Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Metodologi Memahami Islam”


Diajukan untuk mememuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
dengan Dosen Pengampu:
Bapak Dr. Elan Sumarna, M.Ag.

Disusun Oleh:
MH Faja Nurfauzan (2003322)
Daffa Ervanza Asmara (2009777)
Amirul Muttaqin (2010349)
Fikri Nurfajri Dedyanto (2007534)
Moch. Alfi Sidiq (2005222)

KELAS 2A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahan curahkan rahmat-Nya sehingga kami diberikan kesehatan, dan kami
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Makalah yang berjudul “Metodologi Memahami Islam” merupakan
aplikasi dari kami selain untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut juga untuk
memberikan pengetahuan tentang metode memahami islam.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari kerjasama berbagai pihak, baik itu
dari dosen pengajar kami ataupun pihak-pihak lainnya yang turut serta membantu
terselesaikannya makalah ini. Kami mengucapkan terimakasih karena mereka
semualah kami mempunyai motivasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi gambaran
ataupun menjadi referensi kita dalam mengenal dan mempelajari Metodologi
Memahami Islam. Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu segala saran dan kritik guna memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca.

2
Daftar Pustaka

KATA PENGANTAR............................................................................................2
Daftar Pustaka........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 Pengertian-Pengertian............................................................................6
2.1.1 Pengertian Metode.............................................................................6
2.1.2 Pengertian Metodologi.......................................................................7
2.1.3 Pengertian Metodologi Memahami Islam..........................................7
2.2 Sandaran Utama Metodologi Memahami Islam..................................8
2.2.1 Maqashid Al-syari'ah.........................................................................8
2.2.2 Qawa’id Al-Khams..........................................................................11
2.3 Metode-Metode Memahami Islam.......................................................13
2.3.1 Metode Disiplin Ilmu dan Isi...........................................................13
2.3.2 Metode Sumber Pokok (Kajian Al-Quran dan Hadis).....................14
2.3.3 Metode Kajian Dimensi Islam.........................................................17
2.3.4 Metode Tipologi...............................................................................17
2.3.5 Metode Pemahaman Islan di Indonesia...........................................18
BAB III PENUTUP..............................................................................................21
3.1 Kesimpulan............................................................................................21
3.2 Saran.......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sering dikatakan bahwa Islam adalah sebuah Agama yang berorientasi
kepada Muhammad, Nabi dari Arab pada abad ketujuh. Kehadiran agama
Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Didalamnya
terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu
menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang
seluas-luasnya.
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW,
diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir
dan batin. Didalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana
seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih
bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.
Dalam perjalanan sejarah manusia, Islam menempati posisi yang
penting, selain menjadi salah satu agama yang besar, Islam juga melahirkan
beberapa peradaban diantara peradaban terbesar yang pernah dikenal dunia.
Gambaran ajaran Islam yang demikian ideal itu pernah dibuktikan
dalam sejarah dan manfaatnya dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia.
Namun, kenyataan Islam sekarang menampilkan keadaan yang jauh dari citra
ideal tersebut. Ibadah yang dilakukan umat Islam seperti shalat, puasa, zakat,
haji dan sebagainya hanya berhenti pada sebatas membayar kewajiban dan
menjadi lambang keshalehan, sedangkan buah dari ibadah yang berdimensi
kepedulian social sudah kurang tampak.
Dalam rangka mencapai suatu intepretasi yang tepat dalam memahami
agama dengan segala aspek yang terkandung di dalamnya diperlukan metode-
metode yang dapat dipergunakan untuk mendapat pemahaman yang tepat.
Islam yang diturunkan di Arab lahir dan berkembang seiring dengan adat
budaya Arab. Hal ini memerlukan pengkajian yang komprehensif sebab
sumber agama Islam yakni Al Qur’an dan Sunah berbahasa Arab. Oleh

4
karena itu, penulis tertarik untuk memberikan judul pada makalah ini yaitu
“Metodologi Memahami Islam”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1.2.1 Apa itu Metodologi Memahami Islam?
1.2.2 Apa saja sandaran utama dalam metodologi memahami islam?
1.2.3 Apa saja metode yang bisa dilakukan?
1.2.4 Bagaimana cara melakukan metode dalam memahami islam?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui Memahami Metodologi Islam
1.3.2 Untuk mengetahui sandaran-sandaran dalam metodologi memahami
islam
1.3.3 Untuk mengetahui metode-metode yang bisa digunakan dalam
memahami islam
1.3.4 Untuk mengetahui cara memahami islam dengan baik

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian-Pengertian
2.1.1 Pengertian Metode
Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode
atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau
melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan
atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam KBBI, metode adalah cara teratur yang digunakan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Secara umum atau luas metode atau metodik berarti ilmu
tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya
dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar. Pasaribu dan simanjutak
(1982), mengatakan bahwa metode adalah cara sistematik yang
digunakan untuk mencapai tujuan.
Metode menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam Kapita
Selekta Pendidikan Islam, (1999:114) berasal dari kata meta berarti
melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan menurut Depag RI dalam buku Metodologi
Pendidikan Agama Islam (2001:19) Metode berarti cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk
mencapai tujuan tertentu. Kemudian ada satu istilah lain yang erat
kaitannya dengan dua istilah ini, yakni tekhnik yaitu cara yang
spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemukan dalam
melaksanakan prosedur.

