Anda di halaman 1dari 20

PSAK 54 AKUNTANSI RESTRUKTURISASI UTANG-PIUTANG BERMASALAH

Kelompok 4 :
1. 2. 3.

Siti Nurohmah Syafriliza Herianda Patmawati

108082000171 108082000180 108082000182

DEFINISI
Restrukturisasi hutang merupakan suatu proses untuk merestruk hutang bermasalah dengan tujuan memperbaiki keuangan dari debitur atau kreditur.

Menurut IAI dalam PSAK 54 restrukturisasi hutang piutang bermasalah, jika berdasarkan pertimbangan ekonomi atau hukum, kreditur memberikan konsesi khusus kepada debitur yaitu konsesi yang tidak akan diberikan dalam keadaan tidak terdapat kesulitan keuangan dipihak debitur.

Apapun bentuk konsesi yang diberikan oleh kreditur kepada debitur dalam restrukturisasi hutang-piutang bermasalah, tujuan kreditur adalah untuk mendapatkan yang terbaik dalam situasi yang sulit.

Kreditur berharap untuk memperoleh kas lebih banyak atau nilai lain dari debitur, atau untuk meningkatkan kemungkinan penerimaan kas dengan cara memberikan konsesi dibandingkan jika kreditur tidak memberikan konsesi sama sekali.

Pernyataan ini mengatur standar akuntansi keuangan dan pelaporan restrukturisasi hutangpiutang bermasalah, baik bagi debitur maupun kreditur.

TUJUAN
Pernyataan ini tidak mencakup akuntansi untuk penyisihan piutang tidak tertagih dan tidak mengatur metode estimasi piutang tidak tertagih.

RESTRUKTURISASI HUTANG-PIUTANG MENCAKUP, NAMUN TIDAK TERBATAS PADA SATU ATAU LEBIH KOMBINASI BERIKUT INI:
a.

b.

Transfer aset berikut ini: real estat, piutang kepada pihak ketiga, atau aset lain dari debitur kepada kreditur untuk memenuhi sebagian atau seluruh hutang-piutang (termasuk transfer sebagai akibat dari kepemilikan kembali atau sita jaminan). Penerbitan saham baru atau penyerahan saham debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh hutang-piutang, kecuali jika saham diberikan dalam rangka pemenuhan persyaratan yang telah ditetap- kan sebelumnya untuk pengubahan hutang-piutang menjadi pem- berian saham (misalnya penukaran obligasi konversi).

c.

Modifikasi syarat-syarat hutang-piutang, seperti satu atau lebih kombinasi berikut ini: Pengurangan tingkat bunga untuk sisa masa hutang. Perpanjangan jangka waktu pelunasan atau pengunduran tanggal jatuh tempo dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari tingkat bunga yang berlaku di pasar untuk hutang baru dengan risiko yang sama. Pengurangan (absolut atau kontinjen) jumlah pokok atau jumlah yang harus dibayar pada saat jatuh tempo hutang- piutang sebagaimana yang tercantum dalam instrumen hutang-piutang atau dokumen perjanjian. Pengurangan (absolut atau kontinjen) bunga yang terhutang.

1) 2)

3)

4)

PERLAKUAN AKUNTANSI OLEH DEBITUR ATAS RESTRUKTURISASI HUTANG BERMASALAH




Pelunasan Hutang melalui Pengalihan Aset


Sehubungan pelunasan hutang melalui pengalihan aset berupa tanah dan bangunan, aset lain, dan piutang kepada kreditur untuk menyelesaikan seluruh kewajibannya; debitur dapat mengakui keuntungan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi kewajiban ter- sebut.

Keuntungan dihitung dari selisih lebih antara (a) nilai tercatat hutang yang diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau ditambah dengan bunga yang terhutang dan premi, diskonto, beban keuangan, atau biaya penerbitan yang belum diamortisasi). (b) nilai wajar aset yang dialihkan ke kreditur.


MODIFIKASI PERSYARATAN HUTANG

Dalam restrukturisasi hutang melalui modifikasi persyaratan tanpa melakukan pengalihan aset atau pemberian saham, debitur harus mencatat dampak restrukturisasi tersebut secara prospektif sejak saat restrukturisasi dilaksanakan, dan tidak boleh mengubah nilai tercatat hutang pada saat restrukturisasi, kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dalam persyaratan baru. Jumlah pembayaran kas masa depan harus mencakup jumlah bunga dan jumlah pokok hutang periode masa depan, tanpa memperhitungkan nilai tunainya.

Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru hutang, termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk pokok hutang, lebih rendah dari nilai tercatat, maka debitur harus mengurangi nilai tercatat hutang ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran kas masa depan dan harus mengakui keuntungan yang timbul dari restrukturisasi hutang sebesar jumlah penurunan hutang . Setelah itu, seluruh pembayaran kas yang dibayar dianggap sebagai pengurangan nilai tercatat hutang dan tidak ada beban bunga yang di akui sejak saat restrukturisasi hingga jatuh temponya

Debitur tidak boleh mengakui keuntungan dari restrukturisasi hutang yang menyangkut pembayaran kas masa depan yang tidak dapat ditentukan, selama pembayaran kas masa depan maksimum tidak melebihi nilai tercatat hutang.

KOMBINASI BEBERAPA CARA RESTRUKTURISASI HUTANG BERMASALAH




Restrukturisasi hutang bermasalah dapat berupa penyelesaian sebagian hutang dengan pengalihan aset debitur atau pemberian saham (atau keduanya) kepada kreditur dan modifikasi persyaratan hutang yang masih tersisa. Jika nilai tercatat hutang yang tersisa lebih besar dari jumlah pembayaran kas masa depan (termasuk jumlah hutang kontinjen) yang ditetapkan dalam persyaratan hutang, tanpa memperhitungkan nilai tunainya maka selisih kedua nilai tersebut baru diakui sebagai keuntungan restrukturisasi hutang.

Debitur harus mempertanggungjawabkan restrukturisasi hutang bermasalah yang menyangkut penyelesaian sebagian dan modifikasi persyaratan hutang dengan cara :
nilai tercatat hutang harus dikurangi dengan jumlah nilai wajar aset atau pemberian saham tersebut

perbedaan antara nilai wajar dan nilai tercatat aset yang dialihkan kepada kreditur diakui sebagai keuntungan atau kerugian atas pengalihan aset dan tidak sebagai keuntungan restrukturisasi hutang

baru setelah itu diperhitungkan jumlah pembayaran kas masa depan

MODIFIKASI PERSYARATAN PIUTANG DALAM RESTRUKTURISASI PIUTANG BERMASALAH

Dengan modifikasi persyaratan piutang yang tidak mengakibatkan penerimaan aset (termasuk penerimaan saham dari debitur), kreditur harus mencatat dampak restrukturisasi tersebut secara prospektif dan tidak mengubah nilai tercatat piutang pada tanggal restrukturisasi, kecuali jika jumlahnya melebihi nilai tunai penerimaan kas masa depan yang ditentukan dalam persyaratan baru. Perubahan jumlah atau saat jatuh tempo (atau keduanya) penerimaan kas bunga maupun pokok piutang diakui secara prospektif dalam periode yang akan datang. Direstrukturisasi, baik untuk bunga maupun pokok piutang, dicatat sebagai pengembalian pokok piutang dan penghasilan bunga.

Namun jika jumlah nilai tunai penerimaan kas masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam persyaratan baru piutang tersebut, termasuk penerimaan bunga dan pokok piutang, lebih rendah daripada saldo piutang sebelum restrukturisasi, kreditur harus mengurangi saldo piutang ke suatu jumlah yang sama dengan jumlah nilai tunai penerimaan kas masa depan sebagaimana yang ditetapkan dalam persyaratan baru. Jumlah pengurangan tersebut harus diakui sebagai kerugian. Setelah itu, semua penerimaan kas berdasarkan persyaratan piutang yang telah

Dalam penentuan kerugian restrukturisasi jumlah pembayaran kontinjen dimasukkan dalam perhitungan nilai tunai jumlah penerimaan kas masa depan yang ditetapkan sesuai dengan persyaratan baru, hanya jika pada saat restrukturisasi jumlah kontinjen tersebut memenuhi persyaratan untuk diakui (probable). Hal ini berarti, kreditur mengakui kerugian atas jumlah penerimaan kontinjen kas masa depan pada saat restrukturisasi dilakukan.

