Anda di halaman 1dari 39

MANAJEMEN

PERPAJAKAN
Restrukturisasi Utang

Disusun Oleh :
• Ayudya Fitri Yohanita 2011070661
• Dwi Handoko 2011070662
• Gregorius Mahendra B P 2011070679
• Afif Nur Wahid 2011070684
DASAR HUKUM

● Peraturan OJK Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional


sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Desease 2019

● PP Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional


Dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi
COVID-19 dan/atau Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian
Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan serta Penyelamatan Ekonomi Nasional

● KMK Nomor 113/KMK.03/2001 tentang Pemberian Keringanan Pajak Penghasilan


Kepada Wajib Pajak yang Melakukan Restrukturisasi Utang Usaha Melalui Lembaha
Khusus yang Dibentuk Pemerintah.
DASAR HUKUM

● PP Nomor 7 Tahun 2001 Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pemberian Keringanan


Pajak Penghasilan Kepada Wajib Pajak Yang Melakukan Restrukturisasi Utang Usaha
Melalui Lembaga Khusus Yang Dibentuk Pemerintah

● Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-141/PJ.42/2004 tentang Perlakuan Perpajakan


atas Konversi Utang menjadi Modal

● PSAK 54: AKUNTANSI RESTRUKTURISASI UTANG PIUTANG BERMASALAH


RESTRUKTURISASI UTANG
Restrukturisasi Utang / kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan
dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang berpotensi mengalami
kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Kebijakan restrukturisasi kredit
yang dilakukan pihak bank antara lain melalui:
Penurunan suku bunga kredit;
Perpanjangan jangka waktu kredit;
Pengurangan tunggakan bunga kredit;
Pengurangan tunggakan pokok kredit;
Penambahan fasilitas kredit; dan/atau
Konversi kredit menjadi Penyertaan Modal Sementara.
Jenis Restrukturisasi Utang

1 Potongan Kredit dalam Satu Kali Bayar

Program restrukturisasi ini ditujukan bagi Anda yang ingin membayar langsung semua
hutang bank dalam satu kali bayar. Nantinya terdapat potongan yang diberikan sehingga
total hutangnya menjadi lebih kecil. Selain diskon, Anda juga menjadi terbebas dari
tagihan bank karena hutangnya sudah menghilang. Kekurangannya adalah Anda
dituntut untuk memiliki uang dalam jumlah banyak karena program ini berlaku untuk
satu kali bayar saja.
Jenis Restrukturisasi Utang

2 Perpanjang Tenor dengan Bunga Rendah

Program ini cocok untuk nasabah yang saat ini memiliki dana minim. Anda dapat
mengajukan restrukturisasi dengan tujuan untuk memperpanjang tenor cicilan sehingga
menjadi lebih ringan. Bunga yang dibebankan juga menjadi lebih rendah dari bunga
pada umumnya. Untuk mengikuti program ini Anda diminta untuk membayar DP
setidaknya 10% dari hutang kartu kredit atau satu kali cicilan KTA
Jenis Restrukturisasi Utang

3 Diskon Cicilan

• Program restrukturisasi kredit adalah gabungan dari dua program sebelumnya. Anda dapat menikmati
potongan cicilan sekaligus perpanjangan tenor cicilan. Namun, program ini hanya berlaku pada
beberapa bank saja.
• Jika nasabah memiliki kondisi yang mendukung untuk sulit melunasi hutang, kemungkinan besar bisa
mendapatkan program ini.
• Meskipun begitu, potongan yang diberikan tidak akan sebesar program satu kali bayar, dan tenor cicilan
tidak sepanjang program cicilan.
Bentuk-Bentuk Restrukturisasi Utang

Menurut Gunadi (1997)

1 Pembebasan (hair cut)

Pembebasan (Hair Cut) merupakan potongan atau pengurangan atas


pembayaran bunga dan hutang yang dilakukan oleh pihak debitur.
Bentuk-Bentuk Restrukturisasi Utang

Menurut Gunadi (1997)

2 Pengalihan harta debitur kepada kreditur untuk penyelesaian hutang


(debt to asset Swap)

Debt to asset swap merupakan pengalihan harta yang dimiliki oleh pihak
debitur dimana pihak debitur sudah tidak sanggup lagi untuk melunasi
kewajibannya kepada pihak-pihak yang memberi pinjaman. Dan pengalihan
harta atau asset yang dimiliki oleh debitur ini ditujukan untuk dikuasai ole
kreditur
Bentuk-Bentuk Restrukturisasi Utang

Menurut Gunadi (1997)

3 Perubahan utang melalui penyertaan modal (debt to equty swap)

Debt to equity swap merupakan suatu langkah awal yang diambil oleh pihak
kreditur karena kreditur tersebut melihat dan mengamati bahwa perusahaan
dari debitur yang mengalami masalah keuangan tersebut mempunyai nilai
ekonomi yang sangat bagus di masa yang akan datang, dan ini merupakan
cara yang bagus bagi kreditur untuk menambah laba, yaitu dengan cara
reklasifikasi tagihan debitur menjadi penyertaan
Bentuk-Bentuk Restrukturisasi Utang

Menurut Gunadi (1997)

4 Penjadwalan Kembali (rescheduling)

Rescheduling adalah upaya untuk memperpanjang jangka waktu dalam


pengembalian hutang atau penjadwalan kembali terhadap hutang debitur
pada pihak kreditur
Menurut Penyataan Standar Akuntansi Keuangan atau PSAK No. 54,
restrukturisasi hutang piutang mencakup namun tidak terbatas pada, satu atau
lebih kombinasi berikut ini:

• Transfer asset berikut ini: real estate, piutang kepada pihak ketiga, atau asset lain
dari debitur kepada kreditur untuk memenuhi sebagian atau seluruh hutang piutang
(termasuk transfer sebagai akibat dari kepemilikan kembali atau sita jaminan).
• Penerbitan saham bar atau penyerahan saham debitur untuk memenuhi sebagian
atau seluruh hutang piutang, kecuali jika saham diberikan dalam rangka pemenuhan
persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk pengubahan hutang piutang
menjadi pemberian saham (misalnya penukaran obligasikonversi).
Menurut Penyataan Standar Akuntansi Keuangan atau PSAK No. 54,
restrukturisasi hutang piutang mencakup namun tidak terbatas pada, satu atau
lebih kombinasi berikut ini:

• Modifikasi syarat-syarat hutang piutang, seperti satu atau lebih kombinasi berikut ini:
 Pengurangan tingkat bunga untuk sisa masa hutang;
 Perpanjangan jangka waktu pelunasan atau pengunduran tanggal jatuh tempo dengan
tingkat bunga yang lebih rendah dari tingkat bungan yang berlaku di pasar untuk
hutang baru dengan resiko sama;
 Pengurangan (absolute atau kontinjen) jumlah pokok atau jumlah yang harus dibayar
pada sat jatuh tempo pada saat jatuh tempo hutang piutang sebagaimana yang
tercantum dalam instrument hutang piutang atau dokumen perjanjian;

• Pengurangan (absolute atau kontinjen) bunga yang terhutang.


Perbedaan Restrukturisasi Sebelum dan Saat Pandemi
Covid-19
• Perbedaan antara restrukturisasi sebelum pandemi covid19 dan
restrukturisasi sebagai akibat dari pandemi, yang digunakan pada
analisis kredit di POJK sematamata didasarkan pada tekad untuk
membayar pokok atau bunga pinjaman saja. Kualitas kredit debitur yang
mendapatkan restrukturisasi kredit lancar. Apabila status pembayaran
debitur setelah restrukturisasi standar paling banyak sama dengan
sebelum restrukturisasi, akan naik satu tingkat setelah tiga bulan
berturut-turut pembayaran angsuran.

• Debitur yang melakukan wanprestasi akan mendapatkan pelelangan


jaminan dalam kondisi normal, namun pada masa pandemi, POJK
mengatur pemberian keringanan kepada debitur dengan menurunkan
suku bunga dan memungkinkan pembayaran bunga dilakukan dalam
kurun waktu 6 bulan atau 12
Perlakuan Perpajakan Transaksi Restrukturisasi Utang

Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan


sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000, diatur
antara lain:

1 Pasal 4 ayat (1) huruf f dan huruf k

Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
termasuk antara lain bunga dan keuntungan karena pembebasan utang.
Perlakuan Perpajakan Transaksi Restrukturisasi Utang

Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan


sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000, diatur
antara lain:

2 Pasal 10 ayat (2)

Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
Perlakuan Perpajakan Transaksi Restrukturisasi Utang

Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan


sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000, diatur
antara lain:

3 Pasal 26 ayat (1) huruf b dan ayat (5)

Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
termasuk bunga, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah, Subjek Pajak
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap di Indonesia, dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) bersifat final, dari
jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan.
Perlakuan Perpajakan Transaksi Restrukturisasi Utang

• Berdasarkan penjelasannya Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2001


tentang Pemberian Keringanan Pajak Penghasilan Kepada Wajib Pajak Yang
Melakukan Restrukturisasi Utang Usaha Melalui Lembaga Khusus Yang Dibentuk
Pemerintah.

Dalam hal perubahan utang menjadi penyertaan modal kreditur (debt to equity swap),
besarnya jumlah penyertaan modal tersebut untuk kepentingan perpajakan harus
sama dengan nilai buku utang debitur. Apabila nilai saham ditetapkan berdasarkan
nilai buku atau harga pasar, atas agio atau disagio saham yang diperoleh debitur
bukan merupakan penghasilan ataupun kerugian bagi debitur.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut dapat diberikan penegasan
sebagai berikut:

A Dalam transaksi konversi utang menjadi modal (debt to equity swap) terdapat
dua macam transaksi yang dilakukan secara bersamaan, yaitu:
1. Transaksi pelunasan utang
2. Transaksi penyertaan modal, sehingga meniadakan transaksi kas.
3. Agio atau disagio saham yang timbul karena transaksi penyertaan modal yang
menggunakan harga pasar, bukan merupakan penghasilan ataupun kerugian
bagi debitur.
B Atas penghasilan bunga yang diterima oleh kreditur sebagai wajib pajak luar negeri,
wajib dipotong pajak sebesar 20% yang bersifat final, dari jumlah bruto oleh pihak
yang wajib membayarkan, sepanjang bunga atas pinjaman tersebut telah
dibebankan sebagai biaya bunga oleh debitur dan telah diakui sebagai penghasilan
oleh pihak kreditur.
Strategi Perpajakan Transaksi Restrukturisasi Utang

Dalam rangka upaya pemulihan perekonomian nasional dari krisis yang terjadi
sejak tahun 1997, Pemerintah telah menempuh kebijakan ekonomi khusus
dalam rangka restrukturisasi utang-utang swasta melalui lembaga-lembaga
khusus yang dibentuk Pemerintah. Untuk lebih mempercepat terlaksananya
restrukturisasi utang-utang swata tersebut, perlu diberikan fasilitas pajak
tertentu kepada para debitur dan kreditur yang bersangkutan.

Fasilitas pajak dimaksud sifatnya terbatas baik jenis maupun jangka waktunya,
dan hanya diberikan kepada debitur dan kreditur yang melakukan
restrukturisasi utang usaha melalui mediasi Satuan Tugas Prakarsa Jakarta
(Jakarta Initiative Task Force). Dengan demikian pemberian fasilitas pajak
dimaksud hanya berlaku apabila debitur dan kreditur mengikuti ketentuan yang
berlaku pada Satuan Tugas Prakarsa Jakarta.
Strategi Perpajakan Transaksi Restrukturisasi Utang

Kepada debitur dan kreditur yang melakukan retsrukturisasi utang


usaha dapat diberikan fasilitas keringanan Pajak Penghasilan yang
bersifat terbatas berdasarkan rekomendasi dari Ketua Komite Kebijakan
Sektor Keuangan
Studi Kasus (Perencanaan Perpajakan)
Kasus 1 : Saat pengakuan keuntungan atau kerugian transaksi debt to asset swap dalam restrukturisasi hutang

PT. X menyerahkan aktivanya berupa kendaraan Mitsubishi Truck sebagai usaha untuk melunasi hutangnya.
Sisa nilai sisa buku yang ada dalam pembukuan PT. X untuk aktiva tersebut sebesar Rp25.000.000,00. setelah
di-appraisal dengan harga di pasar ternyata Mitsubishi Truck tersebut dihargai sebesar Rp30.000.000.00.
Analisis & Pembahasan (Perencanaan Perpajakan)

Perhitungan keuntungan atas selisih nilai sisa buku dengan nilai pasar wajar:
1. nilai aktiva menurut nilai sisa buku Rp.25.000.000.00
2. nilai aktiva menurut harga pasar Rp.30.000.000.00
3. keuntungan dari selisih nilai sisa buku Rp. 5.000.000.00
aktiva dengan nilai pasar wajar aktiva

Atas keuntungan dari selisih antara nilai sisa buku aktiva dengan harga di pasar sebesar Rp. 5.000.000,00
dikenakan pajak berdasarkan Pasal 4 ayat I huruf d UU PPh Nomor 17 Tahun 2000 karena termasukuk
dalam kategori keuntungan atas penjualan atau pengalihan harta penghasilan atas pengalihan aktiva ini
dapat digabungkan dengan penghasilan usaha lainnya dan dikenakan pajak dengan tarif progresif.
Studi Kasus (Perencanaan Perpajakan)

Kasus 2 : Pemungutan pajak apabila terdapat Withholding Tax atas transaksi debt to asset swap
dalam restrukturisasi hutang

PT. X memiliki pokok hutang sebesar Rp. 30.000.000,00 kepada PT. Darmawan Sweecker and Associated. Selain itu PT. X juga
memiliki kewajiban untuk membayar bunga pinjaman sebesar RP. 6.000.000,00 yang jatuh tempo bersamaan dengan pelunasan
pokok hutangnya. Atas keseluruhannya (pokok hutang dan bunganya) sebesar Rp. 36.000.000,00, PT. X melunasinya dengan
menggunakan asset miliknya. PT. X dalam usahanya merestruktur hutangnya juga pernah menggunakan barang dagangannya
sebagai pelunasan hutang dengan supplier yang sekaligus sebagai customer PT. X. Dalam memasarkan produk, PT. X melakukan
kontrak kerjasama promosi dengan PT Carrefour Indonesia. Dalam kontrak kerjasama itu PT. X menyewa tempat memajang di
dalam supermarketnya. Dalam kontrak sewa menyewa tempat tersebut juga terdapat aspek withholding tax pasal 23 UU PPh.
Perjanjian sewa menyewa tempat pajang tersebut dikenal dengan istilah Top Gondola.
Analisis & Pembahasan (Perencanaan Perpajakan)

● Atas transaksi pembayaran bunga sebesar Rp6.000.000, PT. X harus melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar: 15% x
Rp. 6.000.000,00 = Rp. 900.000,00 atas pembayaran bunga pinjaman tersebut.

● Kegiatan sewa menyewa Top Gondola ini juga merupakan objek pajak Pasal 23 UU PPh Nomor 17 Tahun 2000, oleh karena
itu atas kegiatan sewa menyewa tempat tersebut PT. X memiliki kewajiban untuk memotong penghasilan yang diterima oleh
PT, Carrefour sebesar 15% dari penghasilan atas sewa meyewa Top Gondola.
Studi Kasus (Perencanaan Perpajakan)
-
Kasus 3 : Melakukan pemilihan terhadap aktiva yang akan dialihkan dengan mempertimbangkan dampak PPN
atas pengalihan aktiva tersebut

● PT. X dalam memasarkan produknya yang berupa minuman dan produk-produkkesehatan lainnya melakukan perjanjiansewa menyewa
tempat untukmemasang/memajang produk-produknya di Supermarket ABC. Sewa menyewatempat yang biasa disebut Floor Display
dilakukan oleh PT. X dengan perjanjianharga sewa tempt untuk memajang produknya sebesar Rp. 25.000.000,00 untuk jangka waktu 30
April - 06 Mei 2008 dengan PPN sebesar Rp. 2.500.000,00. Atas transaksi sewa menyewa tempat tersebut PT. X membayar sewa
menyerahkan produknya kepada Supermarket ABC sebesar Rp. 25.000.000.00.
Analisis & Pembahasan (Perencanaan Perpajakan)

● Pelunasan hutang yang dilakukan dengan pengalihan aktiva bukan hanya didasarkan atas kesulitankeuangan tetapi juga karena
pemilihan alternatif kebijakan perusahaan dalam melakukan pembayaran hutangnya. Atas penyerahan produk tersebut PT. Xmemiliki
kewajiban untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai dari PT. Carrefoursebesar 10% dari harga perjanjian yaitu Rp. 25.000.000,00.
● PPN yang dipungut PT. X : 10% x Rp. 25.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00.
● Harga yang harus dibayarkan oleh PT. Carrefour kepada PT. X adalah sebesar harga barang ditambahkan dengan PPN yaitu;Rp.
25.000.000,00 (Harga Jual) + Rp. 2.500.000,00 (PPN) = Rp. 27.500.000,00. Dalam transaksi sewa menyewa ini terdapat aspek
withholding tax yang diatur oleh Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 1) UU Nomor 17 Tahun 2000. Atas sewatempat ini PT. X memiliki
kewajiban memotong PPh Pasal 23 dari Carrefour sebesar 15% dari penghasilan netto (harga sewa tempat), sebagai berikut:
15% × Rp. 25.000.000,00 = Rp. 3.750.000,00.
Analisis & Pembahasan (Perencanaan Perpajakan)

● Secara keseluruhan perhitungan pelunasan hutang yang dilakukan oleh PT. Xdengan menggunakan barang dagangnya, sebagai berikut:
- Hutang sewa tempat (Floor Display) PT. X = (Rp. 25.000.000,00)
- PPN yang harus dibayar PT. X atas sewa tempat = (Rp. 2.500.000,00)
- Harga BKP yang diserahkan kepada Supermarket ABC = Rp. 25.000.000,00
- PPN yang dipungut PT. X atas penyerahan BKP = Rp. 2.500.000.00
- PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT. X = Rp. 3.750.000.00

Dalam pelaksanaan pengalihan barang dagang tersebut tidak ada aliran uang dari PT. X kepada PT. Carrefour karena penyerahan ini
merupakan penyerahan dalam rangka pelunasan hutang. Tetapi penyerahan ini merupakan objek Pajak Pertambahan Nilai (PPn) sehingga PT.
X harus melaksanakan apayang menjadi mekanisme pemungutan PPN. PT. X harus menerbitkan fakturpajak sebesar nilai wajar yang sudah
disepakati dalam perjanjian dan diserahkan kepada PT. Carrefour. Kemudian PT. X harus melaporkan faktur pajak tersebut kedalam Surat
Pemberitahuan Masa Pajak dilakukannya penyerahan Barang Kena Pajak tersebut. Begitu juga dengan Carrefour harus melaporkan faktur
pajak yang telah diterimanya dari PT. X untuk dilaporkan pada masa pajak dilakukannya penyerahan aktiva.Pengalihan barang dagang dapat
dijadikan jalan keluar dari kesulitankeuangan karena hutang tetapi harus dingat aspek-aspek perpajakan daripengalihan barang tersebut. Jika
pengalihan ini merupakan cara yang paling efisien maka alternative pengalihan barang dagang in dapat digunakan untuk melunasi hutang-
hutang peusahaan.
Studi Kasus (Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan)

Berdasarkan perencanaan pajak yang telah disusun pada kasus 1 sampai kasus 3 maka dapat
dilakukan beberapa hal sebagai langkah pelaksanaan kewajiban -perpajakan, sebagai berikut:

• Melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan


Kelengkapan dokumen sangat menentukan kelancaran proses pengalihan aktiva sebagai upaya
pelunasan hutang. Dokumen-dokumen yang harus dilengkapi meliputi surat perjanjian
restrukturisasi hutang dengan menggunakan metode debt to asset swap, yang dalam perjanjian
tersebut disebutkan bahwa proses pelunasan hutang dilakukan dengan mengalihkan aktiva
debitur kepada kreditur sesuai dengan nilai hutang yang dimiliki debitur. Selain itu juga harus
dilengkapi faktur penjualan dan faktur pajak dari aktiva yang akan dialihkan.
Studi Kasus (Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan)

• Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka restrukturisasi hutang


dengan pengalihan aktiva dengan cara melakukan renegosiasi mengenai jangka waktu
pelunasan hutang dan cara-cara yang akan diambil dalam melunasi hutang. Selain itu juga
perusahaan harus melakukan appraisal terhadap aktiva yang akan dialihkan karena nilai
appraisal terhadap aktiva yang akan dialihkan menjadi harga patokan dalam transaksi
pengalihan aset sebagai pelunasan hutang

• Tidak menunda pelaksanaan pembayaran pajak


Studi Kasus (Pengendalian Pajak / Tax Control)

Kasus 4
Pada tanggal 01 Januari 2008 PT.X melakukan pembayaran jasa manajemen sebesar
Rp6.000.000.000,00. Atas pembayaran tersebut, perusahaan memotong PPh Pasal 23 sebesar 6% atau
Rp360.000.000,00. Apabila dibandingkan, penyetoran dilakukan tanggal 01 Februari 2008 dengan
penyetoran tanggal 09 Februari 2008, maka hasil perbandingannya sbb:

  01 Februari 2008 09 Februari 2008


Total Dana Tertinggal Per 9 Rp360.000.000 Rp360.000.000
Mei 2008
Jangka Waktu 09 Jan s.d 01 Feb 2008 09 Jan s.d 09 Feb 2008 = 32 hari
= 24 hari
Suku Bunga Bulan Januari 1,25% 1,25%
Keuntungan dari Time Value Rp3.483.870 Rp4.645.161
of Money
Analisis & Pembahasan(Pengendalian Pajak / Tax Control)

Dapat dilihat bahwa pembayaran pajak yang dilakukan menjelang berakhirnya batas waktu
(tanggal 09 Februari 2008) memiliki keuntungan yang lebih banyak dari pembayaran yang
dilakukan sebelumnya (tanggal 01 Februari 2008). Hal ini bisa dilakukan tetapi jangan sampai
melewati batas waktu yang telah ditentukan karena sanksi keterlambatan pembayaran
sebesar 2% per bulan masih lebih besar daripada bunga bank, sehingga apabila pembayaran
dilakukan setelah berakhirnya batas waktu, perusahaan akan mengalami kerugian sebesar :

Keuntungan bunga bank Rp4.565.161


Sanksi keterlambatan 2% x Rp360.000.000 Rp7.200.000
Kerugian yang dialami perusahaan (Rp2.553.839)
Kesimpulan

Kesimpulan
1) Manajemen pajak yang diterapkan oleh PT. X dilakukan melalui fungsi-fungsi
manajemen pajak yang meliputi perencanaan pajak (Tax Planning), pelaksanaan
kewajiban perpajakan (Tax Implementation) dan pengendalian pajak (Tax
Control). Langkah-langkah yang dilakukan dalam upaya perencanaan pajak
adalah:
1) Memahami saat pengakuan penghasilan atau kerugian atas transaksi debt
to asset swap.
2) Melakukan pemungutan pajak apabila terdapat withholding tax atas
transaksi debt to asset swap.
3) Melakukan pemilihan terhadap aktiva yang akan dialihkan dengan
mempertimbangkan dampak pajak pertambahan nilai.atas pengalihan
aktiva tersebut
Kesimpulan

Kesimpulan
2) Dalam hal pengendalian pajak yang harus dilakukan oleh PT. X adalah
memastikan bahwa perencanaan pajak dan pelaksanaan kewajiban perpajakan
dalam rangka pengalihan aktiva sebagai pelunasan hutang sudah dilaksanakan
dengan baik dan benar. Perusahaan harus memastikan bahwa semua prosedur
yang harus ditempuh dalam rangka pengalihan harta sudah dilaksanakan dengan
benar dan tepat waktu.
Saran

Saran
1. Disarankan perlunya dibentuk satu divisi pajak dalam suatu perusahaan yang secara
khusus bertanggung jawab atas segala macam hal yang berhubungan dengan
perpajakan. Divisi pajak dalam suatu perusahaan sangatlah penting mengingat setiap
transaksi keuangan dalam dunia usaha tidak terlepas dari aspek perpajakan. Divisi pajak
juga dapat menjadi pembuat kebijakan dengan menentukan suatu manajemen pajak
yang bisa di lakukan atas setiap permasalahan perpajakan yang terjadi dalam
perusahaan.
Saran

Saran
2. Disarankan perlunya adanya suatu pelatihan-pelatihan mengenai perpajakan bagi
staf-staf yang ada dalam perusahaan sehingga para staf tersebut memiliki
pemahaman yang mendalam mengenai berbagai ketentuan perpajakan dan
aplikasinya yang akan sangat membantu mereka dalam melakukan pekerjaan
mereka sehari-hari.
Saran

Saran
3. Selain itu manajer keuangan dan atau manajer pajak harus selalu meng-update
peraturan perpajakan dengan berlangganan majalah Inside Tax ataupun Indonesian
Tax Review dan majalah lainnya yang berhubungan dengan perpajakan sehingga
PT. X akan selalu update dengan perubahan-perubahan ketentuan perpajakan
serta dapat belajar dari berbagai masalah perpajakan yang diuraikan dalam
majalah dan seminar tersebut.
Daftar Pustaka

Gunadi. 1997. Akuntansi Pajak. Jakarta: Grasindo


PP Nomor 7 Tahun 2001 Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pemberian Keringanan Pajak Penghasilan Kepada
Wajib Pajak Yang Melakukan Restrukturisasi Utang Usaha Melalui Lembaga Khusus Yang Dibentuk Pemerintah
PSAK 54: Akuntansi Restrukturisasi Utang Piutang Bermasalah
Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-141/PJ.42/2004 tentang Perlakuan Perpajakan atas Konversi Utang menjadi
Modal
Wijayanto, Widdi Laurentius. 2008. Analisis Manajemen Pajak atas Restrukturisasi Hutang dengan Metode Debt to
Assets Swap pada PT.X. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia
Yumaheni, Ni Luh & Sukranatha, Anak Agung. 2021. Analisis Hukum Restrukturisasi pada Pandemi COVID-19
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan Peraturan Bank Indonesia. Jurnal Kertha Wicara Vol.11 No.1 th 2021,
hlm. 199-212
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/321
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai