Anda di halaman 1dari 22

MODUL II ”MALNUTRISI ENERGI PROTEIN (MEP)”

Tutor : dr. Inna Mutmainna Musa


Kelompok 2B
Imam Hidayat 11020180126
Andi Ayesha Ananda Irwan 11020180134
Andri As’ad 11020180141
Muhammad Yunus Maeta 11020180148
Yugni Maula Thahira 11020180154
Nuzul Shafira Alie 11020180192
Fahmi Satrio Hidayat 11020180196
Ismi Nurlaely Nawir 11020180209
Muhammad Rifqi Mudhoffar 11020180217
Indadzi Arsy Iwan 11020180230
SKENARIO 4

Seorang anak laki-laki, umur 1 tahun 8 bulan, dibawa ibunya


Puskesmas dengan batuk, demam dan sesak napas. Keluhan BB sangat
kurus dan tidak ada selera makan sejak 1 bulan terakhir. Riwayat
pemberian makan: ASI diberikan sampai usia 4 bulan, selanjutnya susu
formula sampai usia 6 bulan, kemudian diberi bubur dan makan hanya
kalau anak mau makan saja. Anak tidak menyukai makan sayur dan buah.
Riwayat kelahiran: BBL 3100 g, PBL 50 cm. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan: BB 8 kg, PB 74 cm. Anak tampak sangat kurus dan pucat.
Ditemukan xerosis kornea pada mata, edema dorsum pedis dan edema
pretibial. Ditemukan adanya wasting dan baggy pants. Status Imunisasi
HepB0, polio1, BCG, DPT1.

2
BAGGY PANTS
KATA SULIT
Keadaan dimana kulit kering,
keriput, lemak di bawah kulit
sangat sedikit sampai tidak ada
se­hingga terlihat seperti me­
WASTING makai celana kendor.

Suatu keadaan kekurangan


gizi akut yang banyak
terdapat di daerah dengan
sosial-ekonomi rendah yang
dapat disebabkan oleh asupan
nutrisi yang inadekuat dan
adanya penyakit. XEROSIS KORNEA
Gejala reversibel xeroftalmia
berupa kelainan pada kornea.
Xeroftalmia adalah keadaan
yang timbul akibat definisi
vitamin A pada mata.

3
KALIMAT KUNCI ● Anak laki-laki, umur 1 tahun 8 bulan dengan batuk, demam
dan sesak napas
● BB sangat kurus dan tidak ada selera makan sejak 1 bulan
terakhir
● Riwayat pemberian makan: ASI diberikan sampai usia 4 bulan,
selanjutnya susu formula sampai usia 6 bulan, kemudian diberi
bubur dan makan hanya kalau anak mau makan saja
● Anak tidak menyukai makan sayur dan buah
● Riwayat kelahiran: BBL 3100 g, PBL 50 cm
● Hasil pemeriksaan fisis BB 8 kg, PB 74 cm
● Anak tampak sangat kurus dan pucat
● Ditemukan xerosis kornea pada mata, edema dorsum pedis dan
edema pretibial
● Ditemukan adanya wasting dan baggy pants
● Status Imunisasi HepB0, polio1, BCG, DPT1.

4
PERTANYAAN

1. Jelaskan definisi dan 5. Bagaimana hubungan


klasifikasi malnutrisi! malnutrisi dengan gejala yang
dikeluhkan pada anak
berdasarkan skenario?

2. Bagaimana interpretasi status 6. Bagaimana tatalaksana gizi


gizi berdasarkan skenario? buruk berdasarkan skenario?

3. Bagaimana status imunisasi 7. Bagaimana pencegahan yang


pada anak? dapat dilakukan berdasarkan
skenario?

4. Bagaimana hubungan 8. Bagaimana perspektif Islam


pemberian susu formula dengan berdasarkan skenario?
keluhan yang dialami pasien?

5
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
MALNUTRISI ENERGI PROTEIN (MEP)

Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan


keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
atau disebabkan oleh gangguan penyakit tertentu,
sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi.

Klasifikasi KEP dibagi menjadi marasmus, kwashiorkor,


dan marasmus-kwashiorkor.

Nadila, F., Murdoyo, Ety W., dan Dian I.A. 2016. Manajemen Anak Gizi Buruk Tipe Marasmus dengan TB Paru. J Medula Unila. 6(1)
Marasmus Kwashiorkor
Penyebab Penurunan asupan energi  Penurunan asupan protein
 Penurunan protein karena kondisi stres
Waktu Bulan hingga tahunan Minggu
Gambaran Klinis Tampak kelaparan, sangat kurus, wajah seperti Penampakan gizi baik, edema diseluruh tubuh
orang tua, cengeng, kulit keriput, perut cekung, terutama kaki, tangan atau anggota badan lain, wajah
rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak membulat dan sembab, pandangan mata sayu, rambut
jelas (iga gambang), pantan kendur dan keriput tipis, kemerahan seperti rambut jagung, perubahan
(baggy pants) serta tekanan darah, detak jantung dan status mental: cengeng, rewel, pembesaran hati, otot
pernafasan berkurang mengecil, kelainan kulit berupa bercak merah muda
yang meluas, diare, anemia
Laboratorium Creatinin-height index<50%  Albumin <2,8 g/dL
 Total iron binding capacity<200 g/dL
 Lymphocyte<1500/mm3
Perjalanan Klinis Mampu bertahan jangka panjang Infeksi, gangguan penyembuhan, luka, dekubitus dan
gangguan integritas kulit
Kematian Rendah, kecuali ada penyakit yang mendasari Tinggi

7
Nadila, F., Murdoyo, Ety W., dan Dian I.A. 2016. Manajemen Anak Gizi Buruk Tipe Marasmus dengan TB Paru. J Medula Unila. 6(1)
Khurniawan, A.W dan Gustriza E. 2019. Penanganan Dampak Stunting pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Di Indonesia. Vocational Education Policy White Paper. 1(11)
INTERPRETASI STATUS GIZI

Patient Medical History


DATA DIRI BAYI
Nama : Anak X
Umur : 1 Tahun 8 Bulan
Jenis kelamin : Laki laki
Imunisasi : Imunisasi HepB 0, Polio 1, BCG, DPT 1

RIWAYAT LAHIR
Berat badan : 3100 Gram
Panjang badan : 50 cm

PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI USIA SAAT INI


Berat badan : 8000 Gram
Panjang badan : 74 cm

8
1. Panjang badan terhadap usia

INTERPRETASI
  PB: 74 cm (-3 SD) Sangat pendek

9
2. Berat badan terhadap usia

  INTERPRETASI:
BB: 8 Kg (-3 SD) Gizi Buruk

1
0
3. Berat badan terhadap panjang badan

  INTERPRETASI:
BB: 8 Kg & PB: 74 cm (-2 SD) Normal

1
1
4. Indeks massa tubuh terhadap Usia

  INTERPRETASI:
IMT: BB/TB = 8000 / (0,74)2 = 14,60 kg/m2
(-1 SD) Normal

1
2
Jadwal Imunisasi :
- Imunisasi dasar (0-11 bulan)
IMUNISASI 0-7 hari : Hep.B O (HB O)
1 bulan : BCG, Polio 1
2 bulan : DPT-HB-Hib 1, polio 2
3 bulan : DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan : DPT-HBHib 3, Polio 4, IPV
Imunisasi dasar : 9 bulan : Campak
1. Vaksin BCG - Imunisasi lanjutan pada usia balita
2. Vaksin DTP-HB-Hib Imunisasi lanjutan : 18 bulan : DPT/HB/Hib
3. Vaksin Hepatitis B 1. Vaksin DT 24 bulan : Campak
4. Vaksin polio oral (oral polio vaccine 2. Vaksin Td - Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah
[OPV]) 3. Vaksin TT 1 SD : DT, Campak
5. Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV) 2 SD : Td
6. Vaksin campak 3 SD : Td

Berdasarkn skenario, status imunisasi anak tersebut belum terpenuhi dilihat dari riwayat imunisasi anak tersebut yaitu
HepB0, polio1, BCG, DPT1. dilihat dari umur anak tersebut, seharusnya anak tersebut sudah menerima imunisasi HB O,
BCG, polio 1-4, IPV, DPT-HB-Hib 1-3, dan campak

1
3
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2015
IMUNISASI

1
4
https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020 [cited April, 28th 2021]
HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA
DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK

Pemberian ASI usia 2 bulan


Defesiensi protein dan
dan susu Formula sampai Intake kurang dari kebutuhan
kalori
usia 6 bulan

Daya tahan tubuh


Resiko infeksi Keadaan umum melemah
menurun

Bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif. Pemberian susu formula pada anak terutama bayi yang belum cukup umur, tentunya memberikan kerugian
dalam hal tidak didapatkannya kandungan dalam ASI.

1
5
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-susu-formula-pada-bayi-baru-lahir
HUBUNGAN MALNUTRISI DENGAN
GEJALA BATUK, DEMAM, SESAK

Kurangnya asupan Kemunduran Penurunan asam


Infeksi saluran
nutrisi sistem kekebalan amino treonin
nafas
tubuh pada saluran nafas

Pelepasan sitokin Batuk dan


Infeksi Bakteri Kesukaran
(IL-1 dan TNF)
bernafas

Demam

Andarini, Dkk. (2005). Hubungan antara Status Gizi dan Tingkat Konsumsi Energi, Protein, dengan Frekuensi Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. 1
Sectish TC, Prober CG. Pneumonia. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders 2008; h. 1795-99. 6
Munasir, Zakiudin. Respons Imun Terhadap Bakteri. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2010: 193 – 197.
WASTING DAN BAGGY PANTS
Tugor kulit menurun

Penurunan berat badan


Malnutrisi
drastis (wasting) Lemak subkutan menghilang

Tampakan Atrofi dan hipotonia otot


BAGGY PANTS

EDEMA

Penurunan tekanan
Kekurangan Protein Ekstravasasi cairan
Malnutrisi onkotik koloid plasma Edema
(hipoalbuminemia) ke ruang interstitial
intravaskular

1
Heird WC. 2007. Food insecurity, Hunger and Undernutrition : Protein/Energy Malnutrition. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 18. 7
Harvard Health Publishing. 2018. Edema.
XEROSIS KORNEA
Kelenjar air mata tidak mampu
memproduksi cairan

Kurangnya asupan
Metaplasia sel-sel epitel
vitamin A Terjadi pengeringan selaput mata

Bitot spot (xerosis kornea) Kreatinisasi lebih lanjut di ep. konjungtiva

Berdasarkan skenario, pasien mengalami batuk, demam, sesak nafas, xerosis kornea
dan beberapa gejala seperti: sangat kurus, baggy pants dan wasting (gejala marasmus) serta
edema dorsum pedis dan pretibial (kwashiorkor). Sehingga, menurut kelompok kami pasien
mengalami gizi buruk marasmik-kwashiorkor.

1
Nora maulina. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Cakupan Imunisasi Vitamin A. Universitas Albuyatama. Jurnal Aceh Medika 8
Kapita selecta kedokteran, ed.4. Jakarta: media Aesculapius.2014
TATALAKSANA GIZI BURUK
BERDASARKAN SKENARIO

1
9
Departemen Kesehatan RI. (2015). Tatalaksana Gizi Buruk Buku I. 15–20.
PENCEGAHAN BERDASARKAN SKENARIO

• Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan


• Mengonsumsi makanan minuman sumber karbohidrat dan
protein cukup
• Suplementasi energI dan protein yang tepat sesuai kondisi
fisiologis
• Perilaku hidup bersih dan sehat, cuci tangan dengan sabun
setelah buang air besar dan sebelum makan
• Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
• Perbaikan konsumsi pangan terutama pangan hewani (telur,
daging ikan, buah dan susu)
• Perbaikan suplemen gizi mikro terutama zat besi, kalsium, zink
magnesium, tembaga, folat, B12, vitamin A, vitamin C
• Memperbaiki akses air minum, bersih dan sanitasi lingkungan
• Peningkatan akses informasi gizi yang baik dan sesuai.
 

2
0
Widajanti, Laksmi. 2014. Kekurangan Energi dan Protein. Materi perkuliahan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
PERSPEKTIF ISLAM

Artinya :

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam 2
tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu
(Q.S.Luqman [31]:14)
Diantara keistimewaan ASI adalah melindungi bayi dari bahaya penyakit karena ia mengandung zat
antibodi. Pada hari-hari pertama setelah melahirkan, tubuh ibu akan mengeluarkan ASI yang
mengandung zat kolostrum. Di dalam zat ini terdapat sejumlah besar antibodi yang sangat efektif untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit. Semakin lama masa menyusui bayi semakin kuat pula zat
antibodi dalam tubuhnya. Hal ini menunjukkan pentingnya ibu menyusui anaknya selama 2 tahun
penuh seperti dalam Q.S. Luqman [31]: 14

Harun Yahya. (2012). Ensiklopedia Mukjizat Ilmiah Al-Qur’an, Keajaiban Penciptaan (Fakta Sains Modern atas Ayat-ayat Al-Qur’an). Bandung: Sygma Creative Media Corp. hlm. 116-117.
TERIMA
KASIH
2
2

Anda mungkin juga menyukai