Anda di halaman 1dari 23

KEKURANGAN EN-

ERGI PROTEIN (KEP)

KELOMPOK 1
ALIA RIZLI MEIDINA
INDRIYA LESTARI
PUTRI SRI RAHMAWATI
SRI RAHAYU ASTUTI
DEFINISI
• Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi
dan protein dalam makanan harian sehingga tidak mencukupi Angka Kecukupan G izi (Soegiyanto,
2007).
• Kurang energi protein dalam waktu yang lama akan berakibat buruk bagi pertumbuhan dan perkem-
bangn bayi-balita.
FAKTOR PENYEBAB KEP
PENYEBAB LANGSUNG

1 • .Asupan Makan
• Penyakit Infeksi

PENYEBAB TIDAK LANGSUNG (KLAUSA MULTIFAKTORAL )


• Zat gizi yang terkandung di dalam makanan
• Ekonomi, meliputi daya beli, penghasilan, serta harga bahan
makanan
2 • K eper cayaan t ent ang makanan ser ta kesehat an
• Ada atau tidaknya pemeliharaan kesehatan termasuk kebersihan
• F enomena sosial dan keadaan lingkungan
PATOFISIOLOGI KEP
KLASIFIKASI KEP BERAT
Kwashiorkor
Marasmus (kurang protein)
• (K u ra n g Energi) • Edema kaki, tangan atau
• Tampak sangat kurus Anggota badan lain
• W ajah seperti orang tua • W ajah membulat dansemmbab & anemia
• Cengeng • P andangan mata sayu
• K ulit keriput • Rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung
• P erut cekung • O tot mengecil & D iare
• Tekanan darah, • K elainan kulit berupa bercak merah muda yang
• detak jantung meluas
• pernafasan berkurang

M a r a s m u s - k w a s h io rk o r

(Ku ra n g energi & protein)

G ambar an klinik mer upakan campur an dar i beberapa gejala klinik


kwashiorkor dan marasmus, disert ai dengan edema yang tidak
mencolok
DAMPAK KEP
INFEKSI
PERTUMBUHAN PERILAKU

• Retardasi pertumbuhan fisik jangka • Apatis


Pada balita yang keku- • Depresi
panjang
rangan energi dan • Keterlambatan perkembangan
• Perkembangan mental yang subop-
protein kemampuan • Menarik diri dari lingkungan
timal
tubuh untuk memben- • Perkembangan intelektual
• Kematian dini
tuk protein baru rendah
• Menghambat pertumbuhan organ
berkurang.
Ha l ini kemudian
menyebabkan pem-
bentukan kekebalan
tubuh terganggu, se-
hingga tubuh
menderita rawan
serangan infeksi
Penilaian Status Gizi
ANAMNASE PEMERIKSAAN JASMANI

Dengan anamnesis yang baik akan diperoleh


informasi tentang :
1. nutrisi selama dalam kandungan Bermanfaat untuk memperoleh kesan klinis
2. keadaan waktu lahir (termasuk berat dan tentang tumbuh kembang secara umum perlu
panjang badan) diperhatikan bentuk serta perbandingan bagian
3. penyakit dan kelainan yang diderita kepala, tubuh dan anggota gerak. Demikian pula
4. Imunisasi keadaan mental anak Yang komposmentis,
5. data keluarga serta riwayat kontak dengan bersifat cengeng atau apatis
penderita penyakit menular tertentu.
Penilaian Status Gizi
ANTROPOMETRI PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Ada beberapa jenis indikator antropometri dapat yang digunakan


untuk identifikasi masalah KEP,
diantaranya adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar Terutama mencakup pemeiksasan darah rutin seperti kadar
lengan atas (LILA), lingkar kepala (LP), lingkar dada, lapis lemak haemoglobn dan protein serum (albumin, globulin) serta
bawah kulit (LLBK). pemeriksasan kimia darah lain bila diperlukan dengan non
esensial, kadar lipid, kadar kolesterol (Markum dkk, 1991).
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat
badan dan panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 indeks,
meliputi:
1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)
2. Panjang/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U)
3. Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/PB atau
BB/TB)
4. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).
Klasifikasi Status Gizi
Kelompok Umur Resiko Tinggi KEP

Angka Kejadian KEP pada umur 13-24 bulan sering terjadi, karena pada priode umur ini merupakan umur
periode penyapihan. Anak yang disapih mengalami masa transisi pada pola makannya. Keadaan ini
mengakibatkan asupan makanan berkurang. Masa ini disebut masa transisi tahun kedua yaitu second year
transisional. Kerawanan pada anak-anak disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Kemampuan saluran pencernaan yang tidak sesuai dengan jumlah volume makanan/kandungan gizi yang
dibutuhkan anak.
2. Kebutuhan gizi anak persatuan berat baban (BB) lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa, untuk
pemeliharaan dan pertumbuhan.
3. Kekebalan tubuh yang tidak cukup baik, karena tidak mendapat imunisasi yang dibutuhkan,anak akan
mudah terkena penyakit infeksi yang berulang kali dalam tempo yang pendek, akan menjadi awal timbulnya
gizi kurang yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang.
Upaya Penanggulangan Deteksi Dini
Kurang Energi Protein
• Penjaringan balita KEP yaitu kegiatan penentuan ulang status gizi balita
beradasarkan berat badan dan perhitungan umur balita yang sebenarnya dalam
hitungan bulan pada saat itu. Dengan cara balita dihitung kembali umurnya dengan
tepat dalam hitungan bulan, balita ditimbang berat badannya dengan menggunakan
timbangan dacin, berdasarkan hasil perhitungan umur dan hasil pengukuran BB tersebut
tentukan status gizi dengan KMS atau standar antropometri.

