BBDM KELOMPOK 16
TUTOR PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
22010117130106
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
SKENARIO KASUS
BBDM 4
Seorang anak laki-laki berusia 15 bulan datang ke Puskesmas dibawa oleh ibunya. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan berat badan saat ini 5700 gram dan PB 70 cm, lingkar
kepala 41 cm dan lingkar lengan atas 9 cm. Berat badan usia 9 bulan saat terakhir kontrol untuk
imunisasi Campak adalah 5500 gram. Petugas di KIA mengatakan kalau anak tersebut
mengalami weight faltering. Anak sudah tidak diberikan ASI, saat ini makan dengan nasi dan
lauk sayur sop kadang sayur bening dengan tempe dan tahu. Susu UHT 2 x sehari yang kotak
kecil. Anak doyan minum air putih dan teh. Keluhan batuk lama disangkal, demam disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum sadar, tampak kurus. Iga gambang dan baggy
pants (+), edema (-), muscle wasting (+). Pemeriksaan antropometri didapatkan WAZ <-3 SD,
HAZ <-3 SD, WHZ <-3 SD. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan GDS 48 mg/dl.
I. TERMINOLOGI
1. KIA :
KIA yaitu Kesehatan Ibu dan Anak, Salah satu program pokok dalam
puskesmas adalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dimana program KIA
memiliki beberapa kegiatan pokok yang terdapat di Pemantauan Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA), yang terdiri dari
pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita.
2. Weight Faltering :
Weight flattering disebut juga failure to thrive atau gagal tumbuh. Suatu
keadaan terjadinya keterlambatan pertumbuhan fisik pada bayi dan anak,
dimana terjadi kegagalan penambahan berat badan yang sesuai dengan
grafik pertumbuhan normal, dibandingkan dengan tinggi badan. Failure to
thrive bukanlah suatu diagnosis tetapi merupakan gejala dari pelbagai
penyakit yang dikelompokkan sebagai gangguan asupan makanan,
gangguan absorbsi makan, serta penggunaan energi yang berlebihan.
Kondisi kegagalan pertumbuhan yang ditandai dengan laju
pertumbuhan yang melambat karena ketidakseimbangan antara asupan
energi dengan kebutuhan biologis untuk pertumbuhan. Hal ini sering
terjadi pada usia 15 bulan pertama kehidupan dengan insidensi tertinggi
pada usia 3-12 bulan.
3. Muscle Wasting :
Atrofi otot di mana terdapat penurunan massa otot (parsial dan komplit).
Banyak ditemukan pada pasien yang lama tidak bergerak atau pasien
rawat inap di rumah sakit terlalu lama.
4. Iga Gambang :
Keadaan dimana tulang rusuk menonjol dimana hal ini merupakan salah
satu tanda dan gejala dari marasmus.
Iga gambang dikarenakan otot mengecil sehinggga kontur tulang terlihat
jelas disebut juga “piano sign”.
5. Baggy Pants :
Keadaan dimana otot paha mengendor, kulit keriput, lemak dibawah kulit
sangat sedikit sampai tidak ada sehingga terlihat seperti memakai celana
kendor, merupakan tanda marasmus.
6. Imunisasi campak :
Imunisasi untuk mencegah penyakit campak, mulai diberikan pada anak
usia 9 bulan. Imunisasi ini merupakan imunisasi wajib yg masuk program
imunisasi rutin lengkap pemerintah Indonesia. Ada 3 macam vaksin yg
bisa digunakan:
a) Vaksin Campak (measles)
b) Vaksin Campak dan Rubella (MR/measles and rubella)
c) Vaksin Campak, Gondongan, dan Rubella (MMR/measles,
mumps, and rubella)
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah interpreteasi pemeriksaan fisik dan penunjang?
2. Apakah hubungan Riwayat Nutrisi anak dengan kondisi anak?
3. Apa hubungan batuk dan demam dengan skenario?
4. Mengapa bisa terjadi weight faltering?
5. Apa diagnosis sementara dari kasus diatas?
III. HIPOTESIS
1. Apakah interpreteasi pemeriksaan fisik dan penunjang?
Pada pemeriksaan fisik : tanda gejala marasmus
Keadaan umum sadar, tampak kurus.
Iga gambang
baggy pants (+)
edema (-)
muscle wasting (+)
berat badan umur 15 bulan 5700 gram : underweight
PB 70 : pendek
lingkar kepala 41 cm : kurang dr normal (45,5-48,5) untuk bayi usia 15
bulan.Ada dua faktor yang memengaruhi ukuran lingkar kepala bayi, yaitu
faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik adalah faktor-
faktor yang tidak bisa Anda kendalikan, seperti faktor genetik, faktor
fungsi otot, dan faktor hormon. Faktor ekstrinsik merupakan faktor-faktor
yang bisa Anda kontrol, seperti nutrisi (prenatal dan post natal), tingkat
aktivitas fisik, dan derajat kesehatan ibu (saat hamil dan setelah
melahirkan).
Lingkar lengan atas 9 cm : kecil (12,5-13 untuk balita)
GDS 48 mg/dl. -> rendah Hipoglikemi Semua anak dengan gizi buruk
berisiko hipoglikemia (kadar gula darah < 3 mmol/L atau < 54 mg/dl).
WAZ <-3 SD, HAZ <-3 SD, WHZ <-3 SD.
2. Apakah hubungan riwayat nutrisi anak dengan kondisi anak?
Pada kasus disebutkan anak suka minum teh, Teh mengandung tanin dan
poliphenol yang mengganggu penyerapan zat tertentu dalam makanan
seperti zat besi. Zat besi dan protein diperlukan untuk imunitas tubuh,
menyediakan sumber energi, menghasilkan darah yang kaya oksigen.
Gangguan penyerapan zat besi menyebabkan anemia defisiensi besi pada
anak dan bermanifestasi klinik lesu. Protein digunakan untuk pertumbuhan
dari sel-sel, sehingga defisiensi protein menyebabkan anak tampak kurus.
Pada susu terdapat kandungan lemak, protein magnesium, phospor, zinc,
mineral lain yang esensial bagi pertumbuhan anak pada golden age (1000
hari kehidupan). Bila defisiensi zat-zat tersebut, anak akan mengalami
gangguan pertumbuhan.
Mengkonsumsi teh dapat memicu gangguan proses penyerapan kalsium
pada anak. Anak yang sering minum teh berisiko mengalami defisiensi
kalsium. Asam tannat pada teh juga dapat menyebabkan gangguan
penyerapan vitamin B.
Pada bayi udia 15 bulan, makanan yang diberikan harus mengandung gizi
seimbang untuk mendukung aktivitas dan tumbuh kembang anak. Oleh
karena itu, ibu sebaiknya memerhatikan asupan zat gizi anak dengan
rincian sebagai berikut:
a) Makanan sumber karbohidrat sebagai sumber energi diberikan 3-4
kali sehari. Anak usia 15 bulan membutuhkan 90-100 kalori per
kilogram berat badannya. Kebutuhan kalori ini bergantung pada
keaktifan anak.
b) Makanan sumber protein diberikan sebanyak 14,5gr sehari. Sekitar
6gr dari jumlah tersebut harus merupakan protein yang bermutu
tinggi. Makanan yang kurang lebih mengandung 6gr protein antara
lain adalah 1 butir telur, 25gr daging tanpa lemak, dan 100gr
kacang hijau. Makanan sumber protein hewani diberikan satu kali
sehari, sedangkan makanan sumber protein nabati diberikan dua
kali sehari.
c) Buah-buahan dan sayuran diberikan 3-4 kali sehari. Ibu bisa
memberikan anak potongan buah yang lembut, misalnya pepaya,
pisang, dan melon. Ibu juga bisa memberi sayuran rebus, misalnya
wortel, kembang kol, brokoli, dan buncis. -Zat besi (Fe)
merupakan mikronutrien yang penting untuk mendukung tumbuh
kembang anak. Zat besi dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah. Maka dari itu, kekurangan zat besi bisa mengakibatkan
anemia. Ibu bisa memperkaya asupan zat besi anak dengan
makanan seperti hati, daging merah, kuning telur, kacang-
kacangan, dan sayuran hijau.
d) Seng (Zn) berguna untuk pertumbuhan, penyembuhan luka,
pembentukan protein, dan peningkatan kekebalan tubuh. Ibu bisa
memperkaya asupan seng anak dengan makanan seperti daging,
kerang, ikan, serealia, dan kacang-kacangan
3. Apa hubungan batuk dan demam dengan skenario?
Hubungan batuk lama dan demam dengan skenario adalah Penyebab
langsung dari KEP adalah defisiensi kalori maupun protein, yang berarti
kurangnya konsumsi makanan yang mengandung kalori maupun protein,
hambatan utilisasi zat gizi. Adanya penyakit infeksi dan investasi cacing
dapat memberikan hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi
yang menjadi dasar timbulnya KEP. Penyebab langsung KEP dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Penyakit infeksi Penyakit infeksi yang dapat menyebabkan KEP
yaitu cacar air, batuk rejang, TBC, malaria, diare, dan cacing,
misalnya cacing Ascaris lumbricoides dapat memberikan hambatan
absorbsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh yang semakin lama dan tidak
diperhatikan akan merupakan dasar timbulnya KEP.
b) Poltekkes Kemenkes Yogyakarta KEP sering dijumpai pada anak
usia 6 bulan hingga 5 tahun dimana pada usia tersebut tubuh
memerlukan zat gizi yang sangat tinggi, sehingga apabila
kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi maka tubuh akan menggunakan
cadangan zat gizi yang ada di dalam tubuh, yang berakibat
semakin lama cadangan semakin habis dan akan menyebabkan
terjadinya kekurangan yang menimbulkan perubahan pada gejala
klinis.
4. Mengapa bisa terjadi weight faltering?
Secara garis besar, weight faltering dapat disebabkan karena kurangnya
kalori yang masuk, faktor psikososial, gangguan penyerapan, penggunaan
kalori oleh tubuh yang berlebihan karena meningkatnya metabolisme dan
penyebab lainnya. Kurangnya kalori bisa disebabkan karena macam-
macam faktor. Misalnya memang ASInya atau makanannya yang kurang,
karena di skenario anak tersebut sudah tidak diberikan ASI maka bisa jadi
nutrisi yang masuk berkurang juga belum tebentuknya sistem imun yang
matang dalam tubuh anak tersebut.
5. Apa diagnosis sementara dari kasus diatas?
Kemungkinan diagnosis : Marasmus
Gejala klinis gizi buruk yang dapat ditemukan pada marasmus yaitu
tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, kulit keriput, perut
cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas (iga
gambang), pantat kendur dan keriput (baggy pants) serta tekanan darah,
detak jantung dan pernafasan berkurang.
IV. SKEMA
V. SASARAN BELAJAR
1. Etiologi dan faktor risiko gizi buruk
2. Patofisiologi gizi buruk
3. manifestasi klinis gizi buruk
4. pemeriksaan fisik dan penunjang gizi buruk
5. Diagnosis Banding gizi buruk
6. Komplikasi gizi buruk
7. Tatalaksana gizi buruk
8. Edukasi dan pencegahan gizi buruk
Dampak jangka pendek gizi kurang/buruk pada masa batita adalah gangguan
pertumbuhan dan perkembangan otak, otot, komposisi tubuh dan metabolic programming
glukosa, lemak dan protein. Dampak jangka panjang dapat berupa rendahnya kemampuan
nalar, prestasi pendidikan, kekebalan tubuh, dan produktifitas kerja. Selain itu
meningkatkan risiko diabetes, obesitas, penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker,
stroke dan penuaan dini.
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Penunjang
WHO merekomendasikan tes laboratorium berikut:
o Kadar gula darah, darah tepi lengkap, urine lengkap, feses lengkap, elektrolit
serum,protein serum(albumin, globulin), ferritin
o Tes HIV (Tes ini harus disertai dengan konseling orang tua anak, dan kerahasiaan
harus dipelihara.)
o Tes Mantoux
o Roentgen (dada, AP, lateral)
o Pemeriksaan EKG
o Temuan yang signifikan dalam kwashiorkor meliputi hipoalbuminemia (10-25 g / L),
hypoproteinemia (transferin, asam amino esensial, lipoprotein), dan hipoglikemia.
o Plasma kortisol dan kadar hormon pertumbuhan yang tinggi, tetapi sekresi insulin dan
tingkat pertumbuhan insulin faktor yang menurun.
o Persentase cairan tubuh dan air ekstraseluler meningkat. Elektrolit, terutama kalium
dan magnesium, yang habis.
o Tingkat beberapa enzim (termasuk laktosa) yang menurun, dan tingkat lipid beredar
(terutama kolesterol) yang rendah.
o Ketonuria terjadi, dan kekurangan energi protein dapat menyebabkan penurunan
ekskresi urea karena asupan protein menurun. Dalam kedua kwashiorkor dan
marasmus, anemia defisiensi besi dan asidosis metabolik yang hadir.
o Ekskresi hidroksiprolin berkurang, mencerminkan terhambatnya pertumbuhan dan
penyembuhan luka.
o Kemih meningkat 3-methylhistidine adalah refleksi dari kerusakan otot dan dapat
dilihat di marasmus.
o Malnutrisi juga menyebabkan imunosupresi, yang dapat menyebabkan hasil negatif
palsu tuberkulin kulit tes dan kegagalan berikutnya untuk secara akurat menilai untuk
TB.
o Biopsi kulit dan analisis rambut dapat dilakukan
Kriteria diagnosis
o Sirosis hepatis Sirosis hati adalah proses akhir dari perjalanan penyakit
hepatitis kronis. Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai penyakit gangguan
metabolis, seperti ikterus, edema, koagulopati, hipertensi portal, splenomegali,
varises gastroesofagus, ensefalopati hepatis, dan asietes. Prognosis penyakit
sirosis hati akhirnya meninggal akibat perdarahan varises masif atau ensefalopati
hati
o Payah jantung kongestif Gagal jantung kongestif adalah kondisi saat jantung
tidak mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrisi. Gejala sistemik berupa lemah,
cepat lelah, oliguria, nokturia, mual, muntah, asites, hepatomegali, dan edema
perifer
3 FASE:
Medikamentosa:
Pengobatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Rehidrasi oral dengan
cara Resomal, rehidrasi secara parenteral hanya pada dehidrasi berat atau syok
Atasi / cegah hipoglikemi
Atasi gangguan elektrolit
Atasi / cegah hipotermia
Antibiotik (bila e.c. infeksi)
Atasi penyakit penyerta sesuai pedoman
Vitamin A pada awal perawatan dan hari ke-15 atau sebelum pulang
Multivitamin mineral, khusus asam folat hari pertama 5mg, selanjutnya 1mg per
hari
Suportif/ Dietik
Oral (enteral)
Intravena (parenteral), diberikan pada idikasi tertentu
Pemberian nutrisi melalui oral atau enteral merupakan pilihan utama. Jalur
parenteral hanya digunakan pada situasi tertentu saja. Kontra indikasi pemberian
makan melalui saluran cerna ialah obstruksi saluran cerna, perdarahan saluran
cerna serta tidak berfungsinya saluran cerna. Pemberian nutrisi enteral untuk
jangka pendek dapat dilakukan melalui pipa nasogastrik atau nasoduodenal atau
nasojejunal. Untuk jangka panjang, nutrisi enteral dapat dilakukan melalui
gastrostomi atau jejunostomi. Untuk nutrisi parenteral jangka pendek (kurang dari
14 hari) dapat digunakan akses perifer, sedangkan untuk jangka panjang harus
menggunakan akses sentral1
Pemberian kalori awal sebesar 50-75% dari target untuk menghindari sindrom
refeeding
Pemenuhan Gizi sesuai dengan AKG (menurut PMK no.28 tahun 2019)
Pemantauan
A. Kriteria sembuh:
o BB/TB >-2SD
B. Tumbuh kembang:
o Memantau status gizi secara rutin dan berkala
o Memantau perkembangan psikomotor
C. Edukasi
D. Memberikan pengetahuan pada orang tua tentang:
o Pengetahuan gizi
o Melatih ketaatan dalam pemberian diet
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia : Asuhan
Nutrisi Pediatrik (Pediatric Nutrition Care). Paediatric. 2011;3(2):5–6.
Aldeman H, Shekar M, Kliegman, R.M, D.F. Nutrition, Food Security, and Health. In:
Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. p. 170–8.
Departemen Kesehatan RI.Petunjuk teknis tata laksana anak gizi buruk: buku II.Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.2003.
Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatric dan penyakit
metabolic. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011.
Pudjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta: Badan
Penerbit IDAI. 2011
MENKESRI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019
tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masyarakat Indonesia. 2019;