Anda di halaman 1dari 47

TUGAS IKM KELOMPOK 2

1. Rosalia D. Waromi 7. Clara Sima


2. Eva Sarah Siregar 8. Arfinsasi Putra
3. Yahya Adrian Amir 9. Lenny Tri Selviani
Abidondifu 10. Atmaja Rensi Sirupang
4. Sri Nurwajada 11. Ayub Rhian Ruru
5. Abia Frasisco Kally 12. Chris A. M. Kmur
6. Ruth Iriana Gandi
BAB I
LATAR BELAKANG
 Status Gizi adalah salah satu unsur penting dalam membentuk status
kesehatan. Status gizi (Nutritional Status) adalah keadaan yang
diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dan dari
makanan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh.

 Akibat dari keadaan kurang gizi adalah pertumbuhan anak terganggu,


produksi tenaga yang kurang, kurangnya daya tahan tubuh,
terganggunya kecerdasan dan perilaku. Sedangkan akibat kelebihan
gizi terjadinya kegemukan yang dapat menyebabkan penyakit
degeneratif.
Di Indonesia, khususnya pada anak-anak, masih mengalami masalah gizi ganda (double burden),
yaitu pada waktu yang sama sebagian anak mengalami kekurangan gizi dan sebagian lainnya
mengalami kelebihan gizi. Masalah kurang gizi diantaranya Kurang Energi Protein, Anemia Gizi
Besi, Kurang Vitamin A dan Gagguan Akibat Kurang Iodium.

Menurut RISKESDA Pemantuan Pertumbuhan Berdasarkan PMK Nomor 43 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang kesehatan bahwa selain pemberian kapsul vitamin A
sebanyak 2 kali setahun dan pemberian imunisasi dasar lengkap, setiap balita juga mendapatkan
penimbangan minimal 8 kali setahun dan pengukuran panjang/ tinggi badan minimal 2 kali
setahun.
Definisi penimbangan pada Riskesdas 2018 yaitu dihitung telah melakukan 1
(satu) kali, jika minimal 1 kali atau lebih pada bulan yang sama melakukan
penimbangan berat badan dan pengukuran panjang/ tinggi badan. Penimbangan
tidak termasuk penimbangan yang dilakukan pada saat pengumpulan data
Riskesdas dilakukan. Definisi penimbangan BB sesuai standar yaitu anak umur 0-
59 bulan ditimbang minimal 8 kali setahun
Rumusan Masalah
1. peranan dokter dalam tindakan pelayanan kesehatan
di Posyandu?
2. Bagaimana penanganan masalah gizi kurang pada
anak di Posyandu?
3. perencanaan lanjutan dalam menangani masalah gizi
kurang pada anak di Posyandu?
Tujuan Penulisan

1. Mengetahui peranan dokter dalam tindakan


pelayanan kesehatan di Posyandu.
2. Mengetahui tindakan penanganan masalah gizi
kurang pada anak di Posyandu.
3. Mengetahui perencanaan lanjutan dalam menangani
masalahgizi kurang pada anak di Posyandu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Kata gizi berasal dari bahasa Arab“ghidza”, yang


berarti “makanan”. Secara klasik kata gizi dihubungkan
dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan
energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh,
serta mengatur proses – proses kehidupan dalam
tubuh..
Berdasarkan pengertian status gizi, istilah yang berkaitan dengan
status gizi adalah malnutrisi (malnutrition), yaitu keadaan patologis
akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu
atau lebih zat gizi. Malnutrisi terbagi dalam 4 bentuk yaitu : 5
 Under nutrition
 Specific deficiency
 Over nutrition
Epidemiologi
Berdasarkan provinsi, proporsi status gizi kurus dan sangat kurus pada balita tahun 2018, paling rendah provinsi
Kalimantan Utara dengan 4,6% dan paling tinggi provinsi Nusa Tenggara Barat dengan 14,4%. Sementara provinsi
Papua sekitar 10,2% dan Papua Barat sekitar12%
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Statu sGizi

