Disusun oleh :
Kelompok 6
1. Khotijah Safinaturrohmah 108116040
2. Myelinda Ariyanti 108116047
3. Arizal Setyawan 108116057
4. Putri Utami 108116058
5. Ni’matul Khoeriyah 108116066
A. Defenisi
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.
mengacu sebagai “gula yang tinggi” oleh pasien dan penyedia perawatan
onset dewasa – merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa
darah yang tinggi dalam konteks resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif.
Penyakit diabetes melitus jenis ini merupakan kebalikan dari diabetes melitus tipe
1, yang mana terdapat defisiensi insulin mutlak akibat rusaknya sel islet di
pankreas. Gejala klasiknya antara lain haus berlebihan, sering berkemih, dan lapar
terus-menerus. Diabetes tipe 2 berjumlah 90% dari seluruh kasus diabetes dan
10% sisanya terutama merupakan diabetes melitus tipe 1 dan diabetes gestasional.
Kegemukan diduga merupakan penyebab utama diabetes tipe 2 pada orang yang
umumnya menyerang orang dewasa, orang yang gemuk dan pastinya populasi
B. Klasifikasi
dependent” atau “Ketosis prone”, karena tanpa insulin dapat terjadi kematian
dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Istilah “juvenile onset”
sendiri diberikan karena onset DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun
dan memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu dapat juga terjadi pada akhir
rendah, kadar glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal
molekul sel beta pankreas yang ‘menyerupai’ protein virus sehingga terjadi
destruksi sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-faktor yang diduga berperan
memicu serangan terhadap sel beta, antara lain virus (mumps, rubella,
coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada masa bayi.
Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat proses yang
idiopatik. Tidak ditemukan antibodi sel beta atau aktivitas HLA. DM tipe 1
yang bersifat idiopatik ini, sering terjadi akibat faktor keturunan, misalnya pada
Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh faktor keturunan dan juga gaya hidup
yang kurang sehat. Hampir seluruh penderita diabetes menderita tipe kedua ini.
tahun. Kerja insulin di dalam tubuh tidak lagi efektif meskipun tidak perlu ada
suntikan insulin dari luar untuk membantu menjalani hidupnya. Tidak seperti
virus atau autoimunitas dan biasanya pasien mempunyai sel beta yang masih
respons yang inadekuat pada sel beta pankreas. Terjadi peningkatan kadar asam
Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang
3. Diabetes Kehamilan/gestasional
pada waktu kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan komplikasi pada sekitar
trimester ketiga.
C. Etiologi
Suzanne C, 2001).
a. Faktor-faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi
b. Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi
Diabetes Melitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, Hispanik, dan orang
Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes tipe II.
Kebanyakan orang dari ras-ras tersebut dulunya adalah pemburu dan petani
dan biasanya kurus. Namun, sekarang makanan lebih banyak dan gerak
badannya makin berkurang sehingga banyak mengalami obesitas sampai
diabetes.
b. Obesitas
kelewat gemuk. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan
makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau
obesity). Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak
Olahraga atau aktivitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat badan.
Glukosa darah dibakar menjadi energi. Sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif
terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik. Dan resiko terjadinya diabetes
koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit yang
berlebih
e. Usia
Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia,
anak yang mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe II pada anak
D. Patofisiologi
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi
supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh
berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut
terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Sujono dan Sukarmin, 2008).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan
mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen
dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses
besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat
menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg%
sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang
menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut
glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine
yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan
merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Produksi insulin yang
sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi
klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut
poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan
asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis.
Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha
mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas
penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak
segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price dan Wilson,
2006).
Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien
menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau
membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gangren.
hilangnya fungsi ginjal dan terjadi insufisiensi ginjal. Pada organ mata terjadi
penurunan sensitivitas terhadap panas dan dingin. Akibat lain dari gangguan
yang secara normal akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu reaksi
dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat
ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliura, polidipsia, luka pada
kulit yang lama tak sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur. Untuk
sebagian besar pasien (kurang lebih 75%) penyakit diabetes tipe II yang
dideritanya ditemukan secara tidak sengaja (misalnya, pada saat pasien menjalani
unsur yang penting pula untuk meningkatkan efektifitas insulin. Obat hipoglikemia
oral dapat ditambahkan jika diet dan latihan tidak berhasil mengendalikan kadar
glukosa darah. Jika penggunaan obat oral dengan dosis maksimal tidak berhasil
menurunkan kadar glukosa hingga tingkat yang memuaskan, maka insulin dapat
periode stress fisiologik yang akut, seperti selama sakit atau pembedahan (Sujono
gejala-gejala :
BB
Sedangkan pada tahap awal klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II/
NIDDM mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis
hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah dan tes toleransi glukosa. Sedangkan
pada tahap lanjut klien akan mengalami gejala yang sama dengan penderita
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi DM.
Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi,
riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4.000 g,
(Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil penyaringannya negatif, perlu
pemeriksaan penyaring ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa faktor
Tabel 1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
5. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam
waktu 5 menit.
bulan. Ketika terjadi kenaikan kadar glukosa darah, molekul glukosa akan
Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama
yang berbeda, termasuk hemoglobin A1C dan hemoglobin A1. Nilai normal antara
pemeriksaan yang satu dengan yang lainnya, serta keadaan laboratorium yang satu
dan lainnya, memilikmi sedikit perbedaan dan biasanya berkisar dari 4% hingga
8%.
tidak bersedia atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah.
Prosedur yang umum dilakukan meliputi aplikasi urin pada strip atau tablet
yang memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada diabetes tipe
I sedang mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan jumlah yang efektif
G. Komplikasi
a. Ketoasidosis Diabetik
b. Hipoglikemi
mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari
gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada
nefropaty berupa protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron
2) Hiperlipoproteinemia
gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria koronaria, dan
H. Penatalaksanaan
dilakukan dengan cara menormalkan kadar glukosa lipid, dan insulin. Untuk
mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk
1. Diet
berupa karbohidrat (60-70 %) protein (10-15 %), dan lemak (20-25 %) yang
dimakan setiap hari. Jumlah kalori yang dianjurkan tergantung sekali terhadap
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk
kandungan serat 25 gram perhari, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam
lebih baik, maka diperlukan pengaturan waktu yang tepat dalam melakukan
latihan fisik.
3. Agen Hipoglikemi
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan melakukan latihan jasmani
yang teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum turun, dipertimbangkan
I. Prognosis
seperti orang normal. Sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronik, dan
kemungkinan untuk meninggal lebih cepat. Jika kadar gula darah tidak terkontrol,
dan pengobatan selama seumur hidup. Meskipun tidak mudah dilaksanakan para
Kematian adalah dua sampai tiga kali lebih tinggi di antara orang dengan
diabetes tipe 2 dibandingkan pada populasi umum. Sebanyak 75% orang dengan
diabetes melitus tipe 2 akan mati karena penyakit jantung dan 15% dari stroke.
Angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler hingga lima kali lebih tinggi pada
orang dengan diabetes dibandingkan orang tanpa diabetes. Untuk setiap kenaikan
1% pada level HbA1c, resiko kematian dari penyebab diabetes meningkat terkait
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Sumber Informasi Fokus Pengkajian
Sumber Data
Hasil Data
Data Primer Hasil Interview
No. Observasi Sekunder Ket.
Fokus Pengkajian
Hasil Auto Allo
Kuesioner
Pemeriksaan Anamnesa Anamnesa
1. Faktor Resiko
a. Ras atau etnis √ √ √
b. Obesitas √ √
c. Aktifitas √ √
d. Penyakit lain √ √
e. Usia √ √
f. Riwayat Keluarga DM √ √ √
g. Merokok √
h. Penyalahgunaan Zat (NAPZA) √ √
2. Tanda Gejala
a. Kelainan kulit √ √ √ √
b. Sering haus √ √
c. Sering kencing dimalam hari √ √
d. Sering lapar √ √
e. Luka yang sulit sembuh √ √ √
f. BB turun tanpa sebab √ √ √
g. CRT >3 detik √
h. Edema (bengkak) √ √
i. Nyeri √ √
3. Kadar Gula darah √ √ √
4. Adanya Komplikasi
a. Stroke √ √ √ √
b. Penyakit Jantung √ √ √
c. Gagal Ginjal √ √ √
d. Demensia √ √
e. Gangguan Pendengaran √ √
f. Retinopati √ √ √ √ √
g. Hipertensi √ √ √ √ √
h. Hiperglikemi √ √
5. Gangren √ √
KUESIONER PENEMUAN DINI DIABETES MELLITUS
A. IDENTITAS
NAMA :
JENIS KELAMIN :
USIA :
SUKU :
PEKERJAAN :
ALAMAT :
B. PETUNJUK
Mohon diisi pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan memberikan jawaban
yangbenar sesuai pendapat bapak / ibu.
D. KUESIONER
1. Riwayat Keluarga dengan DM: Ya Tidak
2. Jika ya, hubungan dengan keluarga tersebut
a. Ibu Kandung b. Ayah Kandung
c. Saudara Perempuan d. Saudara Laki-laki
3. Apakah anda merokok ? : Ya Tidak
4. Apakah anda suka minum alkohol ? : Ya Tidak
5. Kehamilan dengan DM : Ya Tidak
6. Saudara/i lahir dengan Bayi BB < 2,5 kg : Ya Tidak
7. Aktivitas Fisik
Aktivitas Fisik : Ya / Tidak
Bila ya : Teratur/ Tidak
Bila teratur : Kali/ minggu
Hari : Senin, Selasa, Rabu,
Kamis,Jum’at,Sabtu, Minggu
: menit
8. Berapa kali anda makan nasi dalam sehari ?
a. 1 kali c. 3 kali
b. 2 kali d. > 3 kali
9. Apa yang sering anda makan ?
a. Daging c. Tempe/Tahu
b. Ayam/Telur Ayam d. Ikan
10. Seberapa sering anda makan (jawaban nomor 10) ?
a. < 4 porsi tiap hari
b. > 4 porsi tiap hari
11. Seberapa sering anda mengkonsumsi sayur (sayuran hijau, wortel, tomat, paprika)?
a. Tidak pernah
b. 2 porsi per hari
c. > 2 porsi per hari
12. Seberapa sering anda mengkonsumsi camilan (keripik, kue, kerupuk, kentang
goreng, dll) ?
a. Tidak pernah c. 2 kali per minggu
b. 1 kali per minggu d. > 2 kali per minggu
PENGETAHUAN
13. Diabetes melitus adalah menumpuknya zat gula pada cairan…
a. darah c. urin
b. getah bening d. keringat
14. Gejala diabetes melitus adalah…
a. banyak makan, sedikit minum, sedikit kencing
b. sedikit makan, sedikit minum, sedikit kencing
c. banyak makan, sering minum, sering kencing
d. sedikit makan, banyak minum, sedikit kencing
15. Diabetes melitus termasuk penyakit…
a. Menular c. Turunan
b. Bawaan d. Infeksi
16. Makanan yang harus dibatasi penggunaannya oleh penderita DM adalah yang
mengandung rasa…
a. asam c. pahit
b. manis d.asam
17. Dibawah ini dampak dari DM adalah…
a. gangren/borok di kaki c. dehidrasi
b. radang paru-paru d. hipertensi
18. Salah satu gejala yang timbul dalam waktu lama pada DM adalah…
a. mata kabur c. banyak minum
b. BB turun d. mudah lelah
19. Dibawah ini penyebab gangren/borok pada kaki penderita DM adalah…
a. kadar gula darah meningkat c. Penyumbatan pembuluh darah
b. infeksi d. Kepanasan
PEMERIKSAAN FISIK & ANAMNESIS
20. Kulit
a. Menghitam c. Gatal
b. Bersisik d. Kering
21. Gangguan Penglihatan
a. Kabur c. Rabun dekat
b. Buta Warna d.Rabun jauh
22. Hasil pengukuran Tekanan Darah
a. 80-120 mmHg c. 141-160 mmHg
b. 121-140 mmHg d. >160 mmHg
23. Kondisi luka/ gangren
a. Ber air c. Menghitam
b. Kering d. Memerah
24. Berapa bungkus rokok yang anda habiskan?
a. ½-1 bungkus c. 1-2 bungkus
b. 1 bungkus d. > 2 bungkus
25. Berapa kedalaman pitting edema/Bengkak ?
a. 1-3 mm (derajat 1), kembali 3 detik c. 6-7 mm (derajat 3), kembali 7
detik
b. 4-5 mm (derajat 2), kembali 5 detik d. >7 mm (derajat 4), kembali >
7 detik
26. Berapa CRT (Capillary Refill Time) ?
a. ≤3detik
b. ≥ 4 detik
AUTO ANAMNESA
PERNYATAAN
No. PERTANYAAN
YA TIDAK
27. Apakah Anda sering haus?
28. Apakah Anda sering kencing di malam hari?
29. Apakah Anda sering lapar?
30. Apakah Anda mengalami luka yang sulit sembuh?
31. Apakah BB anda turun tanpa sebab selama 1 bulan?
32. Apakah Anda mempunyai penyakit stroke?
33. Apakah Anda mempunyai penyakit jantung?
34. Apakah Anda mempunyai penyakit gagal ginjal?
35. Apakah Anda merasa sering lupa?
36. Apakah Anda merokok?
37. Apakah Anda pernah mengkonsumsi NAPZA?
1. Berasal dari suku manakah Anda?
Jawab:..................................................................................................................
2. Apa yang Anda keluhkan sekarang?
Jawab:..................................................................................................................
3. Berapakah usia Anda sekarang
Jawab:..................................................................................................................
4. Apakah Anda pernah mengkonsumsi NAPZA ? Jenis apakah itu?
Jawab:..................................................................................................................
5. Berapa gelas yang air yang Anda minum dalam sehari?Apakah sering haus?
Jawab:..................................................................................................................
6. Apakah Anda sering kencing dimalam hari? Berapa kali?
Jawab:..................................................................................................................
7. Berapa kali Anda makan dalam sehari?Apakah sering merasa lapar?
Jawab:..................................................................................................................
8. Apakah Anda mengalami penurunan berat badan tanpa sebab selama
sebulan?Berapa kilogram?
Jawab:..................................................................................................................
9. Bagian tubuh mana yang terasa nyeri saat ini?
Jawab:..................................................................................................................
10. Penyakit apa yang menyertai Anda setelah terkena Diabetes Melitus?
Jawab:.................................................................................................................
DIAGNOSA KELOMPOK
1. Ketidakmampuan Mempertahankan Kesehatan
2. Ketidakmampuan Manajemen Regimen Diet
SATUAN ASUHAN KEPERAWATAN (SAK)
Johnson, M.,et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
IOWA Intervention Project: Mosby
Tartowo. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta :
Tim)
Mirza. 2009. RSSDI Textbook Of Diabetes Melitus. Edisi 2. India : Jaypee Brother
Medical Publishers.
Lanywati, Endang (2007). Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Yokyakarta:
kanisius.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2008, Nursing Interventions Classification (NIC) econd
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Price & Wilson (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.