• Kegiatan penanganan KEP balita meliputi program PMT balita adalah program
intervensi bagi balita yang menderita KEP yang ditujukan untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi balita agar meningkat status gizinya sampai mencapai gizi
baik (pita hijau dalam KMS), pemeriksaan dan pengobatan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit penyerta guna diobati seperlunya sehingga balita
KEP tidak semakin berat kondisinya.
Lanjutan

Suplementasi gizi yang diberikan meliputi :

• Pemberian sirup zat besi


• vitamin A
1. Warna biru untuk bayi usia 6-11 bulan dosis 100.000 IU
2. Warna merah untuk balita usia 12-59 bulan dosis 200.000 IU
• kapsul minyak beryodium (larutan yodium dalam minyak berkapsul lunak
mengandung 200 mg yodium diberikan 1x dalam setahun.)
Penanggulangan Lainnya Pada Penderita KEP
JANGKA PENDEK JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG

1. Upaya pelacakan kasus melalui 1. Revitalisasi Posyandu 1. Pemberdayaan masyarakat


penimbangan bulanan di posyandu 2. Revitalisasi Puskesmas menuju Keluarga Sadar Gizi
2. Rujukan kasus KEP dengan 3. Revitalisasi Sistem (Kadarzi)
komplokasi pengakit di RSU 2. Integrasi kegiatan lintas sektoral
Kewaspadaan Pangan dan Gizi
3. Pemberian ASI Eklusif untuk bayi usia dengan program penanggulangan
0-6 bulan
kemiskinan dan ketahanan
4. Pemberian kapsul vitamin A
pangan.
5. Pemberian makanan tambahan (PMT)
6. Pemulihan bagi balita gizi buruk
dengan lama pemberian 3 bulan
7. Memberikan makanan pendamping
ASI (MP-ASI) bagi balita keluarga
miskin usia 6-12 bulan
8. Promosi makanan sehat dan bergizi
Penatalaksaan Diet

Terapi gizi pada anak dengan kondisi KEP atau gizi buruk mempunyai peranan yang sangat penting untuk
mempercepat penyembuhan penyakit. Kesalahan pemberian makanan akan memperlambat penyembuhan penyakit.
Kelebihan maupun kekurangan pemberian makan dapat memperburuk kondisi anak, bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Terapi gizi untuk penderita gizi buruk diterapkan dalam beberapa fase, yaitu fase stabilisasi, fase transisi dan fase
rehabilitasi.
Fase Stabilisasi

Fase stabilisasi merupakan fase awal pemberian makanan. Pada fase ini, pemberian makanan tidak
untuk menaikkan berat badan, melainkan hanya untuk menstabilkan kondisi anak.

• Energi 80-100 kkal/kgBB


• Protein 1-1,5 gram/kgBB
• Cairan 130 mL/kgBB, Jika ada edema berat (+++) diberikan cairan 100 mL/kgBB
• Diberikan 12 kali/ hari dengan porsi kecil
• Pada anak gizi buruk dengan diare persisten dan disentri dapat diberikan F75 modifikasi tepung beras dengan
osmolaritas 333 mOsm/L.
Fase Transisi

Pemberian makanan pada fase transisi bertujuan untuk mempersiapkan anak menerima cairan dan energi lebih
besar. Fase ini merupakan peralihan dari fase stabilisasi ke fase rehabilitasi dan memberi kesempatan tubuh untuk
beradaptasi dalam menerima energi yang semakin meningkat
• Energi 100-150 kkal/kgBB
• Protein 2-3 gr/kgBB
• Cairan sebanyak 150 ml/kgBB
• Diberikan 8 kali/hari dengan porsi kecil
• Diberikan F100 (100 ml) mengandung energi 100 kalori dan protein 2,9 gram, osmolaritas 419 mOsm/L
• Pada anak gizi buruk<6 bulan, pemberian F100 diencerkan menjadi 130 ml dan apabila anak gizi buruk <6 bulan
putus ASI, harus dilakukan relaktasi selama 2 minggu.
Fase Rehabilitasi

Pada fase ini pasien gizi buruk dirawat jalan sampai mencapai status gizi kurang atau status gizi baik. Pemberian
makanan pada fase ini selain diberikan F100, juga diberikan makanan padat gizi local sesuai dengan berat badan.
• Energi 150-220 kkal/kgBB (Energi yang berasal dari lemak minimal sebesar 40% dari total energi sehari)
• Protein 4-6 gram/kgBB
• Cairan 150-200 ml/kgBB
Fase Rehabilitasi
Makanan padat yang diberikan dibedakan berdasarkan berat badan anak :
• B B <7 kg diberikan makanan bayi, seperti bubur (bubur tepung beras, bubur susu), makanan lumat
(nasi
tim saring) dan makanan lembek (nasi tim)
• B B ≥ 7 kg dan berumur lebih dari 1 2 bulan, sebaiknya diperkenalkan dengan makanan biasa pa-
dat gizi,
jangan diberikan makanan lembek atau lunak (nasi tim) karena makanan tersebut nilai gizinya
kurang
• Mengusahakan agar anak sebanyak mungkin menghabiskan makanan antara lain dengan cara pembe-
rian porsi kecil frekuensi sering. Untuk menghitung kebutuhan zat gizi dalam sehari perlu diper-
timbangkan komposisi energi, pr ot ein dan lemak sesuai dengan k ebut uhan anak.
Kebutuhan Zat Gizi menurut Fase Pemberian Makanan
Formula WHO
Thank you

Anda mungkin juga menyukai