d. Henoteisme
Politeisme terdapat pertentangan tugas antara
dewa dan Tuhan. Timbul aliran yang
mengutamakan beberapa dewa sebagai obyek
penyembahan. Tuhan dipandang sebagai kepala
atau bapak tuhan lainnya. Penyembahannya
diutamakan , kedudukannya lebih tinggi,seperti
Zeus dalam agama Yunani lama, sebagai bapak
dan kepala keluarga dewa dewa panteon,
disembah dan dimuliakan lebih tinggi dari dewa
lain. Agni (agama Veda) dalam suatu masa
dianggap sebagai Tuhan semesat alam, diberi
tempat lebih tinggi dari Varuna, Indra, Soma dll
Paham Tuhan utrama dalam suatu agama ini bisa
menjadi paham Tuhan tunggal dalam agama itu,
dengan kata lain tuhan utama itu meningkat
menjadi tuhan satu, tuhan tunggal, bagi pemeluk
agama itu. Tuhan tuhan kabilah atau kota lain
hilang, dan tinggal ada satu Tuhan , sebagai tuhan
nasional bagi bangsa yang bersangkutan. Ini belum
tentu monoteisme, karena sesungguhnyapun
agama yang bersangkutan mengakui adanya satu
tuhan, bagi dia, agama itu tidak mengingkari
adanya tuhan lain bagi agama lain. Tuhan lain ini
menjadi saingan atau musuh dari tuhan yang satu
ini. Paham ini disebut enoteisme atau monolatry
(heno =satu ; letreuin = menyembah )
Perkembangan tersebut di atas kelihatan dalam
masyarakat Yahudi. Sewaktu bangsa yahudi masih
dalam tingkatan masyarakat animisme, roh roh
nenek moyang mereka disembah, yang kemudian
dalam tingkatan politeisme menjadi dewa- dewa
Kata Hebrew yang dipakai tuhan pada mulanya
adalah jamak dari kata “eloh” yaitu “elohim”.
Akhiran “im” dalam bahasa hebrew menunjukkan
banyak ( semisal Syema-yim, Ma-yim, dan Ha-yim ;
bandingkan dengan sama”, ma” dan hayah dalam
bahasa arab). Tiap kabilah mempunyai eloh
sendiri. Kemudian tiba suatu masa , dimana salah
satu elohim ini, Yahwe menjadi tuhan nasional
Yahudi, tetapi belum menjadi tuhan seluruh alam.
e. Monoteisme
Henoteisme hanya perlu selangkah untuk
meningkat menjadi monoteisme. Kalau tuhan
tuhan asing yang disangka musuh atau saingan itu
tidak diakui lagi, malahan yang ada di seluruh alam
hanya ada satu tuhan, yaitu satu Eloh untuk
seluruh manusia, satu tuhan yang menjadikan
kosmos ini, dan tidak ada tuhan selain dia, maka
paham yang serupa ini disebut “ monoteisme”.
Dalam masyarakat Yahudi henoteisme mulai
meningkat menjadi monoteisme, menurut
keterangan ahli sejarah agama, di abad ke 8
sebelum nabi Isa. Yahwe oleh Yahudi mulai
dipandang lebih berkuasa dari tuhan tuhan agama
atau bangsa lain. Kemenangan Israel dalam
melawan musuh musuhnya membuat mereka
berkeyakinan bahwa tuhan tuhan dari bangsa
bangsa lain itu bukan sebenarnya tuhan, tetapi
hanya setan. Yahwepun mulailah dipandang
sebagai satu satunya tuhan pencipta alam, tuhan
manusia seluruhnya, tuhan semesta alam.
Yeyasa 44/6 mengatakan :
Anal awwalu wa anal akhiru wa la ilaha ghoirii
“Aku yang pertama dan aku yang terakhir. Tiada
Tuhan selain aku “
Dan Syema, yaitu yang dapat dipandang sebagai
sahadat dalam agama yahudi berbunyi “ Syema
Jisrael, Jahwe Elohenu, Jahwe Echad “
Isma” ya Israilu arrabbu Ilahuna robbun wa’idu
“Dengarlah Israel. Tuhan kita adalah satu ( Syema)
“.
Kata Eloh disini tidak lagi dalam jamak, tetapi
dalam arti satu, yaitu bukan Elohim tapi Eloh
( Ulangan6/4). Dalam ayat di atas Yeyasa 44/6,
masih dipakai kata Elohim, sungguhpun yang
dimaksud adalah Tuhan satu. Tuhan dipandang
sebagai pencipta alam ( Kejadian 1/1)
Fil badyi kholaqollahu samawati wal ardli
“Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan
bumi “ (Kejadian 1/1).
NB: ketiga ayat tersebut dikutip dari Perjanjian
lama, terjemahan bahasa Arab
f. Deisme
Monoteisme bisa berbentuk deisme atau Teisme.
Deisme berasal dari kata latin : Deus yang berarti
Tuhan. Menurut faham Deisme, Tuhan jauh di luar
alam (Trancendent); yaitu tidak dalam alam (tidak
immanent). Tuhan menciptakan alam, dan
sesudah alam diciptakan-Nya, Ia tidak
memperhatikan alam lagi, Alam berjalan dengan
peraturan peraturan yang sesempurna
sempurnanya. Dalam faham deisme , Tuhan dapat
diumpamakan dengan tukang jam yang sangat
mahir, dan yang sebaik baiknya pembuat jam yang
tak berhajat kepada perbaikan dan
penyempurnaan. Jam ini akan terus berjalan
menurut mekanisme yang disusun tukang jam
yang mahir itu.
Demikian pula dalam faham Deisme, setelah
diciptakan , alam tak berhajat lagi kepada Tuhan
dan berjalan menurut mekanisme yang telah
diatur oleh Tuhan.
Karena alam seluruhnya berjalan menurut
mekanisme tertentu dan menurut peraturan yang
tidak berubah, maka Deisme tidak ada istilah
mu’jizat, sesuatu yang bertentangan dengan
peraturan alam. Dan karena alam berjalan
menurut sunatullah yang tak berubah, artinya
alam tak berhajat pada Tuhan lagi dalam soal alam
ini, karena tak perlu campur tangan , maka Tuhan
tak ada dalam alam, tidak dekat alam tetapi justru
jauh di luar. Antara alam dan Tuhan terdapat
suatu jurang, alam di satu pihak dan Tuhan di
pihak lain. Oleh karena itu dalam faham Deisme,
doa tidak ada gunanya. Segala sesuatu telah
berjalan menurut peraturan tertentu dan Tuhan
tidak turut campur lagi dalam soal alam.
Dalam faham deismeTuhan hanya merupakan
pencipta alam dan sumber dari segala galanya,
bukan pengatur dan pengawas, alam tak perlu
diatur dan diawasi lagi. Tuhan yang berada jauh
dari alam ini diumpamakan dengan “absentee
Landlord” Tuan tanah yang tidak pernah ada di
tanahnya.
Faham Deisme mulai timbul di abd ke 17 dan
berasal dari filsafat Newton (1642-1727) yang
mengatakan bahwa Tuhan hanya pencipta alam
dan jika ada kerusakan , baru alam perlu pada
Tuhan untuk memperbaiki kerusakan yang timbul
itu. Dengan bertambah majunya ilmu
pengetahuan bertambah jelaslah bahwa alam ini
beredar menurut peraturan atau hukum yuang
universil dan tidak berubah. Dengan demikian
orang melihat bahwa perlunya Tuhan bagi alam
yang dapat beredar dengan sendirinya menjadi
kecil. Timbullah faham bahwa Tuhan hanya
menciptakan alam kemudian meninggalkan alam
beroperasi menurut hukum hukum alam yang
telah ditentukannya.
Menurut Deisme pendapat akal mesti sesuai
dengan wahyu, dan oleh karena itu wahyu tak
perlu dan manusia tak berhajat kepadanya, Akal
dapat mengetahui yang baik dan yang buruk.
Orang tak perlu berdoa dan meminta bantuan
Tuhan untuk megurus hidupnya di dunia ini.
Faham Deisme pindah dari Inggris ke Perancis
dengan peraturan Voltaire dan kemudian ke
Amerika Serikat dimana kaum intelek banyak
menganut faham ini.
g. Panteisme
Pan berarti seluruh. Panteisme mengandug arti
seluruh Tuhan. Panteisme berpendapat bahwa
seluruh kosmos ini adalah Tuhan. Semua yang ada
dalam keseluruhannya adalah Tuhan, dan Tuhan
adalah semua yang ada dalam alam
keseluruhannya, Benda benda yang dapat
ditangkap dengan cara indera adalah bagian dari
Tuhan. Demikian pula bangku, kursi, meja, ruang
dan gedung adalah bagian Tuhan,
Karena Tuhan adalah kosmos ini dalam
keseluruhannya dan kerena benda benda adalah
bagian dari Tuhan, maka Tuhan itu berlainan
dengan faham deisme, tuhan dekat sekali dengan
alam. Tuhan adalah immanent, yaitu berada
dalam alam , bukan di luar. Seluruh kosmos ini
adalah satu, maka Tuhan dalam panteisme juga
satu, hanya Tuhan dalam panteisme mempunyai
bagian bagian.
Dalam Panteisme Tuhan atau Yang Maha Besar itu
hanya satu, dan tak pernah berubah. Alam Panca
indra yang dilihat berubah ini dan yang mana
merupakan bagian dari Tuhan, adalah ilusi atau
khayal belaka. Yang hak dari yang ada itu adalah
Brahman, alam panca indra itu bukanlah hakekat,
hanya maya atau ilusi.
h. Teisme
Teisme sepaham dengan deisme, berpendapat
bahwa Tuhan adalah trancendent, yaitu di luar
alam , tetapi sepaham dengan panteisme,
menyatakan bahwa Tuhan, walau berada di luar
alam, juga dekat pada alam. Berlainan dengan
deisme, teisme menyatakan bahwa alam setelah
diciptakan Tuhan, bukan tidak lagi berhajat pada-
Nya, malahan tetap berhajat pada-Nya. Tuhan
adalah sebab bagi yang ada di alam ini. Segalanya
bersandar kepada sebab ini. Tuhan adalah dasar
dari segala yang ada dan yang terjadi di alam ini,
Kosmos ini tidak bisa terwujud dan berdiri tanpa
Tuhan walaupun sehari. Tuhanlah yang terus
menerus secara langsung mengatur alam ini.
Dialah yang menggerakkannya. Dalam faham
Teisme alam ini tidak beredar menurut kehendak
mutlak Tuhan. Oleh karena itu teisme mengakui
adanya mu’jizat. Dalam Teisme do’a juga
mempunyai tempat.
i. Naturalisme
Paham Deisme yang mengatakan bahwa alam ini
setelah dijadikan tuhan, tak berhajat lagi kepada
Tuhan, karena Tuhan menjadikannya berjalan
menurut paraturan tetap dan tak berubah,
akhirnya meningkat kepada naturalisme
Menurut naturalisme, alam ini berdiri sendiri atau
ada dengan sendirinya, serba sempurna , beredar
dan beroperasi menurut sifat yang terdapat dalam
dirinya sendiri, menurut tabiat/naturalnya,
yaitu ,menurut hukum sebab dan musabab alam
ini tidak berasal dari dan tidak tidak bergantung
pada kekuatan ghaib atau supranatural. Paham
Naturalisme timbul setelah ilmu pengetahuan
tentang alam bertambah maju, dan ahli ahli ilmu
alam melihat bahwa alam ini berevolusi dan
bergerak menurut peraturan tetap, atau menurut
mekanisme tertentu. Dengan dijumpainya hukum
hukum alam menurut naturalisme tak ada misteri
lagi dalam alam ini. Masa depan ditentukan dari
sekarang oleh hukum hukum alam yang tidak
berubah ini. Seorang Naturalis di abad 19
mengatakan bahwa ia telah meyelidiki
keseluruhan langit dengan teleskopnya, tetapi ia
tak menemukan Tuhan.
j. Ateisme
Faham naturalisme ini seterusnya meningkat
kepada ateisme. Ateisme adalah kepercayaan
bahwa Tuhan tidak ada. Kalau alam memang
berdiri sendiri, serta serba lengkap dan bergerak
menurut undang undang yang terdapat dalam
dirinya sendiri, Tuhan tak perlu. Kalau Tuhan betul
ada, kata seorang ateis, mengapa Ia tak
menunjukkan dirinya dengan nyata dan jelas
kepada manusia ? Keterangan bahwa Tuhan ada
dengan alasan adanya mu’jizat dan wahyu tidak
memuaskan, dan kalau Tuhan betul ada , apa
sebabnya Ia tidak menjadikan alam ini sekaligus
sempurna ? Sebagai yang kelihatan sekarang ini
alam penuh dengan ketidaksempurnaan,, Hidup
di alam ini kelihatannya tak mempunyai tujuan
dan arti tertentu, Apa artinya anak beribu rbu
dilahirkan ke dunia ini, dan beberapa waktu
kemudian mati karena penyakit, kurang makan
atau karena diabaikan orang tuanya ? Bukankah
ini menyatakan suatu hal yang tak perlu terjadi
dan suatu hal yang tak mempunyai arti
Seterusnya terdapat pula dalam alam ini
eksperimen eksperimen natur yang menunjukkann
pada kegagalan. Banyak binatang yang telah
beribu tahun hidup berevolusi mencapai
kesempurnaan, kemudian hancur seluruhnya. Apa
gunanya mereka diadakan Tuhan, kalau toh nanti
akan dihancurkan seluruhnya
Lebih lanjut lagi, kalau Tuhan memang betul ada,
apa sebabnya maka dijadikanNya kejahatan dalam
alam ini ? Bukankah ini menimbulkan kekacauan ?
Alam yang ada sekarang ini bukan ciptaan Tuhan,
tatapi ada dengan sendirinya dan beredar
menurut peraturan peraturan yang ada dalam
dirinya. Demikian argumen orang ateis.
k. Agnoteisme
Kalau ada faham dengan tegas mengatakan
bahwa Tuhan ada dan faham dengan tegas
mengatakan bahwa Tuhan tidak ada, ada pula
faham yang ragu ragu tentang adanya Tuhan, atau
lebih tepat disebut faham yang bahwa manusia
tak sanggup dan tak bisa memperoleh
pengetahuan tentang Tuhan. Paham ini disebut
Agnoteisme (tidak mengetahui). Agnoteisme tidak
dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan tidak
ada. Tuhan mungkin ada, tetapi manusia tidak bisa
mengetahuinya secara positif. Paham ini disebut
juga acepticisme (ragu-ragu)
Menurut sejarahnya kata agnostik itu dicipta oleh
Thomas Henry Huxley (1825-1895), sebagai lawan
dari kata gnostic yang mengatakan bahwa
pengetahuan positif tentang Tuhan dapat
diperoleh manusia. Kaum agama mengatakan
bahwa mereka memperoleh pengetahuan yang
positif dan pasti (gnostic) tentang Tuhan. Huzley
sebaliknya mengatakan bahwa pengetahuan
yang positif dan pasti tentang Tuhan tidak
mungkin diperoleh. Kalau tentang alam nyata ini
saja manusia tak bisa memperoleh pengetahuan
yang seratus persen positif, apalagi pengetahuan
tentang alam ghoib. Tetapi ketika ditanyakan
pendiriannya tentang Teisme dan ateisme, Huxley
tak mau memilih salah satu faham itu. Ia bukanlah
seorang Teus Kristen yang percaya kepada Tuhan
tetapi tidak pula seorang ateism, ia adalah
seorang agnostic, yaitu seorang yang tak
mempunyai pengetahuan positif tentang
Ketuhanan.
Faham Agnotisme ini tidak dengan tegas
meniadakan adanya Tuhan, sebagaimana halnya
sengan ateisme. Oleh sebab itu seorang agnostic
bisa percaya adanya Tuhan, tetapi tidak tahu siapa
dan bagaimana sifat sifat Tuhan itu, Bagi orang
serupa ini Tuhan hanya merupakan sumber dari
segala yang ada. Dimana Tuhan, apa Dia satu,
atau satu-tiga, apa Dia bersifat baik atau buruk.
Maha tahu atau tidak, maha penyayang atau tidak,
tak dapat diketahui. Sifat sifat Tuhan itu amat jauh
dan besar untuk diketahui manusia.
(P-4)
b. Jin
1) Termasuk makluk halus yang diterangkan dalam Al-Qur’an
2) Dibuat dari api yang panas ( Al-Hijr : 27 ) , atau nyala api
( ( Ar-Rahman : 15 )
3) Mendapatkan :
a) Tugas akhir diperintah/dilarang oleh peraturan Allah ( Al-
An’am : 130)
b) Ibadah ( Adz-Dzariyat : 56).
c) Diancam siksa ( Ar-Rahman : 31-34)
4) Ada Jin yang shalih dan ada jin yang jahat ( Al-Jin : 72 ?14-
15)
5) Sebagaimana manusia , jin tidak dapat mengetahui yang
ghaib ( Al-Jin : 26-27)
Catatan :
- Peristiwa Jin dan Rasulullah ( Al-Ahqaf : 29-32)
- Peristiwa Jin dan Nabi Sulaiman ( Saba : 13 ; An Naml :
39 dan 40 )
c. Iblis dan Syaithon
1) Iblis adalah makluk halus dari golongan Jin ( Al-Kahfi : 50)
2) Iblis adalah kafir ( Al-Baqarah b: 34)
3) Iblis hidup sampai hari kiamat (Shad : 80-81)
4) Iblis adalah nenek moyang syaithon ( Iblis mempunyai
keturunan, yang kemudian disebut Syaithon ) ..... Al-Kahfi :
50
5) Syaithon bekerja mengganggu dan menyesatkan manusia
( An-Nahl : 63; Al-Anfal : 48 ; Maryam : 83 ; Al- Zuhruf : 36-
38)
6) Setiap manusia disertai syaithon ( Al-An’am : 112)
7) Melanggar ketentuan Allah , berarti memperkuat kedudukan
syaithon pada diri sendiri ( Az-Zuhruf : 36-38
8) Syaithon dinilai sebagai musuh manusia ( Fathir : 6 ; Al-
Baarah : 168 -169)
9) Kata-kata syaithon dipergunakan untuk pemimpin jahat ( Al-
Baqarah : 14 ; Ali-Imran : 175)
10) Do’a untuk terhindar dari syaithon ( Al-Mu’miun : 97-98 ; Al-