Anda di halaman 1dari 6

Karker Serviks

1. Pengertian

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan
sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan
vagina melalui ostium uteri eksternum.

2. Epidemiologi

Di seluruh dunia, kanker serviks adalah kanker tersering keempat pada wanita dengan
perkiraan 570.000 kasus baru pada tahun 2018 mewakili 7,5% dari semua kematian
akibat kanker pada wanita. Dari perkiraan lebih dari 311.000 kematian akibat kanker
serviks setiap tahun, lebih dari 85% di antaranya terjadi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Wanita yang hidup dengan HIV enam kali lebih mungkin
terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita tanpa HIV, dan diperkirakan 5%
dari semua kasus kanker serviks disebabkan oleh HIV.

3. Faktor Resiko

Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) sub tipe
onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks
antara lain

 Jenis HPV - onkogenisitas atau kekuatan penyebab kankernya;


 status kekebalan - orang yang kekebalannya lemah, seperti mereka yang hidup
dengan HIV, lebih mungkin untuk memiliki infeksi HPV yang persisten dan
perkembangan yang lebih cepat menjadi pra-kanker dan kanker;
 koinfeksi dengan agen menular seksual lainnya, seperti yang menyebabkan
herpes simpleks, klamidia dan gonore;
 paritas (jumlah bayi lahir) dan usia muda saat pertama kali lahir;
 merokok tembakau

4. Patogenesis
Meskipun sebagian besar infeksi HPV sembuh dengan sendirinya dan sebagian besar
lesi prakanker sembuh secara spontan, terdapat risiko bagi semua wanita bahwa infeksi
HPV dapat menjadi kronis dan lesi prakanker berkembang menjadi kanker serviks
invasif.

Dibutuhkan waktu 15 hingga 20 tahun untuk kanker serviks berkembang pada wanita
dengan sistem kekebalan normal. Hanya dibutuhkan waktu 5 hingga 10 tahun pada
wanita dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti mereka yang terinfeksi HIV yang
tidak diobati.

Beberapa jenis kanker serviks yang dapat ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma adenoskuamosa, dan karsinoma neuroendokrin.
Karsinoma sel skuamosa serviks merupakan kasuk yang paling sering ditemukan, yakni
sebesar 80% dari keseluruhan kasus kanker pada serviks.

Perubahan morfologi jaringan pada serviks (leher Rahim) dapat menandakan derajat
keparahan kondisi. Lesi ini disebut dengan neoplasia intraepithelial serviks (NIS), dapat
memberikan gambaran dysplasia jaringan pada pemeriksaan histopatologi melalui Pap
smear.

Berdasarkan derajatnya, NIS dapat dikategorikan menjadi NIS I (dysplasia atau


perubahan atipik pada epitel serviks), NIS II (dysplasia tingkat sedang), dan NIS III
(dysplasia tingkat berat). NIS I tergolong dalam low-grade squamous intraepithelial
lesion (LSIL) atau kondiloma, sedangkan NIS II dan NIS III tergolong dalam high grade
squamous intraepithelial lesion (HSIL). Karsinoma in situ umumnya berasal dari
perkembangan NIS III
Gambar : Perkembangan NIS

(Sumber : Patholy Rubin’s, 2012)

Perkembangan kanker invasif berawal dari terjadinya lesi neoplastik pada lapisan epitel
serviks, dimulai dari neoplasia intraepitel serviks (NIS) I, NIS II, NIS III atau karsinoma
in situ (KIS).

Selanjutnya setelah menembus membran basalis akan berkembang menjadi karsinoma


mikroinvasif dan invasif.
5. Diagnosis

Ketika seorang wanita menunjukkan gejala kecurigaan untuk kanker serviks, dia harus
dirujuk ke fasilitas yang sesuai untuk evaluasi, diagnosis dan pengobatan lebih lanjut.
Diagnosis ditegakkan atas atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinik.

a. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala. Bila telah menjadi kanker
invasif, gejalan yang paling umum adalah perdarahan (contact bleeding, perdarahan
saat berhubungan intim) dan keputihan.
Gejala kanker serviks stadium awal mungkin termasuk:

 Bercak darah tidak teratur atau perdarahan ringan antar periode pada wanita
usia reproduksi;
 Bercak atau perdarahan pascamenopause;
 Pendarahan setelah hubungan seksual; dan
 Keputihan meningkat, terkadang berbau busuk.

Pada stadium lanjut, gejala dapat berkembang mejladi nyeri pinggang atau perut bagian
bawah karena desakan tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi ureter,
bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai dengan infiltrasi
tumor ke organ yang terkena, misalnya: fistula vesikovaginal, fistula rektovaginal,
edema tungkai.

b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi,
rektoskopi, USG, BNO -IVP, foto toraks dan bone scan , CT scan atau MRI, PET scan.
Kecurigaan metastasis ke kandung kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi
dan histologik. Konisasi dan amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik.
Khusus pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada kasus dengan
stadium IB2 atau lebih.

6. Pencegahan
Strategi global untuk memberantas kanker serviks sebagai masalah kesehatan
masyarakat yang diadopsi oleh WHA pada tahun 2020, merekomendasikan pendekatan
komprehensif untuk pencegahan dan pengendalian kanker serviks. Serangkaian
tindakan yang direkomendasikan mencakup intervensi di sepanjang perjalanan hidup.

Tabel : Pencegahan Kanker Serviks menurut World Health Assembly, 2020

Pencegahan

Ini harus multidisiplin, termasuk komponen dari pendidikan komunitas, mobilisasi sosial,
vaksinasi, skrining, pengobatan dan perawatan paliatif.

Pencegahan primer dimulai dengan vaksinasi HPV pada anak perempuan usia 9-14
tahun, sebelum mereka aktif secara seksual.

Wanita yang aktif secara seksual harus diskrining terhadap sel-sel serviks abnormal
dan lesi prakanker, mulai dari usia 30 tahun pada populasi umum wanita. Skrining untuk
wanita yang aktif secara seksual yang hidup dengan HIV harus dimulai pada usia yang
lebih dini, setelah mereka dites positif HIV.
7. Terapi

Untuk pengobatan lesi pra-kanker, WHO merekomendasikan penggunaan cryotherapy


atau ablasi termal dan Prosedur Eksisi Elektrosurgis Loop (LEEP) jika tersedia. Untuk
lesi lanjut, wanita harus dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut dan penatalaksanaan
yang memadai.

Referensi

1. Human papillomavirus (HPV) and cervical cancer (who.int)


2. Kementerian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks. Vol13.;
2015.
3. Ellenson LH, Pirog EC. The female genital tract. In: Kumar V, Abbas AK, Aster
JC, eds. Robbins and Cotran pathologic basis of disease. 9th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2015. p. 1002–7.

Anda mungkin juga menyukai