Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

AKIDAH DAN SUMBER AKIDAH

Dosen pengampu :
Dr. Khermarinah, M. Pd. I
Disusun oleh:
Kelas 2E
KELOMPOK 1
1. Eva Bonita (2223240099)
2. Thasiya Annisa Putri ( 2223240104)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Akidah Akhlak. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan kepada pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Akidah Akhlak
yang telah membimbing kami sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih, kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurana. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 16 September 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Akidah.................................................................................... 3
B. Makna Tauhid..................................................................................... 4
C. Makna Ushuluddin............................................................................. 5
D. Sumber Akidah AI-Qur’an, Sunah dan Ijma...................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 10
B. Saran................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dasar aqidah akhlak adalah ajaran islam itu sendiri yang merupakan
sumber-sumber hukum dalam islam yaitu Al-Quran dan Al-Hadits. Al-Qur'an
dan Al-Hadits adalah pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria
atau ukuran baik buruknya suatu perbuatan dan menjauhi perbuatan buruk.
Ukuran baik dan buruk tersebut dikatakan dalam Al-Qur'an, karena Al-Qur'an
merupakan firman Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap
muslim.
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan kitab itu pula Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan izin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Dasar
Akidah Akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah Al-Hadits atau Sunnah
Rasul. Untuk memahami Al-Qur'an lebih terinci, umat Islam diperintahkan
untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah adalah
contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (Orang
muslim). Ketahuilah bahwa sumber Akidah Islam ialah kitab Allah, Sunnah
Rasul-Nya SAW yang sahih dan Ijma' Al-Salaf Al-Soleh. Ini merupakan
perkara yang pasti di dalam agama Islam. Kita wajib mengambil segala perkara
berkaitan dengan Akidah dari al-Qur'an dan al-Sunnah. Ini karena Allah Swt
telah menjamin sesiapa saja yang berpegang kepada keduanya tidak akan sesat
di dunia dan tidak akan binasa di Akhirat. Allah berfirman:
Artinya : Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang
mengikuti petunjuk-Ku ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan
barangsiapa yang berpaling dari peringatan- Ku, maka baginya kehidupan yang
sempit, dan kami akan menghimpungkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu akidah?
2. Apa itu tauhid?
3. Apa itu ushuluddin?
4. Apa saja sumber akidah, Al-quran, sunnah, dan ijma’?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk megetahui apa itu akidah.
2. Untuk mengetahui apa itu tauhid.
3. Untuk mengetahui apa itu ushuluddin.
4. Untuk mengetahui apa saja sumber akidah, al-quran, sunnah, dan ijma’.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Akidah
Asal usul Kata "aqidah" diambil dari kata dasar "al-aqdu" yaitu ar-rabth
(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq
(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-
tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga
mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazm (penetapan). "Al-'Aqdu"
(ikatan) lawan kata dari al-hallu (penguraian, pelepasan), dan kata tersebut
diambil dari kata kerja: "Aqadahu" "Ya'qidahu" (mengikatnya), "Aqdan"
(ikatan sumpah), dan " 'Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala
berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu
yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja"
Kata Aqidah juga menurut bahasa. Aqidah berasal dari kata 'aqada-
ya'qidu-'aqi dan yang berarti simpul. ikatan, dan perjanjian yang kokoh dan
kuat. Setelah terbentuk menjadi aqidatan (aqidah) berarti kepercayaan atau
keyakinan. Kaitan antara aqdan dengan 'aqidatan adalah bahwa keyakin an itu
tersimpul dan tertambat dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan
mengandung perjanjian. Istilah. Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat
diterima secara mudah oleh manusia. berdasarkan akal, wahyu (yang didengar)
dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati, dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dangan kebenaran itu.
Adapun secara Etimologi asal usul Kata Aqidah berasal dari kata 'aqd
yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang.
Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenaran
terhadap sesuatu. Adapula secara Terminologi Istilah Menurut Abu Bakar Jabir
al Jazairy, Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara
umum (aksioma) oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan
dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan
dengan kebenaran itu1.
B. Makna Tauhid
Kalimat Tauhid berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan (tauhid)
yang artinya "esa/tunggal". Ini merujuk pada sifat Allah yang tunggal.
Mengapa merujuk pada keesaan Allah? Karena inti utama dari ajaran ini adalah
mengesakan Allah, menjadikan Allah sebagai sumber utama segala hal. Allah
adalah titik fokus kehidupan, titik fokus konsentrasi. Allah adalah tujuan utama
segala amal perbuatan. Asal kata Tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar (
‫ )توحيدا‬tauhidan (‫ )يوحد‬yawahhidu (‫ )وحد‬dari kata wahhada. Secara etimologi,
tauhid berarti keesaan. Maksudnya, iktikad atau keyakinan bahwa Allah adalah
Esa; Tunggal; Satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang
digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu "keesaan Allah"; mentauhidkan
berarti "mengakui keesaan Allah; mengesakan Allah."Secara istilah syar'i,
tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal mencipta, menguasai, mengatur dan
memurnikan (mengikhlaskan) peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan
penyembahan kepada selain-Nya serta menetapkan asmaul husna dan sifat al-
ulya bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat.
Istilah Tauhid dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sebuah
kata benda yang memiliki arti ke-Esaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah
hanya satu. Kata Tauhid terdiri dari perkataan "Theos" artinya Tuhan, dan
"logos" yang berarti ilmu (science, study, discourse). Jadi theologi berarti ilmu
tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan. Definisi theologi yang diberikan oleh para
ahli- ahli ilmu agama antara lain dari Fergilius Ferm, yaitu: The discipline
which concerns God (or the Divine Reality) and God's relation to the world
(Tauhid ialah pemikiran sistematis yang berhubungan dengan alam semesta).
Asal makna "Tauhid" ialah meyakinkan, bahwa Allah adalah "satu",
tidak ada syarikat bagi-Nya. Oleh sebab itu, sebab dinamakan "Ilmu Tauhid",
ialah karena bahagiannya yang terpenting, menetapkan sifat "wahdah" (satu)

1
A. Hanaf, Pengantar Tauhid Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 2003) Hal, 1
bagi Allah dalam zat-Nya dan dalam perbuatan-Nya menciptakan alam
seluruhnya dan bahwa la sendiri-Nya pula tempat kembali segala alam ini dan
penghabisan segala tujuan. Misalnya Muhammad Abduh menjelaskan: "Tauhid
ialah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib
tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-
sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya.Juga membahas tentang
rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan
(dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang menghubungkannya
kepada diri mereka." Selanjutnya dalam kajian Tauhid disebut sebagai ilmu
tauhid, yang juga dinamakan sebagai ilmu kalam, karena dalam
pembahasannya mengenai eksistensi Tuhan dan hal-hal yang berhubungan
dengan-Nya digunakan argumentasi-argumentasi filosofis dengan
menggunakan logika atau mantik. Jubaran Mas'ud menyatakan bahwa tauhid
bermakna beriman kepada Allah, Tuhan yang Esa, atau juga sering disamakan
dengan kata (tiada Tuhan Selain Allah). Fuad Iframi Al-Bustani juga
menerangkan hal yang sama. Menurutnya tauhid adalah Keyakinan bahwa
Allah itu bersifat Esa2.
C. Makna Ushuluddin
Ushuluddin berasal dari dua kata, Ushul dan din. Ushul adalah bentuk
jamak dari Ashlun yang berarti, "dasar" atau "asas". Sedangkan Din adalah
"balasan" dan dalam istilah bermakna "syariat, undang-undang, atau hukum".
Din yang dimaksud dalam pengertian ushuluddin adalah makna istilah,
sehingga Ushuluddin mempunyai pengertian "Dasar Syariat atau Dasar
Undang-undang" Ilmu Ushuluddin adalah Ilmu yang membahas dasar Syariat.
Dalam Syiah, dasar syariat tersebut ada lima perkara, yaitu Tauhid, Kenabian,
Imamah, Keadilan dan Hari Akhir (pembalasan). Kelima perkara diatas
dinamakan Ushuluddin karena ilmu-ilmu lainnya seperti Fiqih, Hadits, Tafsir,
dan lain-lain akan terbahas setelah orang membenarkan Rasulullah,
Pengirimnya, Keadilan Pengirimnya, ganjaran dan siksaan pengirimnya serta
penjaga agamanya (Imam).

2
Fuad Iqram Al-Bustani, Munjid Ath-Thullab, (Beirut:Dar Al-Masyriqi, 1986), Hal 905
Maksud ushuluddin dalam madzab Syi'ah hanyalah dasar Syariat seperti
yang kamiterangkan diatas, dan orang muslim, khususnya Syi'ah, wajib
mengetahui kelima perkara tersebut dengan dalil-walaupun sangat sederhana -
dan tidak boleh taqlid seperti yang akan kami jelaskan kemudian. Tidak
dikenalnya ushuluddin tersebut sebagai rukun dimungkinkan karena kelima
perkara diatas tidak menjamin siapa pun untuk menjadi mukmin. Misalnya,
orang yang dengan sengaja mengingkari adanya malaikat, syaitan, jin, serta
ayat al-Qur'an apalagi keseluruhan dan semacamnya, dalam Syi'ah akan
dikatakan kafir walaupun telah mengimani kelima perkara tersebut3.
D. Sumber Akidah AI-Qur’an, Sunah dan Ijma
1. Al-Qur'an sebagai sumber Aqidah
Firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Rasulullah melalui
perantara malaikat Jibril. Di dalamnya Allah telah menjelaskan segala
sesuatu yang telah dibutuhkan oleh hamba-Nya sebagai bekal kehidupan di
dunia dan di akhirat. Ia merupakan petunjuk bagi orang-orang yang diberi
petunjuk, pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman, dan obat bagi
jiwa-jiwa yang terluka.
Sebagaimana Firman Allah:
ْ ‫ت َوتَ َّم‬
‫ت‬ ُ ‫ك َكلِ َم‬ ِ ۗ ‫ْال َعلِ ْي ُم ال َّس ِم ْي ُع َۚوهُ َو لِ َكلِمٰ تِ ٖه ُمبَد َِّل اَل َّو َع ْداًل‬
َ ِّ‫ص ْدقًا َرب‬
Artinya :
"dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur'an) dengan benar dan adil.
Tidak ada yang dapat mengubah Firman-Nya. Dan Dia Maha Mendengar
dan Maha Mengetahui". (Q.S.Al-An'am: 115).

Al-Imam Asy-Syatibi mengatakan Bahwa sesungguhnya Allah telah


menurunkan syariat ini kepada Rasul-Nya yang didalamnya terdapat
penjelasan atas segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tentang kewajiban
dan peribadatan yang dipikulkan diatas pundaknya, termasuk didalamnya
perkara aqidah. Allah menurunkan Al-Qur'an sebagai sumber hukum aqidah
karena Allah mengetahui kebutuhan manusia sebagai seorang hamba yang
diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Bahkan jika dicermati akan
3
Nina W Syam. Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2011), Hal. 35
ditemui banyak ayat dalam Al-Qur'an yang dijelaskan tentang aqidah, baik
secara tersurat maupun secara tersirat. Oleh karena itu, menjadi hal yang
wajib jika kita mengetahui dan memahami aqidah yang bersumber dari Al-
Qur'an. Kitab mulia ini merupakan penjelasan langsung dari Rabb manusia,
yang hak dan tidak pernah sirna ditelan masa.
2. As-Sunnah sumber kedua Aqidah
Seperti halnya Al-Qur'an, As-Sunnah adalah satu jenis wahyu yang
datang dari Allah SWT walaupun Lafadznya bukan dari Allah tapi
maknanya datang darinya. Hal ini diketahui dalam firman Allah:
ُ ‫ْالهَ ٰوى َع ِن يَ ْن ِط‬
‫ق َو َما‬
Artinya:
“dan tidaklah yang diucapkan-Nya itu (Al-Qur'an) menurut keinginan-Nya”.
(Q.S. An-Najm: 3-4).
‫ي اِاَّل هُ َو اِ ْن‬
ٌ ْ‫يُّوْ ٰحىۙ َوح‬
Artinya:
“Tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya"

Rasulullah saw bersabda:


"Tulislah demi dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidak keluar dari-Nya
kecuali kebenaran sambil menunjuk lidahnya" (HR. Abu dawud).

Yang menjadi persoalan adalah banyaknya hadits lemah yang beredar


ditengah umat dianggap "mutiara" yang bukan berasal dari Rasulullah SAW
dinisbahakan kepada beliau. Hal ini tidak lepas dari usaha penyimpangan
yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah untuk mendapatkan keuntungan
yang sedikit. Akan tetapi, maha suci Allah yang telah menjaga kemurnian
As-Sunnah hingga akhir zaman melalui para ulama ahli ilmu.
Selain melakukan penjagaan terhadap ahli sunnah, Allah telah
menjadikan As-Sunnah sebagai sumber hukum dalam Agama. Kekuatan As-
Sunnah dalam menetapkan syari'at termasuk perkara. Aqidah ditegaskan
dalam banyak ayat Al-Qur'an, diantaranya firman Allah:

‫تَنَازَ ْعتُ ْم فَا ِ ْن ِم ْن ُك ۚ ْم ااْل َ ْم ِر َواُولِى ال َّرسُوْ َل َواَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ اَ ِط ْيعُوا ٰا َمنُ ْٓوا الَّ ِذ ْينَ ٰيٓاَيُّهَا‬
‫خَ ْي ٌر ٰذلِكَ ااْل ٰ ِخ ۗ ِر َو ْاليَوْ ِم بِاهّٰلل ِ تُْؤ ِمنُوْ نَ ُك ْنتُ ْم اِ ْن َوال َّرسُوْ ِل هّٰللا ِ اِلَى فَ ُر ُّدوْ هُ َش ْي ٍء فِ ْي‬
‫تَْأ ِو ْياًل َّواَحْ َس ُن‬
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah pada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (As- Sunnah), jika kamu
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama
bagimu dan lebih baik akibatnya”. (Q.S.An-Nisa: 59).

Firman Allah di atas menunjukkan bahwa tidak ada pilihan lain bagi
seorang muslim untuk mengambil sumber-sumber hukum aqidah dari As-
Sunnah dengan pemahaman ulama. Ibnu Qayyim juga pernah berkata
"Allah memerintahkan untuk mentaati-Nya dan mentaati Rasul-Nya",
dengan mengulangi kata kerja (taatilah) yang menandakan bahwa menaati
Rasul wajib secara independen tanpa harus mencocokkan terlebih dahulu
dengan Al-Qur'an, jika beliau memerintahkan sesuatu. Hal ini dikarenakan
tidak akan pernah ada pertentangan antara Qur'an dan Sunnah.
3. Ijma' Para Ulama
Sumber aqidah yang berasal dari kesepakatan para mujtahid Umat
Muhammad saw setelah beliau wafat, tentang urusan pada suatu masa.
Mereka bukanlah orang yang sekedar tahu tentang ilmu tetap juga memahami
dan mengamalkan ilmu. Berkaitan dengan ijma'. Allah swt berfirman:
ۢ
ِ ِ‫نُ َولِّ ٖه ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َسبِي ِْل َغي َْر َويَتَّبِ ْع ْاله ُٰدى لَهُ تَبَيَّنَ َما بَ ْع ِد ِم ْن ال َّرسُوْ َل يُّ َشاق‬
‫ق َو َم ْن‬
‫ت َجهَنَّ ۗ َم َونُصْ لِ ٖه ت ََو ٰلّى َما‬
ْ ‫ص ْيرًا َو َس ۤا َء‬
ِ ‫َم‬
Artinya:
"Dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami
biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan masukkan
ia kedalam Neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali”.
(Q.S.An-Nisa: 115).
Imam Syafi'i menyebutkan bahwa ayat ini merupakan dalil
pembolehan disunnatkannya lima, yaitu diambil dari kalimat "Jalannya
orang-orang yang beriman" yang berarti lima.
Beliau juga menambahkan bahwa dalil ini adalah dalil Syar'l yang
wajib untuk diikuti karena Allah menyebutkannya secara bersamaan dengan
larangan menyelisihi Rasul.
Di dalam pengambilan Ijma' terdapat juga beberapa kaidah- kaidah
penting yang tidak boleh ditinggalkan. Ijma' dalam masalah akidah harus
bersandarkan kepada dalil dari Al-Qur'an dan As- Sunnah yang shahih
karena perkara aqidah adalah perkara tauqifiyah yang tidak diketahui
kecuali dengan jalan wahyu. Sedangkan fungsi lima adalah menguatkan Al-
Qur'an dan As-Sunnah serta menolak kemungkinan terjadinya kesalahan
dalam dalil yang dzani sehingga menjadi qotha'i4.

4
Andayani Muhadi, Bahriani, dan Rezky Nur Wahyuni. Aqidah Akhlak Sumber-sumber
Aqidah Islam, (http://aybahriani.blogspot.co.id/2016/06/sumber-sumber-aqidah-islam.html” 16
September 2023
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asal usul Kata "aqidah" diambil dari kata dasar "al-aqdu" yaitu ar-rabth
(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq
(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-
tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga
mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazm (penetapan). "Al-'Aqdu"
(ikatan) lawan kata dari al-hallu (penguraian, pelepasan), dan kata tersebut
diambil dari kata kerja: "Aqadahu" "Ya'qidahu" (mengikatnya), "Aqdan"
(ikatan sumpah), dan " 'Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala
berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu
yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja
Kalimat Tauhid berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan (tauhid)
yang artinya "esa/tunggal". Ini merujuk pada sifat Allah yang tunggal. Asal
kata Tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar (‫ )توحي•••دا‬tauhidan (‫)يوحد‬
yawahhidu (‫ )وحد‬dari kata wahhada. Secara etimologi, tauhid berarti keesaan.
Maksudnya, iktikad atau keyakinan bahwa Allah adalah Esa; Tunggal; Satu.
Ushuluddin berasal dari dua kata, Ushul dan din. Ushul adalah bentuk
jamak dari Ashlun yang berarti, "dasar" atau "asas". Sedangkan Din adalah
"balasan" dan dalam istilah bermakna "syariat, undang-undang, atau hukum".
Din yang dimaksud dalam pengertian ushuluddin adalah makna istilah,
sehingga Ushuluddin mempunyai pengertian
B. Kritik dan saran
Demikianlah makalah mata kuliah Akidah Akhlak ini kami buat, semoga
makalah ini dapat diterima oleh pembaca, dan juga membawa manfaat barokah
untuk kehidupan yang selanjutnya. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh
dari kata sempurna dan masi memerlukan kritik dan juga saran dari para
pembaca. Maka dari itu kritik dan saran akan kami tunggu dan kita jadikan
pelajaran dan juga bekal kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bustani, F. I. (1986). Munjid Ath-Thullab. Beirut: Dar Al-Masiriqi.


Andayani Muhadi, Bahriani, dan Rezky Nur Wahyuni. Aqidah Akhlak Sumber-
Sumber Aqidah Islam, " http://avbahriani.blogspot.co.id/2016/06/sumber-
sumber-aqidah-islam.html " 16 September 2023, 17:47
Hanaf, A. (2003). Pengantar Tauhid Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Syam, N. W. (2011). Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media

Anda mungkin juga menyukai