6
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa metode
adalah cara yang sistematis untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
dapat mencapai tujuan tertentu.
2.1.2 Pengertian Metodologi
Metodologi terdiri dari kata Metode dan Logos. Metode berasal
dari bahasa Yunani, Metha (sepanjang/melewati), hodos (jalan/cara).
Menurut Ramayulis dalam Metodologi Pendidikan agama
Islam (2012: 4). Metodologi adalah suatu ilmu yang membicarakan
tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan
pendidikan atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan
dalam silabus mata pelajaran
Menurut M. Arifin dalam Ilmu Pendidikan Islam (2008: 65)
Metodologi pendidikan adalah suatu ilmu pengetahuan tentang
metode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik.
Menurut Hidayat Syah dalam Pengantar Umum Metodologi
Penelitian Pendidikan Pendekatan Verifikatif (2010: 13) Metodologi
dapat diartikan; Suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan
metode, peraturan, atau kaedah yang diikuti dalam ilmu pengetahuan.
Sedangkan Metodologi, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Depdiknas, 2002: 741), adalah ilmu tentang metode, uraian
tentang metode.
Dapat disimpulkan bahwa metodologi adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang metode atau cara untuk mencapai tujuan tertentu
2.1.3 Pengertian Metodologi Memahami Islam
Memahami Islam adalah usaha sadar, sistematis dan
metodologisuntuk mempelajari (mengetahui, memahami dan
membahas secara mendalam) hal-hal yang berkaitan dengan islam
baik yang berhubungan dengan normativitasnya, historisitasnya
maupun aktualisasi secara nyata dalam kehidupan sehari-hari
sepanjang sejarah kehidupan manusia. Lebih singkatnya, Memahami
islam dapat diartikan sebagai kajian yang bersifat ilmiah dan objektif
dalam pemahaman tentang islam.

7
Metodologi Memahami Islam adalah suatu ilmu yang
memuat/berisi prosedur atau langkah-langkah yang ditempuh dalam
mempelajari islam, secara tepat cepat, efektif dan efisien dari mulai
menemukan fakta sampai melakukan generalisasi baik islam sebagai
sumber ajaran, islam sebagai pemahaman, sebagai pengalaman. Islam
harus dipahami secara komprehensif dengan berpedoman kepada
semangat dan isi ajaran Al-Quran yang diketahui mengandung banyak
aspek. Berbagai aspek yang ada dalam Al-Qur’an jika dipelajari
secara keseluruhannya akan menghasilkan pemahamn islam yang
menyeluruh.

2.2 Sandaran Utama Metodologi Memahami Islam


2.2.1 Maqashid Al-syari'ah
Maqashid al-syari'ah terdiri dari dua kata, maqashid dan
syari'ah. Kata maqashid merupakan bentuk jama' dari maqshad yang
berarti maksud dan tujuan, sedangkan syari'ah mempunyai pengertian
hukum-hukum Allah yang ditetapkan untuk manusia agar dipedomani
untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Maka
dengan demikian, maqashid al-syari'ah berarti kandungan nilai yang
menjadi tujuan pensyariatan hukum. Maka dengan demikian,
maqashid al-syari'ah adalah tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari
suatu penetapan hukum (Asafri Jaya, 1996:5). Izzuddin ibn Abd al-
Salam, sebagaimana dikutip oleh Khairul Umam (2001:125),
mengatakan bahwa segala taklif hukum selalu bertujuan untuk
kemaslahatan hamba (manusia) dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Allah tidak membutuhkan ibadah seseorang, karena ketaatan dan
maksiat hamba tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap
kemulian Allah. Jadi, sasaran manfaat hukum tidak lain adalah
kepentingan manusia.
Kajian teori maqashid al-syari'ah dalam hukum Islam adalah
sangat penting. Urgensi itu didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut. Pertama, hukum Islam adalah hukum

