Anda di halaman 1dari 6

SKEMA

Santi, 3 tahun Anak buruh tani

Diperiksa Nafsu makan


dipuskesmas menurun

Mengalami
Bada lemas
diare kronis

Eksremenitas Konsistensi Jika meminum


inrerior sejak 2 feses cair susu yang
bulan mengandung
Berbuih, keluar laktosa
menyemprot
Udem muka
Frekuensi 5-6
kali/hari

Pemeriksaan
fisik

Abdomen
membuncit

Rambut kemerahan,
tumbuh jarang, mudah
dicabut dan tidak terasa
sakit

Terdapat pitting udem


di eksreminitas inferior
LEARNING OBJECTIVE
1. MENJELASKAN TENTANG JENIS-JENIS GIZI BURUK
Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Marasmus
Marasmus terjadi disebabkan asupan kalori yang tidak cukup. Marasmus sering
sekali terjadi pada bayi di bawah 12 bulan. Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus
kering sehingga wajah seperti orangtua, kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun
setelah makan, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak
jelas dan pantat kendur dan keriput (baggy pant).
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh
asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun asupan protein yang inadekuat
(Liansyah TM, 2015). Beberapa tanda khusus dari kwashiorkor adalah: rambut
berubah http://repository.unimus.ac.id 12 menjadi warna kemerahan atau abu-abu,
menipis dan mudah rontok, apabila rambut keriting menjadi lurus, kulit tampak
pucat dan biasanya disertai anemia, terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya
cadangan energi atau protein. Pada kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak
pucat, Sering terjadi dermatitis (radang pada kulit), terjadi pembengkakan, terutama
pada kaki dan tungkai bawah sehingga balita terlihat gemuk. Pembengkakan yang
terjadi disebabkan oleh akumulasi cairan yang berlebihan. Balita memiliki selera
yang berubah-ubah dan mudah terkena gangguan pencernaan (Arvin Ann M, 2000).
c. Marasmus-Kwashiorkor
Memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor. Makanan
sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan energi untuk pertumbuhan normal.
Pada penderita berat badan dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda
kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit serta kelainan biokimia
(Pudjiadi S, 2010).

2. MENJELASKAN TENTANG PATOMEKANISME GIZI BURUK


Asupan makanan yang kadar proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh,
mengakibatkan kekurangan asam amino esensial yang diperlukan dalam pertumbuhan
dan perbaikan sel. Apabila kebutuhan zat gizi akan protein tidak tercapai maka tubuh
akan menggunakan cadangan makanan yang ada, dimulai dengan pembakaran
cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses
katabolik. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu lama, cadangan itu akan habis dan akan
menyebabkan kelainan pada jaringan, dan proses selanjutnya dalam tubuh akan
menunjukkan manifestasi Kurang Energi Protein (KEP) berat yang biasa disebut
kwashiorkor (kekurangan protein) ataupun marasmus (kekurangan energi).
3. MENJELASKAN TENTANG TANDA DAN GEJALA GIZI BURUK
Penyebab Gizi Buruk
Penyebab gizi buruk atau kwashiorkor adalah karena anak tidak memeroleh
makanan dengan kandungan energi dan protein yang cukup. Umumnya hal ini sering
dikaitkan dengan tingkat perekonomian yang rendah.
Itulah sebabnya kasus gizi buruk atau kwashiorkor banyak terjadi di negara
berkembang. Selain dikarenakan rendahnya tingkat perekonomian, kurangnya
pengetahuan orangtua akan nutrisi yang diperlukan tubuh anak juga turut
memengaruhi.
Pada dasarnya gizi buruk atau kwashiorkor bukanlah gangguan yang terjadi
secara mendadak. Kondisi ini berlangsung secara perlahan. Karena itu penting untuk
mencegah agar anak tidak mengalami kondisi ini dengan cara memberikan asupan
makanan cukup gizi.

Gejala gizi buruk atau kwashiorkor yang akan tampak adalah:

 Pucat, kurus, perut cembung, dan kehilangan massa otot pada keempat anggota geraknya
 Anak terlihat sering gelisah
 Terjadi gangguan pertumbuhan meliputi berat badan dan tinggi badan
 Rambutnya menjadi mudah tercabut, tampak kusam, kering, dan sering terjadi perubahan
warna
 Dapat pula terjadi perubahan pada kulit, kulit menjadi bersisik, terdapat bercak-bercak putih
dan merah muda dengan tepi kehitaman
 Anak juga akan menderita anemia akibat kekurangan nutrien seperti zat besi dan vitamin B
kompleks.

4. MENJELASKAN TENTANG PENATALAKSANAAN GIZI BURUK


Menurut Wong (2009), penanganan gizi kurang adalah:
a. Pemberian diet dengan protein.
b. Karbohidrat, vitamin dan mineral kualitas tinggi
Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda, mengingat kebutuhan untuk pertumbuhan
dan perkembangan sel atau organ pada anak berbeda, dan perbedaan ini yang menyebabkan
jumlah dan komponen zat gizi berlainan. Menurut Hidayat (2012), kebutuhan nutrisi yang
dikelompokkan berdasar usia anak (terutama anak berumur kurang dari 5 tahun):
a. Umur 0-4 Bulan Pada umur ini kebutuhan nutrisi bayi semuanya melalui air susu ibu yang
terdapat komponen yang paling seimbang, akan tetapi apabila terjadi ganggguan dalam air susu
ibu maka dapat menggunakan susu formula dan nilai kegunaan atau manfaat jauh lebih baik dari
menggunakan Air Susu Ibu (ASI). ASI mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan bagi anak mengingat zat gizi yang ideal terdapat di dalamnya, di antaranya:
Imunoglobulin (Ig A, Ig G, Ig M, Ig D, Ig E) merupakan protein yang dapat bergabung dengan
bakteri dan menghasilkan imunitas pada tubuh, lisozim merupakan satu enzim yang tinggi
jumlahnya dan berfungsi sebagai bakteriostatik (penghentian atau penghambatan pertumbuhan
bakteri) terhadap enterobakteria dan kuman gram negatif dan sebagai pelindung terhadap
berbagai macam virus, kemudian laktoperoksidase enzim yang berfungsi membunuh strepkokus
dan lain-lain. Pemberian ASI Ekslusif adalah sampai empat bulan tanpa makanan yang lain,
sebab kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada bayi, dan proses pemberian
ASI ini dapat dilakukan melalui proses menyusui.
b. Umur 4-6 Bulan Pada usia ini kebutuhan nutrisi pada anak tetap yang utama adalah Air Susu
Ibu (ASI) kemudian ditambah lagi dengan bubur susu dan sari buah.
c. Umur 6-9 Bulan Kebutuhan nutrisi pada anak usia ini adalah tetap diteruskan kebutuhan
nutrisi dari ASI kemudian ditambah dengan bubur susu, bubur tim saring dan buah.
d. Umur 10-12 Bulan Pada usia ini anak tetap diberikan Air Susu Ibu (ASI) dengan penambahan
pada bubur susu, bubur tim kasar dan buah, bentuk makanan yang disediakan dapat lebih padat
dan bertambah jumlahnya mengingat pertumbuhan gigi dan kemampuan fungsi pencernaan
sudah bertambah. Pada usia ini anak senang makan sendiri dengan sendok atau suka makan
dengan tangan, pada anak seusia ini adalah merupakan usaha yang baik dalam menuntun
ketangkasan dan merasakan bentuk makanan.
e. Usia Todler dan Prasekolah (3-6 Tahun) Pada usia ini kemampuan kemandirian dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi sudah mulai muncul, sehingga segala peralatan yang
berhubungan dengan makan seperti garpu, piring, sendok dan gelas semuanya harus dijelaskan
pada anak atau diperkenalkan dan dilatih tentang penggunaannya, sehingga dapat mengikuti
aturan yang ada. Dalam pemenuhan nutrisi pada usia ini sebaiknya penyediaan bervariasi
menunya untuk mencegah kebosanan, berikan susu dan makanan yang dianjurkan, antara lain:
daging, sup, sayuran dan buah-buahan. Pada anak usia ini juga perlu makanan padat sebab
kemampuan mengunyah sudah mulai kuat.

