DERMATITIS NUMULARIS - 4A
Definisi
Onset Akut-kronik
Kuantitas -
Prognosis
Daftar Pustaka 1. Menaldi SLSW. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th
ed. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2016.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.
Jakarta: PERDOSKI; 2017.
3. Ikatan Dokter Indonesia. Standar Nasional Pendidikan
Profesi Dokter 2019. Jakarta:PB IDI. 2019.
4. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology eight edition. US:Mc Graw Hill. 2012.
5. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi
Dokter Indonesia 2012. Jakarta:KKI. 2012.
Definisi
Onset Kronis
Kuantitas
Keluhan Utama : Perjalanan Penyakit Pruritus memainkan peran sentral
dalam timbulnya pola reaksi kulit
berupa likenifikasi
Pruritus timbul akibat adanya
pelepasan mediator inflamasi dan
aktivitas enzim proteolitik.
Keadaan ini menimbulkan
adanya proses
inflamasi pada kulit, yang
menyebabkan pasien sering
menggaruk pada lesi yang
terbentuk. Proses inflamasi yang
berkepanjangan akan
menyebabkan penebalan
kulit, dimana penebalan kulit ini
sendiri menimbulkan rasa gatal,
sehingga merangsang
penggarukkan yang akan semakin
mempertebal kulit. Beberapa jenis
kulit lebih rentan mengalami
likenifikasi. Contohnya adalah
kulit yang cenderung ekzematosa,
seperti dermatitis
atopic dan diathesis atopik
Gejala Penyerta
O Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis
Lesi biasanya tunggal,
namun dapat lebih dari
satu.
Dapat terletak dimana saja yang
mudah dicapai tangan. Biasanya
terdapat di daerah tengkuk, sisi
leher, tungkai bawah,
pergelangan kaki, kulit kepala,
paha bagian medial, lengan
bagian ekstensor, skrotum dan
vulva.
Awalnya lesi berupa eritema
dan edema atau kelompokan
papul, kemudian karena
garukan
berulang, bagian tengah
menebal, kering, berskuama
serta
pinggirnya mengalam
hiperpigmentasi. Bentuk
umumnya lonjong, mulai
dari lentikular sampai
plakat.
Gambar
Psoriasis merupakan
gangguan peradangan kulit yang
kronik, dengan karakteristik plak
eritematous, berbatas tegas,
berwarna putih
keperakan,skuama yang kasar,
berlapis-lapis, transparan,
disertai fenomena tetesan lilin,
auspitz dan kobner. Llokasi
terbanyak ditemukan didaerah
ekstensor. Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, tetapi
beberapa hipotesa telah
mendapatkan bahwa penyakit ini
bersifat autoimun, dan residif.
C. Dermatitis seboroik
merupakan gangguan
papuloskuamosa yang terdapat
pada daerah kaya sebum seperti
kulit kepala, wajah an punggung.
Dermatitis ini berhubungan
gengan malassezi, abnormalitas
imunologis, dan aktivasi dari
komplemen. Berhubungan erat
dengan keaktifan glandula
sebasea. Biasa terjadi pada bayi
umur bulan pertama dan
mencapai puncak pada umur 18-
40 tahun. Kelainan kulit terdiri
atas eritema dam skuama yang
berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak
kurang tegas
D. Liken Planus
Lesi yang pruritis, erupsi
popular yang dikarakteritikkan
dengan warna kemerahan
berbentuk polygonal, dan kadang
berbatas tegas. Sering ditemukan
pada permukaan fleksor dari
ekstremital, genitalia dan
membrane mukus. Mirip dengan
reaksi mediasi imunologis. Liken
planus ditandai dengan papul
papul yang mempunyai warna
dan konfigurasi yang khas.
Papul-
papul berwarna merah biru,
berskuama, dan berbentuk siku
siku
mengusahakanberkurangn
ya garukan.
Antipruritus: antihistamin
dengan efek sedatif, seperti
hidroksisin 10-50 mg setiap 4
jam, difenhidramin 25-50 mg
setiap 4-
6 jam (maksimal 300 mg/hari),
atau klorfeniramin maleat
(CTM) 4 mg setiap 4-6 jam
(maksimal 24 mg/hari).
Glukokortikoid topikal, antara
lain: betametason dipropionat,
0,05% salep/krim 13x/hari,
metilprednisolon aseponat 0,1%
salep/krim 1- 2x/hari, atau
mometason furoat 0,1%
salep/krim 1x/hari.
Glukokortikoid dapat
dikombinasi dengan tar, untuk
efek antiinflamasi.
Cara Kerja
Efek Samping /
Komplikasi
Kualitas Gatal
Gambar
A Diagnosis 1. Anamnesis
• Anamnesis umum
• Riwayat penggunaan
popok/ riwayat
kontak
• Jenis bahan
• Penyebab lain selain
popok
• Riwayat alergi
2. Pemeriksaan fisik
Didapatkan bercak makula
eritematus pada area
anogenital yang biasanya
ditutupi dengan popok
3. Pemeriksaan
laboratorium Bisa
dilakukan dengan
diaper rash yg disertai
infeksi sekunder oleh
Candida albicans
• KOH:
- Budding yeast
cell
- Blastospora =
blatoconodia
- Pseudohyphae
- Hyphae
• Kultur: SDA
mycobiotic/
mycosel
• HistoPA
Gejala klinis
• Kulit: didapatkan bercak
makula eritematus pada
area anogenital (skrotum
dan penis pada laki-laki;
labia dan vagina pada
perempuan) yang
biasanya ditutupi dengan
popok.
Diaper rash yang disertai
dengan infeksi candida
didapatkan satelite
papule/ pustule.
• Anak menjadi irritable
DD • Seborrhoeicdermatitis
• Atopic dermatitis
• Psoriasis
• Perianal streptococcal
cellulitis
• Zinc deficiency
• Langerhans' cell
histiocytosis
• Syndrom malabsorpsi
• Crohns disease
P Terapi A = AIR
Popok sebaiknya dibiarkan
terbuka sebanyak mungkin
ketika bayi tertidur sehingga
memudahkan pengeringan kulit
B = BARRIER OINTMENT
Pasta zink oksida, petrolatum
dan bahan lembut lain
merupakan fokus utama
penangangan non medis.
Pemberian pasta pelindung
harus selalu diberikan dan
terutama sewaktu mengganti
popok. Pemberian bedak bayi
pada area ini tidak memiliki
efek antimikroba dan dapat
meningkatkan resiko aspirasi. C
= CLEANSING AND ANTI
CANDIDAL TREATMENT
Bersihkan dengan hati-hati
menggunakan air bersih, minyak
mineral, dan pembersih yang
tidak berbau. Menghindari
gesekan atau tarikan penting
dilakukan. Pemberian anti
kandida sebaiknya diberikan
jika ada tanda-tanda kandidiasis.
D = DIAPERS
Popok sebaiknya diganti
sesering dan sesegera mungkin
apabila telah kotor, terutama
jika menggunakan popok dari
kain
E = EDUCATION
Memberikan keterangan kepada
orang tua menyangkut pemilihan
popok yang tepat dan kapan saja
penggantian popok perlu
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Kualitas -
Kuantitas -
Gambar
DD 1. Dermatosis seboroik
Gambaran klinis yang khas
pada dermatitis seboroik ialah
skuama yang berminyak dan
kekuningan dan berlokasi di
tempat-tempat yang seboroik.
Psoriasis berbeda dengan
dermatitis seboroik karena
terdapat skuama yang berlapis-
lapis berwarna putih seperti
mika disertai tanda tetesan lilin
dan Auspitz. Tempat
predileksinya juga berbeda.
Dermatitis seboroik biasanya
pada alis, sudut nasolabial,
telinga, daerah sternum dan
fleksor. Sedangkan psoriasis
banyak terdapat pada daerah-
daerah ekstensor, yaitu siku,
lutut dan scalp
2. Pitiriasis rosea
Pitiriasis berarti skuama halus.
Hal ini berbeda dengan proriasis
dimana skuamanya tebal. Tanda
khas pada Pitiriasis rosea yaitu
adanya lesi awal berupa herald
patch, umumnya di badan,
solitar, berbentuk oval dan
anular, diameternya kira-kira 3
cm. Lesi berikutnya timbul 4-10
hari setelah lesi pertama,
memberi gambaran yang khas,
sama dengan lesi pertama hanya
lebih kecil, susunannya sejajar
dengan kosta, hingga
menyerupai pohon cemara
terbalik. Tempat predileksi pada
badan, lengan atas bagian
proksimal dan paha atas.
3. Liken planus
Gejala klinis sangat gatal,
umumnya setelah satu atau
beberapa minggu setelah
kelainan pertama timbul diikuti
oleh penyebaran lesi. Tempat
predileksi yang paling sering
yaitu pada pergelangan tangan
bagian fleksor atau lengan
bawah.
Kelainan yang khas terdiri atas
papul yang poligonal,
berskuama, datar dan berkilat.
Kadang-kadang ada cekungan
di sentral. Garis- garis anyaman
berwarna putih. Terdapat
fenomena Kobner.
P Terapi 1. Topikal
Terapi-terapi topikal yang
digunakan untuk
penatalaksanaan psoriasis
meliputi preparat ter,
kortikosteroid topikal, antralin,
calcipotriol, derivate vitamin D
topikal dan analog vitamin A,
imunomodulator topikal
(takrolimus dan
pimekrolimus), dan
keratolitik (seperti asam
salisilat). Terapi-terapi
tersebut
merupakan pilihan untuk
penderita-penderita dengan
psoriasis plak yang terbatas
atau menyerang kurang dari
20% luas permukaan
tubuh.Terapi
topikal digunakan secara
tunggal atau kombinasi dengan
agen topikal lainnya atau
dengan fototerapi.
a) Preparat ter
Preparat ter biasanya kurang
efektif jika digunakan tunggal.
Hasilnya akan lebih baik jika
dikombinasikan
dengan terapi sinar ultraviolet.
Preparat ter berfungsi sebagai
anti proliferasi dan anti
inflamasi. Preparat ter yang
berasal dari fosil biasanya
kurang efektif, sehingga yang
biasa digunakan adalah yang
berasal dari kayu atau batubara.
Ter dari batubara lebih efektif
dari kayu, tapi
kemungkinan dapat juga
memberikan iritasi yang
besar. Pada psoriasis yang
telah
menahun lebih baik digunakan
ter yang berasal dari batubara,
dan untuk yang akut biasanya
digunakan ter yang berasal
dari kayu.
Folikulitis adalah efek samping
utama dari ter batubara. Iritasi
dan alergi jarang terjadi dan
meskipun ter batubara telah
terbukti menjadi karsinogen
dalam percobaan hewan,
karsinoma hanya diprovokasi
oleh aplikasi klinis yang jarang
terjadi.
Konsentrasi yang biasa
digunakan 2-5% dimulai
dengan konsentrasi rendah
jika tidak ada perbaikan maka
dapat
ditingkatkan. Untuk
meningkatkan hasil pengobatan
maka daya
d) Calcipotriol
Calcipotriol merupakan
sintetik dari vitamin D,
preparatnya berupa salep atau
krim. Calcipotriol merupakan
pilihan utama atau kedua
dalam pengobatan psoriasis.
Walaupun tidak seefektif
kortikosteroid superpoten,
obat ini hanya
memiliki sedikit efek samping.
Obat ini mampu mengobati
psoriasis ringan sampai sedang.
Mekanisme kerja sediaan ini
adalah anti-proliferasi
keratinosit, menghambat
proliferasi, dan meningkatkan
diferensiasi sel, juga
menghambat produksi sitokin
yang berasal dari keratinosit
e) Tazaroten
Tazaroten merupakan
molekul retinoid asetelinik
topikal, efeknya menghambat
proliferasi dan normalisasi
dari differensiasi keratinosit
dan menghambat inflamasi.
Indikasinya diberikan pada
psoriasis sedang sampai berat,
dan terutama diberikan pada
daerah badan. Tazaroten
tersedia dalam bentuk gel dan
krim dengan konsentrasi
0,05%-0,1%. Bila
dikombinasikan dengan steroid
topikal potensi sedang dan kuat
maka akan mempercepat
penyembuhan dan
mengurangi iritasi. Efek
sampingnya adalah iritasi
berupa gatal dan rasa
terbakar, dan eritema pada
30% pada kasus yang
bersifat
fotosintesis. Tazaroten
digunakan satu kali dalam
sehari pada kulit yang kering,
dapat digunakan sebagai
monoterapi atau
dikombinasikan dengan obat
lain seperti steroid topikal pada
lokasi plak psoriasis.
f) Emolien
Terapi topikal apapun yang
dipakai, penetrasi akan lebih
baik dan terapi lebih efektif, jika
terlebih dahulu skuama psoriasis
yang kering dikendurkan
(loosen), dilunakkan (soften)
dan atau dilepaskan, yaitu
dengan
menggunakan moisturizer
dan emolien. Efek emolien
adalah melembutkan
permukaan tubuh selain
lipatan, juga pada
ekstremitas atas dan bawah.
Biasanya digunakan salep
dengan bahan dasar vaselin,
fungsinya juga sebagai emolien
dengan akibat meninggikan
daya penetrasi bahan aktif.
Emolien yang lain adalah
lanolin dan minyak
mineral. Jadi emolien sendiri
tidak mempunyai efek
antipsoriasis.
2. Sistemik
a. Metotreksat
Metotrexat adalah
antagonis asam folat yang
menghambat dihydrofolat
reduktase. Sintesis DNA
terhambat setelah
pemakaian Metoteksat
akibat penurunan tiamin
dan purin. Metotreksat
menekan reproduksi sel
epidermal, sebagai anti
inflamasi dan immunosupresif
sehingga kontraindikasi pada
pasien dengan infeksi sistemik.
Metotreksat biasanya dipakai
bila pengobatan topikal dan
fototerapi tidak
berhasil. Obat ini terbukti
merupakan obat yang efektif
dibandingkan dengan obat oral
lainnya. Metotreksat berespon
baik dalam pengobatan
psoriasis arthritis. Obat ini
juga diberikan dalam jangka
panjang pada psoriasis berat
dan efektif untuk mengontrol
psoriasis pustulosa dan
psoriasis eritroderma.
Metotreksat mampu menekan
intoleransi gastrointestinal
yang bermanifestasi diare,
mual,
muntah, nyeri abdominal
dan penekanan sumsum
tulang.
Siklosporin sangat efektif
untuk segala bentuk psoriasis
tetapi dengan
mempertimbangkan berbagai
efek samping dan
kurangnya pengalaman, obat
ini jarang dipakai oleh
dermatologis. Bersifat
nerotoksik dan
hepatotoksik.
3. Fototerapi
Sinar ultravioet mempunyai
efek menghambat mitosis,
sehingga dapat digunakan untuk
pengobatan psoriasis. Cara yang
terbaik adalah dengan
penyinaran secara alamiah,
tetapi sayang tidak dapat diukur
dan jika berlebihan maka akan
memperparah
psoriasis. Karena itu,
digunakan sinar ultraviolet
artifisial,
diantaranya sinar A yang dikenal
sebagai UVA. Sinar tersebut
dapat digunakan secara
tersendiri atau berkombinasi
dengan psoralen (8-
metoksipsoralen, metoksalen)
dan disebut PUVA, atau
bersama sama dengan preparat
ter yang dikenal sebagai
pengobatan cara Goeckerman.
PUVA efektif pada 85 % kasus
ketika psoriasis tidak berespon
terhadap terapi yang lain Karena
psoralen bersifat fotoaktif, maka
dengan UVA akan terjadi efek
sinergik. Diberikan 0,6
mg/kgBB secara oral 2 jam
sebelum penyinaran ultraviolet.
Dilakukan 2x seminggu,
kesembuhan terjadi 2-4
kali pengobatan.
Selanjutnya
dilakukan pengobatan rumatan
(maintenance) tiap 2 bulan.
Efek samping overdosis dari
fototerapi
DAFTAR PUSTAKA