Menurut RISKESDA Pemantuan Pertumbuhan Berdasarkan PMK Nomor 43 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang kesehatan bahwa selain pemberian kapsul vitamin A
sebanyak 2 kali setahun dan pemberian imunisasi dasar lengkap, setiap balita juga mendapatkan
penimbangan minimal 8 kali setahun dan pengukuran panjang/ tinggi badan minimal 2 kali
setahun.
Definisi penimbangan pada Riskesdas 2018 yaitu dihitung telah melakukan 1
(satu) kali, jika minimal 1 kali atau lebih pada bulan yang sama melakukan
penimbangan berat badan dan pengukuran panjang/ tinggi badan. Penimbangan
tidak termasuk penimbangan yang dilakukan pada saat pengumpulan data
Riskesdas dilakukan. Definisi penimbangan BB sesuai standar yaitu anak umur 0-
59 bulan ditimbang minimal 8 kali setahun
Rumusan Masalah
1. peranan dokter dalam tindakan pelayanan kesehatan
di Posyandu?
2. Bagaimana penanganan masalah gizi kurang pada
anak di Posyandu?
3. perencanaan lanjutan dalam menangani masalah gizi
kurang pada anak di Posyandu?
Tujuan Penulisan
Statu sGizi
Asupan makanan Penyakit infeksi yang diderita Ketahanan pangan keluarga Pola pengasuhan anak Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan
Manifestasi Klinis
Gizi buruk
Kwasiorkor
Marasmus-
Kwasiorkor Marasmus
Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi
protein kalori yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis
terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan, disertai retardasi
pertumbuhan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot
Kwashiorkor
Pemeriksaan
Anamnesis Fisik
Meliputi asupan makan, pola makan,
●
Pemeriksaan fisik terhadap
●
toleransi makan, perkembangan oro
motor, motorik halus dan motorik keadaan umum dan tanda
kasar, perubahan berat badan, faktor spesifik khususnya
sosial, budaya dan agama serta
kondisi klinis yang mempengaruhi
defisiensi mikronutrien
asupan harus dilakukan
Metode Penilaiaan Status Gizi
Status gizi
Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat
badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak
Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan Indeks Antropometri sesuai dengan kategori
status gizi pada WHO Child Growth
Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak 5-18 tahun
Indeks Standar
Antropometri
Anak
Indeks Masa
Tubuh menurut
Umur (IMT/U)
2. Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor: BB/TB >-3SD
atau marasmik-kwashiorkor: BB/TB <-3SD )
3. Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak
sangat kurus (visible severe wasting)
Tatalaksana
Dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan
paripurna untuk seorang pasien, baik yang dirawat inap
maupun yang berobat jalan, diperlukan tiga jenis
asuhan (care) yang biasanya lebih dikenal sebagai
pelayanan yaitu:
Asuhan medik (medical care)
Asuhan keperawatan (nursing care)
Asuhannutrisi (nutritional care)
Untuk melaksanankan asuhan nutrisi, dilakukan dengan 5 kegiatan
yang berurutan dan berulang, dan memerlukan kerja sama dari tenaga
professional sekurangnya terdiri dari dokter, perawat, ahligizi, dan ahli
farmasi untuk :
Assessment (Penilaian masalah nutrisi)
Menentukan kebutuhan nutrisi
Penentuan cara pemberian
Penentuanj enis makanan
Pemantauan dan evaluasi
Komplikasi Gizi Buruk
●
gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berbagai disfungsi yang di alami,
dalam kondisi akut ancaman yang timbul antara lain hipotermi, hipoglikemia, dan kekurangan
elektrolit dan cairan tubuh
●
anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan
dampak jangka pendek gangguan perkembangan yang lain
●
penurunan skortes IQ, penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi
dampak jangka panjang sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri
dan tentu saja merosotnya prestasi anak
Pencegahan Gizi Buruk
Memberikan
ASI eksklusif
Pemantauan
kesehatan balita
secara rutin
Imunisasi dan
pemberian vitamin A
Adapun
Prognosis
Kriteria Rujukan
kriteria rujukan
Prognosis
gizi buruk umumnya
yaitu sebagai
berikut: dubia ad
Bila bonam
terjadi
komplikas untuk ad
i seperti vitam,
sepsis,
dehidrasi sedangka
berat,
anemia
n untuk
berat dan quo ad
penuruna
n fungsiona
kesadara m dan
n
Bila sanationa
terdapat m
penyakit
komorbid, umumnya
seperti
pneumoni
dubia ad
a berat malam.
BAB III
PEMBAHASAN
Skenario Studi Kasus
Perencanaan lanjutan yang perlu dilakukan adalah mengatur kunjungan ulang untuk
menilai adakah perbaikan gizi setelah diberikan penanganan awal dan menentukan
pemberian pelayanan tindak lanjut.
Apabila kasusnya mengenai masalah pemberian ASI
kunjungan ulang dilakukan 2 hari, tanyakan pada ibu mengenai masalah pemberian
ASI pada kunjungan pertama, lalu nilai adakah perbaikan pada pemberian ASI, bila tidak
ada perbaikan, edukasi ibu untuk kunjungan ulang 14 hari kemudian untuk melihat
adakah kenaikan berat badan, jika tetap tidak ditemukan perbaikan dan berat badan
anak justru mengalami penurunan, segera rujuk ke rumah sakit untuk tindak lanjut.
Apabila penyebab pada kasus ini adalah masalah pemberian makan
kunjungan ulang dilakukan sesudah 7 hari, tanyakan pada ibu masalah pemberian
makan pada kunjungan pertama, lalu nilai adakah perbaikan. Pada anak gizi kurus,
kunjungan ulang sesudah 30 hari, sedangkan jika anak gizi sangat kurus tanpa
komplikasi, kunjungan ulang dilakukan sesudah 7 hari, bila tidak terdapat perbaikan
pada pemberian makan atau berat badan anak semakin mengalami penurunan, segera
rujuk ke rumah sakit (pikirkan kemungkinan TB atau HIV).
Apabila penyebab permasalahan pada kasus ini adalah
diare persisten
maka kunjungan ulang dilakukan sesudah 3 hari, nilai
adakah perbaikan, bila diare sudah berhenti, edukasi ibu
untuk menerapkan anjuran makan untuk anak sehat
maupun sakit berdasarkan kelompok umur, sedangkan bila
diare terus berlanjut, berikan pengobatan sesuai, lalu segera
rujuk (pikirkan kemungkinan HIV/AIDS).
1. Pemeriksaan pada anak gizi kurang meliputi pemeriksaan tanda-tanda bahaya umum, pemeriksaan klinis, pengukuran
standar antropometri, pemeriksaan kelengkapan status imunisasi, pemberian vitamin A setiap 6 bulan sekali, serta
memberikan konseling dan pengobatan.
2. Penanganan masalah gizi kurang pada anak dilakukan dengan mencari tahu penyebab utama serta memberikan
konseling dan pengobatan sesuai penyebab tersebut.
3. Perencanaan lanjut pada penanganan masalah gizi kurang adalah pengaturan kunjungan ulang untuk mengevaluasi
penanganan awal dan kemudian menentukan tindak lanjut untuk permasalahan tersebut.
B. SARAN
1. Sebaiknya berikan konseling pada ibu mengenai cara pemberian ASI yang benar (bila anak berusia < 6 bulan) dan
anjurkan ibu untuk memberikan asupan makanan sesuai anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit, serta edukasi
kepada ibu mengenai kunjungan ulang untuk mengevaluasi pengobatan awal, bila tidak ada perbaikan maka sebaiknya
segera dirujuk ke rumah sakit untuk diberikan penanganan tindak lanjut.
2. Sebaiknya diberikan makanan tambahan (PMT) pemulihan untuk meningkatkan status gizi anak serta untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi anak agar tercapai status gizi dan kondisi gizi yang baik sesuai dengan umur anak tersebut.
3. Anjurkan ibu untuk selalu menimbang berat badan anak setiap bulan untuk memantau tumbuh kembang anak.
4. Anjurkan ibuuntuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
5. Sebaiknya Dinas Kesehatan setempat meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan berkelanjutan, ketersediaan dan
aksesibilitas pangan yang difokuskan pada keluarga rawan pangan dan miskin.
TERIMA KASIH