Ikatan Ahli Anak Indonesia, Asosiasi Dietisien Indonesia, dan Persatuan Ahli Gizi
Indonesia, membuat rekomendasi prinsip penatalaksanaan gizi buruk yang mengacu
pada Management of Severe Malnutrition yang dikeluarkan WHO, sebagai berikut [9,10]
:
1. Pengobatan dan pencegahan hipoglikemia.
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
3. Pengobatan dan pencegahan dehidrasi
4. Pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan dan pencegahan infeksi Fitriyanto1 , Mahfudz2 23
6. Pemberian makan. a. Fase stabilisasi. b. Fase tumbuh kejar a). Fase Transisi (minggu
II). b). Fase Rehabilitasi (Minggu III–VII)
7. Koreksi kekurangan zat gizi mikro.
8. Pemberian stimulasi sensoris dan dukungan emosional.
9. Tindak lanjut di rumah. Tindak lanjut di rumah harus dilakukan setelah kondisi anak
sudah berada di garis warna kuning.

5. MENJELASKAN TENTANG KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS


Komplikasi Gizi Buruk
Komplikasi akibat gizi buruk atau kwashiorkor sangat memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Bila komplikasi terjadi, anak dapat mengalami
tahap-tahap perkembangan menjadi lebih lambat dibanding anak normal seusianya.
Selain itu anak juga dapat mengalami kesulitan belajar, mudah terserang penyakit berat,
gangguan berbagai macam organ, hingga dapat terjadi kematian.
Prognosis
Pada anak yang mengalami malnutrisi kronik, terutama yang terjadi pada 1000
hari pertama kehidupan, malnutrisi dapat mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak tidak mencapai potensi maksimal. Gangguan tumbuh kembang
termasuk di dalamnya adalah perkembangan kognitif anak. Selain itu, pada kondisi
malnutrisi akut berat pada anak, ancaman mortalitas cukup tinggi terutama saat fase
stabilisasi.

REFERENSI
1. World Health Organization. What is malnutrition? [artikel di internet, revisi
terakhir 8 Juli 2016] URL: http://www.who.int/features/qa/malnutrition/en/
2. Shasidar HR, Grigsby D, Windle ML, Bhatia J. Malnutrition. [artikel di internet,
revisi terakhir 19 Juli 2017] URL:
https://emedicine.medscape.com/article/985140-overview#a1
3. Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatrik dan
metabolik. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2011.
4. ANALISIS FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KASUS GIZI BURUK PADA BALITA Budi
Faisol Wahyudi, Sriyono, Retno Indarwati Korespondensi: Budi Faisol Wahyudi, d/a:
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Jl. Mulyorejo Surabaya, Telp. 031
5913754 E-mail: venom.nyasar@gmail.com
5. FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI DUSUN TERUMAN BANTUL Risk
Factors Under Five Year Old Children’s Malnutrition In Dusun Teruman Bantul Ari
Sulistyawati Prodi DIII Kebidanan, STIKes Madani Yogyakarta, Bantul, Yogyakarta, 55792,
Indonesia
6. AJIE - Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship (e-ISSN: 2477- 0574 ; p-ISSN:
2477-3824) Vol. 05, Issue. 01, January 2020 20 Management of Severe Malnutrition of
Under Five Years Old Patients in RSUD Wonosari Raden Edi Fitriyanto1 , Soeroyo
Mahfudz2 1Bichemistry, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,
Indonesia 2Pediatric, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,
Indonesia Corresponding E-mail : edi.fitriyanto@uii.ac.id
7. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2134/9/KTI%20Edit%20baru.pdf

Anda mungkin juga menyukai