KELOMPOK 1
ALIA RIZLI MEIDINA
INDRIYA LESTARI
PUTRI SRI RAHMAWATI
SRI RAHAYU ASTUTI
DEFINISI
• Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan harian sehingga tidak mencukupi Angka Kecukupan G izi (Soegiyanto,
2007).
• Kurang energi protein dalam waktu yang lama akan berakibat buruk bagi pertumbuhan dan perkem-
bangn bayi-balita.
FAKTOR PENYEBAB KEP
PENYEBAB LANGSUNG
1 • .Asupan Makan
• Penyakit Infeksi
M a r a s m u s - k w a s h io rk o r
Angka Kejadian KEP pada umur 13-24 bulan sering terjadi, karena pada priode umur ini merupakan umur
periode penyapihan. Anak yang disapih mengalami masa transisi pada pola makannya. Keadaan ini
mengakibatkan asupan makanan berkurang. Masa ini disebut masa transisi tahun kedua yaitu second year
transisional. Kerawanan pada anak-anak disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Kemampuan saluran pencernaan yang tidak sesuai dengan jumlah volume makanan/kandungan gizi yang
dibutuhkan anak.
2. Kebutuhan gizi anak persatuan berat baban (BB) lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa, untuk
pemeliharaan dan pertumbuhan.
3. Kekebalan tubuh yang tidak cukup baik, karena tidak mendapat imunisasi yang dibutuhkan,anak akan
mudah terkena penyakit infeksi yang berulang kali dalam tempo yang pendek, akan menjadi awal timbulnya
gizi kurang yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang.
Upaya Penanggulangan Deteksi Dini
Kurang Energi Protein
• Penjaringan balita KEP yaitu kegiatan penentuan ulang status gizi balita
beradasarkan berat badan dan perhitungan umur balita yang sebenarnya dalam
hitungan bulan pada saat itu. Dengan cara balita dihitung kembali umurnya dengan
tepat dalam hitungan bulan, balita ditimbang berat badannya dengan menggunakan
timbangan dacin, berdasarkan hasil perhitungan umur dan hasil pengukuran BB tersebut
tentukan status gizi dengan KMS atau standar antropometri.
• Kegiatan penanganan KEP balita meliputi program PMT balita adalah program
intervensi bagi balita yang menderita KEP yang ditujukan untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi balita agar meningkat status gizinya sampai mencapai gizi
baik (pita hijau dalam KMS), pemeriksaan dan pengobatan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit penyerta guna diobati seperlunya sehingga balita
KEP tidak semakin berat kondisinya.
Lanjutan
Terapi gizi pada anak dengan kondisi KEP atau gizi buruk mempunyai peranan yang sangat penting untuk
mempercepat penyembuhan penyakit. Kesalahan pemberian makanan akan memperlambat penyembuhan penyakit.
Kelebihan maupun kekurangan pemberian makan dapat memperburuk kondisi anak, bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Terapi gizi untuk penderita gizi buruk diterapkan dalam beberapa fase, yaitu fase stabilisasi, fase transisi dan fase
rehabilitasi.
Fase Stabilisasi
Fase stabilisasi merupakan fase awal pemberian makanan. Pada fase ini, pemberian makanan tidak
untuk menaikkan berat badan, melainkan hanya untuk menstabilkan kondisi anak.
Pemberian makanan pada fase transisi bertujuan untuk mempersiapkan anak menerima cairan dan energi lebih
besar. Fase ini merupakan peralihan dari fase stabilisasi ke fase rehabilitasi dan memberi kesempatan tubuh untuk
beradaptasi dalam menerima energi yang semakin meningkat
• Energi 100-150 kkal/kgBB
• Protein 2-3 gr/kgBB
• Cairan sebanyak 150 ml/kgBB
• Diberikan 8 kali/hari dengan porsi kecil
• Diberikan F100 (100 ml) mengandung energi 100 kalori dan protein 2,9 gram, osmolaritas 419 mOsm/L
• Pada anak gizi buruk<6 bulan, pemberian F100 diencerkan menjadi 130 ml dan apabila anak gizi buruk <6 bulan
putus ASI, harus dilakukan relaktasi selama 2 minggu.
Fase Rehabilitasi
Pada fase ini pasien gizi buruk dirawat jalan sampai mencapai status gizi kurang atau status gizi baik. Pemberian
makanan pada fase ini selain diberikan F100, juga diberikan makanan padat gizi local sesuai dengan berat badan.
• Energi 150-220 kkal/kgBB (Energi yang berasal dari lemak minimal sebesar 40% dari total energi sehari)
• Protein 4-6 gram/kgBB
• Cairan 150-200 ml/kgBB
Fase Rehabilitasi
Makanan padat yang diberikan dibedakan berdasarkan berat badan anak :
• B B <7 kg diberikan makanan bayi, seperti bubur (bubur tepung beras, bubur susu), makanan lumat
(nasi
tim saring) dan makanan lembek (nasi tim)
• B B ≥ 7 kg dan berumur lebih dari 1 2 bulan, sebaiknya diperkenalkan dengan makanan biasa pa-
dat gizi,
jangan diberikan makanan lembek atau lunak (nasi tim) karena makanan tersebut nilai gizinya
kurang
• Mengusahakan agar anak sebanyak mungkin menghabiskan makanan antara lain dengan cara pembe-
rian porsi kecil frekuensi sering. Untuk menghitung kebutuhan zat gizi dalam sehari perlu diper-
timbangkan komposisi energi, pr ot ein dan lemak sesuai dengan k ebut uhan anak.
Kebutuhan Zat Gizi menurut Fase Pemberian Makanan
Formula WHO
Thank you