Anda di halaman 1dari 9

1.

Penyakit Malnutrisi
Jawab :
 Malnutrisi Vitamin

1. Beri-beri : Beri-beri terjadi karena tubuh kekurangan vitamin B1


(thiamine). Ada dua jenis beri-beri, yaitu beri-beri basah dan beri-beri
kering. Beri-beri basah memengaruhi sistem kardiovaskular (jantung dan
pembuluh darah). Ciri-ciri dari beri-beri basah di antaranya bangun tidur
di malam hari dengan sesak napas, denyut jantung meningkat, sesak napas
saat beraktivitas, dan kaki bagian bawah bengkak. Sedangkan beri-beri
kering memengaruhi sistem saraf. Tanda -tandanya adalah susah berjalan,
kaki dan tangan mati rasa atau kesemutan, fungsi otot kaki bagian bawah
menurun, nyeri, kesulitan bicara, muntah, dan mata bergerak-gerak terus
(nistagmus). Vitamin B1 terlibat dalam fungsi sistem saraf dan otot, aliran
elektrolit menuju ke dalam dan keluar sel-sel saraf dan otot, pencernaan,
dan metabolisme karbohidrat. Agar tidak terserang beri-beri, konsumsilah
makanan kaya vitamin B1 seperti susu, biji-bijian, gandum, jeruk, daging
babi, daging sapi, ragi, kacang-kacangan, beras, dan sereal dari biji-bijian
utuh.
2. Scurvy : Penyakit malnutrisi ini akibat tubuh kekurangan vitamin C (asam
askorbat). Vitamin C penting bagi tubuh untuk membuat kolagen (sejenis
protein yang ditemukan dalam jaringan kulit, pembuluh darah, tulang dan
tulang rawan). Ciri-ciri penyakit scurvy termasuk nyeri otot dan sendi,
kelelahan, munculnya titik-titik merah di kulit, perdarahan dan
pembengkakan pada gusi, hilangnya nafsu makan, berat badan turun,
diare, napas cepat, dan demam. Vitamin C bisa didapat dari sayuran dan
buah-buahan seperti kentang, asparagus, brokoli, tomat, kiwi, stroberi,
lemon, jeruk, limau, kubis, paprika, bayam, wortel, pepaya, jambu merah
(guava) atau hati dan tiram.

 Malnutrisi Mineral
1. Goiter : Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada
leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula
tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar
dan morfologinya. Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang
dapat menghambat pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid
sehingga terjadi pula penghambatan dalam pembentukan TSH oleh
hipofisis anterior. Hal tersebut memungkinkan hipofisis mensekresikan
TSH dalam jumlah yang berlebihan.
2. Anemia : Anemia akibat kekurangan zat besi. Zat besi digunakan
untuk memproduksi sel darah merah, yang membantu menyimpan dan
membawa oksigen dalam darah ke jaringan tubuh. Jika sel darah merah
sedikit, organ dan jaringan tidak akan mendapatkan oksigen yang
cukup. Gejala anemia akibat defisiensi besi meliputi kesemutan di
kaki, kurangnya nafsu makan, detak jantung cepat, kuku rapuh, nyeri
dan radang lidah, tangan dan kaki dingin, pusing atau sakit kepala,
infeksi, sakit dada, sesak napas, tubuh lemah, dan kulit pucat. Anemia
dapat diatasi dengan mengonsumsi suplemen zat besi atau makan
makanan yang kaya akan zat besi seperti kismis, telur, daging, ikan,
tahu, kacang-kacangan, biji-bijian, beras merah, dan sayuran berdaun
hijau tua.

Sumber :
1. Suhardjo.2010.Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi.Yogyakarta : penerbit
Kanisius
2. Davey, P.2007.At a Glance Madicine.Jakarta:Erlangga
3. Armerinayanti, R.W.2016.Goiter Sebagai Faktor Predisposisi
Karsinoma Tiroid.Warmadewa Medical Journal.Volume 1, Nomor
2.From (http://www.ejournal.warmadewa.ac.id)

2. Penatalaksanaan
Jawab :
a. Fase Stabilisasi
Pada fase ini, peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap
dengan tujuan memberikan makanan awal supaya anak dalam kondisi
stabil. Formula hendaknya hipoosmolar rendah laktosa, porsi kecil dan
sering. Setiap 100 ml mengandung 75 kal dan protein 0,9 gram. Diberikan
makanan formula 75 (F 75). Resomal dapat diberikan apabila anak
diare/muntah /dehidrasi, 2 jam pertama setiap ½ jam, selanjutnua 10 jam
berikutnya diselang seling dengan F75.
b. Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan tubuh yang
rusak (cathup). Diberikan F100, setiap 100 ml F100 mengandung 100 kal
dan protein 2,9 gram.

c. Fase Rehabilitasi
Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak.
Diberikan setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan pada
fase rehabilitasi berdasarkan BB< 7 kg diberi MP-ASI dan BB ≥ 7 kg
diberi makanan balita. Diberikan makanan formula 135 (F 135) dengan
nilai gizi setiap 100 ml F135 mengandung energi 135 kal dan protein 3,3
gram.
Sumber :
1. Krinansari, Diah. 2013. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health.
Vol.4(1). Purwokerto : FK UNSOED
2. Menawati, Liansyah Tita. 2015. Malnutrisi pada Anak Balita. Vol. 2(1).
Fk Syah Kuala
3. Kriteria gizi buruk & pembagiannya
Jawab :

Dengan komplikasi :

 Anoreksia
 Pneumonia berat
 Anemia berat
 Dehidrasi berat
 Demam sangat tinggi
 Penurunan kesadaran
Tanpa komplikasi :

 Terlihat sangat kurus


 Adanya edema
 Derajat kekurusan <11,5 cm untuk anak usia 6-59 bulan.
Gizi buruk dikalsifikasikan berdasarkan gambaran klinisnya sebagai berikut :
1. Marasmus (Atrofi infantile, kelemahan, insufisiensi nutrisi bayi
(athrepesia))
Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup
atau hygien jelek. Sinonim marasmus ditetapkan pada pola penyakit klinis
yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
Gambaran klinis marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup
karena diet yang tidak cukup, karena kebiasaan makan yang tidak tepat seperti
mereka yang hubungan orangtua-anak terganggu, atau karena kelainan
metabolik atau malformasi kongenital. Gangguan berat setiap sistem tubuh
dapat mengakibatkan malnutrisi. Pada awalnya, terjadi kegagalan menaikkan
berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,
dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar
karena lemak subkutan hilang. Lemak pada daerah pipih adalah bagian
terakhir yang hilang sehingga untuk beberapa waktu muka bayi tampak
relative normal sampai nantinya menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat
kembung atau datar dan gambaran usus dapat dengan mudah dilihat. Terjadi
atrofi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya subnormal, nadi mungkin
lambat, dan angka metabolism basal cenderung menurun. Mula-mula bayi
mungkin rewel, tetapi kemudian menjadi lesu dan nafsu makan hilang. Bayi
biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul diare dengan buang air besar sering,
tinja berisi mucus dan sedikit.
Ciri dari marasmus menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004) antara lain:
- Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
- Perubahan mental
- Kulit kering, dingin dan kendur
- Rambut kering, tipis dan mudah rontok
- Lemak subkutan menghilang sehingga turgor kulit berkurang
- Otot atrofi sehingga tulang terlihat jelas
- Sering diare atau konstipasi
- Kadang terdapat bradikardi
- Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya
- Kadang frekuensi pernafasan menurun
2. Malnutrisi protein (Malnutrisi protein-kalori (PCM), kwashiorkor)
Anak harus mengkonsumsi cukup makanan nitrogen untuk
mempertahankan keseimbangan positif (karena sedang dalam masa
pertumbuhan). Walaupun defisiensi kalori dan nutrient lain mempersulit
gambaran klinik dan kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan
karena masukan protein tidak cukup bernilai biologis baik. Dapat juga
karena penyerapan protein terganggu, seperti pada diare kronis, kehilangan
protein abnormal seperti pada proteinuria atau nefrosis, infeksi, perdarahan
atau luka bakar, dan gagal mensistensis protein seperti pada penyakit hati
kronis. Kwashiorkor merupakan sindroma klinis akibat dari malnutri
protein berat (MEP berat) dan masukan kalori tidak cukup. Dari
kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan
angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronis, akibat defisiensi
vitamindan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-
gejala tersebut. Bentuk malnutrisi yang paling serius dan paling menonjol
di dunia saat ini terutama yang berada didaerah industri belum
berkembang. Kwashiorkor berarti “anak tersingkirkan”, yaitu anak yang
tidak lagi menghisap, dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal sampai
sekitar usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih dari ASI. Walaupun
penambahan tinggi dan berat badan dipercepat dengan pengobatan, ukuran
ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak normal.
Sumber :
1. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.2007.Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jilid I.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

4. Cara membaca KMS


Jawab :
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva
pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan
menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan
zat gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan
pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelu masalahnya lebih berat.
Kartu Menuju Sehat di Indonesia telah digunakan sejak tahun
1970-an, sebagai instrumen utama kegiatan pemantauan pertumbuhan.
Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari (1)
penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan setiap
bulan, pengisian kartu menuju sehat, menentukan status pertumbuhan
berdasarkan kenaikan berat badan dan (2) menindaklanjuti setiap kasus
gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan
biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian
suplementasi gizi dan rujukan.
Fungsi utama KMS ada 3 :
1. Sebagai alat untuk pemantauan pertumbuhan anak. Pada KMS
dicantumkan grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan
untuk menentukan apakah seorang anak tumbuh normal, atau
mengalami gangguan pertumbuhan.
2. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat
riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak,
pemberian kapsul vitamin A, pemberian Asi pada bayi 0-6 bulan dan
imunisasi.
3. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar
perawatan anak seperti pemberian makanan anak, perawatan anak bila
menderita diare.
KMS-BALITA 2008 dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan
KMS anak perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna dasar biru
dan terdapat tulisan untuk anak laki-laki. KMS anak perempuan
berwarna dasar merah muda dan terdapat tulisan untuk anak
perempuan. KMS terdiri dari 1 lembar (2 halaman) dengan 5 bagian di
dalamnya.

Bagian 1

Bagian 2
Bagian 3, 4, & 5

Status pertmbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara yanitu dengan


menilai garis pertumbuhannya, atau dengan menghitung kenaikan
berat badan anak dibandingkan dengan kenaikan berat badan minimun
(KBM).
Sumber :
1. Departemen Kesehatan.2010.Peraturan Mentri Kesehatan republik
Indonesia tentang penggunaan kartu menuju sehat (KMS) bagi
Balita.From (http://www.gizi.depkes.go.id)

5. Patogenesis dari defisiensi vitamin & mineral


Jawab :

Vitamin dan mineral merupakan nutrisi atau zat yang sangat


berperan penting bagi tubuh dan merupakan salah satu indikator penentu
kesehatan pada tubuh manusia. Vitamin adalah suatu zat senyawa
kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang sangat berperan
penting untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan pada tubuh
manusia sedangkan mineral merupakan mikronutrien yang berfungsi untuk
proses pertumbuhan, pengaturan, dan perbaikan fungsi tubuh.
Kekurangan atau defisiensi terhadap vitamin dan mineral dapat
menjadi masalah bagi kesehatan manusia sehingga menimbulkan berbagai
penyakit pada tubuh. Banyak yang tidak mengetahui bahwa gejala yang
dirasakan pada tubuh merupakan akibat dari defisiensi suatu vitamin atau
mineral tertentu sehingga seringkali terlambat untuk diketahui dan
mengakibatkan perlunya kunjungan ke dokter.
Sumber :
1. Almatsier., Sunita.2011.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta:Gramedia Pustaka
utama

6. Faktor resiko gizi buruk


Jawab :

Kelaparan dan gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan di


semua negara berkembang yang miskin. Didunia, masalah nutrisi meliputi
kekurangan asupan relatif terhadap kebutuhan dan infeksi serta asupan
makanan yang berlebihan. Di negara berkembang dan miskin, persoalan
nutrisi berkisar seputar kekurangan asupan sehingga menimbulkan
defisiensi nutrisi seperti kekurangan energi protein, anemia, defisiensi
Iodium dan kekurangan mikronutrien lain.
Faktor yang berpengaruh pada kejadian malnutrisi adalah tingkat
pendidikan ibu, berat lahir anak, jarak kelahiran dan riwayat infeksi
kronis. Tingkat pendidikan ibu lebih tinggi dari SLTP, berat lahir sama
atau lebih dari 2.500 gram, jarak kelahiran lebih dari 60 bulan dan tidak
ada riwayat infeksi kronis merupakan faktor protektif malnutrisi pada
balita.
Sumber :
1. Kuntari, T.2013.Faktor Risiko Malnutrisi Pada Balita.Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional.Volume 7, No 12.From
(http://www.journal.fkm.ui.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai