Anda di halaman 1dari 14

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

BAB 4
Hakikat Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Etika Bisnis Dan Profesi

Disusun oleh:

Dahlia (3170007)

Jurusan Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI

Institut Bisnis & Multimedia ASMI

2018

1
Hakikat Ekonomi dan Bisnis

HAKIKAT EKONOMI
Ekonomi berasal dari kata Yunani oikonomia yang berarti pengelolaan rumah (Capra,
2002). Yang dimaksud dengan pengelolaan rumah adalah cara rumah tangga memperoleh dan
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup (fisik) anggota rumah
tangganya. Dari sini berkembang disiplin ilmu ekonomi yang dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Ilmu ekonomi berkembang berdasarkan asumsi dasar yang masih dipegang hingga saat
ini, yaitu adanya kebutuhan (needs) manusia yang tidak terbatas dihadapkan pada sumber
daya yang terbatas (scarce resources) sehingga menimbulkan persoalan bagaimana
mengekploitasi sumber daya yang terbatas tersebut secara efektif dan efisien guna memenuhi
kebutuhan manusia yang tak terbatas. Dengan demikian,ilmu ekonomi berkepentingan dalam
mengembangkan konsep, teori, hukum sistem, dan kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan kemakmuran masyarakat.

ETIKA DAN SISTEM EKONOMI


Sistem ekonomi adalah jaringan berbagai unsur yang terdiri atas pola pikir, konsep, teori,
asumsi dasar, kebijakan, infrasruktur, institusi, seperangkat hukum, pemerintahan, negara,
rakyat, dan unsur terkait lainnya yang semuanya ditunjukan untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan masyarakat. Dengan mempelajari sejarah ekonomi, kita dapat mengetahui adanya
dua paham sistem ekonomi yang berkembang, yaitu ekonomi kapitalis dan ekonomi komunis.
Inti dari paham ekonomi kapitalis adalah adanya kebebasan individu untuk memiliki,
mengumpulkan, dan mengusahakan kekayaan secara individu. Sistem kapitalis sering disebut
juga sistem ekonomi liberal. Ada dua ciri pokok dari sistem ekonomi kapitalis, yaitu
liberalisme kepemilikan dan dukungan ekonomi pasar bebas.
Sebaliknya paham ekonomi komunis yang memperoleh inspirasi dari pemikiran Karl
Marx justru sangat menentang sistem kapitalis ini. Menurut sistem ekonomi komunis, setiap
individu dilarang menguasai modal dan alat-alat produksi. Alat-alat produksi dan modal harus
dikuasai oleh masyarakat (melalui negara) sehingga tidak ada lagi eksploitasi oleh
sekelompok kecil majikan terhadap masyarakat mayoritas (kaum buruh). Karena perhatian
utama sistem komunis adalah kemakmuran masyarakat secara keseluruhan dan bukan
kemakmuran orang per orang, maka sering kali sistem komunis ini—dengan beberapa

2
variasinya—disebut sebagai sistem sosialis. Walaupun sistem kapitalis dan sistem komunis
sangat bertentangan, namun sebenarnya ada persamaan yang sangat esensial, yaitu keduanya
hanya ditujukan untuk mengejar kemakmuran/kenikmatan duniawi dengan hanya
mengandalkan kemampuan pikiran rasional dan melupakan tujuan tertinggi umat manusia
(kebahagiaan di akhirat).

Etika dan Sistem Ekonomi Komunis


Tujuan sistem ekonomi komunis adalah untuk memeratakan kemakmuran masyarakat
dan menghilangkan eksploitasi oleh manusia (majikan, pemilik modal) terhadap manusia
lainnya (kaum buruh). Paham komunis sangat berpengaruh sampai dengan pertengahan abad
ke-20. Tujuan pemerataan kemakmuran tidak tercapai yang terjadi adalah pemerataan
kemiskinan. Terjadi kesenjangan kekayaan yang sangat mencolok antara oknum pejabat
sangat kaya, sementara rakyatnya tetap dililit kemiskinan. Mengapa sistem ekonomi komunis
mengalami kegagalan walaupun sebenarnya tujuannya sangat mulia? Jawaban atas hal ini
dapat diberikan sebagai berikut:
a. Sistem ekonomi komunis didasarkan atas hakikat manusia tidak utuh, yaitu tidak
mengakui adanya Tuhan YME sebagai sumber kekuatan tak terbatas.
b. Dalam sistem ekonomi komunis, alat-alat produksi dan kekayaan individu tidak
diakui.
c. Produktivitas tenaga kerja sangat rendah karena rakyat yang bekerja untuk negara
tidak termotivasi untuk bekerja lebih giat.
d. Keadaan perekonomian negara-negara Blok Komunis semakin memburuk karena
terjadi pemborosan kekayaan negara, terutama untuk memproduksi senjata yang
dipaksakan dalam rangka perang dingin menghadapi negara-negara Blok Barat.

Etika dan Sistem Ekonomi Kapitalis


Seperti halnya paham/sistem ekonomi komunis, paham ekonomi kapitalis juga
berkembang berdasarkan asumsi yang sama tentang hakikat manusia tidak utuh. Dalam sistem
ekonomi kapitalis, tujuan manusia direndahkan hanya untuk mengejar kemakmuran ekonomi
(fisik) semata dan mengabaikan kekuatan Tuhan. Sistem ekonomi ini juga melupakan tujuan
tertinggi hakikat sebagai manusia, yaitu kebahagiaan di akhirat. Sistem ekonomi kapitalis
yang berkembang di negara-negara Barat telah melahirkan perusahaan-perusahaan
multinasional dengan ciri-ciri sebagai berikut:

3
a. Kekayaan mereka sudah semakin besar, bahkan sudah melewati pendapatan negara-
negara yang sedang berkembang.
b. Kekuasaan para pemiliknya telah melewati batas-batas wilayah suatu negara.

Etika dan Sistem Ekonomi Pancasila


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, istem ekonomi pancasila mencoba
memadukan hal-hal positif yang ada pada kedua sistem ekonomi ekstrem—komunis dan
kapitalis. Ciri keadilan dan kebersamaan pada sistem ekonomi Pancasila diambil dari sistem
komunis; ciri hak dan kebebasan individu diambil dari sistem kapitalis; ditambah dengan ciri
ketiga yang tidak ada pada kedua sistem tersebut, yaitu kepercayaan kepada Tuhan YME
dengan memberikan kebebasan rakyatnya memeluk agama sesuai dengan keyakinan masing-
masing. Secara teoretis, sistem ekonomi Pancasila merupakan fondasi yang paling baik dan
paling sesuai untuk membangun hakikat manusia seutuhnya.

Etika dan Sistem Ekonomi


Sistem ekonomi adalah seperangkat umur (manusia, lembaga, wilayah, sumber daya)
yang terkoordinasi untuk mendukung peningkatan produksi (barang dan jasa) serta
pendapatan untuk menciptakan kemakmuran masyarakat.
Kesimpulannya adalah bahwa sistem ekonomi apa pun dapat saja memunculkan banyak
persoalan yang bersifat tidak etis. Etis tidaknya suatu tindakan lebih disebabkan tingkat
kesadaran individual para perilaku dalam aktivitas ekonomi (oknum birokrasi, pejabat negara,
pemimpin perusahaan), bukan pada sistem ekonomi yang dipilih oleh suatu negara.

PENGERTIAN DAN PERANAN BISNIS


Aktivitas bisnis sudah ada sejak manusia ada di bumi ini. Mengapa demikian? Karena
kalau bisnis dimaknai sebagai kegiatan untuk menghasilkan dan menyediakan barang dan jasa
untuk bertahan hidup. Aktivitas bisnis bukan saja kegiatan dalam rangka menghasilkan
barang dan jasa, tetapi juga termasuk kegiatan mendistribusikan barang dan jasa tersebut ke
pihak-pihak yang memerlukan serta aktivitas lain yang mendukung kegiatan produksi dan
distribusi tersebut. Dua pandangan tentang bisnis sebagaimana diungkapkan oleh Sonny Keraf
(1998), yaitu pandangan praktis-realistis dan pandangan idealis. Pandangan praktis-
realistis melihat tujuan bisnis adalah untuk mencari keuntungan (profit) bagi pelaku bisnis,
sedangkan aktivitas memproduksi dan mendistribusikan barang merupakan sarana/alat untuk

4
merealisasikan keuntungan tersebut. Pandangan idealis adalah suatu pandangan di mana
tujuan bisnis yang terutama adalah menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan keuntungan yang diperoleh merupakan
konsekuensi logis dari kegiatan bisnis tersebut. Inti dari pandangan idealis adalah bahwa
tujuan pokok dari bisnis adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan
keuntungannya hanyalah akibat dari kegiatan bisnis.

Komponen-komponen Budaya Etis

Fokus
Kriteria Etis Individu Perusahaan Masyarakat
Egoisme (pendekatan Kepentingan diri Kepentingan Efisiensi ekonomi
berpusat pada (self-interest) perusahaan
kepentingan diri) (company interest)
Benevolence Kepentingan Kepentingan tim Tanggung jawab
(pendekatan berpusat Bersama (team interest) sosial (social
pada kepentingan orang (friendship) responsibility)
lain)
Principles (pendekatan Moralitas pribadi Prosedur dan Kode etik dan
berpusat pada prinsip (personal peraturan perusahaan hukum
integritas) morality)

LIMA DIMENSI BISNIS


Dimensi Ekonomi
Bisnis paling mudah dipahami bila dilihat dari dimensi ekonomi. Dari sudut pandang ini,
bisnis adalah kegiatan produktif dengan tujuan memperoleh keuntungan. Bisnis merupakan
tulang punggung kegiatan ekonomi; tanpa bisnis tidak ada kegiatan ekonomi. Keuntungan
diperoleh berdasarkan rumus yang sudah jamak dikembangkan oleh para akuntan, yaitu
penjualan (revenues, sales) dikurangi harga pokok penjualan dan beban-beban (cost of goods
sold and expenses). Harta adalah sumber daya ekonomis yang masih mempunyai manfaat
untuk menciptakan penjualan pada periode mendatang.

Dimensi Etis

5
Konsep bisnis bila dilihat dari dimensi ekonomi yaitu aktivitas produktif dengan tujuan
mencari keuntungan sudah sangat jelas dan dipahami oleh hampir semua pihak. Namun bila
dilihat dari dimensi etis, bisnis masih menimbulkan diskusi yang diwarnai oleh pro dan
kontra. Persoalan pro dan kontra dari dimensi etika ini dapat dimaklumi karena belum semua
pihak mempunyai pemahaman yang sama tentang pengertian etika dan ukuran yang tepat
untuk menilai etis tidaknya suatu tindakan bisnis.
Berikut ini adalah pembahasan bisnis dari dimensi etis. Pertama, kegiatan bisnis adalah
kegiatan produktif, artinya kegiatan menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa
untuk kebutuhan seluruh umat manusia. Kedua, bila dilihat dari pihak yang memperoleh
manfaat dari keuntungan suatu kegiatan bisnis (masalah keadilan dalam distribusi
keuntungan) dan tindakan bisnis dalam merealisasikan keuntungan itu, isu etika muncul untuk
memberikan penilaian atau dampak negatif yang ditimbulkan bagi masyarakat dan lingkungan
alam (merugikan orang lain atau menimbulkan kerusakan lingkungan).

Dimensi Hukum
Hukum dan etika sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat erat karena keduanya
mengatur perilaku manusia. Hukum dibuat oleh negara atau beberapa negara melalui suatu
mekanisme formal yang sesuai dengan konstitusi/aturan internasional dan mengikat seluruh
warga suatu negara atau lebih dari satu negara bila hukum/peraturan itu diratifikasi oleh lebih
dari satu negara.

Dimensi Sosial
Sebagai suatu sistem, artinya di dalam organisasi perusahaan terdapat berbagai elemen,
unsur, orang, dan jaringan yang saling terhubung (interconnected), saling berinteraksi
(interacted), saling bergantung (interdepended), dan saling berkepentingan. Sebagai sistem
terbuka, artinya keberadaan perusahaan ditentukan bukan saja oleh elemen-elemen yang ada
di dalam perusahaan atau yang sering disebut faktor internal, seperti: sumber daya manusia
(tenaga kerja, manajer, eksekutif) dan sumber daya non-manusia (uang, peralatan,
bangunan, dan sebagainya), tetapi juga oleh faktor-faktor di luar perusahaan atau yang sering
disebut faktor eksternal, yang juga terdiri atas dua elemen, yaitu: faktor manusia dan non-
manusia.

Dimensi Spiritual

6
Kegiatan bisnis dalam pandangan Barat tidak pernah dikaitkan dengan agama. Padahal
kalau ditelusuri dalam ajaran agama-agama besar, ada ketentuan yang sangat jelas tentang
kegiatan bisnis ini. Dalam agama Islam dijumpai suatu ajaran bahwa menjalankan kegiatan
bisnis ini merupakan bagian dari ibadah, asalkan kegiatan bisnis (ekonomi) diatur berdasarkan
wahyu yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul (Dawan Rahardjo, 1990).
Selanjutnya Dawan Rahardjo mengatakan bahwa ada tiga doktrin dalam Islam, yaitu: ibadah,
akhirat, dan amal saleh.
Kegiatan bisnis yang spiritual tumbuh berdasarkan paradigma sebagai berikut:
 Pengelola dan pemangku kepentingan (stakeholders) menyadari bahwa kegiatan bisnis
adalah bagian dari ibadah (God devotion).
 Tujuan bisnis adalah untuk memajukan kesejahteraan semua pemangku kepentingan
atau masyarakat (prosperous society).
 Dalam menjalankan aktivitas bisnis, pengelola mampu menjamin kelestarian alam
(planet conservation).

PENDEKATAN PEMANGKU KEPENTINGAN

7
(STAKEHOLDER)

Tanggung Jawab Manajemen dan Teori Pemangku Kepentingan


Dari sudut pandang pengelola perusahaan (manajemen), dijumpai beberapa paradigma
berkaitan dengan peran dan tanggung jawab manajemen dalam mengelola perusahaan. Dalam
dunia akuntansi wujud peran dan tanggung jawab manajemen ini tercermin dalam beberapa
teori yang berkaitan dengan pemangku kepentingan. Pada umumnya, dulu perusahaan
didirikan oleh pemilik yang sekaligus merangkap sebagai pengelola perusahaan tidak ada
perusahaan antara pengelola (manajemen) dengan pemilik perusahaan. Tujuan pengelolaan
perusahaan jelas adalah untuk meningkatkan laba dan kekayaan pemilik.
Paradigma yang sangat berbeda dijumpai dalam teori dana dan teori komando. Dalam
teori dana, manajemen dalam mengelola suatu lembaga/organisasi lebih berorientasi kepada
restriksi legal atas pengguanaan dana yang dipercayakan kepadanya. Pemangku kepentingan
(stakeholders) adalah semua pihak (orang atau lembaga) yang mempengaruhi keberadaan
perusahaan dan/atau dipengaruhi oleh tindakan perusahaan. Selanjutnya Lawrence, Weber,
dan Post membagi pemangku kepentingan ke dalam dua golongan, yaitu pemangku
kepentingan pasar (market stakeholders) dan pemangku kepentingan nonpasar (nonmarket
stakeholders).

8
Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Paradigma Pengelolaan
Perusahaan

Tabel 4.2
Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan
Paradigma Pengelolaan Perusahaan

Tingkat Paradigma
Teori Etika Sasaran Perusahaan
Kesadaran Pengelolaan
Kesadaran  Teori Egoisme  Paradigma Memperoleh kekayaan dan
Hewani  Teori Hak Kepemilikan keuntungan optimal bagi
(Proprietorship pengelola yang sekaligus
Paradigm) merangkap sebagai pemilik
 Paradigma perusahaan
Pemegang Saham
(Stockholders Pengelola (manajemen) sudah
Paradigm) terpisah dari para pemegang
saham selaku pemilik
perusahaan.

Sasaran perusahaan adalah


memperoleh kekayaan dan
keuntungan optimal bagi para
pemegang saham

Kesadaran  Teori Utilitarianisme Paradigma Ekuitas Sasaran pengelolaan perusahaan


Manusiawi  Teori Keadilan (Equity Paradigm) untuk meningkatkan kekayaan
(Fairness Theory) dan keuntungan para investor
 Teori Kewajiban (pemegang saham dan kreditur)
(Deontologi) Paradigma Perusahaan Sasaran pengelolaan perusahaan
 Teori Keutamaan (Enterprise Paradigm) adalah untuk kesejahteraan
seluruh masyarakat (semua
pemangku
kepentingan/stakeholders)
Kesadaran  Teori Teonom Paradigma Perusahaan Tujuan pengelolaan perusahaan
Transendental Tercerahkan adalah sebagai bagian dari
(Enlightened ibadah kepada Tuhan melalui
Company) pengabdain tulus untuk
kemakmuran bersama dan
menjaga kelestarian alam

Analisis Pemangku Kepentingan (Stakeholder Analysis)

9
Berdasarkan pendekatan sistem, perusahaan adalah bagian atau unsur dari sistem yang
lebih besar (suprasystem). Sebagai suatu sistem terbuka, perusahaan saling berinteraksi
dengan semua pihak terkait (stakeholders) sehingga keberadaan perusahaan bersifat saling
mempengaruhi dengan semua pemangku kepentingan tersebut. Oleh sebab itu perlunya
menyadari pentingnya melakukan proses pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan dan
analisis pemangku kepentingan. Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses
pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan pemangku kepentingan, antara lain:
a. Lakukan identifikasi semua pemangku kepentingan, baik yang nyata maupun yang
masih bersifat potensial.
b. Cari tahu kepentingan (interest) dan kekuasaan (power) setiap golongan pemangku
kepentingan.
c. Cari tahu apakah ada koalisi kepentingan dan kekuasaan antar golongan pemangku
kepentingan tersebut.
Pengertian kepentingan di sini adalah sesuatu yang menyebabkan kelompok pemangku
kepentingan ini tertarik atau peduli kepada perusahaan, sedangkan kekuasaan disini diartikan
sebagai seberapa kuat pengaruh / kekuatan kelompok ini dalam menentukan arah dan
keberadaan perusahaan.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL


RESPONSIBILITY—CSR)
Pengertian CSR
Definisi CSR yang dikutip dari buku Membedah Konsep dan Aplikasi CSR karangan
Yusuf Wibisono (2007) dan buku Corporate Social Responsibility dari A.B. Susanto (2007)
salah satunya adalah:
a. The World Business Council for Sustainable Development mendifinisikan CSR
sebagai “Komitmen bisnis untuk secara terus menerus berperilaku etis dan
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi serta meningkatkan kualitas hidup
karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal, serta masyarakat luas pada umumnya.”
b. A.B. Susanto mendifinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan baik ke dalam
maupun ke luar perusahaan. Tanggung jawab ke dalam diarahkan kepada pemegang
saham dan karyawan dalam wujud profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan,
sedangkan tanggung jawab ke luar dikaitkan dengan peran perusahaan sebagai

10
pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan
kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi generasi mendatang.

Berangkat dari konsep 3P yang dikemukakan oleh Elkington, konsep CSR sebenarnya
ingin memadukan tiga fungsi perusahaan secara seimbang, yaitu:
a. Fungsi ekonomis
b. Fungsi sosial
c. Fungsi alamiah

Tingkat/Lingkup Keterlibatan dalam CSR

Berdasarkan tingkat/lingkup keterlibatan ini, Lawrence Weber dan pos (2015)


membedakan dua prinsip CSR, yaitu prinsip amal (charity principles) dan prinsip pelayanan
(Steward Ship Principle).perbedaan kedua prinsip ini terletak pada perbedaan kesadaran dan
lingkup keterlibatan.

Pro dan Kontra terhadap CSR

11
Sonny Keraf (1998) telah mencoba menginventarisasi alasan-alasan bagi yang
mendukung dan menentang perlunya perusahaan menjalankan program CSR. Alasan-alasan
yang menentang CSR ini antara lain:
a. Perusahaan adalah lembaga ekonomi yang tujuan pokoknya mencari keuntungan,
bukan merupakan lembaga sosial.
b. Perhatian manajemen perusahaan akan terpecah dan akan membingungkan mereka
bila perusahaan dibebani banyak tujuan.
c. Biaya kegiatan sosial akan meningkatakan biaya produk yang akan ditambahkan pada
harga produk sehingga pada gilirannya akan merugikan masyarakat/konsumen itu
sendiri.
d. Tidak semua perusahaan mempunyai tenaga yang terampil dalam menjalankan
kegiatan sosial.

Sementara itu, alasan-alasan yang mendukung CSR ini adalah:


a. Kesadaran yang meningkat dan masyarakat yang makin kritis terhadap dampak negatif
dari tindakan perusahaan yang merusak alam serta merugikan masyarakat sekitarnya.
b. Sumber daya alam yang makin terbatas.
c. Menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik.
d. Perimbangan yang lebih adil dalam memikul tanggung jawab dan kekuasaan dalam
memikul beban sosial dan lingkungan antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat.
e. Bisnis sebenarnya mempunyai sumber daya yang berguna.
f. Menciptakan keuntungan jangka panjang.

CONTOH KASUS CSR DALAM PERUSAHAAN

12
Untuk contoh kasus yang saya pilih adalah kasus CSR di PT. Djarum. PT. Djarum yang kita
kenal bergerak di bidang industri rokok dan yang kita ketahui dengan maraknya issu Global
Warming/Pemanasan Global sangat dekat kaitannya dengan asap rokok yang dihasilkan
konsumen rokok itu sendiri. Namun PT. Djarum nampaknya punya beberapa gerakan CSR
yang salah satunya adalah program Djarum Environmental Initiatives yaitu program
penghijauan dan pencegahan erosi lahan hijau yang ada di Indonesia, berikut kutipan artikel
dari website PT. Djarum :

“PT. Djarum melalui salah satu kegiatan Corporate Social Responsibility Djarum
Bakti Lingkungan kembali melakukan aksi pelestarian lingkungan. Kali ini, dalam program
bertajuk Trees for life, Djarum Bakti Lingkungan melakukan penanaman pohon trembesi di
sepanjang turus jalan  Semarang-Kudus. Aksi program ini telah dicanangkan pada 24 februari
2010 dengan kehadiran Gubernur Jawa Tengah.

Djarum Bakti Lingkungan melalui Program Djarum Trees for Life melakukan
penanaman 2.767 pohon trembesi di sepanjang turus jalan Semarang-Kudus (sepanjang +/- 40
km). Pohon trembesi dipilih selain memiliki kemampuan sebagai peneduh, juga sebagai
pohon dengan serapan CO2 tertinggi. Pohon trembesi dewasa dapat menyerap CO2 sebanyak
78,826,296 kg/thn. Harapannya dapat mengurangi pemanasan global dan mendukung
program Pemerintah.”

Tak Hanya itu, PT Djarum melalui kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(CSR) di bidang pendidikan  memberikan kontribusi bagi kemajuan kualitas generasi muda,
khususnya mahasiswa. Program CSR tersebut yang kini disebut dengan nama program
Djarum Beasiswa Plus  telah diberikan kepada lebih dari 6300 mahasiswa di Perguruan
Tinggi Negeri/Swasta di 24 Propinsi. 

Pemberian berbagai pelatihan softskills dan pengembangan karakter menjadi kekhas-an dari


program Djarum Beasiswa Plus ketimbang program beasiswa lainnya. Sebuah bekal luar
biasa yang tidak terhitung dengan materi, namun memberi bekal seumur hidup bagi para
Beswan Djarum. Pelatihan ini meliputi tiga aspek yakni, Outbound, Leadership program,
dan Practical skills and Entrepreneurship. 

Dan yang tak kalah penting juga mempunyai dampak yang membanggakan bagi bangsa
Indonesia adalah hadirnya PB DJARUM yang kita kenal sebagai penghasil atlet-atlet
bulutangkis terbaik di dunia, nama nama seperti Liem Swie King, Hariyanto Arbi, Christian
Hadinata dan Icuk Sugiarto merupakan jebolan PB DJARUM yang berletak di Kudus, Jawa
Tengah. 

Awalnya bagi PB DJARUM membagi kegiatan antara latihan bulu tangkis dengan
sekolah, memang bukan tugas yang mudah bagi para atlet, terlebih lagi mereka-mereka ini
yang kebanyakan masih duduk di bangku sekolah seperti SD, SMP, dan SMA. Namun, untuk
menyelaraskan dua kegiatan tersebut, PB Djarum mengambil langkah bekerjasama dengan

13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Sehingga, kegiatan antara latihan bulu
tangkis dengan sekolah yang dijalani oleh para atlet bisa berjalan baik, dan tidak mengganggu
satu sama lain.

Kerjasama yang dilakukan antara PB Djarum dengan Depdikbud adalah dengan


pemberian dispensasi waktu di sekolah untuk para atlet. atlet diberikan izin untuk memulai
waktu belajarnya di sekolah tidak seperti siswa lain pada umumnya. Mereka juga diberi
kemudahan memperoleh izin meninggalkan sekolah pada saat mereka harus mengikuti
kejuaraan.

Selama ini sekolah-sekolah yang sudah diajak bekerjasama oleh PB Djarum guna
mendukung kemampuan akademis para atletnya yang berasal dari segala jenjang pendidikan
tersebut adalah SD Barongan II, SMP Taman Dewata, dan SMA Kramat.

14

Anda mungkin juga menyukai