8
yang bersumber dari wahyu Tuhan dan diperuntukkan bagi umat
manusia. Oleh karena itu, ia akan selalu berhadapan dengan
perubahan sosial. Kedua, dilihat dari aspek historis, sesungguhnya
perhatian terhadap teori ini telah dilakukan oleh Rasulullah SAW,
para sahabat, dan generasi mujtahid sesudahnya. Ketiga, pengetahuan
tentang maqashid al-syari'ah merupakan kunci keberhasilan mujtahid
dalam ijtihadnya, karena di atas landasan tujuan hukum itulah setiap
persoalan dalam bermu'amalah antar sesama manusia dapat
dikembalikan.
Dalam pandangan Syathibi, Allah menurunkan syariat (aturan
hukum) bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan dan menghindari
kemadaratan, baik di dunia maupun diakhirat. Aturanaturan dalam
syariat tidaklah dibuat untuk syariah itu sendiri, melainkan dibuat
untuk tujuan kemaslahatan.
Adapun tujuan dari maqashid al-syariah anatara lain
a) Memelihara agama
Menjaga atau memelihara agama berdasarkan kepentingan
dapat dibedakan menjadi tiga peringkat: (1) memelihara agama
dalam peringkat dharuriyyat, yaitu memelihara dan
melaksanakan kewajiban keagamaan yang masuk peringkat,
seperti melaksanakan shalat lima waktu. (2) memelihara agama
dalam peringkat hajjiyyat, yaitu melaksanakan ketentuan
agama, dengan maksud menghindari kesulitan, seperti shlat
jamak dan qasahar. (3) memelihara agama dalam peringkat
tahsiniyyat yaitu mengikuti petunjuk agama untuk menjunjung
tinggi martabat manusia, sekaligus melengkapi pelaksanaan
kewajiban terhadap Tuhan, mislanya menutup aurat, baik
didalam maupun diluar sholat, dll.
b) Memelihara Jiwa
Memelihara jiwa, berdasarkan tingkat kepentinganya dapat
dibedakan menjadi tiga peringkat: (1) memelihara jiwa dalam
peringkat dharuriyyat, seperti memenuhi kebuthan pokok

9
berupa makanan untuk mempertahankan hidup. (2) memelihara
jiwa, dalam peringkat hajjiyyat, seperti diperbolehkan berburu
binatang untuk menikamti makanan yang lezat dan halal. Kalau
kegiatan ini tidak akan mengancam eksistensi manusia. (3)
memeliahra jiwa dalam peringkat tahsiniyyat, seperti
ditetapkannya tata cara makan dan minum.
c) Memelihara akal
Memelihara akal, dilihat dari segi kepentingannya, dapat
dibedakan menjadi tiga peringkat: (1) memelihara akal dalam
peringkat dharuriyyat, seperti diharamkan meminum minuman
keras dan lainnya. (2) memelihara akal dalam perigkat hajjiyyat
seperti dianjurkannya menuntut ilmu pengentahuan. Jika hal itu
tidak dilakukan maka tidak akan merusak akal. (3) memelihara
akal dalam peringkat tahsiniyyat, Seperti menghindarkan diri
dari mengkhayal atau mendengarkan sesuatu yang tidak
berfaedah.
d) Memelihara keturunan
Memelihara keturunan ditinjau dari segi tingkat kebutuhannya
dapat dibedakan menjdai tiga peringkat: (1) memelihara
keturunan dalam peringkat dharuriyyat, seperti disyariatkan
nikah dan diharamkan berzina. (2) memelihara keturunan
dalam peringkat hajjiyyat, seperti ditetapkannya ketentuan
menyebutkan mahar bagi suami pada waktu akad nikah dan
diberikan hak talak kepadanya. (3) memelihara keturunan
dalam peringkat tahsiniyyat, seperti disyariatkannya khitabah
(tunangan) atau walimah dalam perwakinan.
e) Memelihara harta
Dilihat dari segi kepentingannnya, memelihara harta dapat
dibedakan menjadi tiga peringkat: (1) memelihara harta dalam
peringkat dharuriyyat, seperti syariat tentang cara pemilikan
harta dan larangan mengambil harta orang lain dengan cara
yang tidak sah. (2) memelihara harta dalam peringkat hajjiyyat

10
seperti syariat tentang jual beli dengan cara salam. (3)
memelihara harta dalam peringkat tahsinyyat, seperti tentang
asuransi yang mana sebagai pelengkap dimasa yang genting.
2.2.2 Qawa’id Al-Khams
Kaidah-kaidah yang dibentuk para ulama’ pada dasarnya
berpangkal dan menginduk kepada lima kaidah pokok. Kelima kaidah
pokok inilah yang melahirkan bermacam-macam kaidah yang bersifat
cabang. Sebagian ulama’ menyebut kelima kaidah pokok tersebut
dengan istilah al qawa’id al-khams (kaidah-kaidah yang lima).
Kelima kaidah tersebut sangat masyhur di kalang madzhab al-
Syafi’i khususnya dan dikalangan madzhab-madzhab lain umumnya,
meskipun urutannya tidak selalu sama.
Kelima kaidah tersebuat adalah:
ِ ‫)اُأل ُموْ ُربِ ِمقَا‬
a. Segala Sesuatu Itu Tergantung Pada Tujuannya (‫ص ِدهَا‬
Maksudnya adalah niat yang terkandung dalam hati seseorang
saat melakukan amaliyah, menjadi kriteria yang dapat
menentukan nilai dan status hukum amal-amaliyah yang telah
dilakukan, baik yang berhubungan dengan peribadahan
maupun adat-kebiasaan.
Dengan demikian, setiap amaliyah pasti didasarkan pada niat,
jika tidak, maka amaliyah tersebut bersifat spekulatif. Oleh
karena itu, niat memiliki posisi yang sangat penting, sebab ia
sebagai penentu segala gerak tingkah dan amaliyah yang
dilakukan menjadi bernilai baik atau tidak.
b. Keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan keraguan (‫اَ ْليَقِيْنُ الَيُزَ ا ُل‬
ِ ‫)بِا ل َش‬
‫ك‬
Maksudnya ialah semua hukum yang sudah berlandaskan pada
suatu keyakinan itu, tidak dapat dipengaruhi oleh adanya
keragu-raguan yang muncul kemudian, sebab rasa ragu yang
merupakan unsur eksternal dan muncul setelah keyakinan,
tidak akan bisa menghilangkan hukum yakin yang telah ada
sebelumnya.

11
Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan kaidah kedua
adalah tercapainya suatu kemantapan hati pada suatu obyek
yang telah dikerjakan, baik kemantapan itu sudah mencapai
pada kadar ukuran pengetahuan yang mantap atau baru sekadar
dugaan kuat (asumtif/dzan). Makanya tidak dianggap suatu
kemantapan hati yang disertai dengan keragu-raguan pada saat
pekerjaan itu dilaksanakan, sebab keadaan ini tidak bisa
dimasukkan kedalam kategori yakin. Hal-hal yang masih dalam
keraguan atau masih menjadi tanda tanya, tidak dapat
disejajarkan dengan suatu yang sudah diyakini.
c. Kesulitan itu menarik pada kemudahan (‫)ال َم َشقَةُ تَجْ لِبُ التَي ِْس ْي ُر‬
Yang dimaksud taisir ialah kelonggaran atau keringanan
hukum yang disebabkan karena adanya kesukaran sebagai
pengecualian dari pada kaidah umum. Dan yang
dimaksud masyaqqat ialah suatu kesukaran yang didalamnya
mengandung unsur-unsur terpaksa dan kepentingan, sehingga
tidak termasuk didalamnya pengertian kemaslahatan yang
bersifat kesempurnaan komplementer. Dengan demikian, maka
semua bentuk keringanan dalam syari’ah islam itu, selalu
bersumber dari kaidah komprehensip ketiga ini. Sedang yang
menjadi dasar pijakan munculnya kaidah komprehensip ketiga
ini adalah firman Allah surat An-Nisa’ ayat 28.
d. Kemadharatan itu harus dihilangkan (‫ض َر ُريُ َزا ُل‬
َ ‫)ال‬
Seperti dikatakan oleh ‘Izzuddin Ibn Abd al-Salam bahwa
tujuan syariah itu adalah untuk meraih kemaslahatan dan
menolak kemafsadatan. Apabila diturunkan kepada tataran
yang lebih konkret maka maslahat membaa manfaat sedangkan
mafsadah mengakibatkan kemudaratan.
Kaidah tersebut di atas kembali kepada tujuan untuk
merealisasikan maqashid al-syari’ah dengan menolak yang
mafsadah, dengan cara menghilangkan kemudaratan atau
setidaknya meringankannya.

12
e. Kebiasaan dapat dijadikan suatu hukum (ٌ‫)اَل َعا َدةُ ُم َح َك َمة‬
Kaidah ‘Adah ini, diambil dari realita social kemasyarakatan
bahwa semua cara hidup dan kehidupan itu dibentuk oleh nilai-
nilai yang diyakini sebagai norma yang sudah berjalan sejak
lama sehingga mereka memiliki pola hidup dan kehidupan
sendiri secara khusus berdasarkan nilai-nilai yang sudah
dihayati bersama. Jika ditemukan suatu masyarakat
meninggalkan suatu amaliyah yang selama inisudah biasa
dilakukan, maka mereka sudah dianggap telah mengalami
pergeseran nilai. Nilai-nilai seperti inilah yang dikenal dengan
sebutan ‘adat-istiadat, budaya, tradisi dan sebagainya.
Kebudayaan itu bisa dianggap sebagai perwujudan aktivitas
nilai-nilai dan hasilnya.

2.3 Metode-Metode Memahami Islam


2.3.1 Metode Disiplin Ilmu dan Isi
Metode disiplin ilmu lebih tepat digunakan oleh para santri di
pondok pesantren dan mahasiswa IAIN program studi Ilmu-Ilmu
Agama. Akan tetapi, telah berhasil disederhanakan oleh para ulama
sehingga mudah di pahami oleh kaum awam. Di Indonesia sendiri
ajaran islam terdiri atas 3 disiplin yaitu:
a. Aqidah
Akidah mengajarkan keteguhan dan kepastian dalam iman agar
tidak ada keraguan untuk meyakini dalam agama.
b. Syari’ah
Syariat adalah sebuah ajaran hukum atau praturan yang mengatur
dalam lingkup ajaran dan prinsip didalam agama kehidupan umat
Islam.
c. Akhlak
Akhlak merupakan tingkah laku yang berupa ajaran dalam Islam
yaitu etika bagaimana untuk memiliki watak yang baik untuk

13
menghormati yang lebih tua dan menghargai orang yang lebih
muda.
Berbeda dengan syaltut yang membagi disiplin ilmu menjadi
dua bagian besar yaitu aqidah dan syari’ah. Bagi syaltut, akhlak bukan
merupakan satu disiplin tersendiri, melainkan merupakan bagian dari
disiplin syari’ah. Kedua disiplin Aqidah dan Syari’ah diungkapkan
syaltut sebagai berikut:
Nabi Muhammad menerima dari Allah suatu pokok (sumber)
yang cukup lengkap bagi Islam berhubungan dengan Aqidah dan
Syari’ah yaitu Al-Quran Al-Karim (Quran Yang Mulia). Menurut
ketetapan Allah dan kepercayaan kaum Muslimin, Al-Quran
merupakan sumber pertama untuk mengetahui ajaran-ajaran pokok
dan dasar dari agama Islam; dan dari Al-Quran dapat diketahui, bahwa
Islam mempunyai dua cabang pokok. Hakikat Islam tidak akan
diperoleh dan pengertian yang benar tidak akan dimiliki kecuali
apabila kedua cabang itu benar-benar ada dan nyata serta bersemi
dalam pikiran, hati, dan jiwa.
2.3.2 Metode Sumber Pokok (Kajian Al-Quran dan Hadis)
Untuk mengenal islam tidak dapat memilih satu pendekatan
saja karena islam bukanlah agama yang berdimensi satu. Contohnya
adalah Al-Qur’an, yang didalamnya terdapat banyak dimensi
diantaranya dmensi social, psikologi, dan berbagai ilmu pengetahuan
seperti umumnya. Dalam hal ini syariati menggambarkan dalam
mempelajari Al-Qur’an itu seperti mempelajari suatu tokoh. Dalam
mempelajari tokoh ada 2 aspek yang harus dipertanyakan yaitu
pertama mengenal pribadi besarnya dan pemikirannya dan pola
pikirnya. Aspek yang kedua adalah mengenal latar belakangnya
seperti latar belakang keluarganya, dimana ia dilahirkan, ras dan
bangsanya, bagaimana dia dibesarkan, siapakah guru-gurunya,
diamanakah dia belajar, dan lain-lain. Jadi, dalam mempelajari
agamapun seperi individu, kita harus mempelajari berbagai pemikiran
dan gagasannya dan mempelajari kehidupannya dari awal.

14
Jadi untuk mengenal secara tepat dan rinci yang merupakan
setandar hingga kini ada dua cara utama. Pertama adalah mempelajari
Al-Qur’an yang merupakan pemikiran dan gagasan serta ilmu suatu
kepribadian yang dinamakan islam. Kedua adalah mempelajari sejarah
islam yang menggambarkan berbagai perubahan yang terjadi dari awal
misi kenabian hingga sekarang.
Selain itu, Ali Syariati juga mempunyai metodoloi sendiri
untuk mempelajari islam yaitu dengan metode tipologi. Metode ini
adalah untuk mengenal lima cara yang berbeda, atau berbagai aspek
agama kemudian membandingkannya dalam cara yang serupa dengan
agama-agama lain. Diantara kelima aspek tersebut adalah:
a) Tuhan atau tuhan-tuhan dari masing-masing agama
b) Kitab agama sebagai landasan hokum
c) Nabi setiap agama yang mendeklarasikan misi agama
d) Bentuk dan watak yang diimbau oleh agama
e) Para pengikut dari masing-masing agama dan wakil umat yang
mendidik agama itu.
Untuk memperoleh ilmu islam dalam metode tipologi ini
pertama-tama perlu mengenal Allah. Dan metode Syari’ati adalah
dengan mempelajari jenis, asal-usul, mode, konsep dan sifat-sifat
tuhan menurut islam. Misalnya apakah Dia maha kuasa? Apakah Dia
maha tinggi atas segalanya? Apakah Dia berbaur dengan manusia?
Ringkasnya, Tuhan seperti apakah Dia?. Untuk memperoleh sifat-sifat
ini tentunya harus merujuk pada Al-Qur’an, kata-kata nabi dan para
pengikut khusus yang dididik oleh nabi.
Langkah kedua adalah mengenal Al-Qur’an, kitab macam
apakah dia? Masalah-masalah apakah yang ia perhatikan? Apakah ia
lebih banyak ditujukan kepada individu dan berbagai masalah moral
atau aspek social? Apakah ia lebih merujuk pada materi atau rohani?
Dan masalah-masalah apakah yang ia perhatikan dan bagaimana
bentuknya?.

15
Langkah ketiga mengenal islam menurut syari’ati adalah
dengan mengenal nabi Muhammad SAW. Ketika kita berbicara
mengenai kepribadian nabi, niat kita adalah untuk melihat bagaimana
beliau dalam memperhatikan manusia dan bagaimana hubungan
beliau dengan Allah. Dengan kata lain, kita harus memperhatikan
dimensi manusianya dan dimensi kenabiannya. Misalnya dalam
melihat dimensi manusianya, menurut Syari’ati kita harus
mempelajari cara bicara, berjalan, berfikir, hubungan dengan keluarga
dan musuhnya, kekalahan serta kemenangan dan reaksinya terhadap
masalah social.
Jadi salah satu cara yang penting untuk memahami islam
adalah dengan memahami nabinya dan membandingkannya dengan
arsitek-arsitek agamis serta para nabi lainnya seperti Musa, Isa,
Zaratustra dan buda. Menapa demikian? Karena menurut Syari’ati
untuk menilai kesuburan tanah kita karus melihat pada kualitas
panennya.
Langkah keempat adalah dengan mempelajari sifat kehadiran
nabi islam. Misalnya apakah beliau tampil tanpa persiapan? Apakah
ada orang yang sedang menanti-nantikan beliau? Apakah beliau
mengetahui misi beliau? Gerakan apakah yang muncul ketika beliau
hadir? Dan lain-lain. Jawaban dari pertanyaan ini akan membantu kita
dalam mengenal nabi dan juga dalam menganalsifat keadaan beliau.
Langkah kelima dalam mengenal islam adalah dengan
mempelajari orang-orang yang membentuk unsure-unsur yang
membangun manusia-manusia yang berbeda dan terkemuka.
Mengenal orang-orang ini secara jelas dan ilmiah adalah seperti
mengenal sebuah pabrik melalui barang-barang yang diproduksi,
karena agama seperti pabrik yang membangun manusia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode yang
digunakan Syari’ati dalam memahami islam menganjurkan untuk
mempelajari gagasan dan sejarahnya. Dari kelima apek tersebut
terdapat satu kesimpulan yang terlihat dalam pernyataan syari’ati

16
“agama seperti pabrik yang membangun manusia”. Dengan kata lain,
dengan mempelajari islam secara utuh, menyeluruh beserta awal
sejarahnya hingga kini, dapat membangun sebuah kualitas peradaban
islam.
2.3.3 Metode Kajian Dimensi Islam
Metode kajian dimensi islam adalah salah satu cara mengkaji
islam melalui dimensi-dimensi yang berada dalam agama islam.
Salah satu tokoh islam yaitu Fazlur Rahman adalah pemikir
Islam yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Konsep Fazlur Rahman tentang pendidikan berpijak
pada konsep dan pendekatan kolaboratif antara moderen dan filosofis
kajian yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah. Melalui
pendekatan ini, mengarahkan terhadap visi tujuan pendidikan Islam
secara ideal dan praktis.
Menurutnya, islam yang benar hanya dapat dipahami melalui
pengkajian konteks sejarah islam. Dalam kajiaannya, Fazlur Rahman
menekankan pentingnya pemahaman islam atas tiga pokok ajaran,
antara lain:
a. Mengimani ke-Esaan Allah
b. Membentuk masyarakat yang adil
c. Mengimani hidup sesudah mati
Menurut Ali Syari’ati, islam adalah agama yang universal
(luas), humanistic, inovatif, kreatif, dan memberikan bimbingan
ilahial bagi muslin dan umat manusia. Dalam hal ini, Fazlur Rahman
dan Ali Syari’ati menampilkan Islam sebagai ajaran mendunia.
2.3.4 Metode Tipologi
Metode “Tipologi” merupakan sebuah metode yang dipakai
secara luas pada zaman dahulu untuk mengetahui dan memahami
manusia, metode khusus ini biasanya digunakan untuk mengkaji
agama islam secara komprehensif dalam berbagai aspek, dan dipakai
dengan cara membandingkan dengan agama lainnya. Ali Syari’ati
mengoperasionalkan metode tipologi ke dalam lima langkah berikut:

17
1) Menjelaskan tipe, konsep, keistimewaan, dan ciri-ciri Tuhan
dalam Islam dengan mengacu kepada ayat-ayat dalam Al-
Quran, Hadist nabi, dan ucapan para ulama besar.
2) Menelaah kitab suci, subjeknya mengenai bagian-bagian apa
saja yang akan ditekankannya, lalu melangkah dalam
perbandingan antara Al-Quran dengan kitab suci lainnya.
3) Menelaah kepribadian Nabi dalam dimensi kemanusiaan dan
kenabiannya. Yaitu dengan mengkaji perilaku Nabi,
bagaimana beliau berbicara, bekerja, berpikir, dan sebagainya.
4) Memeriksa situasi kedatangan Rasul, apakah ia
mempersiapkan dirinya agar kelak menjadi Rasul, dan kita
harus membandingkan keistimewaan yang menonjol dalam diri
Rasulullah Muhammad SAW dengan keistimewaan rasul-rasul
lainnya.
5) Mengkaji kepribadian individu-individu pilihan yang
dilahirkan dalam setiap agama, yaitu figur-figur yang telah
dididiknya dan kemudian dipersembahkan kepada masyarakat
masyarakat dan sejarah sejarah. Kita harus mengkaji mengkaji
dan mencoba memahami prinsip-prinsip yang dipegang teguh
oleh individu-individu pilihan, kepekaannya terhadap nasib
rakyat, serta kesalehan dan kesediaannya berkorban. Lalu kita
melangkah ke perbandingan antara individu-individu pilihan
yang dipersembahkan oleh Islam dan agama-agama lain.
Dengan cara membandingkan dengan agama lain, metode ini
diharapkan memberikan penilaian terhadap hakikat dan keberadaan
agama bersangkutan.
2.3.5 Metode Pemahaman Islan di Indonesia
Masyarakat Indonesia yang pluralistik dalam bidang agamanya
sangat menunggu hasil kajian-kajian keilmuan dan penelitian-
penelitian dalam bidang agama serta pemikiran-pemikiran keagamaan
yang bersifat positif-konstruktif untuk menopang keterlibatan bersama

18
seluruh pengikut agama-agama di tanah air dalam membina dan
memupuk kerukunan hidup antar umat beragama.
Seiring dengan pemekaran wilayah pemahaman dan
penghayatan keagaman, yang diantara lain disebabkan oleh
transparannya sekat-sekat budaya sebagai akibat luapan arus informasi
dalam era IPTEK, masyarakat Indonesia pada khususnya dan
masyarakat dunia pada umumnya, membutuhkan masukan-masukan
dari kajian-kajian keagamaan yang segar yang tidak lagi selalu
bersifat “teologis-normatif”, tetapi juga menginginkan masukan-
masukan dari kajian keaagamaan yang bersifat historis-kritis.
Posisi mayoritas umat Islam di Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dalam hubungannya dengan persoalan pluralitas agama,
memang sangat unik. Pengalaman umat Islam Indonesia secara
kolektif dalam hubungannya dengan penghayatan pluralitas agama ini
juga tidak dapat dihayati oleh umat Islam Turki dengan menganut
paham kenegaraan sekuler. Predikat “sekuler” di sini memang tidak
mempunyai konotasi dengan pluralitas agama seperti yang dihayati
oleh umat Islam Indonesia. Dengan memperhatikan kondisi obyektif
masyarakat Indonesia yang begitu majemuk keberagamaannya serta
politik di luar negeri, studi agama di Indonesia terasa sangat urgen dan
mendesak untuk dikembangkan.
Kerukunan umat beragama yang selama ini berjalan dan
dinikmati oleh masyarakat Indonesia memang sudah menjadi telaah,
bahkan kekaguman, bagi para pengamat luar negeri. Kerukunan umat
beragama di Indonesia telah berjalan wajar meskipun belum dilandasi
dengan studi agama yang bersifat akademik-kritis. Di Indonesia
kerukunan umat beragama tidak boleh dilepaskan dari peran
pemerintah menciptakan situasi yang kondusif untuk kerukunan hidup
beragama bandingkan dengan program pemerintah. Departemen
agama, untuk menggalang dan membina tiga kerukunan: “kerukunan
umat beragama dengan pemerintah, kerukunan antar umat beragama,
dan kerukunan antar intern umat beragam”.

19
Dalam keberagamaan umat Islam Indonesia ajaran-ajaran
sedikit banyak telah kehilangan nilai kearabannya. Dengan demikian,
menjadikan wajah Islam Indonesia berbeda dengan wajah Islam di
dunia manapun. Selain karena faktor kelonggaran atau keterbukaan,
beberapa faktor lain juga turut mendukung tersebarnya Islam secara
luas dikalangan masyarakat di Indonesia. Menurut sejarawan,
TaSawuf merupakan faktor paling dominan dalam keberhasilan
penyebaran islam di Indonesia.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metodologi Memahami Islam adalah suatu ilmu yang memuat/berisi
prosedur atau langkah-langkah yang ditempuh dalam mempelajari islam,
secara tepat cepat, efektif dan efisien dari mulai menemukan fakta sampai
melakukan generalisasi baik islam sebagai sumber ajaran, islam sebagai
pemahaman, sebagai pengalaman.
Adapun sandaran utama memahami islam yaitu Maqashid Al-syari’ah
dan Qawa’id Al-Khams. Maqashid Al-Syaria’ah memiliki lima tujuan antara
lain memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara
keturunan, dan memelihara harta. Qawai’d Al-Khams memiliki lima kaidah
anatara lain segala sesuatu itu tergantung pada tujuannya, keyakinan tidak
bisa dihilangkan dengan keraguan, kesulitan itu menarik pada kemudahan,
kemadharatan itu harus dihilangkan, dan kebiasaan/adat dapat dijadikan suatu
hukum.
Dalam memahami islam, tentunya ada beberapa metode yang bisa
dilakukan antara lain metode disiplin ilmu dan isi, metode sumber pokok
(kajian al-quran dan hadis), metode kajian dimensi islam, metode topologi,
dan metode pemahaman islam di Indonesia.

3.2 Saran
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami agama islam, kita
tidak boleh menilai langsung tanpa mengetahui agama islam secara utuh.
Dengan adanya makalah metodologi memahami islam ini diharapkan para
pelajar maupun pembaca, dapat lebih mengerti dan bisa mengaplikasikan
metode-metode dalam memahami islam secara utuh, sehingga tidak akan
terjadi kesalahpahaman.

21
DAFTAR PUSTAKA

Camelia, E. 2019. Dimensi-Dimensi Islam. Diakses [Daring] dari


https://www.kompasiana.com/amp/ella18308/5dee532e097f36225b1c33
42/dimensi-dimensi-islam.
Munawar, R. (2014). PENDEKATAN/METODOLOGI STUDI ISLAM: METODE
TIPOLOGI AGAMA. [Daring]. Diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195801281986121-
MUNAWAR_RAHMAT/S2%20METODE%20STUDI%20ISLAM/
4.%20S2PAI%20-%20PRESENTASI_MetodeTipologiAgama
%20%28MunawarRahmat%2C%2012Sep2013%29.pdf
Putri, N. 2019. BAB II Landasan Teori. Repository IAIN Tulunganggung.
Diakses [Daring] pada http://repo.iain-tulungagung.ac.id/11387/5/BAB
%20II.pdf.
Rahmat, M. PAI UPI-Metodologi Islam. Direktori FPIPS UPI. Diakses [Daring]
dari
https://www.google.co.id/url?q=http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/
M_K_D_U/195801281986121-MUNAWAR_RAHMAT/BUKU/
PAI_UPI-Metodologi_Islam_%2528Munawar
%2529.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwiF5rzq2oHvAhVEbn0KHVsRBHUQ
FjAAegQIBxAB&usg=AOvVaw3fZ5R20QoYrlq-ce-LLV0N.
Shidiq, G. 2019. Teori Maqshid AL-Syari’ah dalam Hukum Islam. SULTAN
AGUNG, XLIV (118), 118-120. Diakses [Daring] pada:
https://media.neliti.com/media/publications/220106-none.pdf.
Rozali, M. (2020). Metodologi Studi Islam Dalam Perspektif Multidisiplin
Keilmuan. Depok: PT. Kreatif Rajawali Buana Pusaka.
Syari’ati, Ali. (1993). Islam Agama Protes. Jakarta: Pustaka Hidayah.
Diakses [Daring] dari https://filsafattijani.blogspot.com/2015/12/sebuah-
pendekatan-untuk-memahami-islam.html
Tamrin, D. 2010. Kaidah-Kaidah Hukum Islam Kulliyah Al–Khamsah. Jakarta:
Uin-Maliki Press. Diakses [Daring] pada:
http://libcat.uin-malang.ac.id//index.php?p=show_detail&id=41259.

22

Anda mungkin juga menyukai