Anda di halaman 1dari 44

INFALAMASI TELINGA TENGAH

Disusun oleh :

Dr.dr.Zulfikar Naftali,Sp.THT-KL(K),Msi.Med

Penerbit :
Fakultas Kedokteran
Universitas
Diponegoro 2021
ISBN : 978-623-417-028-3

iii
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
BUKU AJAR

Inflamasi Telinga Tengah

Penyusun:
Dr.dr. Zulfikar Naftali,Sp.THT-KL(K),Msi.Med

Mata Kuliah : Otologi -1


SKS : 3 SKS
Semester :1
Program Studi : Kedokteran
Fakultas : Kedokteran

Diterbitkan oleh:
Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Jl. Prof. Sudarto, SH – Kampus Tembalang, Semarang

35 hal + ix
ISBN: 978-623-417-027-6
Revisi 0, Tahun 2021

Dicetak oleh:
Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Jl. Prof. Sudarto, SH – Kampus Tembalang, Semarang

Isi di luar tanggung jawab percetakan

iv
Diizinkan menyitir dan menggandakan isi buku ini dengan memberikan apresiasi
sebagaimana kaidah yang berlaku.

v
PERSEMBAHAN

Buku ini kami dedikasikan untuk semua mahasiswa


Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro

vi
ANALISIS PEMBELAJARAN
Mampu menjelaskan perjalanan infeksi telinga tengah, berdasarkan anatomi makroskopis-mikroskopis, fisiologi dan patofisiologinya. Hal ini diharapkan mampu
menganalisis gejala klinis/kelainan/penyakit-penyakit terkait infeksi telinga tengah dan melakukan demonstrasi penegakan diagnosis pada kasus inflamasi telinga tengah
dengan menggunakan skenario klinis dengan benar. (C6. P3, A3)

6) Mampu memformulasikan diagnosis pada penyakit-penyakit terkait inflamasi telinga tengah dengan menggunakan
skenario klinis(C6, P3)

5) Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk pengumpulan data pada kasus penyakit-penyakit terkait inflamasi
telinga tengah dengan menggunakan skenario klinis (C5, P3)

4) Mampu menganalisis dan menghubungkan gejala klinis/kelainan/penyakit-penyakit terkait inflamasi telinga tengah pada
skenario klinis yang diberikan (C3, A3)

1) Mampu menjelaskan tentang anatomi makroskopis dan 2) Mampu menjelaskan tentang fisiologi telinga tengah 3) Mampu menjelaskan tentang patofisologi
mikroskopik (C2, A3). (C2, A3). telinga tengah (C2, A3).

Telinga Tengah

iv
KATA PENGANTAR

Alkhamdulillah, atas berkat rahmat Alloh SWT, Buku Ajar Infeksi Telinga Tengah
bisa diterbitkan. Karya tulis ini ditujukan untuk teman sejawat dokter, mahasiswa fakultas
kedokteran dan fakultas lain serta masyarakat yang tertarik dengan tema yang tertulis di
dalam buku ini.
Infeksi telinga tengah atau lazim disebut otitis media menarik ditulis dalam buku
oleh karena tergolong penyakit terbanyak di fasilitas kesehatan pertama maupun tingkat
lanjut. Inflamasi di telinga tengah ini sering ditemukan di masyarakat negara berkembang
dengan sosial ekonomi rendah, anggota keluarga lebih dari 3 orang, pendidikan rendah dan
pendapatan minimal. Otitis media mempunyai angka kesakitan dan angka kematian yang
relatif tinggi, sehingga menurunkan kualitas pendengaran dan wicara, yang berakhir dengan
penurunan kualitas hidup penderita.
Buku ini dibuat dengan tujuan memudahkan teman sejawat dalam diagnosis dini dan
terapi awal pada otitis media, tentunya sesuai dengan level kompetensi masing-masing.
Diharapkan, dengan diagnosis dan terapi yang sedini mungkin mampu mengurangi angka
kesakitan dan angka kematian serta dapat meningkatkan kualitas hidup penderita otitis media

Penulis
Email: zulfikarnaftali@gmail.com

Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH v


DAFTAR ISI

Halaman

Persembahan……………………………………………………………………..........iii

Analisis Pembelajaran. ………………………………………………………………...iv

Kata Pengantar ………………………………………………………………………..v

Daftar Isi ………………………………………………………………………………vi

Daftar Tabel ……………………………………………………………………………..

Daftar Gambar …………………………………………………………………………...

Tinjauan Mata Kuliah…………………………………………………………………...1


Pokok Bahasasn I. Otitis Media Akut….………………………………………………..4
a. Pendahuluan……………………………………………………………………….4
b. Penyajian…………………………………………………………………………..5
c. Penutup…………………………………………………………………………..10
Pokok Bahasan II
a. Pendahuluan……………………………………………………………………...12
b. Penyajian…………………………………………………………………………13
c. Penutup…………………………………………………………………………..25
Apendix………………………………………………………………………………..28

Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH vi


Daftar gambar

Halaman

Gambar 1.1. Stadium Otitis media akut………………………………………………..6


Gambar 1.2. Letak dan derajat perforasi berdasarkan kuadran yang
terkena………………….………………….………………….…………..7
Gambar 2.1. Bagan otitis media kronik………………….………………….…………13
Gambar 2.2. Variasi perforasi pada dry ear………………….………………….……..15
Gambar 2.3. Variasi perforasi pada OMSK benigna………………….……………….15
Gambar 2.4. Variasi perforasi pada OMSK maligna………………….……………….16
Gambar 2.5. Variasi membran timpani pada otitis media dengan efusi……………….17
Gambar 2.6. Variasi audiogram pada dry ear………………….………………………18
Gambar 2.7. Variasi Audiogram dan pada omsk benigna………………….………….19
Gambar 2.8. Perbedaan selule mastoid normal dengan OMSK benigna………………19
Gambar 2.9. Audiogram dan CT-scan mastoid pada OMSK maligna ………………20
Gambar 2.10. Karakteristik membram timpani yang bisa menutup sempurna………...22
Gambar 2.11.Alur terapi OMSK……………………………………………………….23
Gambar 2.12. Parasintesis dan insersi gromet…………………………………………24

Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH vii


TINJAUAN MATA KULIAH

I. Deskripsi Singkat
Inflamasi di telinga tengah terbagi menjadi 2 tipe yaitu infeksi dan non infeksi.
Infllamasi tipe infeksi terdiri dari otitis media akut dan otitis media kronik. Oleh karena
posisi tuba esutachius yang datar dan lebar pada balita serta kepala mendatar pada saat
minum ASI, maka insiden dan prevalensi otitis media cukup tinggi. Otitis media kronik
terdiri dari 2 tipe yaitu benigna (jinak) atau tipe maligna. Otitis media kronik seringkali
dihubungkan dengan berbagai macam kelainan di organ lain seperti rhinosinusitis, septum
deviasi, polip, tumor kavum nasi dan adenotonsilitis kronik.
Berbeda dengan tipe infeksi, inflamasi non infeksi yang sering terjadi pada usia balita
dan remaja yaitu otitis media dengan efusi. Inflamasi di telinga tengah ini sering dikaitkan
dengan riwayat alergi, tonsilitis kronik (amandel) maupun refluks laringofaring. Oleh karena
kelainan ini tidak berhubungan dengan paparan bakteri, maka terapi kausatif merupakan
tindakan yang logis.
II. Relevansi
Diharapkan setelah mengikuti mata kuliah otologi-1 ini, maka peserta didik mampu
menjelaskan anatomi, fisiologi dan patofisologi di telinga tengah. Setelah memahami konsep
dasar penyakit tersebut, maka peserta didik diharapkan bisa mendiagnosis dan memberikan
terapi serta edukasi yang tepat terkait penyakit tersebut.

III. Capaian Pembelajaran


1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Setelah mengikuti modul ini peserta didik diharapkan mempunyai pemahaman dan
pengetahuan yang cukup tentang anatomi telinga, fisologi dan patofisiologi telinga diagnosis
penyakit, terapi medika mentosa dan terapi operatif. Selain itu peserta didik diharapkan juga
mempunyai kemampuan untuk melakukan komunikasi efektif, menggunakan sistem
teknologi informasi, mawas diri dan mau belajar sepanjang hayat serta mempunyai etika,
moral dan profesionalisme dalam praktek.
Dalam mengaplikasikan kompetensi, maka level yang digunakan adalah mengadaptasi
Miller’s piramide of competency level.

1
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
(1)Knows (factual recall of knowledge)
(2) Knows how (the application of knowledge to problem solving and decision making)
(3) Shows how (the student has performed the skill least several times).
(4) Does (actual performance)

Level yang akan disesuaikan dengan tahapan pendidikan untuk mahasiswa masing-
masing peserta didik. Untuk program pendidikan S-1, level yang diharapkan adalah
level 3. Sedangkan untuk program pendidikan spesialis, maka level yang ditetapkan ada
di level 4.

2. Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK)


Berdasarkan onset penyakit, inflamasi di telinga tengah (otitis media) dibagi meenjadi 2
golongan yaitu otitis media akut (OMA) dan otitis media kronik (OMK). Selanjutnya, dilihat
dari ada tidaknya sekret di liang telinga dan telinga tengah, OMK dibagi lagi menjadi tipe aktif
(OMSK, otitis media supuratif kronik) dan tipe in aktif (dry ear). OMSK sendiri bisa bagi lagi
menjadi 2 yaitu OMSK benigna dan OMSK maligna.
a. Otitis Media Akut.
Setelah mengikuti mata kuliah otitis media akut, peserta didik diharapkan mampu bertindak
pada level 4 dari Miller’s piramide of competency level. Pemahaman tentang level 1 yang
berisi konsep dasar patofisiologi dan patogenesis sampai ke terapi paripurna (level 4 ) dari
otitis media akut menjadi capaian pembelajaran mata kulah ini.
b. Otitis media kronik tipe in aktif.
Setelah mengikuti mata kuliah otitis media kronik tipe in aktif peserta didik diharapkan
mampu bertindak pada level 4 dari Miller’s piramide of competency level. Pemahaman
tentang level 1 yang berisi konsep dasar patofisiologi dan patogenesis sampai ke terapi
paripurna (level 4 ) dari otitis media kronik tipe in aktif menjadi capaian pembelajaran mata
kulah ini.
c. Otitis media kronik tipe aktif.
Setelah mengikuti mata kuliah otitis kronik tipe aktif peserta didik diharapkan mampu
bertindak pada level 4 dari Miller’s piramide of competency level. Pemahaman tentang level
1 yang berisi konsep dasar patofisiologi dan patogenesis sampai ke terapi paripurna (level 4
) dari otitis media kronik tipe aktif menjadi capaian pembelajaran mata kulah ini.

2
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
d. Otitis Media dengan Efusi
Setelah mengikuti mata kuliah otitis media dengan efusi peserta didik diharapkan
mampu bertindak pada level 4 dari Miller’s piramide of competency level. Pemahaman
tentang level 1 yang berisi konsep dasar patofisiologi dan patogenesis sampai ke terapi
paripurna (level 4 ) dari otitis media dengan efusi menjadi capaian pembelajaran mata
kulah ini.

3. Indikator
Indikator pencapaian pembelajaran mata kuliah otologi-1 adalah:
a. Ketepatan dalam menjelaskan anatomi dan fisiologi telinga tengah.
b. Ketepatan dalam menjelaskan patofisiologi infeksi telinga tengah.
c. Ketepatan dalam mendiagnosis inflamasi telinga tengah.
d. Ketepatan dalam memberikan terapi medikamentosa maupun operatif pada inflamasi telinga
tengah.
e. Ketepatan dalam memberikan edukasi pasien dengan inflamasi telinga tengah.

3
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
A. POKOK BAHASAN I

I. Pokok Bahasan I
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Otitis media akut (OMA) merupakan infeksi di mukoperiosteum telinga tengah, dengan
onset kurang dari 2 minggu. Tanda dan gejala khas OMA yaitu otore (keluar cairan) dan
perforasi memembran timpani. Beberapa literatur menyatakan, OMA tidak memerlukan
antibiotik, oleh karena hanya paparan dari virus. Akan tetapi, pemberian antibiotik juga
tidak bisa disalahkan oleh karena adanya interaksi virus-bakteri dalam perjalanan otitis
media akut.
1.2. Relevansi
Diharapkan setelah mengikuti mata kuliah otologi-1 ini, maka peserta didik mampu
menjelaskan anatomi, fisiologi dan patofisologi di telinga tengah. Setelah memahami
konsep dasar penyakit tersebut, maka peserta didik diharapkan bisa mendiagnosis dan
memberikan terapi serta edukasi yang tepat terkait otitis media akut
1.3. Capaian Pembelajaran
1.3.1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Capain pembelajaran Mata Kuliah Pokok bahasan kesatu dalam buku ini yaitu
mampu:
a. Mengetahui fisiologi telinga tengah
b. Mengetahui gejala dan tanda Otitis Media akut
c. Mengetahui terapi medikamentosa pada kasus Otitis Media Akut
d. Mengetahui kegawatan pada kasus Otitis Media Akut
1.3.2. Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK)
Capain pembelajaran Mata Kuliah Pokok bahasan kesatu dalam buku ini yaitu
mampu:
a. Menjelaskan fisiologi transport mukosiliar di mukosa telinga tengah.
b. Menjelaskan patogenesis timbulnya otore dan perforasi membran timpani
c. Memberikan pilihan terapi yang tepat pada kasus Otitis Media Akut
d. Mendiagnosis adanya kegawatan pada Otitis Media akut.
.

4
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
1.4. Petunjuk Pembelajaran
Buku ini disusun sudah dalam urutan yang jelas, mulai dari fisologi, patofisiologi,
gejala dan tanda serta terapi. Bagi pembaca pemula, disarankan membaca urut dari awal
sampe akhir sehingga bisa memahami Otitis Media Akut secara komprehensif.

2. Penyajian
2.1. Uraian
a. Difinisi
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut (kurang dari 2 minggu) di
mukoperiosteum telinga tengah akibat paparan bakteri.
b.Patogenesis
Gangguan fungsi tuba Eustachius merupakan faktor utama awal terjadinya otitis
media. Pada keadaan tersebut fungsi tuba sebagai equalizer, proteksi telinga tengah, dan
fungsi ventilasi tidak dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian akan terjadi tekanan
negatif di telingah tengah, yang menyebabkan transudasi cairan hingga supurasi.
Otore atau terdapatnya sekret di liang telinga dan telinga tengah merupakan
produk dari respon imun mukosa terhadap paparan patogen. Apabila ada invasi pathogen
(bakteri, virus dan jamur), akan memicu over ekspresi TLR-2 dan TLR-4 di epitel kavum
timpani. Over ekspresi merubah respon imun ke arah Th1 melalui jalur MyD88
dependent dan MyD88 independent di epitel maupun sel dendrit. Aktivasi jalur ini akan
meningkatkan sekresi IL-6,TNF- dan gen MUC5AC. Overproduksi sitokin dan
oeverekspresi gen pembentuk mucin tersebut, secara bersamaan akan meningkatkan
produksi sekret oleh sel goblet. Overproduksi sekret ini, dikenal dengan otore.
c. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Tanda dan gejala OMA bervariasi, tergantung dari stadium itu sendiri. Stadium
pertama OMA dinamakan dengan stadium oklusi tuba, pasien mengeluh deman, nyeri
telinga, telinga terasa penuh dengan riwayat infeksi saluran nafas atas. Pemeriksaan fisik
menunjukkan membran timpani masih intak dan tidak hiperemis. Stadium kedua yaitu
presupurasi, dengan keluhan masih sama dengan stadium sebelumnya, tetapi membran
timpani tampak hiperemis meskipun masih intak. Stadium ketiga disebut stadium
supurasi, dengan keluhan nyeri telinga atau panas yang hebat, di membran timpani
tampak kemerahan dan terdapat penonjolan di membran timpani (bulging). Stadium
keempat disebut stadium perforasi, dengan keluhan keluar cairan di telinga (otore) dan

5
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
kurang dengar. Pemeriksaan fisik membran timpani: terdapat perforasi dengan derajat
dan lokasi yang bervariasi. Stadium kelima yaitu stadium resolusi, yang terbagi dalam
berbagai tipe. Resolusi sembuh sempurna, artinya keluhan otore dan kurang dengar
menghilang disertasi penutupan seluruh perforasi di membran timpani. Resolusi tidak
sembuh sempurna, keluhan otore berkurang bahkan menghilang disertai perbaikan
pendengaran, tetapi masih ada perforasi. Tipe kedua resolusi sembuh tidak sempurna
adalah glue ear, dimana terjadi penutupan perforasi tetapi masih ada sisa sekret yang
terkumpul di telinga tengah. Tipe ketiga resolusi sembuh tidak sempurna adalah tidak
adanya ada perbaikan sama sekali di gejala maupun penutupan perforasinya dan
infeksinya melanjut ke arah kronik (OMSK).

a. normal b. oklusi tuba; c.pre-supurasi

d. Supurasi e.Perforasi e.Glue ear

Gambar 1.1. Stadium otitis media akut

6
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
Untuk diskripsi perforasi di membran timpani, mengikuti konsensus berdasarkan letak perforasi
dan derajat perforasi:

Gambar 1.2. Letak dan derajat perforasi berdasarkan kuadran yang terkena.

d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dibutuhkan dalam OMA meliputi audiometri,
timpanometri, ETF dan CT-Scan. Oleh karena ini infeksi akut, maka pemeriksaan
penunjang dilakukan pada kondisi tertentu. Contoh, terdapat OMA stadium perforasi dengan
komplikasi abses retroaurikula. Maka, diperlukan pemeriksaan CT-Scan untuk pasien ini.
Uraian lain terkait audiometri, timpanometri, ETF dan CT-Scan akan di jelaskan detail di
buku selanjutnya.
e. Diagnosis.
Penegakan diagnosis OMA berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.

7
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
f. Pengelolaan
Oleh karena OMA terdiri dari beberapa stadium, aka pengelolaannya tergantung dari
stadium itu sendiri.
- Stadium oklusi tuba
Terapi pada stadiium ini meliputi dekongestan topikal maupun orat. Apabila terdapat
panas, maka diperlukan antipiretik seperti parasetamol.
Contoh resep : R/dekongestan drop I fl
S2dd gtt II hidung kanan/kiri
R/parasetamol tablet 500 mg No.X
S3dd tab 1.
- Stadium pre-supurasi
Contoh resep : R/dekongestan drop I fl
S2dd gtt II hidung kanan/kiri
R/parasetamol tablet 500 mg No.X
S3dd tab 1.
- Stadium supurasi
Contoh resep : R/dekongestan drop I fl
S2dd gtt II hidung kanan/kiri
R/parasetamol sirup 125 mg fl I
S3dd fl 1
Tindakan: parasintesis
- Stadium perforasi
R/dekongestan drop I fl
S2dd gtt II hidung kanan/kiri
R/parasetamol sirup 125 mg fl I
S3dd cth 1
R/Co-amoxiclav sirup fl 1
S3dd cth 1
Tindakan: Ear toilet (suction) setiap 3 hari (kontrol)
Pasien diminta kontrol hari ke-3 dan ke-7 pasca terapi, untuk evaluasi sisa membran
timpani.
- Stadium resolusi
Untuk jenis glue ear: insersi gromet

8
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
Catatan: penggunaan antibiotik pada OMA, belum ada kesepakatan tentang dari
berbagai disiplin ilmu. Menurut pendapat pribadi penulis, penggunaan antibiotik pada
OMA bermanfaat untuk menghentikan patogenesis bacterial secondary infection.
g. Edukasi
Edukasi pada pasien atau keluarga meliputi:
- Jika pasien masih bayi/baita: usahakan kepala lebih tinggi dibandingkan perut, sehingga
asi tidak tersedak ke telinga.
- Jika pasien dewasa dengan faktor risiko adenotonsilitis kronis atau rhinitis alergi:
dimungkinkan adenotonsilektomi dan pengelolaan rhinitis alergi yang paripurna.
h. Prognosis
Otitis madia akut mempunya prognosis: ad bonam ad vitam, ad sanam ad bonam.
i. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita otitis media akut antara lain
- pareses nervus facialis
- mastoiditis koalesen akut
- labirinthitis
- mastoiditis
2.2. Latihan
Seorang perempuan, 25 tahun datang ke saudara dengan keluhan kurang dengar dan keluar
cairan telinga kanan sejak 2 minggu yang lalu. Riwayat berobat kepuskesmas, keluhan
masih kumat-kumatan. Hidung, tenggorok dan Telinga kiri dalam batas normal.

PF : Otoskopi telinga kanan

1. Interpretasikan hasil otoskopi tersebut !


2. Sebutkan diagnosis lengkap pasien ini!
9
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
Jawaban:
1. Perforasi sentral, pinggir tipis, derajat 50 %.
2. OMA telinga kanan stadium perforasi.

3. Penutup
3.1. Rangkuman
Otitis media akut (OMA) merupakan infeksi bakteri di mukoperiosteum telinga tengah
dan selule mastoid. Tanda, gejala dan terapi otitis media tergantung dari stadium itu sendiri.
Secara umum, prognosis otitis media akut adalah ad bonam

3.2. Test Formatif


1. Seorang laki-laki 30 tahun, datang ke RSDK, mengeluh tiba-tiba telinga kanan nyeri
yang dirasakan saat tidur maupun beraktivitas, pasien merasa telinga kanannya penuh
sehingga mengganggu pendengaran. Beberapa hari sebelumnya pasien mengalami batuk,
pilek, disertai demam. Pada pemeriksaan otoskop ditemukan adanya perforasi sentral
dengan tepi tipis dan tidak rata serta gendang telinga berwarna kemerahan. Apa diagnosis
kasus tersebut?
a. Otitis media akut
b. Otitis media kronik tipe benigna
c. Otitis media dengan efusi
d. Miringitis bulosa
e. Otitis media kronik tipe maligna

2. Seorang anak laki laki usia 12 tahun mengeluh sejak 3 hari yang lalu batuk, pilek dan
disertai demam, 2 hari kemudian telinga kanan terasa sakit dan kurang pendengaran, pada
pemeriksaan rinoskopi anterior konka oedem +/+, discharge mukoid+/+, otoskopi: CAE
normal/normal, membrana timpani hiperemis+/-, menonjol +/-. Apakah diagnosis pada
pasien ini?
a. Otitis media akut salfingitis
b. Otitis media akut hiperemis
c. Miringitis bulosa
d. Otitis media adhesiva
e. Otitis media akut supuratif

10
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
3. Seorang anak laki laki usia 12 tahun mengeluh panas dan nyeri telinga kanan sejak 3
hari yang lalu. Riwayat otore disangkal. Pemeriksaan fisik telinga kanan ditemukan :
MT intak+, bulging+, hiperemis+. Telinga kiri dalam batas normal, tenggorok dan
hidung dalam batas normal
a. Oklusi tuba
b.Pre supurasi
c.Supurasi
d.Perforasi
e. Resolusi.
3.3. Umpan Balik
Mahasiswa wajib memperluas materi bacaan terkait otitis media akut, melalui
textbook, jurnal, seminar dan lainnya. Diskusi kasus berdasarkan evidence base medicine
sangat membantu dalam memahami diagnosis dan terapi otitis media akut.
3.4. Tindak Lanjut
Mahasiswa bisa menjawab semua soal tes formatif
3.5. Kunci Jawaban Test Formatif
1. A
2. E
3. C
Daftar Pustaka
1. Johnson, J.T, Rosen C.A. Otitis Media in the Age of Antimicrobial Resistance in Bailey’s
Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Fifth edition. Volume two. Lippincott Williams &
Wilkins. 2014
2. Lee. K. J, Infections of the ear in otolaryngology Head and Neck Surgery, Mc Graw-Hill
Companies North America 2003, P: 474
3. Ballenger J.J, Peradangan Akut Telinga Tengah dalam Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher, Jilid dua, Edisi 13, bina rupa aksara, Jakarta, 1997, h: 385.
4. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Penyakit Penyakit Telinga Hidung Tenggorok
Edisi keenam. Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2007. h: 64-77.

Senarai
1. Otore adalah keluarnya cairan dari telinga tengah dan liang telinga.
2. Audiometri adalah tes pendengaran untuk menilai derajat dan tipe kurang dengar.
3. Timpanomteri adalah suatu tes untuk menilai kondisi membran timpani dan kavum timpani.
4. ETF adalah tes untuk menilai fungsi tuba eustachius.

11
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
B. POKOK BAHASAN II

I. Pokok Bahasan II
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Otitis media kronik (OMK) merupakan infeksi kronik di mukoperiosteum telinga
tengah, kelanjutan dari otitis media akut. Tanda dan gejala OMK sama dengan OMA yaitu
otore (keluar cairan) dan perforasi memembran timpani.
1.2. Relevansi
Diharapkan setelah mengikuti mata kuliah otologi-1 ini, maka peserta didik mampu
menjelaskan anatomi, fisiologi dan patofisologi telinga tengah. Setelah memahami konsep
dasar penyakit tersebut, maka peserta didik diharapkan bisa mendiagnosis dan memberikan
terapi serta edukasi yang tepat terkait otitis media kronik.
1.3. Capaian Pembelajaran
1.3.1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Capaian pembelajaran Mata Kuliah Pokok bahasan kedua dalam buku ini yaitu
mampu:
a. Mengetahui fisiologi telinga tengah
b. Mengetahui gejala dan tanda Otitis Media Kronik
c. Mengetahui terapi medikamentosa pada kasus Otitis Media Kronik
d. Mengetahui kegawatan pada kasus Otitis Media Kronik.
1.3.2. Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK)
Capaian pembelajaran Mata Kuliah Pokok bahasan kedua dalam buku ini yaitu
mampu:
a. Menjelaskan fisiologi transport mukosiliar di mukosa telinga tengah.
b. Menjelaskan patogenesis timbulnya otore dan perforasi membran timpani.
c. Memberikan pilihan terapi yang tepat pada kasus Otitis Media Kronik.
d. Mendiagnosis adanya kegawatan pada Otitis Media Kronik.
1.4. Petunjuk Pembelajaran
Buku ini disusun dengan urutan yang jelas, mulai dari fisologi, patofisiologi, gejala dan
tanda serta terapi. Disarankan membaca urut dari awal sampai akhir sehingga bisa
memahami Otitis Media Kronik secara komprehensif.

12
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
2. Penyajian
2.1. Uraian
a. Definisi
Otitis media kronik (OMA) adalah peradangan kronik (lebih dari 2 minggu) di
mukoperiosteum telinga tengah akibat paparan bakteri atau patogen lain. Berdasarkan
ada tidaknya sekret dan lokasi perforasi, OMK terbagi menjadi 3 yaitu: otitis media
kronik inaktif (tidak ada sekret/dry ear), Otitis media supuratif kronik aktif tipe benigna
(ada sekret/OMSK benigna/OMSK tipe tubotimpanal) dan otitis media kronik tipe
maligna (ada sekret/OMSK maligna/OMSK tipe atikoantral/kolestetaoma akuisita
sekunder). Pembahasan detail terkait kolesteatom, ada di buku selanjutnya.

Gambar 2.1. Bagan otitis media kronik

b.Patogenesis
Otitis media kronik (OMK) merupakan kelanjutan dari otitis media akut (OMA),
Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi patogenesis otitis media kronik antara lain
rhinosinusitis, rhinitis alergi, adenoid hipertropi, kadar retinol serum darah, septum
deviasi-konkha hipertropi, sosial ekonomi rendah dan polimorfisme TLR di mukosa
telinga tengah.
Otitis media dengan efusi (OME), berdasarkan klasifikasinya tergolong otitis
media kronik. Hal khusus yang perlu diperhatikan adalah patogenesisnya. Otitis media
dengan efusi merupakan inflamasi non infeksi di telinga tengah, yang berhubungan erat

13
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
dengan rhinitis alergi. Paparan alergen di mukosa hidung akan memicu reaksi Th2
sehingga terjadi overekspresi IL-3, IL-4 dan IL-5. Aktivasi sitokin ini memicu sel B
untuk meningkatkan ekspresi IgE di mukosa hidung meningkat. Ikatan IgE dengan
reseptor di sel mast, memicu terjadinya degranulasi histamine dan mediator inflamasi
lainnya. Mukosa hidung menjadi oedem, sekret meningkat oleh karena hiperplasia sel
goblet, rasa gatal dihidung dan bersin-bersin. Oleh karena ada konsep single airway
hypothesis, maka reaksi alergi yang terjadi di hidung akan terjadi juga di mukosa telinga
tengah.

c. Anamnesis dan Pemeriksan Fisik


1. OMK in aktif (dry ear)
Keluhan utama penderita dry ear adalah kurang dengar, dengan riwayat otore
sebelumnya yang sudah sembuh (mengering). Pemeriksaan fisik menunjukan perforasi
membran timpani dengan pinggir perforasi tebal dan tidak didapatkan sekret.
Lokasi dan derajat perforasi sangat bervariasi.

a. perforasi sentral, 25 %, pinggir perforasi tebal b. Perforasi 25 % pinggir perforasi tebal

c dan d. Perforasi 50 % (sub total), pinggir perforasi tebal, tampak polip di kavum
timpani (tanda panah merah).

14
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
e. Perforasi 50 %, pinggir tebal dan tampak plak miringosklerosis

Gambar 2.2. Variasi perforasi pada Dry ear

2. OMK aktif tipe benigna (OMSK tubotimpanal/OMSK non kolesteatoma).


Keluhan utama penderita adalah kurang dengar, dengan riwayat otore yang
kambuh-kambuhan. Pemeriksaan fisik menunjukkan perforasi sentral di
membran timpani dengan pinggir perforasi tebal dan terdapat sekret di liang
telinga maupun kavum timpani.

a. Perforasi 50 %, sentral, plak miringoskeloris b. Mukosa telinga tengah hiperemis+,


os maleus (panah biru)

c. Perforasi sub total (50%) d. Perforasi 30 %, sentral, sekret+ (panah merah)


pinggir tebal, mukosa normal,
sekret minimal
Gambar 2.3. Variasi perforasi pada OMSK benigna

15
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
3. OMK aktif tipe maligna (OMSK maligna/OMSK atikoantral/Kolesteatoma
akuisita sekunder).
Keluhan utama penderita adalah kurang dengar, dengan riwayat otore
yang kambuh-kambuhan. Pemeriksaan fisik menunjukan perforasi
atik/marginal di membran timpani dengan pinggir perforasi tebal dan terdapat
sekret di liang telinga maupun kavum timpani. Terkadang, tampak masa
kolesteatom, warna putih berbau khas.

a. perforasi marginal, tampak kolesteatom b. perforasi total dengan kolesteatoma


(warna putih) (warna putih )

c. Perforasi atik, tampak kolesteatoma ( panah merah)

Gambar 2.4. Variasi perforasi pada OMSK Maligna.

4. Otitis Media dengan Efusi (OME)


Keluhan utama penderita OME adalah telinga terasa penuh disertai berdenging
dan kurang dengar. Pemeriksaan fisik telinga terdapat variasi: MT Intak+, suram+/RC
menurun (hilang)/air buble.

