sama lain dgn
cara yg bersifat analog dgn hubungan antara para anggota suatu
badan sosial yg terdiri dari tiga makhluk insani.
• Para penganut sosial ini menekankan bhw yg membuat seorang
‘person’ itu menjadi person adalah relasinya dgn pribadi lain, dan bhw
dlm hal ini pribadi insani telah dibentuk menurut contoh pribadi2
Allah Tritunggal, sbb Trinitas merupakan perwujudan paling sempurna
dari prinsip ‘aku menjadi aku berkat engkau’ (M. Buber). Banyak ahli
dlm 3 dasawarsa terakhir lebih condong ke model sosial ini.
J. Moltmann : sejarah Trinitas merupakan sejarah
tiga subjek dlm hub. persekutuan satu sama lain.
Keesaan Allah itu bukan sbg identitas satu subjek yg
tunggal melainkan sbg persatuan tiga priadi, suatu
komunitas. Untuk Trinitas yg bertindak dlm sej.
keselamatan makin jelas kelihatan tiga subjek yg
saling berhubungan secara intim. Memang ada
ketegangan antara pribadi2 ekonomis yg dilukiskan
dlm istilah yg ckp modern dgn pribadi2 imanen yg
dilukiskan dgn cara tradisional. Proses2 imanen dlm
Trinitas bersfat adikodrati, kekal dan niscaya;
sedangkan perutusan ekonomis bsft sukarela,
temporal, bebas.
W. Pannenberg: kalau hubungan Trinitas antara
Bapa, Putera dan roh Kudus itu berupa
diferensiasi timbal balik, hubungan itu tdk dpt
diartikan sbg cuma cara berada yg berlainan saja
dari subjek ilahi yg tunggal, tetapi hanya dpt
dimengerti sbg proses kehidupan dari tiga pusat
kehidupan yg independen. Bapa, Putera dan Roh
Kudus adlh tiga penamaan dari satu medan dan
kekuatan yg diidentifikasikan sbg cintakasih. Daya
cintalah yg mendorong pribadi2 utk keluar dari
diri sendiri bgt rupa shg mereka menghayati
hidupnya bukan dari diri mereka sendiri menuju
yg lain, tetapi dari yg lain menuju diri mereka
sendiri.
• Tiap pribadi menerima dirinya dari yang lain.
Seperti pribadi insani, pribadi ilahipun
mempunyai kodrat yg ‘ekstetis’ artinya
mempunyai dirinya dlm pribadi yg lain. Ini
berarti, dlm memperoleh diri itu, kodrat yg
temporat dlm fragmentaris kiranya dpt
dilampaui, tetapi juga hrs ada distingsi antara
‘aku’ dan ‘diri’ di dlm Bapa, dlm termonologi
trinitaris, antara ‘subjek’ dgn ‘haketiap pribadi
sbg seorang ‘aku’ menerima dirinya berkat yg
lain. Proses memberi dan menerima ini terjadi di
dlm hakekat Allah yg abadi, diteruskan dlm waktu
dlm sejarah allah dan manusia.
Bab 5. Rakuman untuk
sebuah pemahaman dasar
• Tritunggal adlh misteri paling fundamental dlm
agama kristen. Dlm KS PL misteri ini sdh nampak
sbg misteri absolut. Allah terutama adlh SABDA
yg di dlmnya Ia hadir secara aktif, dan juga ROH
yang memampukan orang mengerti bhw Allah
merevelasikan diri dan memberi diri utk
manusia. Namun revelasi Allah itu blm terjadi
dlm cara yg historis. Di dlm PB, Allah yg misterius
itu merevelasikan diri sbg Allah yg hadir dan
berkarya secara konkrit di tengah manusia.
Satu Allah berada
dlm 3 diri yg satu
hakekat, satu wujud,
satu kodrat
tunggal;sama abadi,
mahakuasa; berbeda
satu sama lain,
namun sehakekat;
Tunggal dlm hakekat
Mysterium tp berbeda.
absolutum
Yg tak dpt
diketahui tanpa
REVELASI.
Mgisterium Setelah
revelasipun tdk
sepenuhnya
dipahami.
Dasar inilah yg merupakan dasar ajaran
xten, dan merupakan alasan bhw dlm trad.
Yhd xten, Allah hrs digambarkan sbg yg
bebas dan bertindak seturut kehendakNya.;
Allah yg melindungi/memelihara tp juga
menuntut tgjwb dari man.

Pangkal ajaran xten ttg AT adlh pengal. Umat Israel yg percaya kpd
satu Allah, tempat mereka berlindung dn merasa aman. Dan iman
patriarkal menyapa Allah dgn Bapa.
Mereka berceritera ttg pengal. Allah yg mengambil insiatif tertentu utk
mengarahkan sejarahnya, yg melindungi dan membimbing, tp jga bisa
marah dan menghukum; bagaimana Allah bertindak di tengah dunia
dan sej. Man. Dg membatalkan hukum alam dan mengadakan tanda2
agung yg mengejutkan. Tapi makin lama mereka alami bhw Allah itu
makin jauh, tak dpt ditemui, yg diungkapkannya dgn doa2 yg berisi
keluhan, seruan2, dll..
• Dan sudah sejak zaman PL juga, pewarisan trad. ini mulai
diambil alih oleh ahli2 yg berpendidikan khusus. Rakyat
biasa menghidupi trad lewat liturgi dan doa2, namun
refleksi ttg gambaran Allah dan penjelasan kpd org luar
dipercayakan kpd para ahli itu. Dlm penjelasan itu,
mereka menggunakan gagasan dari luar agar bisa
dimengerti. Maka muncul pelbagai teori, teologi, suatu
pembicaraan ttg Allah. Dan setelah zaman PB, ketika
Gereja perdana bertemu/masuk ke dlm duia helenis,
terbentuklah sebuah ajaran xten ttg Allah, yg di satu
pihak mempertahankan kesaksian para leluhur ttg Allah
yg hdp dan dialaminya, namun di lain pihak menjelaskan
gambaran ttg Allah dgn gunakan gagasan yunani ttg Allah
yg ilahi dan hakekatNya.
• Dan pimpinan Gereja akan berikan reaksi bila
gambaran tertentu diragukan atau
mengancam ajarannya. Reaksi ini dituangkan
dlm cara pikir fils Yun. Lama kelamaan
terbentuklah ajaran resmi ttg Allah Esa dan
Tritunggal. Dan usaha2 menggambarkan
gambaran xten secara teologis hrs
memperhatikan bagaimana terbentuknya
gambaran itu yg tdpt dlm syahadat2, di
samping hrs menjelaskan arti yg benar dari
rumusan2 resmi itu seturut maksud aslinya.
Traktat kita mulai
dgn gambaran KS
mengenai Allah
Tritunggal, iman para Dan refleksi ttg Allah yg Esa dan Tritunggal
leluhur ttg Allah, lalu ini, tdk pernah selesai. Karena itu org tdk bisa
refleksi atas pengal. merasa puas saja dgn mempelajari apa yg
Dlm terang konsili2, diajarkan oleh otoritas Gereja dan para
Diteruskan dgn usaha2 teolog, tp harus menghadapi pelbagai
teologis sepanjang kesulitan khususnya zaman ini, dan mencari
sejarah utk jalan bagaimana ia bisa berbicara ttg Allah
memperdalam dan sedemikian shg org dibantu dlm hdp
memperjelas. imannya. Satu tantangan dewasa ini dtg dari
pandangan sekular ttg dunia, yg merasa asing
dgn pengalaman Allah zaman dahulu dimana
orang mendengar suara, mengalami
campurtangan langsung dari allah, lewat
gejalah alam, dst…
Mengalami Allah sbg DIA yg jauh,
tersembunyi, diam dan tdk menjawab
Banyak orang seruannya; atau Dia yg sulit dimengerti.
dewasa ini Pengalaman ini tentu akan bertentangan dgn
(masy. Industri kepercayaan total dilaksanakan YK dan
dan teknologi) dituntut dari para muridNya: menjadi sprt
anak kecil yg menyerahkan segalanya pd
penyelenggaraan

Orang dewasa ini merasa bhw mereka harus membantu diri


dan menangani kepentingannya sendiri; tapi juga ada jg yg mau
pegang teguh pd Allah, meski dihantui oleh pengalaman
kesulitan . Mereka mencari Allah, yg menurut pengakuan iman
xten benar2 mendekati man dn terlibat dlm perjuangan mereka.
Mereka berharap agar Allah itu sungguh2 mengenal man dari
dlm dn bisa membantunya utk mengerti diri sendiri dgn baik.
Mereka merasa sama sekali tdk dibantu oleh gambaran Yunani
xten ttg Allah Esa dan Tritunggal, yg abstra dn tak berubah.
• Di Asia org xten ditantang dgn kehadiran agama2 lein
dgn gambarannya ttg Allah yg berbeda dgn mereka.
Apakah mereka menghormati Allah yg lain dari kita?
Kalau kita unya Allah yg sama, apakah kita miliki
gambaran ttg Allah yg sederajat dgn gambaran
mereka? Ataukah kita punya gambaran yg lebih
unggul?

• Kesulitan lain: gambaran yg ada dlm ajaran Gereja


dgn teologi yg ada, dgn gambaran populer banyak
umat ttg allah dlm penghayatan agama sehari-hari.
Dlm situasi ini, kita harus berbicara ttg allah yg Esa
dan tritunggal.
5.1. Pengenalan akan Allah

Apakah manusia dgn akal budinya


dpt sampai kpd pengenalan akan Allah
dan pengertian yg benar ttg Allah?

Tapi bila akal budi dari dirinya sendiri


Pengertian yg benar, tepat tdk mgkn mengenal Allah maka wahyu
dan real ttg Allah hanya tdpt kehilangan ciri undangn personal dan bebas
di dlm why lewat KS. Maka yg menuntut jawab bebas dn brtgjwb
mengenal Allah hanya mgkn secara rasional. Bila semuanya bergantung
lewat iman dari Allah dn wahyu maka ini menghapus
( pdpt trad. Greja Calvin dlm martabat yg benar dr man dan why
K. Barth dan murid2, dan juga tdk lagi bersifat dialog, sapaan dan jawaban.
pemikir2 katolik yg
mendukung pd abd 19.)
• Satu arus yg masih jauh lebih umum dan kuat pd
abd 19 persis berttg dgn fideisme tadi yg
menggantungkan semuanya pd iman. Pandangan
ini menyangkal setiap kemungkinan adanya
pengertian/pengetahuan religius. Pd abd 19 org
sudah mulai berminat pd ilmu2 pasti yg sedang
berkembang. Dlm konteks ini org mulai berpdt
bhw pengertian yg benar dn pasti, pengetahuan
yg dpt diandalkan hanya dpt diperoleh lewat
metode2 analitis dari ilmu paspal. Oki
pengetahuan religius dilihat sbg khayalan saja.
Maka ttg allah tdk mgkn memperoleh
pengetahuan yg benar.
• Melawan kedua arus ini (tradisionalisme/
fideisme dan agnostisisme) konsili Vat I
mengajarkan bhw terang alamiah akal budi
bisa dgn pst menyimpulkan Alah bertolak dari
dunia kelihatan. Ajaran ini memiliki dasar jga
dlm beberapa teks KS (Kebij 13:1-9; Rm 1:18-
21; Kis 17: 22-30).

• Baru kemudian para reformatores meragukan


apakah ses. Dosa, daya pikir dan daya tanggap
man msh kuat utk memperoleh pengertian
benar ttg Allah.
• Menurut gagasan baru dlm teologi katolik,
‘kodrat alamiah’ hanya sebuah gagasan
• Bagi cara pikir yg berpusat bantu, suatu hipotesis. Supaya kita dpt
pd sej.kes., tdk tll sulit memikirkan sifat hadiah dari komunikasi diri
menyelesaikan problem ini. Allah, kita butuh gagasan ‘natura/kodrat
Cara pikir ini bisa alamiah’ sbg gagasan bantu walau natura itu
membedakan kemungkinan dn
kenyataan. Vat I hanya bicara
tdk ada dlm kenyataan. Karena dlm kenyataan
ttg kemungkinan yg pd Allah itu memanggil dan menyapa man dgn
dasarnya diberikan Allah kpd rahmatNya, dan setiap man hanya mencapai
kodrat man, kpd terang tujuan eksistensinya bila I menerima
alamiah akal budi utk komunikasi diri Allah dan menjawabnya
mengenal allah. Tapi blm pst,
secara positif. Gagasan terang alamiah itu tdk
kemungkinan itu menjadi
kenyataan. Bisa jadi de facto, hanya merupakan terang alamiah belaka yg
daya alamiah dan atas alamiah semata bergantung dari daya man, mlainkan
ini memungkinkan man ditopang oleh rahmat Allah shg pengenalan
mengenal Allah dg sifat2Nya akan Allah jadi mgkn, dn menjadi pengertian
yg abstrak, sedangkan
dan pengatuan juga. Maka setiap pemikiran
pengenalan yg terang dan
terinci baru mgkn lewat man ttg Allah, sungguh sekaligus pengertian
wahyu dalam KS (pandangan yg diperoleh man dan dimungkinak oleh
Neo-skolastik) wahyu, suatu tindakan Allah yg
mengkomunikasikan diri.
• Dalam tradisi katolik, kemungkinan utk mengerti Allah yg dimaksud ini,
tertuang dlm bentuk pembuktian atau pernyataan Allah lewat deduksi
logis. Cara dan argumen yg dipakai dlm tradisi utk menyatakan adanya
Allah adlh:

Argumen tua dari fils stoa yg dikembagkan Cicero yg bertolak dari


kesepakatan segala bangsa: ‘ karena segala bangsa sepakat dlm
keyakinan bhw Allah ada, maka dpt disimpulkan bhw keyakinan itu
sesuai dgn kenyataan dan sungguh benarlah bhw Allah berada.’
Argumen ini tidak mendefiniskan Allah sbg yg terbesar yg dpt dipikirkan,
melainkan sbg yg lebih besar dpd segala sesuatu yg dpt dipikrikan. Dgn
demikian Allah melampaui daya pikir man. Maka Allah dilihat sbg
gagasan batas, yaitu dia yg ada di luar daya tangkap man. Dgn demikian
argumen Anselmus bisa menjadi jembatan kpd teologi negativa ( Allah
bisa dimengerti dgn lebi mendalam, bila segala keterbatasan dan
ketaksempurnaan yg bisa dipikirkan itu, dikeluarkan dari gambar dan
konsep ttg Allah). Dgn cara pikir ini maka transendensi absolut dan
kenyataan bhw Allah tdk bisa dipkirkandimengerti, jadi nyata. Disinilah
letak keterbatasan kemampuan bahasa manusia utk bicara ttg Allah.
• Agustinus berargumentasi: “kenyataan bhw
kebenaran dan norma2 dasariah berlaku secara
universal (pada segala waktu dan di setiap tempat).
Ini hanya mungkin kalau kebenaran dan norma
dasariah itu berakar di dlm sebuah kebenaran dan
norma yang sungguh real, dan itu adalah allah”.

• Thomas Aquinas: hal kontingen itu hanya dpt


berada kalau berakar dlm dan berasal dari sesuatu
yg absolut, keberadaan absolut. Keberadaan
absolut itu yg dpt kita simpulkan secara logis dgn
bertolak dari dunia kontingen, lazimnya disebut
Allah.
• Anselmus dari Canterbury:
- Allah itu lebih besar dari segala sesuatu yg dpt dipkirkan.
Atau tak mungkin memikirkan sesuatu yg lebih besar dari
Allah.
Allah hanya berada dlm pikiran, bukan dlm kenyataan. Berada
dlm kenyataan itu lebih besar dpd hanya berada dlm
pikiran.
Sudah pasti Alah berada dlm pikiran manusia. Dan ia juga
berada dlm kenyataan.

• Descartes: “secara mutak Allah memiliki segala


kesempurnaan. Berada merupakan kesempurnaan, maka
allah berada”.
Semua argumentasi tadi tidak membuktikan Allah tetapi
hanya mau mengatakan bhw adanya Allah itu sgt sesuai
dgn akal budi manusia.
5.2. Berbicara tentang Allah.

Karena kemampuan manusia utk berbicara ttg Allah


sedemikian terbatas, maka teologi menyatakan bhw
segala pembicaraan ttg itu bersifat analog. Artinya satu
istilah mengalami perubahan arti yg esensial tanpa
kehilangan kesatuan isi bila dipakai utk dua jenis
perbedaan berbeda. Pembicaraan teologi dgn
menggunakan analogi ini merupakan usaha utk
memikirkan hubungan antara yg terbatas dan tak
terbatas atas cara sedemikian shg tidak perlu
diandaikan suatu hubungan mutlak di satu pihak atau
suatu keterpisahan mutlak tanpa hubungan apa2 di lain
pihak.
• Ajaran ttg analogi ini terutama dikembangkan
Thomas Aquinas, dan sdh dlm konsili Lateran (th
1215) ajaran ini digunakan secara resmi dlm sebuah
penetapan konsili yg berbunyi: “tdk mgkn
menyatakan sesuatu kemiripan antara pencipta dan
ciptaan, yg tdk sekaligus mengandung suatu
perbedaan yg lebih besar”. Inilah kebenaran yg
seringkali tdk ckp disadari baik dlm teologi pun dlm
pewartaan grejani. Kita harus tahu bhw apa saja yg
kita katakan ttg Allah, tdk betul2 sesuai dgn
kenyataan allah itu sendiri, selalu hanya sedikit mirip
saja atau secara analog benar. Setiap pernyataan ttg
Allah hanya bisa kita buat kalau kita sekaligus sadar
bhw apa yg kita katakan itu jauh dari memadai.
5.3. Pentingnya Wahyu
Wahyu disini tidak boleh dipahami sbg suara dari
langit, dgnnya Allah memberikan informasi
tentang diriNya. Wahyu bisa kita bayangkan sbg
kerelaan Allah utk menyertai dan menopang
manusia dlm usaha mencari dan mengenal
Allah. Alah menyertai manusia di dalam usaha
itu sedemikian rupa shg man di satu pihak
memperoleh suatu pengertian yg benar
mengenai siapa Allah bagi dirinya, tetapi di pihak
lain tetap bebas utk mengambil keputusan
positif atau negatif thdp man dgn menyertainya
secara efektif.
• . Dan Allah mendekati man sedemikian shg
kebebasan man tdk dihapus, melainkan man
tetap harus dan bisa mengambil keputusan
positif, tetapi di pihak lain, ketidak jelasan
masih cukup besar, shg memungkinkan man
menambil keputusan negatif. Maka
ketersembunyian Allah tidak dihapus dalam
wahyu, sebaliknya Allah justru menjadi nyata
sbg dia yg tetap tersembunyi bagi kita. Bhw
dlm wahyu kristen, Allah menjadi nyata sbg
Dia yg disalibkan, justru mempertajam misteri
Allah yg tak dpt dibongkar bagi kita.
5.4. Bantuan teologi dan
Magisterium.
• Ireneus: Menurut ada dn kuasaNya, Allah itu pd hakekatnya esa…. akan
tetapi menurut peristiwa dn pelaksanaan penebusan terdpt Bapa,
Putera dan Roh Kudus.
Gereja beriman kpd satu Allah dan Bapa, Pencipta surga dan dunia; dan
kpd YK Allah dn Tuhan kita yg menjadi man utk kesel. kta; Putera lahir
dari Bapa sblm sgl abad; dan dalam RK yg diwaratakan melalui para nabi.

* Tertullianus: Dlm hakekat Allah yg satu, trdpt 3 pribadi, tetapi adanya


tiga pribadi bukan berarti Allah lebih dari satu. Demi sej. kesel.
diperlukan tiga pribadi. Ketiga pribadi ini berbeda bukan dlm kondisi
melainkan dlm derajat, bukan dlm hakekat tetapi dlm bentuk, bukan dlm
kuasa tp dlm rupa. Allah itu satu dlm substansi namun tiga dlm persona.
(Orang pertama yg gunakan terminologi: substantia, persona, trinitas)
• Origenes:
Allah itu Esa. Allah melahirkan Putera dlm
keabadian. Untuk menunjuk ketiga pribadi ia
gunakan kata “hypostasis” (keberdikarian
individual). Ketiga pribadi itu bersatu sejauh
memiliki kesatuan dan keselarasan kehendak.
Untuk kesatuan ini dipakai istilah “homo-
ousios” (sehakekat).
• Athanasius: menekankan bhw:
Putera memiliki sifat, hakekat dan kekekalan
sprt esensi Bapa. RK juga sehakekat dgn Bapa
dan Putera. Dlm Allah ada tiga hypostasis.
Keilahian Putera identik dgn keilahian Bapa.
Bapa dan Putera itu satu tetapi bukan sprt
satu benda dibagi dua karena Bapa itu Bapa,
dan bukan Putera, jug sebaliknya. Bapa-
Putera-RK itu sehakekat.
• Konsili Nicea:

Percaya kepada Bapa, pencipta segala sesuatu


yg kelihatan dan tak kelihatan. Percaya kepada
YK, lahir dari Bapa, dari hakekat Bapa, Allah
dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari
Allah benar, dilahirkan dan bukan dijadikan,
sehakekat dgn Bapa. Percaya kepada Roh
Kudus, Allah.
• Tiga Pujangga Kappadokia:

menggunakan terminologi yg tepat yg


membedakan hakekat Allah yg umum dn pribadi
individual yg khusus: ‘ousios’ dan ‘hypostasis’.
Istilah ’ousios’ hanya utk ‘hakekat/esensi’ ilahi yg
dimiliki bersama; sedangkan ‘hypostasis’ hanya
utk eksistensi pribadi yg dimiliki masing2 diri
ilahi. ‘Ousios’ untuk ke-Tuhan-an, dan
‘hypostasis’ utk diri/persona. ‘Ousia’ utk hakekat
Allah, ‘hypostasis’ utk bentuk2 khusus yg
diterima oleh hakekat ilahi itu: Bapa-Putera-RK.
• Basilius: mengenakan “kebapaan” kpd Bapa,
“keputeraan” kpd Putera, dan
“pengudus/pengudusan” kpd Roh Kudus.
Perbedaan ketiganya diungkapkan dgn kata2 Bapa
tidak dilahirkan, Putera dilahirkan, Roh Kudus
berasal.

Dan hubungan tiga pribadi satu sama lain dan ciri


khasnya digambarkan dgn mengacu pd pekerjaan
Allah:
- Bapa merupakan asas dan asal
- Putera melaksanakan
- Roh Kudus mengakhir pekerjaan itu
Menurut ketiganya: hakekat ilahi yg tak
terbatas itu tdk dpt dipahami. Tetapi hakekat
yg esa itu mengembangkan diri dlm ketigaan
(Bp-Pt-RK). Hakaket yg ada dlm ketigaan ini
dpt dipahami.

Ketiganya memiliki sifat2 hypostatis yg khas:


- Hypostasis Bapa: tidak dilahirkan krn sumber
tanpa sumber, sumber aterakhir
- Hypostasis Putera adalah dilahirkan
- Hypostasis RK adlh dihembuskan.
Ketiga hypostasis itu tdk boleh dipikirkan sbg
tiga manusia krn man itu meski punya hakekat
yg sama namun tiap orang memiliki ciri dan
sifat yg digabungkan dlm dan disatukan oleh
suatu kesadaran individual msg orang. Dalam
Allah, masing2 hypostasis atau pribadi, tidak
memiliki banyak ciri khas, melainkan hanya
satu ciri khas. Ciri khas yang satu ini tidak
memisahkan melainkan dlm membedakan itu
ciri yg satu justru menghubungkan mereka
satu sama lain.
Dalam ketigaan Allah, masing2 hypostasis/pribadi tidak
memiliki banyak ciri khas melainkan hanya satu ciri
khas. Ciri khas yg satu ini tdk memisahkan mereka
melainkan dlm membedakan mereka, ciri yg satu itu
justru menghubungkan mereka satu sama lain. Oleh
karena itu kekhasan individual tidak membentuk tiga
subjek yg terpisah.

Berkat pembedaan yg seksama seperti ini dan berkat


pembatasan istilah ‘ousia’ dan ‘hypostasis’, ketiga
pujangga Kappadokia ini memungkinkan suatu
teologi Tritunggal, yg mempertahankan baik
kesatuan pun perbedaan ilahi. Misteri yg samar2 di
dlm KS, kini dirumuskan dgn lebih jelas.
• Konsili Konstantinopel (381) – menyelesaikan
kontroversi yg lahir setelah konsili Nicea. Konsili mengambil
syahadat Nicea sambil menambahkan ajaran ttg RK.

Percaya akan satu Allah, Bapa maha kuasa, pencipta langit


dn bumi dan segala sesuatu yg kelihatan dan tak kelihatan.
Dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang
tunggal, lahir dari Bapa sblm sgl abad, terang dari terang
…….. Dilahirkan bukan dijadikan, sehakekat dgn Bapa…..
Turun dari surga untuk kita dan keselamatan kita, menjadi
daging oleh Roh Kudus dari perawan Maria dan menjadi
man. Disalibkan pd masa Pontius Pilatus……………. Dan akan
RK, Ia Tuhan yang menghidupkan dan dimuliakan. Ia
bersabda dgn pengantaraan para nabi………
• Agustinus: memakai paham ‘relatio’, karena
ketigaan yg dsbt pribadi itu bukan sesuatu yg
berbeda dlm dirinya, melainkan hanya berbeda dlm
relasi satu sama lain dan thdp dunia; paham relasi
ini menyatakan baik utk kehidupan batin Allah (inter
trinitas Bp-Pt-RK) pun dlm hub dgn alam ciptaan.
Bila kita menyatakan ‘Allah itu baik, sempurna,
maha kuasa  maka kata2 ini menunjuk kpd Allh
dlm kesatuan/ keesaanNya (bukan menunjuk kpd
Bp – atau Put – atau RK). Sebutan2 Bapa-Putera-RK
adlh sebutan relatif, sbb bukan setiap mereka itu
Bapa dlm dirinya sendiri tapi dlm relasi dgn Putra.
* Trinitas imanen: Pernyataan bhw Allh itu Bapa, dlm
arti primer, hanya dpt dikatakan ttg Bapa saja,
bukan ttg AT dlm kesatuanNya  memang dlm arti
sekunder bisa saja disebut dlm hub dgn ciptaan =
Allah Tritunggal dpt disapa Bapa dlm hub dgn
ciptaan.
Ia juga menggunakan kata “substantia” utk Allah:
Allah merupakan substansi ilahi yang esa. Pd Allah
hanya ada sifat2 yg identik dgn hakekatNya. Maka
ketigaan dlm Allah tdk dpt dimengerti sbg ‘acidens’.
Ketiganya itu relasi, realasi yg besft abadi, bukan
acidens (Aristoteles: ditambahkan pd hakekat).
• Trinitas Ekonomis:
bertitik tolak dr iman Gereja (KS dn tradisi / konsili).
Menurut iman: Bapa – Putera – Roh Kudus itu
sehakekat dan sederajat (keesaan ilahi, dn bukan tiga
Allah). Tetapi Bapa – Putera – Roh Kudus juga adalah
pribadi2 sendiri karena Bapa melahirkan, dan Roh
Kudus itu roh Bapa dan Putera. Iman Gereja sprt ini
terwujud dlm sej. kesel.  sbb bukan Trintitas yg
menjelma jadi man, tp hanya Putera; bukan Trinitas yg
turun dlm rupa burung merpati ketika pembaptisan,
melainkan RK. Dan bukan Trinitas yg wkt pembaptisan
menegaskan: inilah PuteraKu, kepadanya Aku
berkenan. Bapa-Putera-RK bertindak tdk terpisahkan.
Anselmus Canterbury:

Sebelum segala sesuatu, Allah sudah berpikir dan berbicara


dalam diriNya sendiri. Berpikir dan berbicara dlm diri sendiri ini
tdk berbeda dgn hakekat Allah melainkan identik dgn
hakekatNya itu. Bila Allah berbicara, Ia tidak menyampaikan
banyak informasi melainkan hanya mengucapkan satu Sabda,
dlmnya substansi tertinggi itu mengungkapkan diri. Karena itu
Sabda yg satu itu dpt dipandang sbg Putera Tunggal dari
substansi tertinggi. Substansi tertingi dan Sabda itu saling
mencintai. Cinta itu berasal dari keduanya, dan cinta itu tidak
lebih kecil dpd substansi tertinggi itu. Karena cinta itu
menghubungkan Bapa dan Putera, maka ia tdk bisa dipikirkan
sbg diperanak melainkan sbg berasal dari Bapa dan Putera.
Seturut hakekatnya, cinta itu sama dgn Bapa dan Putera, maka
cinta itu sama dgn Allah, Ia adlh Allah. Dlm why cinta ini disbt
RK.
• Skolastik: Hakekat Allah itu ‘ens a se’ (hakekat Allah
berada dlm dirinya sendiri dn karena dirinya sendiri).
Hakekat itu bersifat absolut, dan secara fundamental
berbeda dari segala keberadaan lain, karena keberadaan
semua yg lain yg bukan Allah itu merupakan ‘ens ab alio’
(keberadaannya bergantung pd keberadaan yg lain).

Keberadaan Allah sbg keberadaan yg absolut, jauh berbeda


dari yg lain. Sbg ‘ens a se’, hakekat Allah itu memiliki dasar
keberadaanNya di dlm diriNya sendiri; Ia merupakan
‘ipsum esse’ (keberadaan itu sendiri); kesempurnaan
absolut itu ‘actus purus’; dlm diri Allah, segala sesuatu
aktual, terlaksanaka secara penuh. Karena kepenuhan dan
kesempurnaan itu tdk dpt digandakan maka ‘actus purus’
itu hanya satu.
Trinitas dlm
perspektif
Trinitarianisme
Monopersonal
Masa kini
(Barth dan Rahner)

Posisi Tengah Trinitarianisme


Sosial
(Schoonenberg (Moltmann dan
dan Balthasar) Pannenberg)
T. Mono personal
• Ketiga pribadi dlm tradisi Gereja itu tdk sama dgn tiga pribadi/diri dlm arti modern.
Bila kita menyamakan keduanya maka kita jatuh ke dlm triteisme. AT tdk dpt terdiri
dari 3 pribadi/ kepribadian atau 3 subjek. Allah hanya mempunyai satu “aku”, satu
kehendak, satu wajah, satu sabda, satu karya/aksi. Ia satu Tuhan. Kata ‘pribadi’ 
mengacu kpd Allah yg esa, yg merupakan zat berpikir, berkehendak dan bertindak,
yg kebebasannya tiada taranya. Allah itu satu pribadi dlm tiga cara berada. Cara
berada yg rangkap tiga ini berkaitan dgn pewahyuan diriNya yg bercorak trinitaris,
sejauh Allah sendiri adlh pewahyu, diwahyukan, dan keterwahyuan (K. Barth).
Di dlm Allah tdk ada lebih dari satu subjektivitas, satu pusat kegiatan rohani, satu
kebebasan dan satu kehendak. Pd hakekatnya Allah yg satu itu terbuka kpd
pribadi2 non-ilahi. Sebagai subjek yg mutlak. AT memberikan diri kpd subjek yg
terbatas yaitu man. Apa yg tiga di dlm Allah disbt ‘cara bersubsistensi yg terpilah’,
cara Ia berkomunikasi dgn ciptaanNya. Cara bersubsistensi rengkap tiga ini bukan
baru terjadi dlm hub dg sejarah keselamatan tetapi betul termasuk keberadaan
Allah yg imanen, karena secara imanen Allah itu komunikatif, maka mungkin sekali
utk pemberian diri. Tindakan Allah yg rangkap tiga ii bersesuaian dgn hakekatNya
yg triganda. Maka Trinitas ekonomis adalah Trinitas imanen, juga sebaliknya
(Rahner)
T. Sosial
• Di dalam Allah terdapat persekutuan (communio, communicatio) dari Bapa, Putera dan Roh
Kudus sbg tiga pribadi atau subjek dlm arti penuh yaitu sbg tiga pusat cintakasih, kehendak,
pengetahuan dan tindakan berencana yg terpilah-pilah sedemikian rupa. Ketiga pribadi ilahi
ini berhubung-hubungan satu sama lain dgn cara yg bersifat analog dgn hubungan antara
para anggota suatu badan sosial yg terdiri dari tiga makhluk insani.

• Keesaan Allah itu bukan sbg identitas satu subjek yg tunggal melainkan sbg persatuan tiga
priadi, suatu komunitas. Untuk Trinitas yg bertindak dlm sej. keselamatan makin jelas
kelihatan tiga subjek yg saling berhubungan secara intim. Memang ada ketegangan antara
pribadi2 ekonomis yg dilukiskan dlm istilah yg ckp modern dgn pribadi2 imanen yg
dilukiskan dgn cara tradisional. Proses2 imanen dlm Trinitas bersfat adikodrati, kekal dan
niscaya; sedangkan perutusan ekonomis bsft sukarela, temporal, bebas (Moltmann)

• Kalau hubungan Trinitas antara Bapa, Putera dan roh Kudus itu berupa diferensiasi timbal
balik, hubungan itu tdk dpt diartikan sbg cuma cara berada yg berlainan saja dari subjek
ilahi yg tunggal, tetapi hanya dpt dimengerti sbg proses kehidupan dari tiga pusat kehidupan
yg independen. Bapa, Putera dan Roh Kudus adlh tiga penamaan dari satu medan dan
kekuatan yg diidentifikasikan sbg cintakasih. Daya cintalah yg mendorong pribadi2 utk
keluar dari diri sendiri bgt rupa shg mereka menghayati hidupnya bukan dari diri mereka
sendiri menuju yg lain, tetapi dari yg lain menuju diri mereka sendiri (Pannenberg).
Posisi Tengah
• pribadi ilahi yg satu itu menjadi antara pribadi dgn bergerak menuju
makhluk2 insani. ‘Pribadi’ bila dikenakan pada Allah, berlaku utk Allah yg
disbt ‘Bapa’; sedangkan sang Putera dan Roh Kudus, hanya secara ekonomis
saja menjadi pribadi, berkat pergerakan diri Allah menuju manusia. Walau
secara imanen tdpt satu pribadi dgn dua pancara (yakni Sabda dan Roh)
namun secara ekonomis (sejak inkarnasi) tdpt interpersonalitas yg sungguh2.
Dkl, pribadi Bapa mempribadikan SabdaNya menjadi Putera (dlm YK), dan
rohNya menjadi Roh Putera. Dgn demikian Bapa mempribadikan diriNya
sendiri. Proses pergerakan diri Allah ini bersifat abadi dan dikehendakiNya
dgn bebas. Proses ini berlangsung dlm hakekat Allah karena diri Allah
sendirilah yg dipribadikanNya dlm kontak dgn makhluk ciptaanNya
(Schoonenger)

• seorang makhluk insani dpt menjadi seorang ‘pribadi’ (person) dgn


memperoleh suatu derajat/martabat yg melebihi individualitas dan
subjektivitas mental yg menghindarkannya dari jatuh ke dlm individualisme
dan kolektivisme, dlm animalisme, rasionalisme atau voluntarisme (Balthasar)
THE

END

Anda mungkin juga menyukai