Dosen Pengampu:
Bapak Drs. Muzaki, M.Ag
Oleh:
Kelompok 11
BKI 3E
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
memberikan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “Metode Dakwah dalam Perspektif BKI” tepat waktu tanpa ada hambatan dan
sesuai dengan harapan.
Laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban penulis dalam
mengerjakan tugas mata kuliah Metodologi Dakwah. Untuk itu penulis berterima kasih
banyak kepada Bapak Drs. Muzaki, M.Ag selaku dosen pengampu, karena
terselesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan beliau.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat, baik berupa inspirasi
atau motivasi untuk penulis sendiri maupun pembaca. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Untuk
itu, penulis juga berharap adanya kritik, saran, dan juga usulan yang bersifat
membangun demi perbaikan dan dapat menerima makalah ini dengan penuh
keterbukaan.
Kelompok 11
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
ii
PENDAHULUAN
1
4. Apa saja implementasi metode dakwah dalam perspektif BKI?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan berorientasi jelas di manacita-cita dan tujuan telah jelas direncanakan.
Karena tujuan dan cita-cita yang jelas dan realistis pasti akan mendorong
dakwah untuk mengikuti arah yang telah terencana. Untuk itu perlu sebuah
metode atau cara yang sistematis yang digunakan untuk menyampaikan
materi atau pesan dakwah kepada mad’u.
4
akhirat kelak. Hal ini sejalan dengan hakikat gerakan dakwah yang
dinyatakan al-Ghazali. Menurutnya gerakan dakwah merupakan proses
menegakan syariat Islam secara terencana dan teratur agar manusia
menjadikannya sebagai satu-satunya tatanan hidup yang haq dan cocok
dengan fithrahnya.
5
konselor untuk membantu klien membangkitkan ajaran agama dalam
menyelesaikan segala problematika hidup sesuai agama dan keyakinan.
6
Dakwah bi al-hikmah, yang berarti dakwah bijak, mempunyai makna
selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u (muqtadha al-hal).
Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan realistis sebagaimana
tantangan dan kebutuhan dengan memperhatikan kadar pemikiran dan
intelektual, suasana psikologis, serta situasi sosial kultural mad’u.
Dalam hal ini, peranan juru dakwah adalah sebagai pembimbing, teman
dekat yang setia, yang menyayangi dan memberikannya segala hal yang
bermanfaat serta membahagiakan mad’unya
7
yang baik dengan cara menegakan berbagai argumentasi yang dapat
mematahkan mereka, dengan tetap menjaga sikap arif dan lembut kepada
mereka. Sebab, cara demikian sangat kondusif untuk memadamkan api
jahiliyah. Sikap keras dan kasar kepada mereka hanya membuat mereka
menjadi semakin sombong saja.
Walaupun dalam aplikasi metode ini ada watak dan suasana yang khas,
yakni bersifat terbuka atau transpran, konfrontatif, dan reaksioner, juru dakwah
harus tetap memegang teguh prinsip-prinsip umum dari watak dan karateristik
dakwah itu sendiri, yaitu:
8
Dalam ranah dakwah, bimbingan konseling Islam ialah ilmu bantu
dakwah. Ia bisa berdiri sendiri di deretan ilmu dakwah, yakni ilmu yang
membicarakan tentang bagaimana berdakwah di kalangan mad’u yang sedang
menghadapi masalah.
9
1. Metode Al-Hikmah merupakan sebuah pedoman, penuntun, dan
pembimbing bagi konselor dalam memberikan bantuan pada konseli agar
mampu mengembangkan eksistensi dirinya sehingga mampu menemukan
jati diri dan citra dirinya serta dapat menyelesaikan atau mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi secara mandiri. Ciri khas teori atau metode
al-Hikmah ini adalah; adanya pertolongan dari Allah, diagnosa
menggunakan metode ilham dan kasysyaf, adanya keteladanan konselor,
dan alat terapi yang dilaukan dengan nasihat, doa, dan ayat-ayat Al-Qur’an,
serta biasanya dilakukan pada terapi yang berat dimana individu dalam
kondisi yang tidak mandiri.
10
dirasakan oleh klien, yaitu dengan bentuk nasehat. Teknik ini dapat
dilakukan konselor pada pelaksanaan bimbingan dan konseling baik yang
bersifat individu ataupun kelompok.
3. Metode Mujadalah billati hiya ahsan dapat terjadi di mana seorang konseli
ingin mencari sebuah kebenaran yang dapat menyakinkan dirinya, misalnya
berkaitan dengan kebingungan dalam mengambil sebuah keputusan atau
pilihan terhadap sesuatu yang menurutnya sama-sama baik, padahal dalam
sudut pandangan konselor terdapat keburukan dalam pilihan tersebut yang
perlu diluruskan (diperdebatkan dengan baik). Padahal dalam pandangan
konselor hal itu dapat membahayakan perkembangan jiwa, akal fikiran,
emosional, dan lingkungannya. mujadalah billati hiya ahsan dapat
memberikan bimbingan dengan menggunakan bantahan atau sanggahan
yang mendidik dan menentramkam.
11
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13