16
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
a. Membran timpani intak, air buble+

b. Membran timpani intak, reflek cahaya menghilang

c. Membran timpani intak, suram, reflek cahaya menghilang

Gambar 2.5. Variasi membran timpani pada OME

d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain tes garputala,
audiometri, timpanometri, ETF, Rontgen Mastoid posisi schuler, CT-Scan
mastoid potongan axial dan coronal, facial test dan MRI. Ditegaskan bahwa
tidak semua pemeriksaan penunjang harus dikerjakan, semua tergantung indikasi
medis.
1. OMK inaktif (dry ear)
Audimoetri pada kasus dry ear biasanya CHL derajat ringan- sedang
dengan timpanometri tipe B. Penjelasan detail audiometri dan timpanomteri
17
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
ada di buku selanjutnya. Kadang kala, kita memerlukan pemeriksaan CT-
Scan mastoid untuk memastikan kondisi dalam selule mastoid,

a. Audiogram, CHL kiri derajat sedang b. Timpanogram kiri: tipe B

Gambar 2.6. Variasi perforasi pada dry ear.

2.OMK aktif tipe benigna (OMSK benigna/OMSK tubotimpanal/OMSK non-


kolesteatoma).
Audiometri pada kasus OMSK benigna dapat CHL atau MHL, dengan
derajat kurang dengar yang bervariasi dan timpanogram tipe B. Tipe
audiogram pada OMSK benigna terkadang mempunyai tipe SNHL, kondisi ini
mungkin ditemukan pada kasus perforasi yang terletak di pars flaksida saja.
Penjelasan detail audiometri dan timpanometri ada di buku selanjutnya.
Pemeriksaan CT-Scan mastoid sangat diperlukan pada saat tidak ada respon
terapi.

a. Audiogram, CHL kanan kiri derajat sedang b. Timpanogram kanan: tipe B

18
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
c. Audiogram, MHL kiri derajat berat

Gambar 2.7. Variasi audiogram pada OMSK benigna.

d.CT-Scan mastoid panah merah e. panah merah: selule mastoid suram, tidak erosi
selule mastoid normal

Gambar 2.8. Perbedaan selule mastoid normal dengan OMSK benigna.

3.OMK aktif tipe maligna (OMSK maligna/OMSK atikoantral/Kolesteatoma


akuisita sekunder).
Audiometri pada kasus OMSK maligna mirip dengan OMSK benigna,
dapat CHL atau MHL, dengan derajat kurang dengar yang bervariasi dan
timpanogram tipe B.

19
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
a. Audiogram, kanan MHL berat b. Timpanogram kanan dan kiri: tipe B
kiri SNHL ringan

c.CT-Scan mastoid, lingkaran merah d. panah merah: selule mastoid


selule mastoid normal suram, ada erosi

Gambar 2.9. Audiogram dan CT-scan mastoid OMSK maligna.

4. Otitis Media dengan Efusi (OME)


Hasil pemeriksaan penunjang pada OME sangat bervariasi, tergantung
dari jumlah sekret di dalam kavum timpani, kelenturan membran timpani dan
fungsi tuba eustachius. Tipe audiogram pada OME adalah tuli konduksi (CHL)
dengan timpanogram tipe B. Terkadang timpanogram bisa A, untuk pemeriksaan
ETF, bisa obstruksi total maupun obstruksi parsial. Pembahasan detail tentang
audiometri, timpanometri dan ETF akan dijelaskan di buku selanjutnya.

20
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
e. Diagnosis
Diagnosis otitis media kronik berdasarkan ananesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Resume untuk diagnosis masing-masing tipe sebagai
berikut:
1. OMK in aktif : keluhan kurang dengar, membran timpani perforasi sentral
dengan berbagai derajat, kurang dengar tipe CHL tipe ringan dan sedang.
Pemeriksaan CT-scan: selule mastoid dalam batas normal.
2. OMSK benigna keluhan kurang dengar dan otore, membran timpani perforasi
sentral dengan berbagai derajat, kurang dengar tipe (CHL, MHL SNHL),
derajat kurang dengar dari rungan sampe profoud. Pemeriksaan CT-scan:
selule mastoid tampak suram, batas antar selule masih tampak.
3. OMSK Maligna keluhan kurang dengar dan otore, membran timpani perforasi
sentral dengan berbagai derajat, ada kompilikasi (perot, kurang dengar dan
vertigo), kurang dengar (CHL, MHL SNHL) dengan derajat dari ringan sampe
profoud .Pemeriksaan CT-scan: selule suram, batas antar selule tidak jelas oleh
karena ada erosi.
4. Otitis media dengan efusi keluhan telinga terasa penuh dan kurang dengar.
Pemeriksaan membran timpani: intak+, suram+, reflek cahaya menurun atau
hilang. Terkadang terdapat retraksi membran timpani. Pemeriksaan audiometri
terdapat kurang dengar tipe CHL, ETF terganggu parsial atau total, foto RAN
+ ( adenoid hipertrofi), SPT (skin prick test) +.
f.Terapi
1. OMK inaktif : Rujuk untuk timpanoplasti.
2. OMSK benigna :
a. Non bedah :
- Ear toilet : Ear toilet dilakukan setiap2-3 hari, oleh tenaga medis. Ear
toilet berguna untuk menjaga telinga kering dan bersih.
Tindakan dalam katagori ear toliet antara lain suction
dengan ujung yang lunak, swab kapas, betadine dan
perhidrol. Berdasarkan pengalaman penulis, ear toilet
dengan suction lebih disarankan. Penggunaan perhidrol
oleh pasien sendiri cenderung menyebabkan otomikosis,

21
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
terutama bagi pasien dengan liang telinga kecil dan
berkelok.
- Kuinolon topikal setiap 8 jam. Penggunaan kuinolon topikal mempunyai
bebrapa alasan. Pertama, kuinolon topikal bekerja langsung
ke mukosa telinga tengah. Kedua, kuinolon topikal aman
bagi koklea (tidak ototksisk) dan efektif untuk
Pesudomonas aeruginosa yang merupakan kuman
terbanyak pada OMSK benigna. Kuinolon topikal yang
tersedia di Indonesia antara lain ofloksasin 0,075 %,
ofloksasin 0,3 % dan siprofloksasin hidrokorida 0,3 %.
Kuinolon topikal di berikan selama 2 minggu.
Perubahan di membran timpani yang perlu
dievaluasi pasca pemberian kuinolon topikal adalah :
adakah pertumbuhan epitel di pinggir perforasi,
vaskularisasi di membran timpani dan ada tidaknya jaringan
patologis di kavum timpani. (polip dan granulasi).
Berdasarkan pengalaman penulis, apabila ada pertumbuhan
epitel di pinggir perforasi disertai hipervaskularisasi di
membran timpani dan tidak ada jaringan patologis di telinga
tengah, maka perforasi bisa menutup sempurna diminggu
ke-empat pasca kuinolon topikal (Gambar 2.7).

Gambar 2.10. karakteristik perforasi yang bisa menutup sempurna.

22
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
- Antibiotik sistemik: Pemberian antibiotik sitemik baik per oral
maupun intravena kurang efektif dalam
menurunkan otore maupun perbaikan perforasi.
Hal ini dapat dimengerti oleh karena konsentrasi
antibiotik sistemik yang mencapai mukosa teliga
tengah sangat minimal (1/3000 kali antibiotik
topikal).
Antibiotik sistemik peroral merupakan
pilihan linia kedua setelah 2 minggu pasca
antibiotik topikal, tetapi tidak responBegitu juga
jika ada indikasi komplikasi intra kranial,
antibiotik peroral boleh diberikan.
Antibiotik sistemik intravena diberikan
sebagai lini ketiga, setelah pemberian per oral.
Pasien dengan kondisi tertentu, misalnya resisten
terhadap hampir semua jenis antibiotik, maka
antibiotik sistemik merupakan pilihan terakhir.

Gambar 2.11.Alur terapi OMSK

b. Terapi bedah :pilihannya adalah timpanoplasti saja atau timpanoplasti


dengan mastoidektomi. Sebagai catatn, timpanoplasti saja
diberikan pada kasus perforasi sentral di membran timpani,

23
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
sementara selule mastoid masih normal. Dilakukan
timpanoplasti dengan mastoidektomi apabila ada perforasi
sentral dengan kesuraman di selule mastoid berdasarkan CT-
Scan. (kesuraman ini biasanya hiperplasi mukosa, granulasi
atau sekret).

3. OMSK Maligna rujuk untuk mastoidektomi radikal.


4. Otitis media dengan efusi: parasintesis dilanjutkan insersi gromet dan
pengelolaan faktor risiko.

Gambar 2.12. Parasintesis dan Insersi gromet

g.Prognosis
1. OMK in aktif : ad sanam: dubia ad bonam
2. OMSK benigna : ad sanam: dubia ad bonam
3. OMSK Maligna : ad sanam: ad malam
4. Otitis media dengan efusi (OME): ad sanam ad bonam

e.Edukasi
1. OMK in aktif : pasca operasi tidak disarankan berenang.
2. OMSK benigna : berenang, naik pesawat atau ada perubahan tekanan
mendadak, bisa menyebabkan perforasi ulang. Jadi, mohon dihindari hal-hal
tersebut.
3. OMSK Maligna : perlu fisioterapi apabila ada perot pasca operasi.
4. OME : kendalikan faktor risiko

24
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
f. Kompliasi
Komplikasi akibat OMK tergantung dari jenisnya. Pada umumnya
komplikasi bisa terjadi pada kasus OMSK maligna, yang meliputi:
- Abses otogenik: terdapatnya abses di intra kranial
- Facial palsy/perot
- Gangguan pengecapan/disgesia
- Mata kering akibat gangguan lakrimasi
- Sepsis
3. Penutup
3.1. Rangkuman
Otitis media kronik (OMA) merupakan infeksi kronik (lebih dari 2 minggu)
bakteri di mukoperiosteum telinga tengah dan selule mastoid. Terdapat 2 tipe OMSK yaitu
aktif dan in aktif. Tanda, gejala dan terapi OMSK tergantung dari tipe OMSK sendiri..
OMSK tipe malgina mempunyai prognosis ad malam, tipe lainnya ad bonam.

3.2. Test Formatif


1. Seorang laki-laki 30 tahun, datang ke RSDK, mengeluh tiba-tiba telinga kanan nyeri
yang dirasakan saat tidur maupun beraktivitas, pasien merasa keluar cairan dari telinga
kanan sehingga terasa penuh dan kurang dengar.. Pada pemeriksaan otoskop ditemukan
adanya perforasi sentral dengan, 50 %, tepi tipis dan rata, gendang telinga berwarna
kemerahan. Apa diagnosis kasus tersebut?
a. Otitis media akut
b. Otitis media kronik tipe benigna
c.Otitis media dengan efusi
d.Miringitis bulosa
e.Otitis media kronik tipe maligna

2. Seorang laki-laki 35 tahun, datang ke RSDK, mengeluh tiba-tiba telinga kanan keluar
cairan setiap hari sejak 2 tahun terakhir Pada pemeriksaan otoskop ditemukan adanya
perforasi atikdengan, 50 %, tepi tipis dan rata, gendang telinga berwarna kemerahan.
Apa diagnosis kasus tersebut?
a. Otitis media kronik maligna
b. Otitis media kronik benigna
c. Miringitis bulosa
25
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
d. Otitis media adhesiva
e. Otitis mediakronik supuratif

3. Seorang laki-laki 35 tahun, datang ke RSDK, mengeluh tiba-tiba telinga kanan keluar
cairan setiap hari sejak 2 tahun terakhir Pada pemeriksaan otoskop ditemukan adanya
perforasi atikdengan, 50 %, tepi tipis dan rata, gendang telinga berwarna kemerahan.
Sebagai dokter, kita yakin tipe maligna apabila CT-scan Mastoid menunjukkan
gambaran sebagai berikut:
a. Kseruaman di selule mastoid
b.Kesuraman selule mastoid, antar selule masih ada batas tegas
c. Kesuraman selule mastoid, antar selule masih tidak ada batas tegas
d.Kesuraman di kavum timpani
e. Kesuraman di liang telinga

3.3. Umpan Balik


Mahasiswa wajib memperluas materi bacaan terkait otitis media kronik
melalui textbook, jurnal, seminar dan lainnya. Diskusi kasus berdasarkan evidence
base medicine sangat membantu dalam memahami diagnosis dan terapi otitis media
akut.
3.4. Tindak Lanjut
Mahasiswa bisa menjawab semua soal formatif
3.5. Kunci Jawaban Test Formatif
1. B
2. A
3. C

Senarai
1. ETF adalah eustachian tube insertion
2. OMSK adalah otitis media supuratif kronik.

26
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
Daftar Pustaka
1 Johnson, J.T, Rosen C.A. Otitis Media in the Age of Antimicrobial Resistance in Bailey’s
Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Fifth edition. Volume two. Lippincott Williams
& Wilkins. 2014
2 Lee. K. J, Infections of the ear in otolaryngology Head and Neck Surgery, Mc Graw-Hill
Companies North America 2003, P: 474
3 Ballenger J.J, Peradangan Akut Telinga Tengah dalam Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher, Jilid dua, Edisi 13, bina rupa aksara, Jakarta, 1997, h: 385.
4 Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar
N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Penyakit Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok Edisi keenam. Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2007. h: 64-77.
5. Pengelolaan otitis media di Indonesia. Pedoman pelayanan kedokeran tata laksana otitis
media supuratif kronik. Kemenkes 2018.

27
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
Apendix
1. Otits media dengan efusi
Kasus ke-1
Tn. Tmn/36Th/tinitus

Subyektif
pasien datang rujukan dari RS daerah Rembang dengan keluhan telinga kiri berdenging sejak
kurang lebih 2 bulan yang lalu, berdenging terus menerus pada telinga kiri. awalnya pasien di
tusuk telinga oleh anaknya dengan sedotan plastik kemudian berdarah +. pasien sebelumnya
sudah berobat tetapi tidak ada perubahan -, batuk pilek -, hidung mampet -/-.pusing berputar
di rasakan kadang kadang +, pusing berputar pada saat aktivitas seperti biasa, pendengaran
berkurang pada telinga kiri.
Obyektif
Telinga: CAE udem -/-, discaj -/-, hiperemis -/-, MT intak/intak, RC +/+
telah dilakukan tindakan audiotimpanometri
Hasil
timpanometri : A/B

28
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
Audiometri :

Telinga kanan : dalam batas normal (PTA 20 dB)


Telinga kiri : MHL derajat sangat berat (PTA 118.75 dB)
Assesment
1. Otitis Media Dengan Efusi
2. MHL profound
Planning
1. Insersi gromet
2. Hearing AID
3. CT-Scan dan MRI koklea untuk mencari diferensial diagnosis kurang dengar

29
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
Laporan Operasi

a). AS: MT intak, RC -, Suram, retraksi b). AS: Miringotomi kuadran anteroinferior

c). Cara memasukkan Shepard gromet d).Shepard gromet terpasang


dengan mendorong di midpoint

30
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
2. Otits media kronik in aktif (dry ear)
Subyektif
Keluhan saat ini: keluar cairan telinga -/-. Nyeri belakang telinga kiri menjalar hingga
kepala sampai pundak kiri sejak 1 tahun, VAS 4-5, rasa cekit-cekit hilang timbul, mual-
muntah kadang - kadang, pusing berputar + kadang-kadang, menganggu aktivitas, otot
terasa kaku, Riwayat keluar cairan telinga kiri sejak kecil +, hilang timbul, , nyeri telinga
-/+, kurang dengar -/+, pengecapan berkurang -, wajah perot -. Batuk pilek berulang -,
alergi -
Obyektif
AS: CAE discarj -, Hiperemis -, Oedem -
MT: perforasi subtotal
RC : sdn
AD: CAE discarj - minimal, Hiperemis -, Oedem -, massa -
MT: intak
RC : +

CT-Scan Mastoid

Panah biru putus-putus: selule mastoid dalam batas normal

31
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
Assesment
1. AS: OMK inaktif
Planing
1. Timpanoplasti tipe-1 (miringoplasti)
Prosedur Timpanoplasti
1. insisi dan Elevasi timpanomeatal flap

insisi retroaurikula kiri menggunakan pisau no 15

elevasi kulit posterior CAE menggunakan round knife

elevasi kulit CAE sampe ke telinga tengah (disebut juga timpanomeatal flap)

32
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
2.Identifikasi Mikro anatomi telinga tengah

Panah merah putus-putus: -proc.longus on maleus


panah merah: proc.longus os.inkus
panah hijau: crus posterior os.stapes
panah hijau putus-putus: round windouw membrane

3. Fasia diletakkan underlay

Panah hijau putus-putus : timpanomeatal flap


Panah biru putus-putus: fasia temporalis

4. Fasia di dorong ke anterior menyusuri dinding CAE

Panah biru putus-putus, ujung segitga kecil: os maleus


Panah biru putus-putus, ujung segitga besar: fasia

33
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
5. Fasia diletakkan diantara timpanomeatal flap dan pros.longus os.Maleus

Panah biru : fasia


Panah biru putus-putus, segitga kecil: os maleus

6. Fasia di dorong ke media

Panah biru round knife untuk mendorong

7. Posisi akhir

34
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
BIOGRAFI PENULIS

Dr.dr.Zulfikar Naftali, Sp.THT-KL(K),Msi.Med Lahir di Kudus 16 April 1974, penulis


menyelesaikan Madrasah Intidaiyah (MI) Nahdhatul Ulama Kudus pada tahun 1986. Tiga
tahun kemudian lulus dari SMP N I Gebog Kudus dan tahun 1992 lulus dari SMA N I
Kudus. Kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro di mulai pada tahun1994,
dan lulus pada tahun 2002. Bertempat di kampus yang sama, pendidikan Spesialis THT-KL
dan Magister Ilmu Biomedik di selesaikan di tahun 2006, lulus sub spesialis Penyakit
telinga pada tahun 2016 dan selesai pendidikan Doktor Ilmu Kedokteran Kesehatan pada
tahun 2020. Tahun 2008 penulis mulai bekerja sebagi dosen THT-KL di Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang dan Manager Umum d Rumah Sakit
Nasional Diponegoro mulai tahun 2020. Sebagai Kepala Unit Khusus Barisan Ansor
Serbaguna (Banser), penulis aktif diberbagai kegiatan sosial, khususnya layanan pengobatan
gratis di lingkungan pesantren Nahdlatul Ulama.

35
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Jl. Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Semarang Telp. 024-
76928010 Fax.024-76928011
Website : Email : dean@fk.undip.ac.id

36
Buku Ajar | INFLAMASI TELINGA TENGAH

Anda mungkin juga menyukai