Penyebab langsung Penyebab tidak langsung

Asupan makanan Penyakit infeksi yang diderita Ketahanan pangan keluarga Pola pengasuhan anak Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan
Manifestasi Klinis
Gizi buruk

Kwasiorkor

Marasmus-
Kwasiorkor Marasmus
Marasmus
 Marasmus adalah bentuk malnutrisi
protein kalori yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis
terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan, disertai retardasi
pertumbuhan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot
Kwashiorkor

 Kwashiorkor adalah bentuk malnutrisi


berenergi protein yang disebabkan oleh
defisiensi protein yang berat, asupan
kalori biasanya juga mengalami defisiensi
Marasmus-Kwashiorkor

 Kondisi dimana terjadi defisiensi baik


kalori maupun protein, dengan
penyusutan jaringan yang hebat,
hilangnya lemak subkutan, dan biasanya
dehidrasi
 Gambaran klinis merupakan campuran
dari beberapa gejala klinis kwashiorkor
dan marasmus
Diagnosis

Pemeriksaan
Anamnesis Fisik
Meliputi asupan makan, pola makan,

Pemeriksaan fisik terhadap

toleransi makan, perkembangan oro
motor, motorik halus dan motorik keadaan umum dan tanda
kasar, perubahan berat badan, faktor spesifik khususnya
sosial, budaya dan agama serta
kondisi klinis yang mempengaruhi
defisiensi mikronutrien
asupan harus dilakukan
Metode Penilaiaan Status Gizi

Status gizi
Penilaian Status Gizi
 Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat
badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak
 Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan Indeks Antropometri sesuai dengan kategori
status gizi pada WHO Child Growth
 Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak 5-18 tahun
Indeks Standar
Antropometri
Anak

Indeks Masa
Tubuh menurut
Umur (IMT/U)

Indeks Berat Badan Indeks Berat


menurut Panjang
Badan/Tinggi Badan Badan menurut
(BB/PB atau BB/TB) Umur (BB/U)

Indeks Panjang Badan


menurut Umur atau
Tinggi Badan menurut
Umur (PB/U atau TB/U)
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Grafik Pertumbuhan Anak
Grafik Berat Badan menurut Umur Anak Laki-laki dan
Perempuan 0-24 Bulan
Lanjutan Grafik Pertumbuhan Anak…
Grafik Berat Badan menurut Umur Anak Laki-Laki dan Perempuan 24-
60 Bulan
Lanjutan Grafik Pertumbuhan Anak…
Grafik Panjang Badan menurut Umur Anak Laki-Laki dan Perempuan
0-24 Bulan
Lanjutan Grafik Pertumbuhan Anak…
Grafik Tinggi Badan menurut Umur Anak Laki-laki dan
Perempuan 24-60 Bulan
Lanjutan Grafik Pertumbuhan Anak…
Grafik Berat Badan menurut Panjang Badan Anak Laki-laki dan
Perempuan 0-24 Bulan
Lanjutan Grafik Pertumbuhan Anak…
Grafik Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak Laki-laki dan
Perempuan 24-60 Bulan
Lanjutan Grafik Pertumbuhan Anak…
Grafik Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Laki-Laki dan
Perempuan 0-24 Bulan
Lanjutan Grafik Pertumbuhan Anak…
a. Grafik Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Laki-Laki dan
Perempuan 24-60 Bulan
Lanjutan Grafik Pertumbuhan Anak…
Grafik Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Laki-Laki dan
Perempuan 5-18 Tahun
Gizi Buruk
 Gizi buruk adalah keadaan kekurangan gizi menahun yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari
 Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri. Anak
didiagnosis gizi buruk apabila:

1. BB/TB < -3 SD atau<70% dari median (marasmus).

2. Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor: BB/TB >-3SD
atau marasmik-kwashiorkor: BB/TB <-3SD )

3. Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak
sangat kurus (visible severe wasting)
Tatalaksana
Dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan
paripurna untuk seorang pasien, baik yang dirawat inap
maupun yang berobat jalan, diperlukan tiga jenis
asuhan (care) yang biasanya lebih dikenal sebagai
pelayanan yaitu:
 Asuhan medik (medical care)
 Asuhan keperawatan (nursing care)
 Asuhannutrisi (nutritional care)
Untuk melaksanankan asuhan nutrisi, dilakukan dengan 5 kegiatan
yang berurutan dan berulang, dan memerlukan kerja sama dari tenaga
professional sekurangnya terdiri dari dokter, perawat, ahligizi, dan ahli
farmasi untuk :
 Assessment (Penilaian masalah nutrisi)
 Menentukan kebutuhan nutrisi
 Penentuan cara pemberian
 Penentuanj enis makanan
 Pemantauan dan evaluasi
Komplikasi Gizi Buruk

gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berbagai disfungsi yang di alami,
dalam kondisi akut ancaman yang timbul antara lain hipotermi, hipoglikemia, dan kekurangan
elektrolit dan cairan tubuh


anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan
dampak jangka pendek gangguan perkembangan yang lain


penurunan skortes IQ, penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi
dampak jangka panjang sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri
dan tentu saja merosotnya prestasi anak
Pencegahan Gizi Buruk

Memberikan
ASI eksklusif

Pemantauan
kesehatan balita
secara rutin

Imunisasi dan
pemberian vitamin A
Adapun

Prognosis
Kriteria Rujukan

kriteria rujukan
Prognosis
gizi buruk umumnya
yaitu sebagai
berikut: dubia ad
Bila bonam
terjadi
komplikas untuk ad
i seperti vitam,
sepsis,
dehidrasi sedangka
berat,
anemia
n untuk
berat dan quo ad
penuruna
n fungsiona
kesadara m dan
n
Bila sanationa
terdapat m
penyakit
komorbid, umumnya
seperti
pneumoni
dubia ad
a berat malam.
BAB III
PEMBAHASAN
Skenario Studi Kasus

Hari Kamis tanggal 10 September 2020 dilakukan kegiatan Posyandu di


“Posyandu Anggrek”, sebagai dokter apa yang anda harus lakukan agar
pelayanan dipastikan tidak hanya menimbang bayi yang merupakan tugas
kader. Lalu ternyata ditemukan ada seorang anak yang timbangannya sudah
tidak naik 3 bulan berturut-turut. Apa yang anda harus lakukan dan
bagaimana perencanaan selanjutnya.
Peranan Dokter dalam Tindakan Pelayaanan di Posyandu
Berdasarkan Studi Kasus
 Menanyakan pada ibu mengenai keluhan atau masalah
anaknya
 Periksa adanya tanda-tanda bahaya umum (Bila ditemukan
salah satu tanda bahaya pada anak, lakukan penanganan pra-
rujukan. Apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum,
lanjutkan pada pemeriksaan klinis)
 Lakukan pengukuran standar antropometri anak dengan
parameter BB, PB atau TB , LLA, dan LK
 memeriksa status imunisasi
 klasifikasikan status gizi anak berdasarkan hasil pengukuran
antropometri
Penangan Masalah Gizi Kurang Pada Berdasarkan Studi Kasus

Berdasarkan studi kasus ditemukan adanya anak yang tidak


mengalami kenaikan berat badan selama 3 bulan berturut-
turut saat ditimbang. Tindakan yang perlu dilakukan adalah
mencari tahu penyebab dan mengobati sesuai penyebabnya.
Faktor penyebabnya dapat berupa :
 masalah pada pemberian makan dan ASI
 gangguan metabolisme yang disebabkan oleh suatu
penyakit tertentu (diare persisten, hipertiroid dan infeksi
tuberculosis).
Perencanaan Lanjut Berdasarkan Studi Kasus

Perencanaan lanjutan yang perlu dilakukan adalah mengatur kunjungan ulang untuk
menilai adakah perbaikan gizi setelah diberikan penanganan awal dan menentukan
pemberian pelayanan tindak lanjut.
 Apabila kasusnya mengenai masalah pemberian ASI

kunjungan ulang dilakukan 2 hari, tanyakan pada ibu mengenai masalah pemberian
ASI pada kunjungan pertama, lalu nilai adakah perbaikan pada pemberian ASI, bila tidak
ada perbaikan, edukasi ibu untuk kunjungan ulang 14 hari kemudian untuk melihat
adakah kenaikan berat badan, jika tetap tidak ditemukan perbaikan dan berat badan
anak justru mengalami penurunan, segera rujuk ke rumah sakit untuk tindak lanjut.
 Apabila penyebab pada kasus ini adalah masalah pemberian makan

kunjungan ulang dilakukan sesudah 7 hari, tanyakan pada ibu masalah pemberian
makan pada kunjungan pertama, lalu nilai adakah perbaikan. Pada anak gizi kurus,
kunjungan ulang sesudah 30 hari, sedangkan jika anak gizi sangat kurus tanpa
komplikasi, kunjungan ulang dilakukan sesudah 7 hari, bila tidak terdapat perbaikan
pada pemberian makan atau berat badan anak semakin mengalami penurunan, segera
rujuk ke rumah sakit (pikirkan kemungkinan TB atau HIV).
 Apabila penyebab permasalahan pada kasus ini adalah
diare persisten
maka kunjungan ulang dilakukan sesudah 3 hari, nilai
adakah perbaikan, bila diare sudah berhenti, edukasi ibu
untuk menerapkan anjuran makan untuk anak sehat
maupun sakit berdasarkan kelompok umur, sedangkan bila
diare terus berlanjut, berikan pengobatan sesuai, lalu segera
rujuk (pikirkan kemungkinan HIV/AIDS).

 Perencanaan lanjut yang dilakukan bila dinilai ada


perbaikan gizi saat kunjungan ulang adalah pemberian
makanan tambahan (PMT) pemulihan. PMT pemulihan
diberikan untuk memenuhi sasaran kebutuhan gizi balita.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Pemeriksaan pada anak gizi kurang meliputi pemeriksaan tanda-tanda bahaya umum, pemeriksaan klinis, pengukuran
standar antropometri, pemeriksaan kelengkapan status imunisasi, pemberian vitamin A setiap 6 bulan sekali, serta
memberikan konseling dan pengobatan.
2. Penanganan masalah gizi kurang pada anak dilakukan dengan mencari tahu penyebab utama serta memberikan
konseling dan pengobatan sesuai penyebab tersebut.
3. Perencanaan lanjut pada penanganan masalah gizi kurang adalah pengaturan kunjungan ulang untuk mengevaluasi
penanganan awal dan kemudian menentukan tindak lanjut untuk permasalahan tersebut.
 

B. SARAN

1. Sebaiknya berikan konseling pada ibu mengenai cara pemberian ASI yang benar (bila anak berusia < 6 bulan) dan
anjurkan ibu untuk memberikan asupan makanan sesuai anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit, serta edukasi
kepada ibu mengenai kunjungan ulang untuk mengevaluasi pengobatan awal, bila tidak ada perbaikan maka sebaiknya
segera dirujuk ke rumah sakit untuk diberikan penanganan tindak lanjut.
2. Sebaiknya diberikan makanan tambahan (PMT) pemulihan untuk meningkatkan status gizi anak serta untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi anak agar tercapai status gizi dan kondisi gizi yang baik sesuai dengan umur anak tersebut.
3. Anjurkan ibu untuk selalu menimbang berat badan anak setiap bulan untuk memantau tumbuh kembang anak.
4. Anjurkan ibuuntuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
5. Sebaiknya Dinas Kesehatan setempat meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan berkelanjutan, ketersediaan dan
aksesibilitas pangan yang difokuskan pada keluarga rawan pangan dan miskin.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai