Anda di halaman 1dari 2

Pena: Benda Kecil Pengubah Dunia

Oleh: Onessimus Febryan Ambun (20756886)

Hampir semua orang di dunia pernah menulis dengan pena. Siapa yang tak kenal pena? Pena
adalah alat untuk menulis yang berisikan tinta. Bentuknya kecil dan akan semakin runcing jika
mendekati ujungnya. Pena adalah sebuah instrumen sederhana yang telah mengubah dunia dengan
kekuatan kata-kata yang ia ungkapkan. Sejak ditemukan ribuan tahun yang lalu, pena telah menjadi
alat yang paling esensial dalam mengekspresikan pikiran, mengabadikan sejarah, dan memperluas
wawasan manusia.
Pena memiliki sejarah yang panjang dan beragam. Awalnya, manusia menggunakan pena dari
bulu burung atau bulu binatang untuk menulis. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, pena
berubah bentuk menjadi pena khusus yang terbuat dari logam, seperti pena kalam atau pena lainnya
yang digunakan untuk menulis di atas permukaan keras seperti papirus atau kulit hewan.
Salah satu kelebihan utama pena adalah kemampuannya untuk merekam pemikiran manusia.
Dengan pena, ide dan inspirasi dapat ditransformasikan menjadi kata-kata yang diabadikan dalam
bentuk tulisan. Dalam sejarah, pena telah menjadi instrumen penting bagi banyak penulis, filosof,
dan tokoh terkenal dalam melahirkan karya-karya yang luar biasa. Karya sastra, seperti puisi, novel,
dan esai, yang membentuk bagian penting dari warisan budaya manusia, tidak akan mungkin ada
tanpa kehadiran pena.
Selain itu, pena juga berperan dalam mempertahankan sejarah manusia. Pena telah digunakan
untuk mencatat peristiwa penting, catatan penemuan ilmiah, serta dokumentasi perkembangan sosial
dan politik. Melalui pena, generasi mendatang dapat mempelajari dan memahami peristiwa masa
lalu, serta memungkinkan kita untuk membangun masa depan yang lebih baik berdasarkan
pengalaman dan pelajaran masa lalu.
Namun, pena tidak hanya penting dalam bidang sastra dan sejarah. Pena juga berperan dalam
pendidikan dan pengembangan pribadi. Mulai dari pelajaran di sekolah hingga catatan kuliah di
perguruan tinggi, pena adalah alat penting dalam menulis dan mencatat informasi penting. Menulis
dengan pena juga telah dikaitkan dengan kemampuan belajar yang lebih baik dan pemahaman yang
lebih mendalam, karena membutuhkan pemrosesan kognitif yang lebih aktif daripada mengetik di
keyboard.
Selain itu, pena juga menjadi alat ekspresi pribadi yang kuat. Dalam bentuk jurnal, surat, atau
puisi, pena memungkinkan kita untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, pengalaman dan bahkan
keberadaan kita dengan cara yang lebih intim dan pribadi. Menulis dengan pena dapat memberikan
ruang bagi refleksi dan introspeksi diri, memungkinkan kita untuk menggali ke dalam diri kita
sendiri dan mengungkapkan identitas unik kita melalui kata-kata.
Martin Heidegger (1889-1976), seorang filsuf Jerman, mengaitkan pena dengan aspek
eksistensial manusia. Baginya, pena merupakan alat yang memungkinkan manusia untuk
mengungkapkan keberadaan dan identitas mereka melalui bahasa. Dalam salah satu karyanya yang
berjudul Letter on Humanism (1947), Heidegger menulis bahwa bahasa adalah rumah sang ada. Ia
menganggap bahasa sebagai rumah bagi pemahaman kita tentang dunia. Baginya, bahasa tidak hanya
digunakan sebagai sarana komunikasi, tetapi juga merupakan medium di mana kita memahami diri
kita sendiri, orang lain, dan dunia di sekitar kita.
Dalam konteks pena, Heidegger menekankan pentingnya tulisan sebagai wujud konkret dari
bahasa. Pena memungkinkan manusia untuk ber-ada, di mana ia merekam dan mengungkapkan
pemikiran dan gagasan mereka dalam bentuk bahasa melalui tulisan. Namun, Heidegger tidak
melihat pena sebagai alat semata, tetapi juga sebagai manifestasi dari bagaimana manusia
berinteraksi dengan dunia melalui bahasa. Heidegger percaya bahwa bahasa mengungkapkan cara
berada. Tulisan yang merupakan manifestasi dari bahasa adalah wujud keberadaan manusia yang
mempengaruhi dan membentuk dunia.
Namun, di era digital saat ini, pena yang sejak ribuan tahun yang lalu telah menjadi alat yang
memungkinkan manusia untuk mengungkapkan keberadaan mereka telah digantikan oleh perangkat
elektronik seperti komputer dan ponsel pintar. Meskipun teknologi ini memudahkan komunikasi dan
penyimpanan informasi, namun teknologi ini dengan segala kemudahannya semakin membuat kita
jarang menulis, terutama menulis dengan hati. Jika dibandingkan dengan perangkat elektronik seperti
komputer dan ponsel pintar, menulis dengan pena adalah pengalaman yang tak tertandingi dalam hal
keintiman dan koneksi dengan kata-kata yang diungkapkan. Tanpa keintiman dan koneksi khusus
dengan kata-kata yang diungkapkan, tulisan menjadi kurang bermakna. Oleh karena itu, menulis
dengan pena jauh lebih baik daripada menulis dengan perangkat-perangkat lain.
Berkaitan dengan hal ini, sebuah pepatah mengatakan, “Pena lebih perkasa daripada pedang“.
Memang, tak dapat disangkal pepatah ini sangat problematis, karena dalam kenyataannya pedanglah
yang lebih besar daripada pena. Namun, sebenarnya pena yang ukurannya kecil nan mungil bisa
lebih baik ketimbang pedang. Kekuatan tulisan jauh lebih kuat daripada kekuatan kebencian dan
kekerasan yang dimiliki pedang. Pena melambangkan gagasan dan kecerdasan. Kisah-kisah hebat
tentang pedang dari sejarah telah sampai kepada kita melalui sebuah pena. Jika tidak ada pena, tidak
akan ada kisah keberhasilan dan kejayaan yang dimenangkan oleh pedang dapat kita ketahui
sekarang. Jadi, pena benar-benar lebih perkasa daripada pedang. Dialah alat yang menulis kisah
hidup dan keberadaan manusia sepanjang sejarah. Dialah yang memungkinkan manusia untuk ber-
ada, di mana ia merekam dan mengungkapkan pemikiran dan gagasan mereka dalam bentuk bahasa
melalui tulisan seperti yang diungkapkan Heidegger. Sejatinya, tanpa pena, kita tidak berarti apa-apa
dan sirna dimakan zaman. Pena benar-benar benda kecil pengubah dunia.
***

Anda mungkin juga menyukai