KOMBINASI BEBERAPA CARA RESTRUKTURISASI PIUTANG BERMASALAH




Restrukturisasi piutang bermasalah dapat dilakukan dengan penerimaan aset (termasuk perolehan saham dari debitur) sebagai penyelesaian sebagian piutang dan modifikasi persyaratan terhadap sisa piutang. Kreditur mencatat restrukturisasi piutang tersebut dengan mengakui aset yang diterima sebesar nilai wajarnya dikurangi estimasi biaya untuk menjualnya dan mengurangi nilai piutang yang tercatat dengan nilai wajar aset tersebut setelah dikurangi estimasi biaya untuk menjualnya. Kelebihan saldo piutang yang tercatat atas jumlah nilai tunai penerimaan kas masa depan, seperti diatur dalam persyaratan baru atas saldo piutang setelah restrukturisasi diakui sebagai kerugian restrukturisasi.

PENGGANTIAN ATAU PENAMBAHAN DEBITUR

Restrukturisasi piutang bermasalah dapat mencakup penggantian piutang oleh perusahaan lain, individu, atau lembaga pemerintah yang menangani piutang bermasalah atau menambah debitur lain.

Restrukturisasi seperti ini dicatat sesuai dengan substansinya, meskipun pembayaran kepada kreditur dilakukan oleh debitur pengganti atau debitur tambahan tersebut. Perlakuan ini juga berlaku dalam hal melibatkan agen, wali amanat, atau pihak lain.

KASUS

PT Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPPI) sedang mengalami permasalahan utang piutang kepada Pertamina. TPPI memiliki utang kepada Pertamina sebanyak USD 548 juta sejak tahun 1998. Selain itu, TPPI juga memiliki utang kepada BP Migas sebanyak USD 180 juta, dan kepada Perusahaan Pengelola Aset (PPA) sebanyak Rp. 3,2 triliun. Asal mula terjadinya utang piutang TPPI kepada Pertamina adalah karena pada tahun 1998, proyek TPPI terancam berhenti karena pada saat itu mengalami krisis moneter. Awalnya TPPI memiliki utang kepada perusahaan Jepang sebanyak USD 350 juta, selain itu TPPI juga membutuhkan dana investasi dan modal kerja untuk menjalankan proyeknya. Manajemen TPPI mendatangi Pertamina dan meminta Pertamina untuk ikut bergabung menjalankan proyek tersebut. Pertamina menolak bergabung karena dinilai proyek tersebut tidak ekonomis. Tetapi Komite Kebijakan Sektor Keuangan KKSK) mendesak Pertamina untuk bergabung karena alas an proyek melibatkan dua Negara yaitu Indonesia dan Jepang.

Pada akhirnya Pertamina ikut bergabung dengan memegang saham TPPI sebanyak 15%. Pada akhirnya TPPI memiliki beberapa perusahaan pemegang saham diantaranya adalah Tuban Petrochemical Industries sebanyak 59,5%, PPA sebnayak 70%, Pertamina 15%, dan perusahaan asing sebanyak 25,5%. Pada perjanjian pertama yang dilakukan pada tanggal 26 Mei 2011, berisi utang TPPI sebnayak USD 375 juta dilunasi paling lambat 15 Agustus 2011 kepada Pertamina. Sisanya dibayar open account dengan memasok mogas dan elpiji selama 10 tahun. Untuk open account pertama, Pertamina meminta jaminan pembayaran dari tahun pertama dengan penerbitan Letter of Credit (L/C), tetapi TPPI hanya mau menerbitkan L/C sejak tahun kedelapan. TPPI berjanji akan melunasi utang jika Pertamina bersedia membeli produk migas dan elpiji proyek TPPI. Pertamina menolak karena harga yang ditawarkan TPPI terlalu mahal dan dinilai akan merugikan negara. Sampai jatuh tempo pelunasan hutang, TPPI belum juga melunasi hutangnya kepada Pertamina. Lalu diadakan lagi restrukturisasi utang TPPI pada 7 September 2011 tetapi TPPI mangkir dan tidak datang.

PENYELESAIAN

Vice President Communication Corporate PT Pertamina Basuki Trikora Putra menjelaskan penambahan kepemilikan Pertamina di TPPI adalah salah satu bentuk penyelesaian yang ditawarkan oleh perusahaan. Akan tetapi, opsi yang diberikan kepada TPPI itu belum mendapatkan tanggapan. Pertamina membawa permasalahan tersebut ke Badan Arbitrase Nasional Indonesia dan TPPI dinyatakan bersalah dengan sanksi membayar USD 114 juta untuk delayed payment notes berikut bunganya. Pertamina juga bersedia membeli produk migas dan elpiji yang telah ditetapkan harganya oleh TPPI asalkan TPPI bersedia melunasi hutangnya. Pertamina memberikan jatah tempo 2 bulan untuk TPPI melunasi hutangnya.

SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai